Di malam yang gelap seorang wanita yang masih lemah sehabis melahirkan diikat tangannya dan ditembak di pinggir danau oleh pria bertopeng dan bertudung hitam. Di tengah ia meregang nyawa, sang pembunuh berbisik di telinganya, "Tuan Bisma yang menyuruh saya melakukan ini semua. Kamu akan bertemu dengan Papa kamu di neraka sebentar lagi karena aku, sudah membunuh Papa kamu sebelumnya" Lalu pembunuh itu menenggelamkan Nisita ke danau.
Nisita kemudian terbangun dengan tubuh yang berbeda, di rumah yang berbeda dan profesi yang berbeda. Ia terkejut saat ia melihat ada wanita yang tubuhnya bercahaya dan bersayap tersenyum kepadanya lalu wanita itu berkata, "Aku menghidupkan kamu kembali untuk membalas budi. Di masa lalu kamu pernah menolongku. Maka aku membantu kamu bereinkarnasi dan di dimensi waktu yang sekarang, kamu adalah seorang peretas. Tapi, kamu harus menjalankan misi. Buat Bisma Mahesa jatuh hati padamu. Jangan biarkan Bisma Mahesa jatuh cinta pada wanita yang bernama Chelsea!"
Dia diberi kesempatan bereinkarnasi menjadi seorang peretas untuk membuat Bisma Mahesa jatuh hati padanya dan membalas dendam.
Wanita yang mengalami reinkarnasi itu bernama Nisita Ananta dan inilah kisahnya sebelum ia dibunuh dan mengalami reinkarnasi.
Nisita Ananta dipaksa menikah dengan seorang CEO yang terkenal kejam dan dingin. Dia dijadikan istri kedua dan harus bersedia mengandung anak dari CEO tersebut. Nama CEO itu adalah Bisma Mahesa.
Nisita tidak bisa berkelit dari takdir mengerikan itu karena papanya memiliki hutang yang sangat banyak pada CEO kejam yang bernama Bisma Mahesa itu dan di saat jatuh tempo pelunasan hutang itu tiba, papanya tidak bisa membayarnya.
Bisma Mahesa kemudian bertanya, "Apa kau punya anak gadis yang masih muda dan suci?"
Papanya Nisita terkesiap kaget dan langsung berkata, "Punya, Tuan. Putri tunggal saya masih berumur dua puluh tiga tahun dan masih suci. Bahkan dia belum pernah berpacaran sebelumnya"
"Kau punya fotonya?" Tanya Bisma dengan nada dan wajah dingin sedingin es.
Papanya Nisita sontak diam membisu dan mematung.
"Berikan fotonya bodoh! Kenapa kau malah bengong?"
Papanya Nisita sontak mengeluarkan telepon genggamnya dan menunjukan foto Nisita yang ada di dalam galeri telepon genggamnya.
"Bagus. Kalau begitu bawa dia besok ke rumahku" Sahut Bisma dengan seringai khasnya.
"Tapi, untuk apa Tuan?" Papanya Nisita sontak menautkan kedua alisnya.
"Aku akan menikahi anak kamu"
"Jangan, Tuan! Saya mohon?! Saya akan bayar tiga bulan lagi pelunasan hutang saya yang masih tersisa tiga kukuh juta rupiah. Beri saya perpanjangan waktu dan ......"
"Cih! Bisma Mahesa tidak pernah mengenal perpanjangan waktu. Kalau kamu tidak bisa bayar pas jatuh tempo maka aku akan ambil semua yang aku inginkan dan saat ini aku hanya menginginkan anak kamu"
"Tapi, bukankah Anda sudah menikah, Tuan? Lagipula Anda juga belum pernah melihat anak saya secara langsung"
"Aku memang sudah menikah. Aku sudah lihat fotonya. Dia sehar, ceria, tidak cacat, dan cukup manis. Aku tidak perlu bertemu dia terlebih dahulu. Bawa dia besok ke rumahku dan aku akan menikahinya. Aku akan jadikan dia istri keduaku maka semua hutang kamu lunas. Bahkan aku akan kasih kamu bonus seratus juta rupiah dan sebuah mobil keluaran baru sebagai mahar pernikahannya dan kalau kamu tidak membawanya besok ke rumahku maka aku akan ambil rumah kamu dan bahkan aku bisa ambil nyawa kamu sekalian"
Papanya Nisita langsung selonjor lemas di atas lantai keramik rumahnya.
Bisma Mahesa bangkit berdiri dan di saat CEO dingin itu hendak melangkah keluar, papanya Nisita mendekap kaki Bisma dan kembali memohon, "Tolong, jangan ambil anak saya. Dia putri saya satu-satunya. Tolong kasih saya perpanjangan waktu saja, Tuan"
Dhuaggg! Bisma langsung menendang wajah papanya Nisita dan pergi meninggalkan pria malang itu sambil berkata, "Bawa anak kamu ke rumahku besok dan aku akan penuhi semua janjiku ke kamu tadi"
Papanya Nisita memegangi wajahnya sambil bangkit berdiri dan langsung berlari mengajar rombongannya Bisma Mahesa, namun terlambat. Bisma dan rombongannya telah masuk ke dalam mobil dan melaju cepat meninggalkan rumahnya.
Papanya Nisita kemudian bersimpuh di atas jalan dan menangis sesenggukan di sana.
Nisita pulang dari berjualan kue kukus dan terkesiap kaget melihat papanya bersimpuh di atas jalan dan menangis sesenggukkan.
Dia kemudian membantu papanya berdiri dan memapah papanya masuk ke dalam rumah dengan pelan. Saat ia duduk berhadapan dengan papanya di sofa ruang tamu, Nisita terkejut dan langsung bertanya sambil menyentuh pelan wajah papanya, "Pipi Papa kenapa merah? Papa habis jatuh?"
Bukannya menjawab pertanyaannya Nisita, dia justru mendekap erat tubuh Nisita dan kembali menangis sesenggukkan sambil berkata, "Maafkan Papa, Sita! Maafkan Papa!"
"Kenapa, Pa? Ada apa? Apa yang sudah terjadi?" Nisita bertanya sambil mengelus punggung Papanya dengan pelan.
Pria malang itu melepaskan pelukannya dan setelah menatap wajah manis putrinya cukup lama ia menunduk dan kembali menangis sesenggukkan.
Nisita mengelus bahu papanya dan kembali bertanya, "Pa, ada apa?"
Pria berumur kepala lima itu berucap di sela Isak tangisnya, "Papa tidak bisa menjaga dengan baik amanah dari almarhum Mama kamu"
"Amanah apa, Pa?"
"Papa tidak bisa mencarikan pemuda yang baik untuk kamu dan melihat kamu menikah dengan pemuda yang kamu cintai dan yang mencintai kamu dengan tulus, huhuhuhuhu"
"Sita juga belum ingin berpacaran dan menikah, Pa. Sita masih senang bekerja dan mengumpulkan uang"
"Tapi, kemungkinan besar kamu tidak akan bisa bekerja lagi. Tuan Bisma Mahesa mungkin tidak akan membiarkan kamu bekerja kalau kamu sudah masuk ke kediamannya, huhuhuhu"
"Apa maksud Papa?" Nisita menunduk untuk melihat wajah papanya.
Pria yang merasa bodoh karena nekat berhutang pada pria sedingin Bisma Mahesa itu akhirnya mengangkat wajahnya untuk berkata sambil mengusap air mata di kedua pipinya, "Kamu besok akan Papa antarkan ke istananya Tuan Bisma Mahesa"
"Untuk apa, Pa?"
"Papa masih punya sisa hutang sebanyak tiga puluh juta rupiah dan hari ini jatuh temponya" Papanya Nisita berhenti sejenak untuk menyesap segelas air putih yang diberikan oleh putri tunggal kesayangannya.
"Lalu?" Tanya Nisita sambil meletakkan gelas di atas meja.
"Papa belum punya uang untuk membayarnya"
"Terus?"
"Tuan Bisma mengjinkan kamu untuk menjadi istri keduanya. Kamu akan menikah dengannya besok dan semua hutang Papa dilunaskan"
"Apa?!"
"Maafkan Papa. Apa sudah memohon pada Tuan Bisma untuk memberikan Papa perpanjangan waktu pelunasan semua hutang Papa, tapi tidak ia berikan. Dia tetap bersikeras ingin menikahimu. Kalau Papa tidak membawa kamu besok ke rumahnya maka dia akan mengambil rumah ini dan membunuh Papa"
"Apa?! Ini negara hukum, Pa. Dia tidak bisa seenaknya begitu"
"Ini negara hukum, iya, memang benar. Tapi, dia berkuasa penuh atas hukum. Semua pejabat pemerintahan hampir semuanya berada di bawah kendalinya. Dia menguasai hampir semua sektor bisnis di dalam dan di luar negeri"
Nisita membisu dan mematung di depan papanya.
"Baiklah. Kalau kamu tidak mau, Papa tidak akan memaksa kamu. Papa rela kehilangan rumah ini, toh, kita masih bisa cari rumah kontrakan dan kalau Papa dibunuh sama Tuan Bisma, kamu udah gede dan udah punya pekerjaan. Kamu bisa hidup sendiri. Papa rela berkorban kalau kamu tidak ingin menikah dengan Tuan Bisma"
"Aku mau, Pa" Akhirnya Nisita berkata dengan nada tegas.
"Benarkah kamu mau?"
"Iya, Pa. Hanya menikah saja apa susahnya. Asalkan Papa bisa selamat dan terbebas dari semua hutang dan belenggu pria kejam itu"
Papanya Nisita langsung memeluk tubuh ramping putrinya dan kembali menangis sampai pria malang itu tidak sanggup berkata-kata lagi
Bisma memeluk istrinya dari belakang saat istri tercintanya yang sangat cantik bak putri di negeri dongeng itu sambil berkata, "Aku sudah menemukan gadis yang bisa kita jadikan alat untuk meneruskan keturunanku"
Chelsea nama istrinya Bisma itu langsung mengelus lengan suami tampannya yang tergelung di pinggang rampingnya sambil berkata, "Maafkan aku, Mas. Aku tenyata mandul dan ini jalan satu-satunya untuk bisa meneruskan keturunan kamu. Agar persis Mahesa Grup tidak jatuh ke tangan keturunan adik tiri kamu yang baru saja menikah"
"Kamu sempurna sayang" Bisma memutar badan istrinya. "Aku sebenarnya tidak ingin menikah lagi. Aku hanya mencintai kamu. Sangat mencintai kamu. Tida peduli kamu tidak bisa memberikan aku keturunan. Aku hanya ingin hidup berdua denganmu selamanya. Aku tidak ingin menikah lagi dan bodo amat dengan pewaris Mahesa Grup"
Chelsea mengusap lembut wajah suaminya dan berkata, "Tapi, aku peduli, Mas. Aku ingin melihat keturunan kamu yang menjadi pewaris utama Mahesa Grup"
"Apa.kamu benar-benar siap membesarkan anakku dari kandungan wanita lain?"
"Aku siap. Asalkan kamu mencintaiku, aku pun akan mencintai keturunan kamu seperti anak kandungku sendiri"
Bisma langsung memeluk Chelsea dan mencium bibir istri yang sangat ia cintai itu dengan penuh kelembutan.
Nisita tengah duduk di lincak yang ada di bawah pohon alpukat madu yang ada di teras depan rumah papanya. Gadis itu beberapa kali mengelus dada dan menghela napas panjang untuk melepas ketegangan dan rasa takut yang luar biasa karena besok dia akan menikah dengan pria yang belum pernah ia jumpai, pria yang terkenal kejam dan dingin, dan akan dijadikan istri kedua dari pria itu. Siap nggak siap, dia harus siap. Mau nggak mau, dia harus mau. Demi keselamatan pepanya
Bisma memeluk pundak Istrinya yang telanjang, lalu ia bangun dan memakai kembali kaos dan celana kolornya.
Bisma kemudian melangkah ke balkon, menutup pintu balkon dengan pelan. Pria super tampan dan gagah itu berdiri di pinggir balkon sambil menyalakan cerutunya.
Apa aku bisa tidur dengan wanita lain. Aku sudah menikah selama lima tahun dengan Chelsea dan sudah lama aku tidak pernah tidur lagi tidur dengan wanita lain sebelumnya. Chelsea adalah yang pertama bagiku walaupun aku bukan yang pertama bagi Chelsea, tapi aku sangat mencintainya, Kenapa takdir sekejam ini sama Chelsea. Kenapa ia harus mandul? Kenapa aku harus menikah lagi? Bisma bergumam di dalam hatinya sambil menikmati cerutu mahalnya.
Pagi hari yang cerah, kicau burung Pipit, dan terbangnya kupu-kupu di halaman depan rumah papanya membuat Nisita justru merasa sedih. Dia kemungkinan besar tidak akan bisa menikmati pagi yang cerah dan bertemu dengan kupu-kupu juga mendengarkan kicau burung Pipit. Ketika seorang pria berjas hitam yang datang ke rumah papanya di jam tujuh pagi berkata, "Ada lima peraturan utama adalah, Perintah Tuan Bisma dan Istri pertama Tuan Bisma tidak boleh dibantah, Nona tidak boleh keluar dari rumah sebelum Nona melahirkan penerus Mahesa Grup, Nona juga tidak boleh menggunakan telepon genggam tanpa sepengetahuannya Tuan Bisma dan Istri Tuan Bisma, Nona tidak boleh banyak tanya, Nona tidak boleh menerima tamu sampai Nona melahirkan, dan setelah Nona melahirkan Nona akan diceraikan oleh Tuan Bisma dan Nona baru bisa kembali ke Papa Nona, Nona juga bisa kembali ke kehidupan lama Nona. Tapi, Nona tidak diperbolehkan melihat anak yang Nona lahirkan untuk selamanya"
Nisita tertegun, diam membisu, dan hanya bisa menatap nanar empat lembar kertas putih yang ada di depannya.
"Kenapa anak saya seperti tahanan di rumah itu? Tidak! Kita batalkan semuanya. Saya sepetinya tidak akan tega membiarkan anakku melahirkan cucu saya dan kemudian dipisahkan dengan cucu saya untuk selamanya"
Pria berjas itu langsung menoleh tajam ke papanya Nisita dan berkata dengan nada dan wajah dingin, "Boleh. Kita bisa batalkan dan Tuan Bisma akan mencari gadis yang lainnya lagi dengan sangat mudah. Tapi, detik ini juga Anda harus melunasi sisa hutang Anda, lalu Anda angkat kaki dari rumah ini, dan mungkin Anda hanya akan tinggal nama saja esok harinya. Tuan Bisma tidak menyukai pembatalan secara dadakan. Tuan Bisma sangat benci sama orang yang plin-plan"
Glek! Papanya Nisita sontak kesulitan menelan air liurnya sendiri.
Nisita langsung mengambil pulpen yang tergeletak di atas meja dan berkata, "Di mana saya harus tanda tangan?"
Papanya Nisita hanya bisa menatap putri tunggal kesayangannya dalam diam dan seketika berdoa di dalam hatinya semoga putrinya selalu berada di dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kasih.
"Karena Anda sudah tandatangani semua berkas kerja sama Anda dengan Tuan Bisma, maka sekarang juga Anda ikut saya" Pria berjas itu berkata sembari memasukkan semua berkas ke dalam tas kerjanya.
"Baiklah. Tapi, bisakah Anda memberikan saya waktu sepuluh menit untuk berpamitan dengan Papa saya?"
Pria berjas itu menatap Nisita dengan tajam, lalu berkata, "Lima menit dan saya akan tunggu di sini. Saya takut Nona Nisita kabur"
"Saya tidak mungkin kabur karena kalau saya kabur, Papa saya akan celaka, bukan?"
"Pokoknya saya akan tetap di sini" Sahut pria berjas hitam itu
Nisita menghela napas panjang kemudian ia menoleh ke papanya dan memeluk papanya sambil berkata, "Pa, jaga kesehatan Papa. Nisita pergi dulu"
Dada Nisita terasa sesak karena kesedihan, tapi ia harus menahan air matanya karena ia tidak ingin papanya menghawatirkan dirinya.
Papanya Nisita menangis dan di sela isak tangisnya ia berkata, " Papa bahkan tidak berani menghadapi Mama kamu nanti kalau Papa pergi ke alam baka suatu saat nanti"
"Papa nggak boleh berkata seperti itu. Mama akan menjaga Nisita. Nisita akan baik-baik saja. Papa jaga kesehatan dan nggak usah mengkhawatirkan Sita, ya, Pa"
Papanya Nisita menganggukan kepala dan sambil melepaskan pelukannya ia berkata, "Kamu juga harus jaga kesehatan kamu dan pulang kembali nanti ke rumah ini dalam keadaan sehat, ya, Nak"
Nisita tersenyum dan menganggukkan kepalanya sambil mengusap air mata di kedua pipi papanya.
Lalu, terdengar suara, "Ini sudah lima menit. Kita harus segera pergi ke kediamannya Tuan Bisma Mahesa"
Nisita terpaksa bangkit berdiri dan pergi meninggalkan papanya yang masih terus berderai air mata.
Di dalam mobil mewah, Nisita yang duduk di jok belakang dengan diapit dua wanita berseragam blazer hitam, berbadan kekar dan berwajah di dingin, memberanikan diri untuk bertanya, "Kenapa saya tidak boleh membawa telepon genggam saya dan tidak boleh membawa barang-barang saya?"
"Supaya Anda tidak merindukan rumah Papa Anda. Kalau soal telepon genggam, Tuan Bisma akan memberikan Anda telepon genggam yang baru dan hanya boleh dipakai untuk menelepon Tuan Bisma dan Istri Tuan Bisma"
"Maaf, siapa nama Anda, Tuan? Dan ada hubungan apa Anda dengan Tuan Bisma?"
"Nama saya Rayhan Putra. Saya asisten pribadinya Tuan Bisma Mahesa"
"Oh! Kalau gitu, apakah saya boleh memanggil Anda Pak Ray, Tuan?"
"Boleh"
"Lalu, siapa nama Istrinya Tuan Bisma kalau saya boleh tahu?"
"Nona Chelsea"
"Apakah beliau ibu rumah tangga?"
"Bukan. Nona Chelsea adalah seorang model dan pelukis terkenal di......."
"Astaga! Apakah beliau Chelsea Maheswari Mahesa?"
"Iya, benar"
"Wah! Saya sangat mengagumi beliau"
"Maaf, Nona. Kenapa Anda ceriwis sekali?"
"Saya sebenarnya tidak terlalu suka banyak bicara"
"Lalu, kenapa Anda ceriwis sekali sekarang ini?"
"Karena sebentar lagi saya kan masuk ke kediaman Tuan Bisma dan bukankah setelah saya masuk ke kediamannya Tuan Bisma, saya tidak boleh banyak bicara dan tidak boleh banyak bertanya"
Pria yang mengaku bernama Rayhan Putra itu hanya bisa menghela napas panjang"
"Perjalanan masih lama juga, kan?"
"Iya, Nona. Karena istananya Tuan Bisma dibangun di luar kota dekat dengan pegunungan"
"Maka dari itu untuk melepaskan ketegangan, saya merasa perlu senam mulut, hehehehe"
Rayhan hanya diam menanggapi ucapannya Nisita itu. Dia sebenarnya merasa kasihan dengan gadis manis yang ditakdirkan untuk mengandung dan melahirkan keturunannya Bisma Mahesa. Lalu, setelah melahirkan anaknya Bisma Mahesa, gadis itu akan ditendang keluar dan dipisahkan dengan anaknya. Namun, Rayhan tidak bisa melakukan apa-apa untuk menolong gadis itu.
"Sudah berapa lama Tuan Bisma dan Nona Chelsea menikah?"
"Lima tahun"
"Kenapa mereka tidak mengadopsi anak di pantai asuhan saja?"
"Karena Nona Chelsea hanya mau merawat dan membesarkan anak kandungnya Tuan Bisma Mahesa"
"Kenapa saya?"
"Karena dari para debitur yang berhutang pada Tuan Bisma dalam kurun waktu satu tahun ini, hanya Papa Anda yang memiliki anak gadis. itulah kenapa kemarin, Tuan Bisma sendiri yang datang ke rumah Papa Anda untuk menagih hutang. Biasanya Tuan Bisma tidak mau pergi ke rumah debitur untuk menagih hutang"
"Sial!" Nisita seketika mengumpat lirih dan menyesali nasib papanya yang memiliki seorang putri bukannya seorang putra.
Setelah menempuh perjalanan selama tiga jam lebih, akhirnya mobil yang ditumpangi Nisita masuk ke dalam sebuah rumah yang sangat mirip dengan istana di buku dongeng yang pernah ia baca.
Nisita menoleh ke kanan lalu ke kiri dengan takjub saat mobil yang ia tumpangi melewati pohon Cemara. Kemudian Nisita terkejut geli dengan sendirinya dan Ray sontak bertanya karena terkejut, "Kenapa Anda tertawa, Nona?"
"Karena rumah ini penuh dengan pohon Cemara, tapi rumah ini bukan rumahnya keluarga Cemara, hehehehe"
Ray mengulas senyum tipis dan sontak berkata di dalam hatinya, gadis ini punya selera humor yang tinggi juga ternyata. Dia sepertinya cerdas dan juga tangguh. Aku rasa dia akan baik-baik saja tinggal di sini nanti.
Ray membuka pintu dan membungkukkan badan, "Mari saya antar Anda masuk ke dalam untuk bertemu dengan Tuan dan Nona rumah ini"
Nisita melangkah keluar dari dalam mobil dan seketika kaget saat merasakan kakinya serasa tak bertulang.
Ray refleks menangkap lengan Nisita saat Nisita tiba-tiba limbung ke kiri. "Anda kenapa Nona?"
Nisita menarik lengannya dari tangan Ray dan Ray langsung berkata, "Maaf"
Nisita kemudian memukul-mukul pahanya sambil berkata, "Nggak papa, Pak Ray. Kaki saya sepetinya kesemutan karena kelamaan duduk di dalam mobil"
"Kita harus segera masuk. Tuan Bisma tidak mentolerir keterlambatan"
"Iya, baiklah" Nisita langsung mengekor langkahnya Ray dengan dada bergemuruh kencang. Rasa takut mulai menderanya kembali saat ia melihat seorang pria tampan dengan wajah dingin menatapnya tajam.
Nisita bergidik ngeri pria tampan berwajah dingin itu menatapnya dengan sorot mata jijik dan langsung membentaknya tanpa ampun, "Kenapa terlambat, hah?!"
"Ka......kaki saya kesemutan. Maafkan sa....saya, Tuan"
"Aku benci wanita lemah dan jelek seperti kamu. Sangat benci. Jadi, jangan harap aku bersikap baik dan ramah padamu selama kamu tinggal di sini. Bawa dia ke ruangan atas sekarang juga, Ray!" Pria tampan itu langsung berbalik badan dan pergi begitu saja meninggalkan Nisita yang masih berdiri gemetaran di depan pintu masuk.
...-----------------------------------------...
"Aku peri baik hati yang pernah kamu tolong. Panggil aku Loly! Sebentar, aku akan hilangkan sayap dan cahayaku dulu supaya kamu nggak memicingkan mata kamu saat menatapku"
"Kapan saya pernah menolong Anda?"
Wanita yang dituduh mencuri di pasar dan dilempari tomat busuk. Kau ingat? Kau bela mati-matian wanita itu dan itu adalah aku"
Nisita sontak tersenyum dan berkata, "Iya, saya ingat. Tapi, kenapa wanita tua itu bisa berubah secantik ini?"
"Karena aku adalah peri. Aku bisa berubah sesuka hatiku"
Nisita kembali bengong.
Nisita menatap wanita bercahaya yang sayapnya telah hilang dan cahayanya mulai redup, lalu mengerjap kaget dan bertanya, "Anakku? Di mana anakku?"
"Anakmu ada di rumahnya Bisma. Semua masih sama sebelum kamu mengalami reinkarnasi. Hanya kamu yang hilang di ingatan mereka. Bisma dan Istrinya membutuhkan pengasuh bayi. Aku udah kasih lamaran kamu dan sebentar lagi telepon genggam aku akan berbunyi dan ........"
Kriiinggggg!!!!!!! Nisita tersentak kaget saat ada saku kemejanya bergetar dan terdengar bunyi nyaring.
"Halo?"
"Anda diminta datang ke kediamannya Tuan Bisma Mahesa. Anda diterima menjadi pengasuh mulai hari ini. Selamat"
Nisita menjawab, "Baiklah, saya akan segera ke sana" Sambil terus menatap wanita berwajah lembut dan murah senyum yang mana sayap dan cahayanya telah hilang.
Wanita di depannya Nisita langsung berkata, "See! Cepatlah pergi ke rumahnya Bisma dan mulailah aksi kamu untuk membuat Bisma jatuh cinta padamu dan kamu bisa menuntut balas atas ketidakadilan yang sudah kamu alami di masa lalu sebelum kamu berinkarnasi. Aku kasih kamu lonceng"
"Lonceng?" Nisita mengamati lonceng yang ada di atas telapak tangannya.
"Bunyikan loncengnya kalau kamu berada di ambang kematian atau kalau orang yang kamu sayangi berada di ambang kematian. Aku akan menyelamatkan kalian dari kematian. Kamu atau orang yang kamu sayangi bisa selamat dari kematian dan hidup kembali dengan segera bugar. Tapi, ingat! Lonceng itu hanya bisa dibunyikan sebanyak tiga kali. Selebihnya sudah tidak berguna lagi"
Nisita masih bengong dan membuat benaknya kembali melayang ke masa sebelum ia bereinkarnasi.
...-----------------------------------------------...
Nisita menaiki anak tangga satu demi satu dan saat ia sampai di ujung nak tangga ia tersentak kaget mendapati banyak wanita berseragam berjejer rapi saling berhadapan, membungkukkan badan secara serempak dan berkata dengan kompak, "Selamat datang di kediaman Tuan Jarvish Dan Nona Chelsea"
Apa aku tengah bermimpi saat ini? Semoga saja aku hanya bermimpi saat ini. Nisita membatin sembari tanpa sadar tangannya bergerak dan mencubit bahu Ray.
"Aduh!" Ray mengaduh dan langsung menoleh ke kaget ke Nisita, "Nona?! Kenapa Anda mencubit bahu saya keras sekali barusan?"
Nisita sontak memutar badan, menghadap ke Ray, dan langsung membungkukkan badannya untuk berkata, "Maafkan saya, Pak Ray, saya hanya ingin memastikan kalau saya tidak sedang bermimpi saat ini"
"Kenapa Anda tidak mencubit diri Anda sendiri"
Nisita menegakkan badan dan hanya bisa meringis di depan Ray.
Ray mendengus kesal sambil masih mengelus-elus bahunya dan langsung berkata, "Lupakan saja. Kita harus segera masuk ke dalam"
"Terima kasih, Pak Ray" Ucap Nisita sambil mengekor kembali langkahnya Ray.
Gila! Aku seperti seorang putri raja berjalan di tengah jejeran wanita berseragam pelayan. Ini seharusnya sebuah istana bagiku, tapi kenapa aku bergidik ngeri dan merasa kalau tengah berjalan menuju ke api neraka. Batin Nisita.
Ray membuka pintu besar dan berkata, "Silakan masuk ke dalam Nona Nisita Ananta"
"Sa.....saya masuk sendirian ke dalam? Anda tidak masuk menemani saya, Pak Ray?" Entah kenapa Nisita merasa aman berada di dekatnya pria berjas hitam yang bernama Rayhan Putra itu. Mungkin karena di sepanjang perjalanan, pria itu bersedia meladeni keceriwisannya.
"Saya akan menunggu di depan pintu. Cepat Anda masuk sebelum Tuan Bisma menunjukkan taringnya dan kita berdua akan kena sanksi" Sahut Ray.
"Baiklah. Doakan saya, ya, Pak Ray!"
"Kenapa saya harus mendoakan Anda? Kita bahkan bukan teman" Sahut Ray kaget.
"Hehehehe. Saya biasa berkata seperti itu kalau mau masuk ke ruangan yang belum pernah saya masuki sebelumnya. Maaf, Pak Ray"
Ray kembali mendengus kesal.
Lalu, Nisita menganggukkan kepalanya ke Ray dan melangkah masuk ke dalam dengan pelan.
Nisita mengedarkan pandanganya ke segala penjuru dan refleks ternganga melihat perabotan mewah yang ada di dalam ruangan super luas itu. Bahkan ruangan itu lebih besar dari ruangan bosnya.
Nisita menghentikan langkahnya dan berdiri tegak di depan tiga orang yang tampak asing baginya. Namun, dia tampak familiar dengan wajah wanita cantik bak putri di negeri dongeng yang duduk di sebelah pria yang sangat tampan dan gagah. Wajah pria itu mirip dengan tokoh-tokoh cerita dewa Yunani yang pernah ia lihat di televisi. Sangat tampan.
Apakah itu pria yang bernama Tuan Bisma dan yang di sebelahnya adalah Nona Chelsea? Lalu pria yang ada di depan mereka itu siapa? Batin Nisita.
Dia jauh berbeda dengan Chelsea. Dia lebih pendek dari Chelsea walaupun dia memiliki tubuh ramping yang lumayan bagus. Tapi, rambutnya......cih! pendek berombak. Sama sekali bukan tipeku. Sial! Kenapa di foto yang aku lihat di ponsel papanya, gadis ini berambut lurus.Aku benci lihat rambut bergelombang, cih! Batin Bisma.
Bisma lalu bertanya karena penasaran, "Kenapa rambut kamu beda dengan yang ada di foto?"
Eh! Rambutku? Kenapa dengan rambutku? Nisita sontak menjumput rambutnya dan mengarahkannya ke depan untuk ia lihat.
"Jawab!" Bentak Bisma. Dia tidak suka diabaikan.
"Oh! Ini rambut asli saya, Tuan. Rambut saya yang di foto, itu editan, hehehehe"
"Kamu nggak boleh bercanda dan meringis di sini!" Bisma mendelik ke Nisita.
Nisita langsung merapatkan mulutnya lalu menundukkan wajahnya.
Bisma menoleh ke istrinya yang memiliki rambut yang sangat indah. Panjang sampai ke punggung, tebal, kurus, dan hitam.Lalu Bisma menjumput rambut istrinya menciumnya dan berkata, "Apa aku bisa menerima dia di ranjangku nanti"
Chelsea menoleh ke Bisma dan sambil mengusap pipi Bisma, wanita itu berkata, "Kalau soal rambut, bisa diluruskan nanti"
"Bukan cuma itu. Dia juga tidak tinggi kayak kamu. Dia juga nggak putih kayak kamu, dia juga nggak punya lekuk tubuh indah seperti kamu dan......."
Chelsea tersenyum, mengecup bibir Bisma kemudian berkata, "Dia sesuai dengan kriteriaku. Anak kamu harus cerdas jadi dia harus dilahirkan dari rahim wanita yang cerdas. Gadis ini memiliki nilai yang bagus selama ia kuliah dan berhasil bekerja di perusahaan besar miliknya Hartawan Grup mengalahkan ribuan pendaftar Berarti gadis ini cerdas. Lagian dia cukup manis, kok"
Bisma hanya bisa menghela napas panjang.
Eh! Kenapa mereka seenaknya ngomongin kejelekan raku di depanku? Aku memang nggak secantik Chelsea. Tapi, cukup banyak juga pria yang pernah menyatakan cinta ke aku. Aku rasa aku nggak jelek banget. Batin Nisita yang masih menundukkan wajahnya
"Selamat datang di rumah ini"Wanita cantik yang duduk di sebelah pria yang sangat tampan itu berkata dengan nada dan wajah dingin yang angkuh.
"Tegakkan kepala kamu! Kamu cukup manis. Nggak usah malu menunjukkan wajah kamu" Ucap Chelsea kemudian saat ia melihat Nisita belum mengangkat wajahnya.
Nisita langsung mengajak wajahnya dan menatap Chelsea, "Terima kasih. A.....apakah Anda adalah Chelsea Maheswari Mahesa?"
"Benar"
"Saya salah satu penggemar Anda dan........"
"Ray pasti sudah menjelaskan ke kamu kalau kamu tidak diijinkan banyak bicara dan banyak nanya, kan? Lagipula ini bukan saat yang tepat untuk menyapa. Kalau kamu ingin minta tanda tangan dariku atau menyapaku, datanglah ke acara jumpa fansku. Jangan di sini!" Sahut wanita cantik itu dengan wajah datar dan dingin.
Dia ternyata wanita yang sangat angkuh. Beda banget sama yang nampak di layar kaca. Nyesel aku mengaguminya selama ini. Detik ini juga aku coret kau dari hatiku, Chelsea. Batin Nisita mendongkol kesal.
Pria yang sangat tampan itu kemudian bangkit berdiri dan duduk bersila di depan seoang pria berambut putih lalu, pria yang sangat tampan itu menoleh ke Nisita dan membuka suara yang terdengar sangat tegas dan dalam, "Duduklah di sebelahku!"
Nisita melangkah pelan lalu duduk bersimpuh di samping pria itu.
Nisita melirik ke kanan dan melihat tangan pria tampan itu menandatangani berkas-berkas dan sebuah dia buah buku kecil di depan pria berambut putih.
Lalu, semua berkas dan buku itu digeser dan saat berkas dan buku kecil itu berada di depan matanya, Nisita menoleh ke pria tampan itu dan pria tampan itu berkata tanpa menoleh padanya, "Tandatangani semuanya dan kita sah menjadi suami istri"
Nisita langsung menandatangani semuanya. Lalu, pria itu bangkit berdiri dan pergi menghilang begitu saja.
Bola mata Nisita mengikuti arah pergi pria tampan itu sambil membatin, aku belum mencium punggung tangannya. Dia, kan, suamiku sekarang. Tapi, kenapa dia pergi begitu saja? Apa aku bau, ya? Nisita refleks mencium kedua ketiaknya dan bergumam lirih, "Nggak bau, kok"
"Sekarang berdirilah dan masuk ke kamar yang pintunya terbuka lebar itu!"
Suara Chelsea membuat Nisita langsung bangkit berdiri lalu berputar badan untuk menghadap ke Chelsea dan bertanya, "Maaf, apa itu kamar saya?"
"Masuk saja dan jangan banyak tanya!" Chelsea mendelik kesal ke Nisita.
Nisita mengangguk lalu berputar badan dan melangkah ke kamar yang pintunya terbuka lebar.
Nisita terkejut dan sontak berputar badan untuk berlari keluar saat ia melihat ada lima wanita berseragam putih-putih. Namun, tiba-tiba pintu ditutup dan dikunci dari luar.
Nisita berbalik badan dan bersandar di daun pintu sambil bertanya dengan wajah ketakutan, "Anda semua siapa? Dokter, kah?"
"Iya aku dokter dan ini semua perawat yang akan membantuku memeriksa kamu" Seorang wanita berjas putih menjawab pertanyaannya Nisita.
"Me......memeriksa a.....apa? A.....apakah saya akan disuntik? Sa.....saya takut jarum suntik. Saya tidak takut menghadapi semuanya. Tapi, Tolong jangan suntik saya" Wajah Nisita memucat dan tubuhnya semakin menempel ke daun pintu saat sekujur tubuhnya gemetar ketakutan.
"Saya tidak akan menyuntik Anda. Hanya akan bertanya-tanya. Silakan duduk di depan saya"
"Benarkah? Hanya bertanya?"
"Iya, duduklah!"
Nisita kemudian berjalan dengan sangat pelan dan duduk di depan dokter tersebut masih dengan wajah pucat dan tubuh gemetar.
Dokter tersebut menggenggam tangan Nisita yang ada di atas pangkuannya Nisita dan berkata, "Jangan takut! Tenang saja! saya cuma akan bertanya tentang siklus datang bulan Anda karena saya harus melaporkan ke Nona Chelsea kapan masa subur Anda"
Saat Nisita asyik menatap dokter itu dan mengobrol santai, dokter yang masih menggenggam erat tangan Nisita, memberikan kode ke perawat yang berdiri di sebelah Nisita. Perawat itu mengangguk dan berhasil mengambil sampel darahnya Nisita tanpa Nisita sadari.
Setelah dua jam berada di dalam ruangan itu, Nisita dan dokter yang mewawancarainya mengajak Nisita keluar untuk menghadap Nona Chelsea
Saat itulah Nisita menyadari ada perban putih menempel di tengah lengannya dan Nisita sontak menoleh ke dokter itu. Dokter itu tersenyum dan berkata, "Iya. Darah kamu diambil tadi. Nggak terasa, kan? Jadi, mulai sekarang jangan takut lagi sama jarum suntik"
Nisita mendengus kesal dan hanya bisa menghela napas panjang kemudian.
"Bagaimana hasilnya?"
"Hasilnya sangat bagus. Tidak ada penyakit menular ataupun penyakit berbahaya yang ada di tubuh gadis ini. Lalu, soal masa subur, sekarang adalah masa suburnya. Gadis ini siap untuk menjalan kewajibannya sebagai seorang istri malam ini juga"
Nisita menoleh kaget ke dokter tersebut dan sontak bertanya, "A.....apa maksud Anda, Dok?"
Dokter tersebut tidak berani menoleh ke Nisita dan memilih untuk mengabaikan pertanyannya Nisita.
Chelsea tersenyum senang dan langsung mengayunkan tangannya untuk memanggil semua pelayannya yang berdiri di ruangan besar itu sambil berkata, "Bawa dia ke kamarku dan persiapkan gadis ini untuk malam nanti. Mandikan dia dan buat dia menjadi sangat menarik malam ini!"
Chelsea kemudian melangkah lebar ke ruang kerja suaminya untuk berkata, "Malam ini adalah malam pertama bagimu. Gadis itu siap naik ke ranjang kamu. Lakukan kewajiban kamu dan aku akan menunggu kalian sambil melukis nanti"
Bisma langsung mengangkat wajahnya dan dengan ekspresi kaget pria itu bertanya, "Harus malam ini?"
"Iya"Sahut Chelsea.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!