NovelToon NovelToon

I Love You Handsome Uncle

Perkenalan dan Visualan

Hai guys, Selamat datang di novel Anggi Marlinda yang ke 7 cerita kali ini author mau menceritakan tentang perjuangan cinta beda usia ya, biar makin tinggi halunya kita ulas dulu deh visual nya, di sini kita kenalan sama kedua tokoh utamanya dulu ya, jangan banyak-banyak ntar malah pusing lagi🤭 ok cuz kita kenalan sama si Uncle ganteng dulu...

Zain Julio Zora.

Nah dia itu namanya ZAIN JULIO ZORA Uncle gantengnya kita eh eh nggak deng... dia pewaris utama dari perusahaan besar yang sudah turun temurun dari kakek buyutnya ZORA-GROUP, umurnya 27 tahun dan di umurnya yang masih terbilang muda dia akan segera diangkat menjadi CEO utama perusahaan besar itu untuk menggantikan ayahnya.

Gemar berolah raga, tubuhnya sangat terbentuk dan jangan tanya roti sobek berjumlah 6 kotak pasti tersaji dipermukaan perutnya.

Untuk lengan cukup angka 8 saja yang mampu menyimbolkan nya, tinggi Uncle sekitar 185cm, jadi tinggi ya guys, kek halunya othor hehehe...

"Em... untuk sifatnya gimana Thor? playboy nggak? main cewek nggak? biasanya kan anak orang kaya begitu."

Hehehe... sek sek sek,,, satu-satu ya beib jawabnya, Ehem-ekhem...

Sebenarnya Uncle Zain ini setia, hanya karena, ya gitu deh... anak kota dan pergaulan bebas jadi ya sedikitlah icip sana icip sini, cari pengalaman.

Tapi aman, bukan celup sana celup sini ya, hehehe... Dia laki-laki yang setia sebelum di selingkuhi oleh Zoya.

Ya... Zoya adalah gadis modis yang menjalin hubungan dengan Zain yang mana keduanya sudah hampir dua tahun berpacaran, dan pada akhirnya putus karena Zoya ketahuan selingkuh.

Ya... Zain orang yang baik, ramah, bahkan juga setia, tunggu setia dalam tanda kutip "jika sudah bertemu dengan yang pas" untuk selebihnya ya buat mainan aja.

Mungkin masih ada yang mau ditanyakan seputar Uncle Zain? yang mau bertanya di kolom komentar ya🤭

Sekarang kita beralih ke si Cantik si pemikat hati Uncle Zain.

Kaira Vexsana.

Nah lo, gimana nih? imut-imut syantik kan? tapi jangan salah dia tampang nya menipu gitu-gitu dia jago berantem ya guys, ya... Kaira Vexsana putri dari Annisa dan Marcel ini keponakan dari Zain Julio.

Berprestasi juga, Kaira ini atlet renang, juga seorang pegulat, bahkan banyak medali emas yang telah ia bawa pulang dari kejuaraan-kejuaraan yang ia ikuti.

Masalah otak tak bisa dibilang remeh, gadis itu bahkan terlampau genius karena SMA ini ia mengikuti kelas akselerasi.

Sungguh perfect bukan? Tapi untuk masalah asmara gadis itu kurang beruntung atau malah terkesan pemilih.

Toh banyak sekali laki-laki yang mengejar Kaira tapi tak satu pun dari mereka yang direspon oleh Kaira, malah terlihat Kaira ini seperti mengabaikan mereka, karena gadis cantik itu menaruh hati pada seniornya yang bernama Julio Claudian, anak dari pemimpin perusahaan konveksi terbesar di kotanya, lalu bagaimana pertemuan atau kenapa bisa terjalin cinta antara uncle Zain dan si imut Kaira mari kita mulai baca Cek it dot...

...I LOVE YOU HANDSOME UNCLE...

Part 1 (Bertemu Kembali)

Siang hari di dalam gedung megah di sebuah ruangan elite, tepatnya di depan laptop yang menyala, seorang laki-laki tampan berumur 27 tahun dengan raut masam tengah memandangi layar benda canggih yang menayangkan vidio tidak senonoh berdurasi 30 menit.

BRAK!!

Dibantingnya benda canggih itu hingga mengagetkan empat pengawal pribadi yang berdiri di depan meja kerja itu.

"Zoya... " lirih Zain dengan mengepalkan jemari tangan nya, ya laki-laki itu adalah Zain Julio Zora.

Terdiam Zain duduk di kursi kebesarannya, hatinya hancur saat itu, ingin rasanya ia marah, tapi toh itu akan percuma.

"Tarik semua fasilitas yang aku berikan kepada wanita murahan itu! Dan batalkan semua undangan pertunangan minggu depan, bayar semua kerugian yang ditanggung perusahaan percetakan!" titah Zain yang segera dilakukan oleh para pengawal.

"Panggil Angelina kemari!" imbuhnya.

Sebagian pengawal memungut laptop yang ambyar di lantai, sebagian lagi mengurus semua yang diperintahkan nya.

TOK... TOK...TOK...

Tak lama dari waktu para pengawal pergi pintu ruangan itu di ketuk oleh seseorang.

"Masuk!" teriak Zain masih dengan raut masamnya.

Seorang gadis cantik dengan pakaian seksi masuk kedalam ruangan itu, "Selamat siang tuan Zain." sapa gadis itu dengan duduk di pangkuan Zain, tangan dengan jemari lentik itu membelai-belai dada bidang laki-laki calon CEO itu.

Dengan kasar Zain menjambak rambut gadis itu, "Puas kan aku!" ucap Zain dengan mer-emas gundukkan yang terlihat menyembul dibalik pakaian mini yang di kenakannya.

Dengan lihai gadis itu meraba tengkuk dan membisikkan kata di samping telinga Zain, "Sesuai perintah anda Tuan."

Zain memejamkan matanya berusaha menghilangkan masalah yang ada di dalam hatinya dan mencari kepuasan dan kesenangan dengan bermain bersama Angelina siang itu.

Namun lagi-lagi bayangan adegan dewasa dan suara desah yang berasal dari vidio tidak senonoh tadi melintas di dalam otak Zain.

Dan membuat laki-laki itu kembali tidak mood, bahkan batang pusaka nya yang hampir berdiri dan siap menjebol masuk ke gawang milik Angelina, kembali lemas dan letoy, entah mengapa sungguh Zain tidak selera kali ini.

Biasanya Angelina ini wanita panggilan paling handal untuk menghibur para lelaki dewasa yang membutuhkannya.

Tapi entah mengapa kali ini Zain tidak tergoda sama sekali, "Pergi lah, nanti biar Jova yang transfer!" Zain mengusir Angelina tanpa memandangnya lagi.

Angelina dengan kesal, segera membenarkan pakaiannya kemudian segera ia keluar dari ruangan elite itu.

Terlihat Zain menekan nomor sekretaris nya yaitu Jova.

📞 "Halo Tuan Zain, selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" terdengar suara yang tertata rapi dari balik sambungan telepon.

"Transfer, seperti biasa ke nomor rekening Angel. Dan lagi siapkan penerbangan ku sore nanti!" bernada dingin, Zain tak menunggu jawaban Jova, tapi ia langsung saja menutup sambungan telepon itu secara sepihak.

Segera Zain meninggalkan rungan pribadinya itu, calon CEO itu berpapasan dengan Gautam Zora ya itu ayah kandung Zain Julio Zora yang saat ini masih menduduki kursi CEO utama perusahaan besar itu.

"Mau kemana kamu?" bernada dingin laki-laki berumur setengah abad lebih itu, ketika melihat putra pewarisnya berjalan meninggalkan ruang kerjanya.

"Zain mau ke rumah nenek Flora!" sahut Zain dengan nada dinginnya.

"Jangan gila kamu! Rumah nenek mu itu jauh! dan seminggu lagi kau akan bertunangan!" hardik Gautam dengan nada tinggi.

"Ayah tidak tau kalau wanita pilihan Ayah itu bukan wanita baik-baik, percuma Zain setia selama dua tahun ini!" sahut pemuda berumur 27 tahun itu.

Terdiam Gautam mendengar putra sematawayangnya itu meledak-ledak di hadapannya, tak biasanya pemuda itu marah dengan orang tua.

"Besok hari pengesahan mu!" kembali Gautam bersuara.

"Ayah masih muda, masih gagah, masih tampan, urus-lah, pimpin-lah perusahaan besar ini dulu, Zain mau berlibur sebentar di kampung!" cetus Zain yang kemudian berjalan meninggalkan Gautam yang hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Lanjut di part 1 ya Guys, jangan lupa, klik jempol, juga berikan komentar terbaik kalian, juga jangan lupa klik subscribe atau favorit agar kalian tidak ketinggalan up date nya novel ini, see you again...

Part 1 (Bertemu Kembali)

Di desa, tepatnya di sebuah hunian mewah yang terdapat di kaki gunung, juga di samping perkebunan teh yang berhektar-hektar luasnya.

Di sana didalam hunian mewah itu, tepatnya didalam ruangan yang lengkap dengan fasilitas fitnes, di sana, di depan samsak yang menggantung, seorang gadis berumur 17tahun terlihat tengah memukul juga menendang samsak yang bergelantungan fi hadapannya.

BHAK-BHUK... BHAK-BHUK!! suara samsak yang di pukul juga ditendang memenuhi ruangan.

"Kakak!! Kak Kai!" teriak seorang gadis remaja memanggil kakaknya.

Menoleh gadis yang ada di hadapan samsak itu kearah sumber suara, "Apa Za?" sahutnya.

"Kak Kaira dipanggil ibuk!" teriak Zahira, adik dari Kaira.

"Oh..." sahut Kaira dengan melepas sarung tangan yang di kenakan nya, kemudian gadis itu menyambar jaket yang ia gantung di sisi kanan samsak kemudian dipakainya jaket itu dengan berjalan mengikuti Zahira.

"Ada apa Za?" tanya Kaira sambil berjalan beriringan dengan Zahira.

"Nggak tau, ibuk nyariin kakak, Uncle katanya mau pulang, terus kakak disuruh jemput ke bandara deh kayaknya." jelas Zahira.

"Uncle?" tanya Kaira dengan mengerutkan alisnya, gadis itu terdiam cukup lama.

"Iya kata ibuk, itu Uncle kita, mau pulang, entah ada apa? Kata nenek dia mau pulang kalau udah mau manikah? Mungkin Uncle pulang bersama dengan calon istrinya." cerocos gadis SMP itu.

"Ih dasar kamu tukang nguping ya!" Kaira mencubit gemas lengan adiknya itu.

"Aduh duh sakit kak Kai! Tapikan kalau Zahira nggak nguping, kak Kai nggak bakal dapat bocoran." kilah gadis remaja yang tak mau di bilang tukang nguping itu.

Setibanya di ladang, Kaira segera menghampiri ibunya yang bernama Annisa, "Ada apa Buk?" tanya gadis SMA itu.

"Nanti jam lima kamu jemput Uncle Zain ya, masih ingat kan?" tanya Annisa.

"Uncel Zain? yang dulu tinggal di sini itu? Inget-inget lupa sih, orang nggak pernah pulang ngapain pakai pulang segala sih Buk!" sedikit menggerutu Kaira dengan kepulangan Zain.

"Hush!! Nggak boleh begitu! Bagaimana pun rumah kita bisa semewah ini juga karena di renovasi sama keluarganya!" jelas Annisa memperingatkan anak gadisnya.

"Ya... karena masih ada nenek Flo, coba kalau udah nggak ada!" gerutu Kaira lagi.

"Hush!! Jangan ngawur kamu!" sedikit mencubit Kaira, Annisa meperingatkan gadis itu.

Walau pun sedikit menggerutu, akhirnya Kaira pergi juga untuk menjemput Zain ke Bandara, mengendarai mobil avanza hitam gadis itu membelah jalanan menuju Bandara Adi Soemarmo.

Setibanya di Bandara...

Kaira terlihat bingung, "Bagaimana rupa wajahnya sekarang ya? Nanti kalau sampai aku salah orang gimana?"

Berpikir dengan otak geniusnya, Kaira akhirnya menuliskan nama Zain Julio Zora di atas kertas karton yang mana tulisannya sangat besar dan dapat dilihat dari jarak 1km sekalipun.

Tak lama kemudian seorang laki-laki dengan mengenakkan sweater hitam di padu dengan celana jeans, juga kacamata hitam yang nangkring di atas hidung bangir nya, berjalan mendekati Kaira.

"Apa dia Uncle Zain? akh tidak mungkin, dia terlalu muda untuk dipanggil om-om." batin Kaira dengan mengabaikan laki-laki tampan yang kini sudah berdiri disampingnya.

"Jemput orang?" tanya laki-laki itu.

"Hem!" sahut Kaira cuek.

"Siapa namanya?" tanya laki-laki itu lagi.

"Maaf, tulisan sebesar ini apa anda tidak bisa melihatnya?" ketus Kaira tanpa memandang laki-laki itu.

"Kenapa tidak bertanya? Jika kau berdiri di sini hanya dengan mengandalkan tulisan ini maka kau tidak akan pulang-pulang." ucap laki-laki itu dengan membuka pintu mobil Kaira dan duduk di kursi kemudi, lalu menyalakan mesin mobil itu.

Mendengar deru mesin mobil nya, Kaira segera berbalik dan mengejar, "Woy! Woy! Woy! Berhenti Woy!!" teriak Kaira dengan mengejar dan berhasil meraih handel pintu mobil dan segera Kaira melompat masuk dan duduk di samping laki-laki itu.

"Berhenti nggak!" teriak Kaira dengan suara lantangnya.

"Lincah juga!" sahut laki-laki itu masih dengan terus mengemudikan mobilnya.

Bahkan laki-laki itu menginjak pedal gas dengan sangat dalam sampai kecepatan laju mobil itu di atas rata-rata.

"Astaga!! Lo kira-kira dong kalau bawa mobil! Mobil orang ini!" teriak Kaira dengan berpegangan pada handel di atas jendela mobil.

"Dah lo tenang aja, gue paling handal bawa mobil!" sahut laki-laki itu tanpa menoleh sedikitpun ke arah Kaira.

Tak butuh waktu lama, mobil yang mereka tumpangi sudah berparkir indah di halaman depan hunian mewah.

Tanpa memperdulikan Kaira laki-laki itu sudah turun dari mobil dan masuk kedalam rumah besar itu.

"Nenek?" sapa nya dengan senyum yang lebar kemudian berlari mendekati seorang wanita tua yang duduk di atas kursi roda.

"Zain kau sudah sampai nak? Bagaimana perjalanan mu? Kau baik-baik saja?" tanya Flora dengan membelai wajah tampan dengan rahang tegas juga mata tajam itu.

"Zain ba... "

"Huegh... Huegh..." Belum selesai Zain menjawab, dari luar terdengar suara orang muntah-muntah.

"Loh... Siapa itu? Nis? Annisa?" teriak Flora memanggil cucu nya.

"Iya nek!" teriak Annisa dari arah dapur, wanita itu berlari kearah sumber suara.

Setibanya di ruang tamu, "Loh Zain? Sudah sampai? Kaira mana?" tanya Annisa, sedangkan Zain hanya mengendikkan bahunya, tanda tak mengerti.

"Loh? Tadi mbak suruh dia buat jemput kamu loh, apa jangan-jangan tu anak malah main?"

"Huegh... huegh... " Terdengar lagi suara orang muntah-muntah di halaman depan.

"Loh... itu suara Kaira." Gumam Annisa dengan menatap kearah pintu utama.

"Coba kamu lihat Nis, barang kali benar Kaira, kenapa dia? Apa masuk angin?" Flora mengkhawatirkan kondisi buyutnya itu.

Annisa berjalan keluar mendekati putri sulungnya yang tengah mengeluarkan isi perutnya.

"Kai? Nduk? kamu kenapa sayang?" tanya Annisa dengan memijit tengkuk Kaira.

Menggeleng gadis itu, tak menjawab dengan suara, Kaira hanya menunjuk kedalam rumah.

"Kamu sakit nak? Cerita sama Ibuk Sayang!" Annisa khawatir dengan gadis remajanya itu.

"Dia! karena orang gila itu membawa mobil dengan ugal-ugalan buk! Bahkan Uncle saja masih belum ketemu, tapi mobil ku di bawa dia, terpaksa Kaira pulang tanpa Uncle." gerutu gadis itu.

Sedangkan Zain berdiri di samping Annisa dengan bersedekap menatap Kaira.

"Uncle? Tapi Uncle Zain sudah di sini sayang, ini Uncle mu." ucap Annisa memperkenalkan kembali Uncle Zain kepada putri sulungnya.

"WHAT?!!!" ternganga dengan mata yang membulat, Kaira tak mengerti, yang benar saja dia mempunyai Uncle yang setampan dan semuda ini, tak habis pikir Kaira menatap Zain, "Bilang kek dari tadi!" gerutu gadis itu dengan berjalan masuk ke dalam rumah meninggalkan ibu dan juga om gantengnya.

Annisa hanya menggelengkan kepalanya, "Kau mengerjai keponakan mu Zain?" Annisa menaikkan salah satu alisnya dengan melipat kedua tangannya di depan dada.

Sedangkan Zain mengendikkan bahunya, dengan senyum miring, netra tajam itu masih memandang gadis yang berlalu memasuki hunian mewah itu.

"Dia Kaira si gemoy dulu itu kak?" tanya Zain dengan memandang Annisa.

"Iya, dasar kau ini, sekalian saja tidak pulang kampung! Sudah berapa lama kau tinggal di kota besar itu, sampai keponakan sendiripun kau tidak mengenalinya." cetus Annisa.

"Ya... Gimana ya? Sibuk aku tuh, mbak Nisa tau sendiri kan, gimana ayah?" Mereka berjalan menuju ruang tengah.

"Apa om masih bekerja sekeras dulu?" tanya Annisa, karena memang keluarga Zain sudah lama sekali tidak pulang kampung.

"Yaaaaa seperti yang mbak Nisa pikirkan, bahkan dia berpikir agar aku meneruakan jabatannya itu. " jelas Zain.

"Dasar anak nakal! Ayah mu itu mau kau jadi orang sukses!" timpal Flora ketika Annisa dan Zain tiba di ruang tengah.

"Tapi nek, Zain masih muda, Zain juga pengen bersantai dulu sebelum sibuk dengan uang yang membuat Zain pusing!" Dengan duduk bersimpuh di samping kursi roda Flora, Zain menyahuti neneknya.

"Tapi bener lo Zain, nyatanya keluarga kalian bisa membangun rumah ini dari no, sampai sebesar ini." sahut Annisa.

"Hemz... terserah kalian saja, pokoknya di sini Zain mau istirahat, mau bersantai dulu." ucap pemuda tampan itu dengan beranjak dari lantai menuju sofa dan merebahkan tubuhnya di sana.

"Istirahat lah di kamar mu! Tadi mbok Diyah sudah membersihkannya." ucap Annisa dengan melempar turun kaki Zain yang baru sana naik ke atas sofa.

"Asih Mbak ini, ok lah." sahut Zain yang segera berjalan menuju lantai dua bangunan megah itu.

...~🌼~...

Di dalam kamar Kaira...

Setelah membanting pintu kamar nya gadis remaja itu menelungkup kan tubuhnya di atas ranjang empuknya.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaa!!" teriak Kaira dengan wajah yang tertutup bantal bisa jadi ia sangat malu hari ini, karena salah mengenali Uncle nya...

Part 2 (Uncle Jahil)

Belum sampai kaki panjang Zain Julio Zora itu menaiki anak tangga, Annisa kembali mencetuskan kata-katanya.

"Jadi kamu gagal nikah nih ceritanya?" ceplos Annisa yang tak memikirkan bagaimana sakit hati adik sepupunya itu di selingkuhi orang yang sudah lama menempati hatinya.

"Mbak kok gitu sih?!" Melirik sebal Zain kearah Annisa.

"Ahahahahha... Ya habis nya Mbak bingung juga, ternyata ganteng dan kaya tidak cukup untuk menghindari perselingkuhan hahaha..." tertawa kembali Annisa meledek adik nya itu.

"Ish Mbak nyebelin, dah lah aku mau ke kamar!" ketus Zain dengan berjalan meninggalkan Annisa, pria tampan itu berjalan menuju lantai atas.

Dan ketika ia melewati salah satu pintu kamar yang bertuliskan "MY SWEET ROOM" laki-laki itu berhenti.

Entah mengapa Zain tersenyum miring kemudian memegang handel pintu itu, perlahan ia buka pintu kamar bernuansa pink dengan paduan ungu itu.

Dilihatnya gadis yang tengah duduk di atas ranjang membelakanginya, terdengar gadis itu tengah mengumpat dengan memukul-mukul bantal yang dipangkunya.

"Gila! Masa gue nggak ngenalin Uncle sih?" gumam Kaira dengan duduk menghadap kearah pintu kaca yang ada di sebelah ranjangnya.

"Stop Kai! Stop! Berhenti menyalahkan diri sendiri, salahkan saja Dia! Ya, dia yang udah tua tapi sok bergaya muda itu, kenapa Uncle tua itu masih ganteng aja, aaaaaaaaaaaku bisa gila!!"

BHAK-BHUK... BHAK-BHUK!!!

Setelah teriak kembali Kaira memukuli bantal yang ada di hadapannya.

"Dasar Om-Om tua! Kenapa coba stylenya kek anak muda? Kan gue jadi salah ngenalin, ganjen banget sih! Udah tua! nggak ingat umur kali, da..."

"Siapa yang tua? Tua, tapi ganteng, kan?" Zain sengaja berucap dengan kedua tangan yang ia lipat di depan dadanya, bahkan tubuhnya ia sandarkan di kusen pintu yang berwarna ungu itu.

Terdiam Kaira, perlahan gadis itu menoleh dan di dapati nya, Uncle tampan nya itu berdiri dengan memandang kearahnya, yang menambah kesan laki-laki dewasa itu terlihat berdamage yaitu ketika ia mengangkat salah satu alisnya.

Namun dengan segera Kaira tersadar dan beranjak dari ranjangnya, "Apaan sih?! Nggak sopan masuk kamar anak gadis, nggak ketuk pintu! Sana-sana keluar!" galak Kaira dengan mendorong tubuh Uncle tampan itu agar keluar dari pintu kamarnya.

BRAK!!

Dibantingnya pintu berwarna pink itu di depan wajah Zain, laki-laki tampan itu tertawa kecil, kemudian berjalan menuju kamarnya, ya kamar Zain ada di sebelah kamar Kaira.

...~🍁∆∆∆🌼∆∆∆🍁~...

Malam hari, para wanita sibuk di dapur, hunian mewah itu sepertinya akan mengadakan acara makan-makan malam ini.

"Za, panggil kakak mu, suruh bantu-bantu sini!" ucap Annisa kepada anak bungsunya.

Tanpa menolak sedikit pun Zahira berlari ke arah kamar Kaira.

"Eh Uncle Zain?" sapa gadis remaja yang masih duduk di bangku SMP itu.

"Hai Za, kau sudah besar ya sekarang, dulu kau masih bayi terakhir aku tinggal di sini." sahut Zain dengan mengacak pelan pucuk kepala Zahira.

"Hehe... Iya dong, kan sudah lama juga, Zahira sudah 14 tahun sekarang." Tertawa polos Zahira, kedua nya berbincang di depan pintu kamar yang berwarna pink dengan kusen ungu.

CEKLEK!!

Terbuka pintu itu dan sontak kedua insan beda generasi itu menoleh secara bersamaan.

"Sedang apa kalian?" tanya Kaira dengan menatap adik dan Uncle nya itu.

"Hah tidak, oh iya tadi ibuk bilang kakak di ajak masak." ucap Zahira dengan tampang polosnya.

"Ya udah ayo turun!" ajak Kaira, kemudian mereka bertiga turun ke lantai bawah dengan Kaira yang sengaja berjalan di depan.

"Dia galak ya Za?" bisik Zain yang berjalan di belakang bersama Zahira.

"Ssssttt Uncle jangan kenceng-kenceng ngomongnya, nanti kalau dia denger bisa hancur dunia persilatan." Zahira berbisik dengan jari telunjuk yang ia acungkan di depan bibirnya.

"Kok bisa hancur dunia persilatan?" masih dengan berbisik Zain bertanya.

"Dia jago berantem, preman pasar aja nggak berani sama dia." sahut Zahira dengan suara berbisik tentunya.

"Pasti dia nggak punya cowok ya Za?" tebak Zain.

"Ih Uncle tau aja, lagian cowok mana sih yang mau sama cewek galak? xixixixi... " Cekikak cekikik keduanya hingga membuat Kaira yang berjalan di depan berhenti dan menoleh.

"Ada apa? Kalian ngomongin gue ya?" dengan alis mata yang di tekuk Kaira bertanya.

Terdiam Zain dan Zahira, kemudian saling melirik satu sama lain, Kaira menatap Zain dan Zahira dengan bergantian.

"Kok diem?" tanya Kaira yang menaruh rasa curiga.

"Aduh ya ampun ada kucing itu di dinding lagi ngejar cicak!" ucap Zain dengan berjalan mendahului Kaira.

"Hah? Mana Uncle? Bukannya musuh kucing itu tikus ya?" polosnya Zahira mengikuti langkah kaki Uncle nya dengan mencari keberadaan si kucing.

"Hah? Itu udah bosan sama tikus makanya giliran ngejar cicak." sahut Zain sekenanya.

Kaira yang di tinggalkan di pertengahan tangga mulai mengikuti langkah kedua nya, bahkan dengan bodohnya, Kaira ikut menatap dinding yang ditunjuk oleh Uncle tampannya itu.

"Mana ada kucing di dinding?" batin Kaira dengan terus melangkahkan kakinya.

...~🍁∆∆∆🌼∆∆∆🍁~...

Malam semakin larut, keluarga besar Flora tengah duduk di ruang keluarga, mereka saling berbincang.

Tentunya menanyakan seputar keluarga Zain, karena Zain baru saja datang dan tanpa kedua orang tuanya.

"Kau sendirian ke sini Zain? Pasti kedua orang tuamu sangat sibuk." Cetus Marcel atau ayah dari Kaira.

"Iya begitulah Mas, Mas Marcel sendiri gimana? Masih kerja di kantor Desa?" tanya Zain kepada suami kakaknya itu.

"Haish... ya masih lah Zain, kalau nggak kerja di sana mau kerja dimana? Mbak mu itu nggak mau kalau di tinggal merantau jauh-jauh." sahutnya yang langsung mendapat cubitan di pinggangnya, dan tentu saja Annisa lah pelakunya.

Kini malah kedua pasangan yang sudah beranak dua itu berdebat, sedangkan Zain kini fokusnya teralih ke gadis yang sedari tadi mengotak-atik gawai tipis.

Kebetulan Kaira duduk di seberang Zain, mereka terhalang oleh meja tamu, karena semua orang sibuk dengan urusan masing-masing, Zain meraih satu kacang goreng yang ada di toples dan melemparkannya ke arah Kaira dan...

PLUK!!

Gadis itu melotot, terdiam memaku, karena tiba-tiba ada yang masuk ke dalam celah kerah baju nya, ya di sana sesuatu yang terasa bulat dan kecil mengganjal di tengah-tengah belahan dadanya.

Tangannya masih setia memegangi gawai canggih itu, sedangkan matanya berkeliaran kesana kemari, memandang kira-kira siapa yang melakukannya.

Dan kini tatapannya tertuju pada Uncle tampannya yang terlihat tengah memakan kacang.

Tatapan tajam Kaira tujukan ke arah Uncle tampannya, sedangkan yang di tatap berlaga pura-pura tidak tau.

Zain melihat Kaira dengan menaikkan kedua alisnya, sedangkan Kaira menunjuk dadanya yang kemasukkan kacang.

Kembali Zain menggendikkan bahunya, sungguh itu sangat menyebalkan, kenapa dia mempunyai Uncle yang tampan tapi juga jahil.

Kaira malu untuk merogoh bajunya karena di sana ada nenek juga kakehnya bahkan nenek buyutnya, yang bernama Flora masih stay dengan sinetron kesayangannya.

Dan sekali lagi, Zain melemparkan sebiji kacang goreng ke arah Kaira, tapi kali ini...

TAP!!!

Gadis itu berhasil menangkapnya dan dengan berdiri Kaira melempar kacang itu tepat mengenai kening Zain.

PLETAK!!

"Aw...!!!" meringis Zain dengan mengelus keningnya, karena Kaira melempar nya menggunakkan tenaga, berbeda dengan Zain yang melempar dengan tehnik atlet basket yang melempar bola ke ringnya.

"Ada apa sayang?" tanya Annisa yang melihat putri sulungnya berdiri dengan posisi setelah melempar kacang ke arah Unclenya.

Annisa melihat Zain yang meringis kesakitan, "Kai?" tegur Annisa.

"Ada apa? Kenapa ribut? Orang tua mau bersantai kok pada nggak bisa diam! Urus anak mu Nis!" ucap Maria atau nenek Kaira, ibu dari Annisa.

Terdiam semua, Kaira memang sedikit bandel sehingga neneknya lebih sayang kepada Zahira, sang adik yang masih nurut dan polos.

"Kai mau tidur!" ketus Kaira dengan berjalan meninggalkan ruang keluarga itu.

Annisa hanya menggelengkan kepalanya, sedangkan Marcel mengelus punggung istrinya yang mungkin akan segera kehabisan kesabarannya.

Zain pun beranjak dari duduknya, langkah kakinya mengikuti gadis remaja yang baru saja meninggalkan ruang keluarga itu.

Masih di depan pintu kamar gadis itu sudah tidak tahan dengan sesuatu yang mengganjal di tengah-tengah belahan dadanya, Kaira menarik kerah bajunya dan mengintip kedalam belahan dadanya, ya di sana terselip satu butir kacang goreng.

Berusaha tangan mulus dengan jemari lentik itu masuk dari lubang kerah baju, namun terasa sedikit susah hingga...

"Butuh bantuan?" tanya Zain yang kini sudah berdiri di samping Kaira, Uncle tampan itu bersandar di depan pintu kamar Kaira.

Tersentak gadis itu segera mengeluarkan kembali tangannya dari dalam bajunya.

"Ngapain Uncle di sini?!" ketusnya dengan mengalihkan pandangan.

"Gue mau bantuin lo, buat keluarin kacang itu dari sana." sahut Zain jujur.

"Uncle gila ya?!" cetus Kaira dengan menatap tajam Uncle tampannya itu.

"Bukan seperti yang lo pikir! Gue cuma mau minta maaf, gue nggak bermaksud masukin kacang itu kedalam, gue cuma..."

"Awas ah!" sela Kaira dengan mendorong tubuh Zain agar menyingkir dari pintu kamarnya dan...

CEKLEK!!

BRAK!!

Gadis itu kini sudah hilang dibalik pintu kamarnya, "Gue cuma iseng doang, biar lo nggak main hp mulu! Nggak sopan main hp kalau ada orang tua ngobrol!" Zain melanjutkan ucapannya.

Tak mendapatkan sahutan dari balik pintu itu, kini Zain berjalan menuju kamarnya untuk beristirahat...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!