NovelToon NovelToon

Pak Ajudan Tembak Dong...!!!

Ajudan Baru

"Kalian ini, pegawai pemerintahan. Tidak ada kata, hari kejepit. Kemarin memang tanggal merah, sekarang tanggal hitam, besok merah lagi. Ini kan hari kerja, kalau saya tidak sidak tiba - tiba, lolos ini buat pegawai seperti ini." ucap Adinda marah, pada salah satu instansi pemerintahan.

Adinda Bupati yang terkenal, dengan disiplin nya. Sering mengadakan sidak dadakan, kepemimpinan nya yang baru satu periode, sudah di rasakan oleh Rakyat Kabupaten M. Dengan kepemimpinan yang sangat bagus, dan setiap keluhan rakyat nya, selalu sigap.

"Yang hari ini tidak berangkat, buatkan surat pemindahan tugas nya. Saya tidak mau ada alasan, apapun. " ucap Adinda pada Asisten Pribadi nya, Ayu.

"Siap Bu. "

Adinda lalu pergi, ke instansi lain nya. Disana kedatangan Adinda, membuat semua nya kalang kabut, karena tanpa persiapan apapun.

Adinda berjalan kaki, dengan sengaja sambil memeriksa kebersihan di sekitaran Alun - alun. karena jarak instansi di lingkungan Kabupaten, hanya berjarak 1 kilometer dari Instansi yang tadi , Adinda memilih berjalan kaki mengajak para Asisten, beberapa staf nya dan pengawalan ketat dari beberapa anggota polisi.

"Semua nya, santai ya. Saya kemari, tanpa sambutan yang spesial tidak masalah. Karena saya sedang sidak, kalau saya bilang - bilang, ini bukan sidak namanya. " ucap Adinda.

"Bu." Sapa Pak Widodo, salah satu Kepala Dinas yang Adinda kunjungi.

"Gimana Pak, kabar nya? "

"Alhamdulillah sehat, bapak gimana? "

"Alhamdulillah sehat, silahkan ibu masuk ke ruangan dulu. "

"Saya mau keliling, soalnya pasti saja ada yang membuat mata saya sakit. Disini, aman kan pegawai nya, nggak ada istilah hari kejepit? "

"Aman bu. " ucap semua nya.

"Ayu, tolong kamu absen satu - satu, kalau ada yang tidak hadir tanpa alasan langsung buat surat pemindahan tugas. "

"Siap Bu. "

****

"Sudah datang, pengganti Tiara? " tanya Adinda pada Ayu.

"CV nya sudah ada di meja kamu." jawab Ayu, Adinda lalu mengambil berkas CV.

Adinda melihat sekilas, lalu menaruh kembali di atas meja nya. Dan Adinda melihat banyak tumpukan , berkas yang harus di tanda tangan ni.

"Kemarin, saat saya pergi. Ada beberapa berkas penting, sudah di wakilkan tanda tangan nya sama Ibu Wabup? "

"Sudah, dan ini yang baru datang tadi. "

"Ok, nanti saya tanda tangan. "

****

"Pengganti Tiara, kamu sudah dapat? " tanya Pak Faisal, Ayah Adinda yang berprofesi sebagai seorang Menteri.

"Sudah, tadi CV nya sudah masuk ke saya. " jawab Adinda.

"Adinda, apa kamu akan selamanya? seperti Ayah kamu terjun di dunia politik, mengikuti jejak kedua kakak kamu? "tanya ibu Heni, Bunda Adinda.

"Kalau iya kenapa? "

"Apa kamu, tidak mau mengurusi hidup kamu? masa kamu masih seperti ini saja. Kamu berhasil dalam memimpin rakyat, tapi kamu tidak berhasil untuk diri kamu."

"Bunda, please jangan bicara kan itu lagi. Setiap bunda datang, selalu saja bicara nya seperti itu. "

"Adinda, orang tua mana, senang melihat hidup anak nya seperti ini? seharusnya kamu itu, ada titik lelah nya, kamu pikirkan nasib.. " ucap Pak Faisal terhenti, saat Adinda memberikan kode dengan untuk tidak melanjutkan bicara nya.

"Saya paham. "

****

"Tumben, kamu ngajak saya nginep? " tanya Ayu.

"Suami kamu, tanya tidak? " tanya kembali Adinda.

"Tanya lah, kenapa lagi tuh bocah. "

Hahahahahaha

"Bisa , kayak nggak tahu saya saja." ucap Adinda.

Ayu, Adinda dan suami Ayu, Brasmana adalah sahabat sejak kecil, ketiga nya sama - sama menyukai dunia politik. Selain menjadi pengamat politik, Brasmana menjabat menjadi anggota dewan perwakilan daerah di kabupaten M.

"Kenapa ya, saya itu bete banget. Kalau Ayah dan Bunda, tanya itu - itu saja. "

"Wajarlah, orang tua. "

"Jujur, saya malas. Kenapa? kamu tahu sendiri kan. "

"Tapi kan, sudah berjalan beberapa tahun. Apa kamu tidak, mau gimana - gimana. "

"Gimana apa nya? saya bisa melakukan apapun, karena sekarang saya seorang pemimpin. Tapi kamu tahu sendiri kan, gimana cerita nya. "

"Iya ya, ngeri juga. "

"Nah paham kan. "

****

"Masuk." ucap Adinda.

"Pagi bu. "

Adinda mengangkat kepala nya, saat ada seseorang masuk kedalam ruangan nya. Adinda tidak berkedip, saat melihat pria yang berdiri di depan nya.

"Maaf Ibu, saya Yudha. Ajudan baru, menggantikan Tiara. "

"A - ajudan baru saya? "

"Siap benar Bu. "

Adinda langsung membuka berkas CV, Ajudan yang baru nya, dan baru mengetahui kalau Ajudan pengganti nya seorang laki - laki.

"Kamu, pria? "

"Hah, maaf bu apa? "

"Nggak, tolong kamu ceritakan pengalaman kerja kamu. "

"Saya Yudha Indra Perkasa, lulusan Pendidikan pemerintahan 5 tahun yang lalu, saya pertama awal tugas, 2 tahun bekerja di salah satu instansi pemerintahan, menjabat sebagai kepala Bidang dan saya di pindahkan lagi, saya sebagai Ajudan walikota M, selama 3 tahun, dan saya di pindah kemari. Karena masa jabatan beliau habis, kini saya di minta menjadi Ajudan ibu Bupati. "

"Kamu, sudah berkeluarga? "

"Belum bu. "

Adinda tersenyum, dan terus memperhatikan Yudha dari ujung kepala hingga ujung kaki nya. Pria berperawakan tinggi, wajah tampan, tatapan mata nya yang tajam.

Yudha yang masih berdiri, merasakan bahwa pimpinan nya sedang memperhatikan nya. Hingga Yudha hanya bisa diam, dan lalu berdehem, hingga menyadarkan Adinda.

"Kamu boleh keluar. "

"Siap bu. "

"Yudha."

"Siap bu. "

"Kamu panggil kan ibu Ayu, di ruang sebelah."

"Baik Bu. "

Tak lama, Ayu pun masuk lalu menarik kursi, dan duduk di depan Adinda.

"Ada apa? "

"Kamu kenapa nggak bilang? kalau Ajudan saya itu laki - laki. "

"Nggak bilang bagaimana, kamu kemarin kan baca profil nya. Masa kamu nggak bisa bedakan mana pria mana wanita, jelas ada photo nya. "

"Saya kan percaya saja sama kamu, makan nya saya nggak detail periksa profil Yudha."

"Makan nya, biar nggak salah paham. Kamu baca, budayakan membaca biar tidak terjadi miskomunikasi. "ucap Ayu.

"Kalau begitu, apa kamu mau ganti sama yang perempuan? "

"Jangan, kamu jangan ganti. Kamu bagi dua pekerjaan kamu sama Yudha. Biar saya sama Yudha banyak waktu. "

"Maksud nya? "

"Kamu pintar, cari Ajudan ganteng banget. Kamu harus tahu, saya seperti nya jatuh cinta pada pandangan pertama. "

"Yudha belum ada 30 menit, keluar dari ruangan kamu loh. "

"Kenapa? masalah. "

"Kamu naksir, sama Ajudan kamu? "

"Ya Allah, ganteng nya buat saya semangat ini. "

"Lebay kamu. "

"Kamu cuti, untuk satu minggu. Kamu kan, ingin cuti? "

"Adinda? "

"Kenapa? kemarin minta cuti, giliran Saya kasih kamu cuti seminggu tidak mau."

"I - iya mau, tapi mendadak sekali. "

"Kalau kamu tidak mau, ya sudah. Cuti tahun ini, tidak berlaku buat kamu."

"Jangan, iya. Saya ambil cuti satu minggu, pekerjaan semua nya di limpahkan pada Yudha. "

"Kamu panggil dia, suruh menghadap saya, sekarang juga. Dan kamu di depan saya, jelaskan apa saja yang sedang kamu kerjakan, dan mana yang belum di kerjakan. "

.

.

.

Ajudan Spesial

Adinda menatap terus ke arah Yudha, bahkan sampai Yudha merasakan tidak nyaman. Sedangkan Ayu, hanya bisa geleng - geleng kan kepala nya.

Adinda bahkan terang - terangan, memphoto Yudha yang sedang serius mempelajari berkas - berkas yang sebagian akan menjadi pekerjaan baru nya.

"Gimana Pak Yudha? apa sudah paham? " tanya Ayu.

"Paham bu, jadi saya mulai besok, ini yang saya kerjakan? "

"Oh belum, karena surat cuti nya belum turun."

"Nggak, hari ini turun. Kamu minta staf saya untuk buat, saya tunggu di sini dan saya tanda tangani sekarang juga. " ucap Adinda.

"Baik bu, saya ke meja Meta dulu. "

"Suruh cepat gitu. "

"Baik bu. " ucap Ayu langsung ke luar dari ruangan Adinda.

"Bu maaf, apa ada yang saya kerjakan lagi? " tanya Yudha.

"Besok kamu yang mengantar saya kemana - mana, kamu bisa bawa mobil kan? "

"Bisa bu. "

"Ok, selain sebagai Ajudan kamu juga sebagai supir saya. Besok jam 6.30 kamu jemput saya, dan kita ada kunjungan ke kecamatan B."

"Siap Bu. "

"Satu lagi, kamu harus siap, bila malam atau hari libur saya suka kasih pekerjaan mendadak. "

"Baik Bu. "

****

"Bu Ayu, Ibu gimana sih? saya di pindah tugas."ucap Pak Danang.

"Pindah tugas gimana? "

"Saya tidak jadi supir pribadi nya lagi, malah saya jadi supir untuk pengawalan keluar kota."

"Terus, siapa yang akan kemudikan mobil nya? "

"Katanya Ajudan nya. "

"Hah... Yudha..!!! "

"Iya, Ajudan baru. "

"Saya juga Pak, tiba - tiba disuruh cuti satu minggu. "

"Cuti? "

"Iya, cuti. Memang sih, saya pengen cuti. Tapi kan buat bulan depan, malah di kasih sekarang. "

"Kenapa tidak menolak? "

"Menolak berarti mengajak perang."

"Haduh, Ibu Adinda kenapa ya? "

"Nggak tahu, sedang mabuk laki."

"Apa Bu? "

****

Yudha membuka seragam nya, dan kini hanya bertelanjang dada. Sambil menatap tubuh nya, di depan cermin, dan memeriksa wajah nya.

"Nak, makan dulu. "

"Nanti bu, saya masih kenyang. " ucap Yudha, dan membuka lemari memakai kaos nya.

"Bagaimana, kamu kerja sama Ibu Bupati? "

"Asik orang nya, hari pertama begitu kerasan, tapi.. "

"Tapi apa? "

"Nggak apa - apa kok bu. "

"Kamu makan dulu, pasti capek. Ibu sudah hangatkan masakan, untuk kamu."

"Masih kenyang bu, tapi dikit aja ya bu."

"Nak, ibu mau bilang. Besok, ibu saat nya kontrol. "

"Yudha, seperti nya nggak bisa antar. "

"Nggak apa - apa, ibu bisa di temani sama Elisa. "

"Ya sudah, nanti Yudha kasih uang nya saja ya bu. "

"Iya nak, makasih. "

"Sama - sama bu, kalau ibu butuh sesuatu, ibu bilang saja."

"Iya nak."

Tak lama, ponsel Yudha berdering. Dan Yudha pun mengangkat nya. Yudha menerima telepon, menjauh dari ibu nya.

"Assalamu'alaikum, hallo bu. "

"Walaikumsalam, Kamu, bawa pakaian kamu, mulai sekarang kamu tinggal di rumah Dinas. Karena, saya takut malam - malam butuh sesuatu. Kamu kan single, nggak punya keluarga. "

"Saya punya keluarga, ada ibu. "

"Ajudan itu, harus siap apa yang diminta pimpinan nya. Jadi kamu bawa tas kamu, pindah ke rumah dinas."

"Baik Bu. "

"Saya tunggu kamu. "

Yudha menutup telepon nya, dan mendekati ibu nya yang sedang menunggu Yudha untuk makan bersama.

"Ada apa? "

"Bu, saya harus tinggal di rumah Dinas, soalnya takut Ibu Adinda butuh saya. "

"Ya sudah, nggak apa - apa. "

"Maaf ya bu. "

"Kamu dulu sering tidur di kantor kadang di rumah Dinas, waktu masih jadi Ajudan walikota. "

"Saya makan dulu, nanti setelah ini mau kemas - kemas. "

*****

"Biar saya saja yang rapikan kamar nya." ucap Adinda pada Asisten rumah tangga nya.

"Tapi bu? "

"Ssssttt... nggak usah komentar, kamu sekarang kerjakan yang lain."

"Baik Bu. "

Adinda memakai kan kasur untuk tempat tidur Ajudan baru nya, dengan seprai baru. Bahkan kamar nya, pun di beri pengharum ruangan dengan aroma terapi.

"Pak Danang. " panggil Mirna.

"Ada apa Mirna? "

"Itu, anu ibu. "

"Ada apa? "

"Lagi pasang seprai sendiri. "

"Kamu ini gimana, sana kamu yang pasang. "

"Nggak boleh. "

"Duh, ibu hari ini kenapa ya? "

"Aneh ya. "

"Mirna, asal kamu tahu. Saya nggak jadi supir pribadi nya Ibu, tapi supir lain. Dan yang jadi supir nya, itu adalah Ajudan baru nya. Terus, Ibu Ayu suruh cuti lagi. "

"Apa ibu, suka sama Ajudan nya? "

****

"Ini kamar kamu, kamar saya ada di ujung sana. " tunjuk Adinda.

"Baik Bu. " ucap Yudha.

"Kamu, kalau mau buat kopi, atau makan. Ambil saja sendiri, atau bisa panggil Mirna."

"Siap Bu. "

"Kalau begitu, saya pergi dulu ya. " ucap Adinda.

"Baik Bu. "

Setelah kepergian Adinda, Yudha menghela nafas yang begitu panjang. Dan mengusap dada nya, Yudha langsung membaringkan tubuh nya di atas tempat tidur.

"Ibu Adinda, kenapa baik banget sama saya."

*****

"Sini kamu. " panggil Ayu, dan disana ada Pak Danang dan Mirna.

Yudha pun berjalan ke arah mereka bertiga, dan langsung membawa Yudha ke salah satu ruangan khusus.

"Ada apa? " Tanya Yudha melihat kedua nya menatap dengan tajam.

"Kamu, Ajudan baru. Jangan salah artikan, kebaikan atau kamu di spesial kan sama Ibu Adinda. " ucap Ayu.

"Saya tidak merasakan di spesial kan, kalian pasti salah paham. " ucap Yudha.

"Aduh, Mas Yudha, apa tidak paham ya sama bahasa tubuh nya, Ibu Adinda. Mas itu ganteng, mana ada orang yang tidak terpesona sama ketampanan Mas Yudha. Mas Yudha paham kan, dan ibu sendiri. " ucap Mirna.

"Nggak paham. " ucap Yudha langsung berjalan menuju ke arah pintu. Tapi di cegat, oleh Pak Danang.

"Saya minta, Mas Yudha, jangan macam - macam sama Ibu. Kalau Mas, tidak ingin terancam. "

"Kalian ini, pikiran nya terlalu jauh. Saya kerja, saya menurut apa kata pimpinan. Kalau perintah nya, melanggar menurut saya, baru saya akan menentang. Tapi kalau tidak, saya akan tetap laksanakan. Saat ini, perintah nya wajar, mungkin kalian yang berlebihan." ucap Yudha langsung berjalan ke arah pintu dan membuka nya.

"Yudha, kamu sedang apa dari situ? " tanya Adinda saat melihat Yudha keluar dari ruang kerja Adinda.

"Tadi saya, mau memeriksa berkas laporan."

"Oh, kita jalan sekarang. "

"Siap Bu. "

Yudha pun mengendari mobil dinas Bupati M, di dalam mobil hanya berdua. Yudha dan Adinda, yang duduk di kursi penumpang.

Sedangkan di depan, mobil patwal Polisi, dan di belakang mobil yang di supiri Pak Danang dan wakil asisten Ayu, serta dua staf Bupati yang selalu ikut kemana pun Adinda pergi tugas.

"Yudha, ini buat kamu. " ucap Adinda memberikan sebuah cokelat.

"Cokelat Bu? "

"Kamu nggak suka? "

"Suka Bu. " ucap Yudha menerima nya.

"Kamu merokok? "

"Iya Bu, tapi nggak sering. "

"Saya tidak suka pria perokok."

"Maaf Bu. "

.

.

.

Semua Gara - gara Ajudan

Sambutan dari anak - anak TK, menari kan sebuah tarian. Dengan lincah, gerakan nya menyambut Adinda.

Satu anak menarik Adinda, untuk menari bersama Yudha , senyuman Adinda saat merespon dan mengikuti gerakan nya. Membuat semua bertepuk tangan, terutama Yudha. Gerakan nya, yang sama , membuat Yudha mengambil gambar Adinda, dan mem video nya.

Musik pun berhenti, tarian telah usai. Adinda pun berjalan ke arah tempat duduk, yang berderetan dengan Camat, Kapolsek, Bhabinkamtibmas, Bhabinsa, kepala desa dan beberapa tokoh masyarakat.

Sambutan - sambutan pun di mulai, dan giliran sambutan dari Adinda, Bupati kabupaten M.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. "

"Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. "balas semua nya

" Terima kasih, untuk sambutan nya. Tadi hebat sekali, bagus sekali tarian nya. Sampai saya, di ajak menari. Sebagai hadiah, untuk adik - adik dari TK mana tadi? " ucap Adinda.

"Tk Kenari. " ucap salah satu orang.

"Iya TK Kenari, ibu guru nya harus di kasih hadiah dong. Karena sudah melatih murid nya, sangat bagus. Saya akan kasih hadiah, untuk ibu guru nya seperangkat alat pembelajaran. Nanti Asisten saya akan menghubungi kepala sekolah nya. "

Tepuk tangan meriah di sambut oleh semua nya, dan terutama dari TK Kenari. Adinda melihat Yudha dari atas podium, yang berdiri sambil menatap nya.

"Kunjungan saya ini, perihal undangan, peresmian Gedung serba guna. Gedung, serba guna, ini bisa di gunakan untuk acara warga, bahkan ada tempat futsal dan bulu tangkis. Misal ada yang tanya, dana nya dari mana? ini resmi dana dari daerah, ini juga salah satu program saya, di setiap kecamatan minimal ada gedung olahraga , biar warga yang gemar olahraga tidak jauh - jauh, ke kampung tetangga. "

Tepuk tangan meriah, bersambut. Adinda tersenyum, beberapa wartawan pun mengambil gambar nya. Yudha dengan bersilang dada, ikut tersenyum saat kedua pasang mata beradu pandang.

****

"Capek banget. " ucap Adinda sambil membuka botol minum nya.

"Sekarang kita kemana? " tanya Yudha.

Adinda mengambil, talky yang ada di dashboard mobil, dan memberikan sebuah informasi penting.

"Mobil patwal dan pak Danang kembali ke kantor, saya mau pergi ke suatu tempat bersama Yudha. Adinda langsung mematikan nya, Yudha tampak. bingung.

Lalu salah satu Polisi turun, tapi Adinda langsung memberikan kode, untuk kembali. Yudha pun menuruti perintah pimpinan nya.

" Sekarang kita kemana Bu?"

"Kalau sedang berdua, jangan panggil ibu. Panggil saja Adinda. "

"Maaf Bu, tidak bisa. Saya adalah bawahan ibu. "

"Kalau sedang berdua, kita tidak ada atasan dan bawahan. Saya bukan Bupati, kamu bukan Ajudan saya."

"Maaf Bu, saya tetap jaga jarak. "

"Kamu ke arah jalan gagak, turun di Maura style. "

"Baik Bu. "

****

"Sayang, kamu baru kemari. " sapa seorang pria kemayu bernama Feby.

"Iya tante, saya sibuk terus. " ucap Adinda sambil bercipika cipiki.

"Adinda, itu siapa? ih. ganteng banget tahu."

"Itu namanya Yudha, Ajudan saya. Awas saja ya, kalau Tante naksir, saya potong punya Tante. "

"Awwww.. jangan dong. " ucap Feby, sambil memegang milik nya.

Yudha berjalan sambil melihat - melihat stelan pria, dan melihat bandrol harga nya. Adinda mendekat dan mengambil, kemeja yang di pegang Yudha.

"5 juta, coba dulu. "

"Terima kasih bu. " ucap Yudha menaruh kembali, kemeja yang di pilih nya.

Adinda mengambil kembali, dan mengambil celana pria warna hitam serta sebuah jas.

"Kamu coba. "

"Nggak bu, terima kasih. "

"Saya atasan kamu. "

"Katanya, kalau sedang berdua, kita bukan atasan dan bawahan."

"Kalau yang ini berbeda. "

Yudha dengan terpaksa, mengambil nya dan berjalan masuk kedalam ruang ganti. Sedang kan Adinda kembali memilih pakaian, untuk dirinya sendiri.

Mata Adinda, melihat sangat takjub. Saat melihat Yudha memakai stelan, yang di pilihkan oleh Adinda.

"Wow.. ganteng banget. " ucap Feby.

"Bungkus." ucap Adinda.

"Rebes."

***

"Bu terima kasih , sudah belikan saya pakaian."

"Iya, sama - sama. "

"Sekarang mau kemana lagi? "

"Terserah kamu. "

"Kok terserah saya bu? "

"Iya, karena saya nggak ada tujuan lagi. Jadi terserah kamu, mau bawa saya kemana. "

"Kita pulang ke rumah dinas. "

"Kok pulang sih? "

"Kata ibu, terserah ya pulang ke rumah dinas. Kita mau kemana lagi. "

"Ya maksud nya, jangan pulang dong."

"Maaf Bu, saya juga tidak ada tujuan. "

"Kalau tujuan, ke hati saya mau? "

****

"Kamu kok, ada disini? " tanya Adinda pada Ayu.

"Saya cuti, kok nggak tenang ya."

"Nggak tenang bagaimana? "

"Dapat laporan, kalian berdua pergi tanpa pengawalan. "

"Haduh, itu saja heboh. Saya ke Tante Feby, bukan ke tempat lain."

"Baik ke Tante Feby, mau ke om Febry tetap saja. Kalau ada wartawan yang lihat, tembus ke orang tua kamu. Dan tembus ke. "

"Mau lanjut kan ucapan? " ucap Adinda.

"Tidak."

"Bersenang - senanglah, kamu pasti capek kerja sama saya seharian. Saya akan transfer kamu, untuk beli tiket liburan. "

"Nggak makasih. " ucap Ayu.

*****

"Kamu itu, seharusnya bisa menolak. Jangan nurut saja, kayak kerbau di cocok hidung nya. Bawahan itu, tidak harus menurut saja atasan, kalau perintah nya itu salah. "

"Maafkan saya bu Ayu, saya sudah bilang tidak mau. Tapi Ibu Adinda memaksa saya, dan kalau saya tidak menuruti perintah nya, dia akan marah. "

"Kamu takut? ancaman dia? "

"Maaf, saya hanya bawahan yang menuruti setiap perintah nya. "

"Ah terserah sama kamu, saya tidak mau ikut campur, kalau terjadi sesuatu. "ucap Ayu langsung pergi meninggalkan Yudha.

****

" Elisa, terima kasih sudah antar ibu, kontrol rutin setiap bulan."ucap Ibu Nuha.

"Sama - sama bu, saya juga sedang tidak ada jam mengajar. " ucap Elisa.

"Nak, kapan kamu sama Yudha menikah? ibu berharap kalian itu, menikah secepatnya mumpung ibu masih hidup? "

"Bu, saya sama Mas Yudha hanya sahabat an, tidak lebih. "

"Tapi kamu, menyukai Yudha kan? "

"Iya Bu, tapi hanya menganggap saya sebagai adik. "

"Tapi ibu, cocok sama kamu. Masa mau di jadikan adik, bukan nya istri. "

"Masa saya, harus mengatakan cinta sama Mas Yudha, nanti apa kata dia. "

"Kalau kamu suka, dari pada suka tapi diam. Siapa tahu, anak ibu merespon nya. "

****

"Mas, lagi duduk saja. Kamu sudah makan? " tanya Yudha yang sedang menelepon seseorang.

"Sudah Mas, kalau Mas? "ucap seorang wanita.

"Sudah, baru saja. "

Adinda datang, dan langsung berdiri di depan nya, Yudha langsung mematikan ponsel nya.Dan memasukan ke dalam saku celana nya.

"Teleponan sama siapa? "

"Sama pacar saya bu. "

"Kamu sudah punya pacar? "

"Sudah bu. "

"Oh." ucap Adinda dengan raut wajah kecewa.

"Ibu apa perlu bantuan saya? "

"Nggak, hanya mengingat kan saja. Di jam 10 malam, di larang menerima telepon, terutama dari pacar. Dan satu lagi, malam minggu di larang kencan. " ucap Adinda langsung pergi meninggalkan Yudha.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!