"Aku hamil," lirih Mega yang tidak berhenti menatap test pack di depan matanya. Dua garis merah yang membuat nya samar terisak hingga menjatuhkan bulir jernih dari dua bola mata nya. Meratapi kehidupan dia selanjutnya.
Ingatan nya mengajak menyelam. Pada peristiwa malam kelam, satu bulan kemarin. Dimana keluarga Satrio menggelar acara penyambutan Sadewa Dirgantara, kakak Satrio yang baru lulus dari kuliah nya di Melbourne, Australia.
Acara penyambutan diadakan di sebuah hotel milik keluarga Satrio. Mega datang bersama Satrio. Berharap akan dikenalkan oleh Sadewa kakaknya. Namun belum sempat mereka berkenalan, papa Satrio mendadak sakit kepala hebat dan meminta Satrio untuk mengantar nya ke rumah sakit. Membuat Mega tinggal di acara penyambutan Sadewa.
Cukup lama Mega menunggu kekasih nya kembali ke acara, namun Satrio tak kunjung kembali dan membuat Mega harus menunggu sampai ujung acara yang selesai. Sebelum memutuskan untuk pulang, Mega terlebih dahulu masuk ke toilet hotel tersebut. Setelah nya dia keluar toilet, peristiwa malam kelam yang merenggut kehormatan nya pun tidak terhindarkan.
Dewa mabuk berat dan mengira Mega adalah kekasihnya. Entahlah, Dewa memanggil nama Arumi yang feeling Mega adalah kekasih nya Dewa.
"Aku bukan Arumi, aku Mega. Lepaskan aku!" teriaknya Mega saat tubuhnya digelandang paksa oleh pria tak kalah tampan dari kekasihnya itu. Sebelas dua belas, karena pada dasarnya mereka bersaudara. Meskipun Mega belum berkenalan langsung dengan kakak Satrio yaitu Dewa. Tapi Mega tahu jika pria yang kini mau merenggut mahkota nya itu adalah kakak Satrio. Itu karena, Dewa berdiri di atas podium dan sempat mengucapkan terimakasih kepada teman-teman lama dan saudara-saudara yang sudah hadir dalam acara penyambutan nya ke Indonesia.
Dewa tidak menggubris apa yang dikatakan Mega. Dia sibuk melepas ikat pinggang dan kemeja hitam glossy yang dia kenakan. Satu persatu kancing kemeja yang melekat pada tubuhnya, satu persatu dia lepas dengan sangat antusias nya.
"Kak, aku bukan Arumi kak," isak Mega yang ketakutan dan panik bercampur bingung terhadap apa yang harus dia perbuat saat situasi dirinya tersudut.
"Ayolah sayang, bukan kah kita sering melakukan nya. Lagi pula sebentar lagi kita akan menikah," ucap Dewa dengan ringan dengan langkah sempoyongan dan dengan telanjang dada ditambah celana jeans dan ikat pinggang yang sudah tidak pada porsi nya. Berjalan mendekat ke arah Mega dan langsung berusaha mengurung Mega di bawah badan kekarnya.
Mega dengan tubuh mungilnya sudah kalah telak dan tidak berdaya. Dicium nya dengan sangat rakus bibir manis Mega tanpa ampun oleh Dewa. Mega berjuang keras, menggerak kan tubuhnya, namun lagi- lagi usaha nya sia-sia.
Setelahnya Dewa melepas ciuman tanpa jeda dari bibir Mega. Dewa bertambah beringas dan tanpa peduli dengan wanita yang berada di bawah nya. Kedua tangan Mega di jegal secara paksa dan masih berada di samping kanan kiri kepala Mega. Pipi wanita itu sudah basah. Namun lagi-lagi Dewa yang kepalanya terasuki oleh minuman laknat itu membuat kesadaran nya tidak bisa berpikir jernih.
"Aku bukan Arumi kak, lepaskan aku," lirihnya Mega bersamaan dengan isaknya.
Namun Dewa bertambah beringas dan mengoyak gaun Mega malam itu hingga tak bersisa. Seringai senyum dari Dewa bertambah gila, setelah dapat mengoyak habis gaun malam Mega dan bersisa penutup bagian dadaa dan bagian sensitif bagian bawah miliknya.
Mega tidak bisa berbuat apa-apa. Dewa menindihnya dan sudah pasti membuat tubuh mungilnya tidak bergerak. Berkali-kali Dewa memanggil kata sayang dan menyebut nama Arumi padahal jelas-jelas wanita itu bukan Arumi melainkan Mega.
Pikiran Dewa yang sudah dikuasai alkohol, membuatnya tanpa izin merenggut kegadisan Mega. Mega hanya bisa sesenggukan menangis deras saat kakak dari kekasih nya itu tengah memajukan dan memundurkan gerakan pada area sensitif nya.
Sakitnya luar biasa, sakit di bagian bawah sana karena dipaksa habis-habisan dan hatinya sakit pula. Mengapa dirinya terjebak dan tidak berdaya melawan pria yang tengah menodai nya?
Dan apa yang dikatakan pria tidak punya moral itu saat tengah mengeluarkan cairan panas? Dan tentunya siap membuahi rahim Mega yang masih sangat muda itu.
"Aku akan menikahi mu sayang, bukan kah sebentar lagi kita akan menikah? Jadi aku mohon kamu jangan menangis," ucap nya dengan kedua tangan yang dia sentuhkan pada dua tulang rahang Mega dan menghujani area wajah itu dengan berbagai kecupan dan tentunya aroma Alkohol yang masih bersisa.
Sementara Mega menangis, terisak dengan tubuh yang masih gemetar dan jelas terlihat polos dan tentu terasa kotor buat dirinya. Disetubuhi oleh pria yang tidak bermoral yang padahal adiknya sangat menjaga nya bahkan selama empat tahun berpacaran dengan Satrio, Mega tidak pernah berbuat macam-macam dan palingan hanya sebuah kecupan kening dari Satrio dan itupun tidak sering.
Mega langsung memunguti helai per helai pakaian nya. Namun apa yang terjadi? Dewa tidak memperbolehkan nya pergi dan melempar kembali tubuh Mega di atas ranjang hotel yang berantakan tadi. Mengurungnya kembali dibawah tubuhnya yang kekar dan memaksa Mega kembali untuk memuaskan hasrat nya malam itu dan setelahnya, Mega tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya di jam-jam selanjut nya.
Pertama kali membuka kedua mata keesokan pagi. Mega sudah melihat sosok kakak dari kekasihnya itu memakai handuk kimono berwarna putih dan seperti selesai mandi.
Kedua retina mereka bertatap dan reflek Mega langsung menyembunyikan tubuhnya yang tanpa sehelai pakaian pun di balik selimut tebal.
Belum ada kata yang keluar dari mulut keduanya. Yang ada, Mega sudah menduga jika kakak dari kekasihnya itu pasti kaget melihat diri nya. Mega menunduk, tentu dengan jantung yang terdengar berantakan. Sementara Dewa, Mega sangat melihat wajah angkuh dari Dewa yang belum mengeluarkan sepatah kata pun.
Sampai dimana Mega bersuara. "Semalam, aku sudah katakan jika aku bukan Arumi." Dengan takut-takut Mega mengatakan nya. "Kakak dipengaruhi Alkohol."
Membuat Dewa masih pada posisi semula, mematung dan terlihat sulit menelan saliva nya. "Aku harus pergi." Dewa mengambil setelan pakaian nya yang berserak dilantai dan mengenakan nya lalu pergi.
Membuat Mega menjatuhkan bulir-bulir jernih dengan cukup deras berikut Isak dan sengguk nya yang mendekap tubuhnya yang masih terbungkus selimut hotel.
Dewa bahkan terlihat pecundang yang menurut Mega berbanding terbalik dengan sifat dan sikap Satrio.
Ingatan Mega tidak selesai di situ saja. Ingatan nya mengajak lagi, membawa nya dengan rasa berdosa dan bersalah nya dengan tidak berkata jujur pada kekasihnya. Alasan nya tentu saja kata bingung yang muncul setiap kali melihat Satrio dengan tentunya bagaimana menjelaskan semua rangkaian peristiwa yang terjadi pada nya malam itu.
Sampai dimana Satrio berpamitan kuliah di Inggris untuk dua tahun melanjutkan studi S2 nya. Tepatnya, satu Minggu yang lalu Mega ikut mengantar ke Bandara.
"Aku janji, setelah aku menyelesaikan studi ku. Aku akan kembali dengan cinta yang sama dan akan membawa mu ke pelaminan," ucap Satrio begitu manis di dengar untuk sampai pada telinga seorang Mega Aristia.
Sepuluh jemarinya di genggam erat oleh Satrio dan di kecupnya. Tampak banyak kesedihan yang terlihat nyata di bola mata seorang Mega Aristia.
Bagaimana tidak sedih? Kekasih nya akan pergi melanjutkan S2 nya dengan waktu yang cukup lama, terlebih baru pertama kali mereka akan menjalin hubungan LDR atau Long Distance Relationship.
"Aku pasti akan merindukan mu," imbuh Satrio lagi dan mengecup sepuluh jemari yang belum dia urai dari genggaman nya. Posisi berdiri yang berhadapan dengan sangat dekat, membuatnya lepas dan tanpa sadar sudah mendekatkan bibiir nya pada bibir Mega.
Mega menyambutnya. Karena itu terakhir kali nya, kekasihnya akan pergi jauh dengan waktu yang cukup lama. Tidak ada kencan malam Minggu lagi. Tidak ada dua cangkir kopi yang akan mereka pesan saat bersantai menikmati malam. Tidak ada obrolan omong-kosong yang akan mereka sampaikan entah itu lewat ponsel atau pun bertemu seperti sedia kala yang mereka lakukan. Hal-hal kecil dan remeh temeh seperti menyapa dan mengucapkan selamat pagi saat panggilan ponsel dari masing-masing berdering pun, mungkin tidak akan lagi. Dan semua berganti dengan pasti pertanyaan-pertanyaan yang kesemuanya akan terdengar penting saat entah kapan Satrio bisa menghubungi nya.
Kecupan hangat itu berakhir. Tentu dengan wajah sedih Mega meskipun Satrio tampak terlihat tenang saat kedua langkah kaki nya perlahan menjauh menuju pesawat yang sudah diumumkan beberapa menit lagi akan terbang.
Ingatan Mega berakhir dengan bertambah sesak nya dada saat dia terduduk memeluk erat dirinya sendiri. Menyembunyikan wajahnya, isaknya, sengguk nya meratapi hasil dari tes pack yang baru saja dia ketahui hasilnya.
"Apa yang harus aku lakukan?" tanya yang bersamaan dengan rasa tersiksa yang dia suarakan.
BERSAMBUNG
Air mata nya sudah terkuras untuk menangisi sebuah kesimpulan bahwa dirinya hamil atau berbadan dua. Akan sangat bahagia, tanpa deraian air mata jika kehamilannya itu adalah hal yang dia tunggu jika dia sudah menikah dengan Satrio.
Namun yang terjadi tidak demikian. Itulah mengapa, isi kepalanya sudah tertera langkah-langkah selanjutnya yang harus dia lakukan. Akan diam saja dan tidak memberitahu siapa pun, mustahil. Yang ada kakak nya akan tahu perutnya membesar lambat laun seiring waktu berjalan dan berakhir memukuli nya habis-habisan atau lebih parahnya, tidak dimasukkan dalam daftar Kartu Keluarga dan diasingkan dari kota ini. Sangat tidak ia inginkan.
Berkata jujur, jelas meremukkan dan menghancurkan kedua hati kakaknya. Yang pasti akan keluar kata kecewa bersamaan saat mengetahui sikap minus adiknya. Hamil diluar nikah. Sudah jelas-jelas tidak beretika dan melanggar norma. Dianggap apapun itu yang pasti semua artinya adalah hina.
Namun hati kecilnya tidak terima, berupaya membela, jika yang terjadi padanya adalah sebuah kecelakaan yang tidak terbesit malahan dipikiran nya. Bertemu tidak sengaja dengan pria mabuk berat, yang tidak lain adalah kakak dari kekasihnya. Mengira jika dirinya adalah wanita bernama Arumi yang bahkan Mega tidak tahu betul itu siapa nya Dewa.
Mega kemudian bergegas memutuskan untuk menemui Dewa. Namun dia tidak masuk ke rumah besar bercat yang didominasi hijau army itu. Sengaja dengan ojek online dia cukup memantau lama untuk melihat Dewa keluar menggunakan mobil pribadi nya.
Dan syukurlah, setelah cukup lama dia menunggu di depan pagar rumah Dewa. Dewa keluar melajukan kendaraan roda empat nya. Disusul dengan ojek online Mega. "Kejar mobil itu ya pak!" seru Mega pada supir ojek online nya.
Cukup lama sekali ojek online yang ditumpangi Mega membuntuti mobil Dewa. Dan ternyata Dewa berhenti di sebuah rumah dan keluarlah seorang perempuan cantik dengan rambut tergerai sebahu, berkulit putih bersih dan terlihat terawat. Bibirnya yang dipoles dengan lipstik merah muda soft menambah kecantikan perempuan bercelana jeans biru terang semu putih dan atasan anggun tanpa lengan yang menambah elegan wanita tersebut. Dewa mengecup kedua pipi wanita itu dan membawanya masuk ke dalam mobilnya.
Apa dia yang nama nya Arumi?
tanya Mega dalam hati. Yang menyuruh ojek online tetap membuntuti mobil Dewa, yang sebenarnya ingin dia urungkan. Karena pasti, Dewa akan menghabiskan harinya dengan wanita itu.
Dugaan nya memang benar. Dewa menghabiskan waktunya dan makan siang bersama wanita yang jika dilihat sepertinya adalah kekasih nya. Karena wanita itu bergelayut manja, keduanya juga tidak sungkan melingkarkan lengan mereka saat berjalan bersama di sebuah Mall kota itu.
Dewa tampak memanjakan kekasihnya itu. Rela menyuapi nya es krim saat menunggu wanita nya tengah menikmati duduk di salon dalam Mall. Satu detik pun, sepasang mata Mega tidak terlepas dari meneropong keduanya.
Sampai dimana Dewa memutuskan pergi ke luar salon dan dugaan Mega pasti Dewa pamit ke toilet pada kekasihnya.
Hati Mega lega, akhirnya niat bisa berbicara dengan Dewa saat dia keluar dari toilet pun sebentar lagi terlaksana. Mega berdiri di depan toilet pria. Hatinya berkecamuk. Jantungnya dia tata ritme nya supaya tidak asal berdetak dengan kecepatan yang tidak teratur dan membuatnya susah berbicara.
Sepasang mata Mega dan Dewa saling bertatap dengan jarak yang cukup dekat. Dewa jelas terkaget dengan wanita yang kini tengah berdiri di depan nya. Wanita yang malam itu berada di kamar hotel yang menjadi pelampiasan hasrat nya, saat minuman setan itu menguasainya.
Sudah ku duga.
Dia pasti mencari ku dan meminta pertanggung jawaban.
Dia pasti hamil.
batin Dewa yang tubuhnya mematung tak bergerak dengan tatapan yang dingin.
"Aku hamil kak," ucap Mega dengan bibir bergetar dan mata yang sayu. Terdapat setitik harapan di dua bola matanya.
Dewa bergeming. Dia belum bereaksi apa-apa. Ingatan nya membawa dia pada suatu peristiwa, yang akhirnya tahu siapa wanita yang kini ada di depan nya. Pertama, dia dari awal berpikir keras dari mana asal wanita itu? Siapa dia? Mengapa dia ada di pesta penyambutan kedatangan nya ke Indonesia?
Sampai dimana semua keluarga mengantar adiknya ke bandara untuk keberangkatan nya melanjutkan kuliah di luar negeri. Barulah, disitu Dewa sadar jika Mega ternyata kekasih adik nya. Dewa melihat keduanya berpisah di bandara. Saat perpisahan Mega dan Satrio pun tidak lepas dari pandangan Dewa dari kejauhan. Tampak sekali keduanya saling mencintai seperti dirinya yang sangat mencintai Arumi dan berniat akan menikahinya. Karena sebenarnya, niatnya pulang ke Indonesia adalah untuk meresmikan pernikahan nya dengan Arumi.
Meskipun setelahnya terserah, antara meneruskan hidup di Indonesia dan otomatis bekerja di perusahaan keluarga. Atau kembali ke Melbourne, Australia yang tentunya bekerja dengan perusahaan asing.
Lama, sangat lama sekali Dewa mengeluarkan pernyataan yang cukup dinanti oleh Mega. Namun apa yang keluar dari mulut Dewa, nyatanya tidak sesuai harapan nya. "Aku masih ada urusan." Dewa yang bahkan tidak peduli dengan hati wanita ini. Hati wanita yang dihancurkan seenak jidat nya. Dilucuti gaun malamnya secara paksa, disetubuhi juga secara paksa meskipun benar adanya kesadaran Dewa malam itu dipengaruhi oleh minuman beralkohol.
Namun baru mendapat dua langkah, Dewa berhenti karena ucapan Mega yang cukup menyiksa telinga. "Apa kakak seorang pecundang dan laki-laki tidak bertanggung jawab?" Bersamaan dengan satu tetes bulir jernih yang lolos terjatuh yang tidak menyentuh pipi mulus Mega.
"Nanti kita bicarakan, aku akan hubungi kamu. Tulis nomor hp kamu di ponsel ku," dengan memberikan gawai nya pada Mega.
Mega otomatis memajukan langkah dan menulis nomor hp nya di ponsel pria itu. Pria yang jelas-jelas sudah menghancurkan hidupnya dan terasa nyata sebentar lagi, sebentar lagi hidupnya akan benar-benar tidak bermasa depan dan sudah tentu suram.
Dewa berlanjut pergi meninggalkan Mega. Setelah Mega menyerahkan ponsel nya kembali. Sementara Mega, bola mata nya jelas tersirat kesedihan, melihat punggung laki-laki itu pergi.
.
.
Dua hari berselang.
Isak Mega kembali bersuara. Pelan, namun nyata terasa menyiksa batin nya. Isi kepalanya tidak karuan, semua perasaan bercampur menjadi satu. Bingung, pasti. Sedih, apalagi, sudah tentu. Marah, sangat. Namun kembali lagi sudah terjadi.
Entah sudah keberapa kali. Mega gelisah dan mengecek ponsel nya mana tahu Dewa menghubungi nya. Namun nihil. Selalu berakhir dengan kata kecewa saat melihat layar ponsel nya yang tak kunjung ada deretan nomor pemanggil yang bisa jadi itu adalah Dewa.
Entah mengapa? Sosok Dewa dan Arumi begitu sangat nyata memenuhi kepala nya detik itu juga. Terlebih wanita yang bernama Arumi. Wanita yang terngiang jelas Dewa sebut saat merenggut mahkota nya. Terngiang jelas pula, bahwa keduanya sering melakukan nya. Masih ingat juga, jika Arumi yang mungkin hamil, Dewa dengan senang hati menikahi nya.
Namun yang terjadi malah bertolak belakang dan benar-benar nyata sebuah kekeliruan. Malah kini dirinya yang hamil anak pria yang bisa dibilang tidak mengenal nya, meskipun sosok Dewa adalah kakak dari kekasih nya. Namun karena dia tidak tinggal di Indonesia, membuat keduanya disimpulkan tidak saling mengenal satu sama lain.
Dert
Dert
Suara ponsel Mega yang baru dia letakkan dan terlihat menyala. Mega dibuat terkejut saat sepasang mata nya melihat deretan nomor belum dia simpan di daftar kontak nya. Mega sangat yakin jika itu adalah nomor Dewa.
"Hallo..." jawab Mega saat menempelkan benda pipih persegi panjang itu tepat ditelinga nya.
Dan benar saja, Dewa menyuruh nya segera ke taman kota dan mereka akan bicara sesuai janji yang sudah dia canang kan sebelum nya.
Tidak butuh waktu lama, setelah Mega mengakhiri percakapan nya dengan Dewa. Sepuluh jemarinya luruh memeluk erat ponsel tersebut kuat-kuat di bagian dada nya.
Jujur, dia memiliki kelegaan yang terbilang cukup rendah prosentase nya. Meskipun belum ada jawaban membahagiakan, namun setidak nya Dewa ada itikad baik untuk sama-sama membahas jalan keluar nya.
Tidak butuh waktu lama, Mega berdandan sesimpel nya seperti wanita seusia nya. Melangkah ke luar teras yang sudah ditunggu oleh tukang ojek online yang dipesan nya. Dan setelah lima belas menit. Mega akhirnya sampai dan dari kejauhan, sudah dapat melihat sosok Dewa yang duduk di kursi panjang yang terbuat dari kayu yang kebanyakan dijumpai di taman kota.
Kaki Mega perlahan mendekat, meskipun jujur dia sangat takut dengan apa yang akan menjadi kesimpulan akhir dari pembahasan nya sore ini.
Sampai dimana dia sudah berdiri di hadapan pria tersebut. Yang kemudian Dewa menyusuri pelan dengan sepasang matanya dari bawah, tepatnya ujung kaki Mega dan merambat perlahan ke atas hingga berakhir di retina mereka yang saling bertatap.
Untuk satu detik hingga dua detik. Suasana hening dan belum ada yang memulai kata. Sampai dimana Dewa berdiri dengan menyerahkan amplop berwarna cokelat terang kepada Mega. "Kamu gugurkan kandungan kamu," ucapnya seolah ringan tanpa beban.
"Kakak menyuruh ku untuk menggugurkan kandungan ini?" Mega sontak bersuara.
"Lalu apa yang kamu harapkan? Aku sebentar lagi mau menikah dengan kekasih ku. Begitu juga dengan kamu. Aku yakin kekasih mu juga sangat mencintai mu dan berniat akan menikahi mu." Dewa cukup jelas mengatakan nya. Meskipun tidak ada penyebutan nama Satrio di dalam nya.
Mega tertunduk dan meresapi benar-benar apa yang dikatakan oleh Dewa. Harapan kedua nya adalah menikah dengan kekasih nya masing-masing. Dan itu benar.
"Lagi pula, aku yakin janin kamu juga masih kecil. Jadi akan sangat mudah untuk digugurkan," imbuh Dewa berbicara.
Mega tidak menimpali. Karena jujur dia bingung dengan apa langkah selanjutnya detik itu.
Cukup lama Mega tidak berujar apa-apa, setelah mendengar teryata pria yang kini berada di depan nya, menyuruhnya untuk menggugurkan kandungan nya.
"Kamu punya telinga nggak sih? Jangan bisanya cuma nangis. Dan perlu kamu ketahui, jangan harap kamu bisa meminta pertanggung jawaban dari ku! Karena aku tidak pernah sudi. Aku tidak akan pernah sudi menikah dengan wanita yang tidak aku cintai. Ingat! Tidak ada pernikahan. Yang ada adalah, gugurkan kandungan kamu secepat mungkin! karena aku yakin itu masih sangat kecil."
Membuat Mega semakin deras mengalirkan bulir-bulir jernih dari kedua mata nya. Ingin rasanya menampar pria di depan nya. Namun nyalinya tidak punya daya. Mega hanya menangis tanpa suara.
"Itu uang seratus juta, jika kamu masih kurang. Kamu bisa meminta nya lagi kepada ku."
"Kakak ambil saja lagi uang nya. Karena aku tidak akan menggugurkan kandungan ini." Mega dengan kasar menarik dan membuka telapak tangan Dewa lalu menyerahkan amplop dengan warna cokelat terang yang katanya isinya adalah uang seratus juta.
Cukup geram Dewa dengan apa yang dikatakan oleh Mega. Seketika tulang rahang nya mengeras berikut dadanya bergejolak. "Dan jangan hubungi aku lagi! kalau kamu tidak mau menggugurkan kandungan kamu."
"Apa begini cara kakak menyelesaikan masalah?" Meskipun Mega takut, tapi kali ini sungguh dia akan melawan dan membela dirinya sendiri yang sudah tentu rugi.
"Lalu apa? Apa? Aku harus berbuat apa? Coba aku tanya sama kamu? Kita ... Harus ... Berbuat apa?" pekiknya sungguh luar biasa. Murka yang tersirat di dua bola mata Dewa begitu sangat nyata. Membuat nafas Mega naik turun dengan begitu cepatnya. Menatap takut, padahal harusnya dia yang marah dan bukan malah Dewa.
Dewa terlihat sangat frustasi setelah menanyakan hal demikian. Namun tidak pada Mega yang akhirnya meminta hak nya sebagai seorang perempuan. "Aku hanya ingin, ketika anak ini lahir di dunia. Dia diakui dan tertulis nama ayah nya di akta kelahiran nya. Setelah itu terserah," jawab Mega yang sudah tentu Dewa dapat mengartikan nya.
"Apa kamu bilang?"
BERSAMBUNG
"Hei, jangan harap! Jangan harap aku menikahi kamu. Dan aku tidak siap itu. Aku tidak siap," imbuh Dewa yang mencoba menepis, mengelak atau apapun itu yang berkaitan dengan ikatan pernikahan dengan wanita di hadapan nya sekarang.
"Kakak pikir aku siap. Aku juga tidak siap," cetus Mega yang mengulang kata yang sama yaitu kata tidak siap. Kata yang keduanya suarakan untuk menerjemahkan jika keduanya benar-benar tidak siap. "Aku, bahkan sebentar lagi badan ku gemuk dan perut ku membesar. Apa kakak mengerti itu? Apa kakak bisa bayangkan perasaan ku?" nada yang awalnya pelan bersamaan dengan sisa sesenggukan itu berubah menjadi sebuah tanya penekanan yang sontak membuat Dewa akhirnya tertunduk.
Dengan gerakan kepala kecil menggeleng berulang, Dewa seolah menepis dan segera ingin berlari dari kenyataan. Bayang-bayang menikah dengan perempuan yang tidak ia cintai. Sudah tentu akan melukai perasaan kekasihnya yaitu Arumi. Wanita yang sejak kuliah statusnya tidak pernah berubah. Wanita yang selalu dan bertahta di hati nya sejak dulu dan saat sekarang.
Sekelebat nama Arumi terukir nyata, saat Mega meminta hak nya. Sudah tentu dengan hanya bisa menikah dan diakui negara, barulah namanya jelas akan tertera di akta kelahiran anak dalam kandungan nya. "Aku tidak siap untuk menjawabnya." Dewa memutar punggung dan hendak pergi, namun ditahan oleh Mega dengan diraihnya pergelangan tangan milik Dewa. Persetan kata tidak kenal. Persetan kata takut dia siapa Mega siapa. Karena bagaimana pun, ada benih dalam rahimnya. Yang jelas-jelas pria di depan nya lah ayah dari benih tersebut.
"Lalu sampai kapan kakak bisa menjawabnya?"
Dewa melepas pelan pergelangan tangan yang diraih oleh Mega. "Beri aku waktu."
"Kapan?"
"Jangan desak aku. Sekali aku bilang aku tidak siap, aku tidak siap." Dewa kemudian melanjutkan langkah bersamaan dengan lima kata yang dia keluarkan saat pergi dari hadapan Mega. "Aku akan menghubungi mu kembali."
Mega masih pada posisi yang sama. Belum bergerak beralih dan masih memandang punggung pria tanpa dosa yang kini lenyap di balik mobil nya.
Setelahnya barulah dia melanjutkan tangis yang sudah sejak tadi tanpa suara. Menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan dan mungkin hanya Mega yang dapat merasakan betapa kesedihan nya sungguhlah mendalam.
Cukup lama Mega berada di taman kota. Pikiran nya kalut tidak tahu musti berbuat apa? Bicara kepada siapa? Kakak nya, tidak mungkin. Teman nya, malu. Yang ada hanya bisa menyimpan kesedihan nya baik-baik.
Mega kemudian beranjak pergi dari taman kota. Hendak menyebrang jalan namun karena pikiran nya kacau, dia hampir terserempet atau bahkan bisa tertabrak mobil.
Untungnya, yang mengendarai mobil tersebut adalah Zahrin. Zahrin cukup panik dan otomatis langsung keluar dari mobil.
"Mega," terkejutnya Zahrin saat mengetahui jika wanita yang hampir dia tabrak adalah mantan adik ipar nya.
"Kak Zahrin."
"Kamu jalan kok nggak hati-hati sih Mega, untung kakak yang menyetir." Wajah Zahrin sudah tentu panik dan membawa mantan adik ipar nya itu masuk mobil. "Kamu ada apa? Kamu habis nangis?" tanya Zahrin yang melihat wajah berikut mata Mega yang tampak sembab seperti orang selesai menangis.
Mega hanya tersenyum tipis yang coba dia paksakan dengan lirikan ke arah Zahrin. "Kakak sekarang bisa nyetir mobil?" tanya nya pelan untuk mengalihkan perhatian mantan kakak iparnya.
"Oh, iya. Suami kakak kan bekerja. Kalau kakak tidak bisa menyetir mobil sendiri, seperti sekarang keperluan Arsyad dan Arsyla habis, kakak harus belanja sendiri. Jadi suami kakak mengajari kakak menyetir mobil. Kamu ikut kakak belanja ya?"
Mega mengangguk dengan senang hati. Panjang lebar Mega bertanya tentang Arsyad dan Arsyla. Dari siapa yang mengurus baby twins mantan kakak iparnya itu. Panjang lebar pula Zahrin menimpali apa yang dipertanyakan oleh Mega. Hingga Zahrin memang lupa dengan apa yang dia tanyakan kepada mantan adik iparnya.
Duduk berdua di dalam mobil, Mega merasakan banyak perubahan pada mantan kakak iparnya itu. Terlebih kebawelan nya bertambah apalagi saat sibuk menerima telepon dari suaminya. Dari mengingatkan makan siang, sholat dhuhur dan bla bla bla ampun panjangnya mengalahkan rel kereta. Dan Mega hanya bisa tersenyum melihat Zahrin yang begitu.
"Kenapa?" tanya Zahrin kepada Mega saat menutup ponsel.
"Enggak. Begitu ya kak, perempuan kalau sudah punya anak."
Mobil sudah memasuki area parkiran Mall. Dan Zahrin konsentrasi memarkir mobilnya lebih dulu. "Ya, kamu juga akan merasakan nanti kalau sudah punya anak. Kebawelan kamu pada suami kamu akan bertambah. Kegentingan dan riak-riak debat kusir dari A sampai Z mewarnai kehidupan kamu sehari-hari, terlebih itu menyangkut urusan anak."
Glek
Mega terdiam, susah payah menelan saliva nya.
Hingga keduanya memutuskan keluar dari mobil dan masuk ke dalam Mall. Entah mengapa? Yang awalnya masuk dalam toko perlengkapan bayi berada di list paling akhir, setelah belanja keperluan rumah berikut pampers, makanan bayi dan susu bayi dan apapun itu pokoknya yang berhubungan dengan bayi-bayi. Yang dijuluki baby owl dan baby bunny oleh keluarga besarnya Regi.
Ya, Arsyad putranya di juluki baby Owl karena tatapan matanya saat menatap semua orang menakutkan seperti mata anak burung hantu. Sedangkan Arsyla dijuluki baby bunny yang artinya anaknya dari anak kelinci karena terlihat seperti kelinci yang bulu nya halus dan menggemaskan saat melompat-lompat.
"Hahaha..." Mega tertawa saat Zahrin bercerita tentang Arsyad yang dijuluki baby owl dan baby bunny oleh keluarga dari suami nya. Sedang Zahrin tidak punya daya, lebih tepatnya tidak rela sebenarnya, jika putra dan putrinya yang tampan dan manis itu di berikan julukan tersebut. "Kita masuk sini kak?" tanya Mega mengapa yang katanya Zahrin akan belanja keperluan yang habis milik Arsyad dan Arsyla mendadak berubah haluan saat Zahrin melihat baju-baju lucu dan menggemaskan.
"Ini list terakhir kakak sebenarnya Mega. Tapi nggak apa-apa. Kita kesini dulu ya," ucap Zahrin yang antusias masuk ke dalam toko perlengkapan bayi itu.
Sementara Mega. Mega masih mematung di ambang pintu kaca lebar yang sedari tadi terbuka. Pandangan nya beredar seperti mencambuk nya. Berteriak keras bahwa dia akan memperjuangkan hak anak yang kini dalam kandungan nya. Minimal, nama ayahnya terlihat nyata saat anak nya nanti mempertanyakan siapa ayah nya.
"Mega... Masuk," kode Zahrin kepada mantan adik iparnya yang masih antara mematung dan setengahnya melamun.
Mega perlahan masuk. Melihat pernak-pernik bayi yang memang benar kata mantan kakak iparnya jika semua yang berhubungan dengan bayi sungguhlah menarik. Mega tanpa sadar berucap lirih dan menyentuh perutnya yang masih rata. "Bunda akan berjuang buat kamu sayang, tidak peduli ayah kamu akan bersikap seperti apa nanti nya," lirih Mega sangat jelas di dengar oleh Zahrin.
"Bunda, sayang, ayah. "Kamu kenapa Mega? Kamu...?" Zahrin sungguh jelas dapat menerjemahkan semuanya. Telapak tangan Mega yang menyentuh perutnya. Bola mata Mega yang tergambar sesuatu yang Zahrin dapat menangkap cermat apa maksudnya.
BERSAMBUNG
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!