Pagi itu di Kota Diest - Belgia sedang di adakan pameran lukisan dari beberapa pelukis ternama di sana di sebuah galeri yang ada di pusat kota.
“Aku tak sabar ingin melihat lukisan menarik kali ini yang akan menjadi koleksi di rumah.” seorang pengujung lelaki terlihat antusias saat ia tiba di depan galeri pameran lukisan.
“Aku juga ingin mengoleksi lukisan dari keluarga Elton.” timpal pengunjung lelaki lainnya tak kalah antusias.
Keluarga Elton merupakan salah satu keluarga pelukis ternama di kota itu. Secara turun-temurun keluarga mereka menjadi pelukis di tiap generasi yang ada.
Pengunjung itu pun segera masuk ke galeri pameran. Di sana banyak pengunjung lain yang memadati tempat itu. Beberapa pengunjung terplot pada karya dari pelukis Elvis.
“Aku suka dengan lukisan ini. Seorang lelaki yang terlihat tampan dengan kemisteriusannya di tengah area panahan.” ujar seorang pengunjung wanita mengagumi sebuah lukisan.
“Aku juga menyukai lukisan ini dan aku melihatnya lebih dulu jadi aku yang akan memilikinya.” timpal pengunjung wanita lain yang juga tertarik pada lukisan tersebut dan berebut dengan pengunjung lainnya.
Di bagian lain terlihat sebuah karya pelukis Meghan yang juga diminati oleh beberapa pengunjung.
“Lihat ini karya dari pelukis Meghan benar-benar luar biasa. Kejadian alam ini seperti nyata saja.” ujar seorang pengunjung yang mengagumi lukisan tersebut.
“Yang ini juga bagus, seorang anak lelaki yang terbang di atas pesawat kertas. Mm... susah mendeskripsikannya.” ujar pengunjung yang lain melihat hasil karya pelukis Meghan.
Di sebelah timur lorong ada karya Elton yang di pamerkan yang terlihat sepi pada awalnya namun menjadi ramai setelah seorang pengunjung menemukan lukisan yang sangat menakjubkan.
“Aku baru Melihat lukisan seorang wanita yang secantik dewi seperti ini dan terlihat seperti hidup.” ucap seorang pengunjung lelaki memuji salah satu lukisan karya dari pelukis Elton.
“Ya bahkan ekspresi wajah gadis ini juga tak bisa dideskripsikan apa yang sedang di pikirkan oleh nya.” timpal pengunjung pria lain yang juga mengagumi lukisan tersebut.
Tak lama setelahnya datang pengunjung lain yang penasaran dan ikut melihatnya. Dalam waktu singkat banyak pengunjung yang berkerumun di sana dan berebut lukisan tersebut.
“Aku tak menyangka lukisanku bisa laku keras seperti ini.” gumam seorang lelaki dari lain ruangan yang melihat dari 10 karya lukisan yang dipamerkannya hanya tersisa 3 saja di galeri.
“Hey Mark sepertinya lukisanmu laku keras.” ucap seorang lelaki lain yang masuk ke ruangan dan juga merupakan seorang pelukis.
“Mungkin itu hanya keberuntungan saja. Ku lihat lukisan mu juga laju keras Ed.” Mark tak mau menyombongkan diri dan tetaplah low profile di depan teman pelukis lainnya.
“Mungkin kau perlu segera mencari seorang kekasih... bukan seorang istri maksudku setelah semua lukisanmu laku keras.” celetuk Eddie memberi saran temannya itu yang masih membujang hingga di usianya menginjak 30 tahun dimana dirinya dan teman pelukis lainnya sudah berkeluarga atau paling tidak beberapa dari mereka mempunyai seorang kekasih.
“Ya Ed... semoga saja aku menemukan Mrs. Right ku segera.” jawab Mark menimpali dengan tersenyum kecil meskipun dalam hati ia sendiri merasa miris dengan kisah cintanya dimana selama ini ia belum menemukan gadis yang tepat untuk dirinya bahkan ia pun menuangkan sosok gadis impiannya itu dalam semua lukisannya yang laku keras.
Terlihat Mark termenung seorang diri di saat Eddie, temannya sudah keluar dari ruangan itu. Ia tersenyum kecut melihat lukisan seorang gadis cantik miliknya.
🌹
🌹Dear all readers, ada event giveaway di novel ini. Caranya gampang jika mau ikutan cukup dengan memberikan comment di tiap episode juga dukungan terbanyak. Di akhir kisah akan di pilih satu reader beruntung. Mengenai giveaway masih author pikirkan, apa tepatnya.
Masih di hari yang sama Mark kembali memamerkan lukisannya yang lain karena tiga lukisannya sudah terjual.
“Aku mau lukisan Elton ini.” ucap seorang pengunjung lelaki berebut lukisan dengan pengunjung lain yang memperebutkan satu lukisan terakhir.
“Seandainya saja salah satu dari gadis yang ku lukis itu menemani hidupku....” Mark harusnya tersenyum lebar karena karyanya laku keras namun justru kebalikannya, pria itu menangis dalam hatinya setelah sekian lamanya ia membujang dan hanya beberapa kali yang bisa dihitung dengan jari menjalin hubungan dengan beberapa wanita dan harus kandas begitu saja dalam waktu yang singkat.
“Apa kau akan mengingat ku ?” gumam wanita itu kemudian segera menghilang begitu Mark menatap ke arahnya.
Beberapa jam kemudian acara pameran lukisan itu pun usai. Semua pelukis yang ada di sana pulang, termasuk Mark.
“huft....” pria berambut blonde lurus dan bermata hazel itu berdiri di depan cermin menatap siluet dirinya. Dengan hidungnya yang mancung dan dagu berlesung memperlihatkan jika dirinya tidak jauh dari kata tampan tapi kenapa selain tak ada gadis yang sesuai tipenya, juga tak ada gadis yang tertarik padanya belakangan ini.
Ia pun beralih menatap foto kedua orang tuanya di dinding.
“Ayah... ibu... aku akan meneruskan jejak kalian sebagai pelukis dan menurunkan pada putra atau putri ku nanti.” gumamnya lirih mengingat janjinya pada mereka sepuluh tahun lalu saat kedua orang tuanya masih hidup.
Setelah cukup lama memandangi foto kedua orang tuanya, Mark kemudian masuk ke galeri lukis nya. Sebuah ruangan khusus di mana dia bekerja menyapukan kuasnya membuat lukisan yang indah.
“Klik.” Mark menyalakan lampu untuk menerangi ruangan yang gelap.
Awalnya pria itu hanya melihat sebuah kanvas kosong di sana dan merapikan kuasnya saja. “Malam masih panjang, aku akan melukis satu lukisan sebelum aku tidur.” ia memang tak bisa mengontrol dirinya saat memegang kuas.
“mmm...” Mark memejamkan mata sebelum menyapukan kuasnya ke canvas.
Ya, pria itu membayangkan sosok gadis impiannya. “Rambutnya hitam, panjang dan lembut.” Mark mulai melukis rambut gadis impiannya. “Matanya...” ia kemudian melukis mata bulat berwarna coklat dengan bulu mata yang lentik.
“Hoahem....” Dua jam kemudian pria itu merasa mengantuk. “Aku lanjutkan saja besok.”
Mark menyudahi melukisnya yang sudah selesai pada tahap wajah. Ia mematikan kembali ruangan itu dan masuk ke kamarnya.
“klik.” pria itu mematikan lampunya dan menyalakan lampu tidur yang temaram agar membuat tidurnya lebih nyenyak.
“zsss...” terdengar suara dengkur halus beberapa menit kemudian. Mungkin karena ia kelelahan dan membuatnya tidur mendengkur.
Dalam tidurnya Mark bermimpi melihat sebuah kejadian. Anehnya dalam mimpi nya ia melihat sosok gadis yang tadi dilukisnya sebelum ia tidur.
“din...” di sebuah jalanan yang ramai dengan tingkat kemacetan tinggi terlihat seorang gadis yang membuka kaca mobil untuk melihat jalanan di depannya.
“Jika tidak buru-buru maka aku akan terlambat bekerja.” gadis itu terlihat terburu-buru dengan berulang kali melirik jam yang melingkar di tangannya.
“klak.” gadis tadi memilih turun dari mobil dan berlari di tengah jalan raya untuk mengejar waktu.
“brak-bruk.” di tengah jalan ada sebuah truk besar yang menghantam sebuah bus di dekat gadis tadi.
“Argh.... !” teriak para korban yang terjebak dalam bus saat bus jatuh ke samping dan berputar.
“boom !” belum tempat para penumpang bus itu keluar dari sana terus meledak dan terbakar menghanguskan semua penumpang yang ada di dalamnya.
“Argh....!” ternyata api dari bus yang terbakar menyebar ke sekitar dan membakar kendaraan lainnya juga siapa saja yang ada di dekatnya, termasuk gadis tadi.
“Tolong aku... aku tidak ingin mati di sini.” rintih gadis itu saat melihat tubuhnya terbakar dan tak ada yang membantu dirinya.
“Aku akan membantu...” gumam Mark dalam tidurnya dan pria itu pun terbangun dengan keringat dingin membasahi tubuhnya.
“Oh mimpi apa aku barusan, bagaimana bisa aku memimpikan gadis yang ku lukis ?” pekiknya saat mengingat kembali mimpinya semalam yang terasa nyata baginya.
Mark turun dari tempat tidurnya. Karena sudah pagi, pria itu pun segera membersihkan dirinya juga sarapan pagi.
“Aku sebaiknya melanjutkan lukisanku semalam.” ia pun masuk kembali ke ruang galerinya.
Pria itu menatap intens lukisan di depannya sebelum mulai menyapukan kuas di tangannya.
“Kurasa semalam aku terlalu menjiwai saat melukismu hingga kau masuk dalam mimpiku.” Mark tersenyum tipis kemudian mulai menyapukan kuas nya.
Ia membayangkan seperti apa bentuk tubuhnya dan melukisnya persis seperti dalam mimpinya semalam. “Oh... kenapa aku membuat lukisan ini jadi mirip sekali dengan gadis dalam mimpiku semalam ?”
Mark tak habis pikir dan tanpa sadar ia melukis sosok dalam mimpinya semalam.
Tujuh hari berlalu dan setiap malam Mark selalu bermimpi tentang sosok gadis dalam lukisannya.
“Kali ini aku tak akan menjual karya lukisanku ini pada siapapun.” Mark melihat lukisannya kembali sebelum ia pergi tidur.
“Kau benar-benar cantik rasanya aku ingin membuatmu hadir dalam hidup ku.” Mark tiba-tiba mempunyai pikiran jika ingin mengabadikan lukisan itu dalam bentuk karya seni lainnya yang lebih hidup.
“Ya benar aku meminta tolong pada Michael untuk membuatmu.”
Malam-malam ia pun pergi ke rumah temannya.
“tok... tok...” Mark segera mengetuk pintu rumah temannya itu begitu tiba di sana.
“Ada apa malam-malam begini kau kemari ?” tanya Michael membuka pintu.
“Sebenarnya aku ingin minta tolong padamu.” Mark menunjukkan lukisan yang ia bawa.
“Apa ini ?” Michael melihat lukisan Mark.
“Aku minta tolong padamu untuk membuatkan patung seorang gadis yang mirip dengan lukisan ini.”
Ya, Michael adalah seorang seniman pembuat patung lilin. Di tangan pria itu Iya menciptakan banyak patung lilin yang mirip sekali dengan aslinya.
Michael mengerutkan keningnya saat melihat lukisan Mark. “Untuk apa kau membuatnya ?”
“Sebenarnya itu untuk ku pajang di rumahku sendiri. Kau tahu kan di rumah ku hanya anda lukisan saja.”
“Baiklah tiga hari lagi datanglah kemari untuk mengambilnya.” Mark menyanggupi membuatkan patung meskipun dia masih heran alasan tersembunyi dari Mark.
“Terimakasih, kawan. Aku kembali dulu.” Mark segera berpamitan dan kembali ke rumahnya sambil menepuk pelan bahu temannya itu.
Tiga hari kemudian Mark kembali mendatangi rumah Michael.
“Bagaimana apa pesananku sudah selesai ?” tanya Mark masuk ke ruang kerja Michael.
“Oh ya punya mu di sana.” Michael yang sedang mengerjakan patung lilin lainnya mengajak Mark menuju ke sudut ruangan di mana di sana ada beberapa patung yang sudah selesai dan tutupi dengan kain putih.
“Ini punya mu.”
Mark terlihat terpesona melihat patung lilin buatan temannya itu begitu tirai yang menutupinya terbuka.
“Michael karya mu benar-benar luar biasa bagus.”
“Kau ini terlalu memuji ku.” Michael tersenyum kecil mendengarkan pujian dari temannya.
“Baiklah jika begitu aku akan membawanya pulang sekarang.” ucap Mark tak sabar.
“Ya, tentu.”
Mark membawa patung lilin tadi ke rumahnya. “Dimana aku sebaiknya menaruhnya ?” menatap ke seisi rumah setelah tiba di sana.
Sungguh tak di sangka pria itu menaruh patung lilin tersebut di kamarnya.
Malam hari sebelum tidur Mark menatap manekin nya yang sudah ia pakaian baju. “Kurasa kau akan kedinginan jika berdiri di sana.”
Pria itu memperlakukan manekin tersebut seperti manusia dan sekarang ia memindah patung lilinnya itu ke ranjang tempat tidurnya, di sampingnya.
“Sekarang tidurlah.” Mark bahkan menyelimuti manekin tersebut dan memeluknya sambil memejamkan mata.
“Kurasa cukup bagi ku menjadikanmu sebagai teman tidurku.” mencium manekin tadi dan benar-benar tidur setelahnya.
Tengah malam tiba-tiba hujan turun deras dengan kilat yang menyambar dengan keras.
“jder !” kilat menyambar tepat di atas kamar Mark berada yang membuat pria itu terbangun dari tidurnya.
“Oh hujan lebat rupanya.” Mark hanya membuka matanya saja lalu memejamkannya kembali karena merasa matanya berat sekali untuk dibuka.
“blink.” tak lama setelahnya ada seberkas sinar masuk ke manekin tadi.
Satu jam setelahnya Mark kembali terbangun. Ia merasa manekin nya berpindah posisi.
“Bagaimana bisa dia berada di tepi ranjang dan hampir jatuh ?”
Ia duduk dan menarik manekin tadi kembali mendekat padanya.
“Argh... !” teriaknya kaget karena tiba-tiba saja manekin tadi mengedipkan matanya.
Refleks ia pun malah mendorong manekin itu menjauh darinya karena merasa takut dan membuatnya jatuh ke lantai. Namun ia semakin merinding kala mendengar suara merintih kesakitan di kamarnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!