Kobaran api menyambar hingga melahap habis sebuah laboratorium. Perlahan api tersebut merambat ke tempat-tempat terdekat. Diketahui, sumber kebakaran itu berasal dari korsletnya arus listrik.
Terlihat sejumlah pegawai yang bekerja di perusahaan Jessian Group beramai-ramai mengungsikan diri. Gedung perusahan mereka berada satu tempat dengan laboratorium tempat peracikan produk kosmetik.
"Nona Luine masih ada di dalam laboratorium! Bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan?"
Para pegawai perusahaan mencemaskan kondisi sang CEO Jessian Group — Luine Jessian. Perempuan berusia tiga puluh tiga tahun itu terjebak di laboratorium kala dirinya sedang melakukan pengecekan sekaligus peracikan produk kosmetik terbaru.
Saat ini Luine hampir kehilangan kesadarannya di tengah panasnya bara api mengelilingi dirinya.
"Apakah aku akan mati di sini? Sial! Padahal Jessian Group sedang berkembang pesat. Berani-beraninya Dewa mencabut nyawaku sebelum aku menyelesaikan produk terbaruku," gumam Luine, suaranya kian melemah.
Luine mengulas senyum pahit. Dia telah bersusah payah membangun Jessian Group yang berada di ambang kehancuran. Hingga kini bisnis perusahaannya berkembang pesat. Jessian Group berhasil menjadi perusahaan nomor satu di dunia yang bergerak di segala bidang bisnis.
Luine dikenal sebagai wanita penggila bisnis sehingga banyak orang kesulitan menanganinya. Oleh sebab itulah, Luine marah dan tak terima dengan kematiannya.
"Aku tidak mau tahu! Walaupun aku mati, aku ingin dihidupkan kembali supaya aku bisa berbisnis lagi. Sia-sia jika aku pergi ke surga tanpa menikmati sepuasnya hasil kerja kerasku selama ini," lirih Luine kehilangan kesadarannya.
***
Peti putih terpampang di tengah ruangan kediaman Marquess Navre. Di dalam peti tersebut, sesosok jasad gadis terbujur kaku. Di kedua sisi peti, keluarga sang gadis menangisi kepergiannya.
Gadis itu adalah Caerina Navre, putri satu-satunya dari Marquess Navre, bangsawan yang telah jatuh bangkrut. Caerina meninggal setelah ia menenggak racun ketika sang suami — Duke Heston Wadson, memintanya menandatangani surat perceraian.
"Caerina, putriku ... maafkan Ayah dan Ibu karena telah tidak melarangmu sejak awal menikahi Duke Wadson," lirih Kledson — Ayah Caerina.
"Caerina, bangun sayang ... Ibu tidak sanggup kalau harus kehilanganmu." Sara — sang Ibu tak kalah histerisnya.
Sedangkan Nathan, Kakak kandung Caerina hanya diam menangisi kepergian Adiknya. Mereka bertiga keluarga berharga bagi Caerina. Namun, mereka merasa bersalah karena membiarkan Caerina menanggung segala beban sendirian.
"Aku dengar wanita itu sangat jahat terhadap Nona Brenda. Dia merundung gadis yang menyelamatkan nyawa Duke Wadson."
"Iya, aku juga mendengar rumornya. Lihatlah wajahnya yang penuh bintik merah itu. Aku sangat merinding melihatnya."
"Apalagi dia mati bunuh diri sebelum sempat menandatangi surat perceraian. Mungkin dia takut kehilangan harta Duke Wadson. Keluarganya jatuh miskin, jadi wajar saja ia berusaha mempertahankan pernikahannya."
Berbagai bisikan buruk soal Caerina menggema di ruang berduka. Mereka menilai Caerina sebagai wanita jahat dan serakah terhadap harta. Keluarga Caerina hanya diam, mereka tak punya kuasa melawan perkataan mereka.
Kemudian sebuah keajaiban nan mengejutkan seluruh mata pun terjadi. Caerina tiba-tiba saja terlonjak bangun dari petinya.
"Akkkhhhh, panas!" teriaknya membuat syok seisi ruangan.
Caerina memutar bola mata, dia tampak kebingungan.
"Huh? Tidak panas. Bukankah tadi aku terbakar di dalam laboratorium? Bagaimana bisa apinya padam begitu saja? Lalu di mana aku sekarang?"
Caerina meraba-raba sekujur badan. Pandangannya terus mengedar heran terhadap tatapan orang di sekitarnya. Ditambah pakaian yang mereka kenakan menambah rasa bingung mendera di kepala.
"Kalian siapa? Dan kenapa kalian mengenakan pakaian aneh?"
Ya, yang berada di tubuh Caerina saat ini adalah Luine. Perempuan itu mati terbakar di laboratorium perusahaannya.
"H-Hidup! W-Wanita itu hidup kembali!"
"Ini sangat aneh. Kenapa orang yang mati bunuh diri bisa hidup lagi?"
Para bangsawan yang menghadiri pemakaman berlarian keluar dari ruangan. Mereka ketakutan sekaligus terperanjat kaget menyaksikan Caerina bangkit dari alam kematian.
"Astaga, Caerina! Putriku, kau benar-benar hidup lagi?"
Caerina membeku ketika seorang wanita cantik memeluknya tanpa rasa takut. Kledson dan Nathan pun bereaksi sama.
"Ini keajaiban! Ini adalah sebuah keajaiban. Caerina hidup lagi, Dewa mengabulkan doa kita."
Sontak Caerina melepas pelukan Sara dari tubuhnya.
"Tunggu sebentar! Kalian bilang namaku Caerina?"
Mereka bertiga mengangguk serentak.
"Aku bukan Caerina! Aku Luine. Kalian pasti salah orang. Siapa itu Caerina dan kalian juga siapa?"
Sekali lagi mereka syok mendengar pertanyaan sang putri.
"Kami orang tuamu, lalu dia adalah Kakakmu. Kenapa kau bisa lupa? Astaga, mungkinkah ini karena kau baru saja kembali dari kematian?" ujar Sara berusaha berpikir positif.
"Hah? Aku tidak paham sama sekali."
"Ya sudah, tidak apa-apa. Mungkin kau masih linglung. Lebih baik bawa Caerina ke kamar sekarang supaya dia bisa beristirahat," kata Kledson.
Sara mengiyakan, dia pun membawa Caerina ke kamar. Sementara itu, Kledson dan Nathan membereskan kekacauan yang sedang terjadi.
"Aku tidak percaya Caerina hidup kembali," ucap Nathan.
"Mungkin ini sedikit aneh, tetapi Ayah bersyukur dia kembali lagi. Semoga saja dia tidak histeris saat mengingat penyebab kematiannya."
Caerina membisu saat satu persatu pelayan berdatangan melayaninya. Ini sudah dua jam berlalu semenjak ia kembali dari kematian. Potongan ingatan si pemilik tubuh pun perlahan bercampur di otaknya.
'Jadi, gadis ini bernama Caerina Navre? Saat ini aku berada di dunia lain. Persis seperti anime yang selalu aku tonton. Mati lalu berpindah ke dunia lain. Sungguh tidak masuk akal, tetapi aku benar-benar mengalaminya,' batin Caerina.
Caerina bangkit dari tempat duduk. Dia berdiri di depan cermin rias.
"Rambut pirang platinum, bola mata berwarna hijau emerald. Jika aku lihat lebih lama, gadis ini sebenarnya cantik. Hanya saja dia kurang polesan lalu jerawat di wajahnya sedikit mengganggu," gumam Caerina.
Tiba-tiba dia merasa geram mengingat apa yang telah menimpa tubuh Caerina.
"Suaminya, Heston membawa seorang wanita rakyat jelata saat pembersihan wilayah. Siapa sangka kalau Heston berselingkuh. Pria itu bahkan tak mencintai Caerina sedikit pun. Dia malah menatap jijik gadis baik ini."
"Yang lebih parahnya lagi, wanita jal*ng yang bernama Brenda itu memfitnah Caerina. Dia membuat reputasi Caerina berubah menjadi seorang wanita jahat dalam sekejap."
Caerina membuang napas kasar. Nasib Caerina asli sangatlah menyedihkan.
"Dia ingin menceraikan Caerina dan menikahi rakyat jelata itu. Kasihan sekali nasibmu, gadis muda. Padahal kau masih berusia sembilan belas tahun dan baru menikah satu tahun. Selama pernikahanmu, kau tak pernah disentuh suamimu. Alangkah mirisnya jika aku membayangkannya."
Caerina berpindah posisi ke tepi jendela. Masih belum puas ia berceloteh perihal hidup tubuh yang dia tempati saat ini.
"Lihat saja, aku pastikan kalian mendapatkan ganjaran yang setimpal!"
Sudah tiga hari Luine merasuki tubuh Caerina. Perilakunya yang berbeda membuat penghuni mansion menjadi bertanya-tanya. Gadis yang selalu berwajah muram dan selalu menekukkan pandangan ketika berhadapan dengan orang lain, kini malah bersikap hangat serta memperlihatkan senyum manisnya.
"Ada apa dengan putri kita?" bisik Sara kepada Kledson.
Kledson mengedikkan bahu. "Aku juga tidak tahu. Dia terlihat seperti seseorang yang berbeda."
Namun, pagi ini Caerina sangat kesal ketika berada di ruang makan untuk sarapan. Menu sarapannya hanya ada sepotong roti dan semangkuk sup bening. Tiada makanan lain yang bisa dia makan selain dua macam makanan tersebut.
"Ayah, Ibu, kenapa selama tiga hari ini aku selalu memakan roti dan sup? Apakah tidak ada daging atau makanan laut?" tanya Caerina.
"Putriku, apa kau lupa? Kondisi keuangan kita sangat buruk. Kita tidak bisa beli daging atau makanan yang lebih mewah dari roti dan sup," ujar Kledson.
"Nanti kalau ada uang lebih, Ibu akan membelikanmu daging. Sekarang makan ini saja dulu supaya kau bisa lebih cepat pulih," tutur Sara.
Caerina menghela napas panjang. Dia benar-benar tidak berselera sama sekali. Sedangkan Nathan bisa makan begitu lahapnya. Caerina melirik aneh Nathan, dia tidak habis pikir dengan selera penghuni mansion ini.
"Ada apa? Kenapa kau tidak memakan punyamu?" tanya Nathan terganggu oleh tatapan Caerina.
"Selera makan Kakak membuatku takjub."
"Seorang kesatria harus banyak makan karena aku harus menguras tenaga demi melakukan pembersihan wilayah."
Caerina memberikan roti dan supnya kepada Nathan.
"Kalau begitu, ini untuk Kakak saja. Aku sedang tidak berselera. Sekarang aku kembali dulu ke kamar, ada beberapa hal yang harus aku lakukan."
Semua orang tercengung memandang Caerina. Tidak ada yang bisa memahami isi pikiran gadis itu.
Caerina merebahkan badannya di atas tempat tidur. Bola mata emerald itu tiada henti berputar mengamati langit-langit kamar. Kondisi kediaman Marquess Navre sungguh memprihatinkan. Permukaan dinding banyak keretakan, taman rusak, dan jumlah pelayan yang sangat sedikit.
Ditambah semenjak Caerina bangkit dari kematian, Kekaisaran Eusebio mendadak gempar. Bahkan, sampai sekarang mereka masih membicarakan soal Caerina.
"Arghhhh! Sialan!" Caerina melempar bantalnya ke sembarang arah.
"Kenapa aku harus merasuki tubuh gadis miskin ini?! Kenapa Dewa tidak adil terhadap diriku? Padahal aku bersusah payah menjadikan perusahaanku menjadi perusahaan terkemuka. Namun, ketika aku sudah mencapai kejayaan tertinggi, aku malah mati dan terjebak di tubuh bangsawan miskin."
Caerina tak berhenti mengutuk Dewa yang mengirimnya ke dunia lain. Caerina menyesalkan banyak hal mengenai dirinya yang terperangkap di tubuh gadis lemah, miskin, dan pengecut.
"Ya sudahlah, aku jalani saja dulu. Pertama-tama aku harus mengurus perceraianku dengan Duke bajing*n itu. Aku takkan mempertahankan pria yang berselingkuh dengan rakyat jelata," gumam Caerina bertekad.
Sebelum itu, Caerina berkaca terlebih dahulu untuk melihat kondisi wajahnya yang penuh jerawat.
"Aku harus menyingkirkan jerawat ini agar wajah cantikku lebih bersinar."
Caerina keluar dari kamar, ia berjalan menuju dapur mendapatkan bahan-bahan yang dia perlukan untuk menyembuhkan jerawatnya.
"Yang Mulia Duchess, ah maksud saya, Nona. Apa yang Anda lakukan di sini? Tidak seharusnya Anda berada di dapur," ujar Gilma — koki kediaman Marquess Navre.
"Gilma, aku butuh teh hijau. Apakah kau punya persediaan teh hijau?"
Gilma tak langsung merespon. Dia bingung mengapa Caerina tiba-tiba meminta teh hijau.
"Ada, Nona. Saya masih punya persediaan teh hijau."
Caerina tersenyum riang. "Bagus! Aku mau meminta sedikit tehnya."
Gilma langsung memberikan teh hijau yang diminta Caerina. Entah untuk apa, dia juga tidak tahu.
"Terima kasih, Gilma. Maafkan aku karena telah mengganggu pekerjaanmu."
Gilma membatu di tempat. Berulang kali dia mengerjapkan mata sambil berpikir keras mengenai perubahan di diri Caerina.
"Apakah beliau benar-benar Nona Caerina? Mengapa beliau bersikap aneh setelah kembali dari kematian?"
Caerina memulai percobaan pertamanya di dunia entah berantah ini. Dia mencoba meracik masker teh hijau untuk memulihkan jerawat yang meradang di wajah.
Sara dan Kledson sesekali mengintip apa yang dilakukan sang putri. Lagi-lagi mereka mempertanyakan perubahan di diri Caerina. Gadis muram dan suram itu mendadak berubah menjadi ceria dan ramah.
"Akhirnya selesai! Aku berhasil meracik masker. Sekarang waktunya mengoleskan masker ini ke wajahku," ucap Caerina.
Menjelang mengoleskan masker tersebut, Caerina mencuci muka terlebih dahulu. Sesudah itu, ia meratakan maskernya ke seluruh bagian wajah. Hanya butuh waktu lima belas menit menunggu sampai maskernya meresap dan siap untuk dibilas.
"Semoga jerawat ini segera berlalu. Tidak nyaman sekali ketika wajahku diserang jerawat."
Di hari berikutnya, secara mengejutkan Caerina mendapatkan surat dari kediaman Duke Wadson. Heston yang masih berstatus sebagai suaminya meminta Caerina untuk datang menemuinya. Tanpa berlama-lama, Caerina langsung bersiap-siap untuk berangkat ke kediaman sang suami.
"Apakah kau akan baik-baik saja? Sebaiknya, kau tidak usah pergi ke sana lagi." Sara amat mengkhawatirkan kondisi Caerina.
"Benar itu, kau tidak perlu menguras tenagamu berangkat ke kediaman bajing*n itu. Dia telah menyakitimu," timpal Kledson tak kalah cemas.
Nathan hanya diam menatap lekat Caerina. Tersirat rasa khawatir dari cara dia memandang sang Adik.
"Tidak bisa. Aku harus pergi ke sana karena ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan dengan si brengs*k itu. Bila perlu nanti aku pukul dia sampai babak belur."
"P-Pukul?"
Caerina tersenyum polos. "Benar, sampah seperti Heston sudah sepatutnya mendapat pukulan. Bukankah begitu, Kak?" Caerina berpindah pandangan ke arah Nathan.
Nathan mengacungkan jempol. "Ya, kau harus melakukan itu. Apakah aku perlu membantumu?"
Nathan sudah sangat geram oleh tingkah Heston. Mengingat seberapa besar cinta Caerina terhadap bajing*n tukang selingkuh itu, dia pun mengurungkan niatnya untuk memulul Heston.
"Tidak perlu. Aku bisa melakukannya sendiri."
Sesudah itu, Caerina pamit berangkat ke kediaman Duke Wadson. Meski Caerina tidak menunjukkan kesedihan, Sara dan Kledson masih saja mengkhawatirkan putrinya.
"Haruskah aku mengikutinya diam-diam?" ujar Kledson tak memalingkan mata dari kereta kuda Caerina.
"Jangan, Ayah. Caerina tampaknya punya rencana. Sekarang dia mulai sadar bahwa cintanya kepada Duke Wadson hanyalah membuang-buang waktu saja," celetuk Nathan.
"Sebaiknya, kita berdoa saja. Semoga Caerina bisa pulang dengan selamat dan tidak mendapatkan masalah di kediaman Duke Wadson nanti," imbuh Sara.
Pada akhirnya, mereka terpaksa merelakan Caerina pergi sendirian ke kediaman sang suami. Mereka berharap Caerina tidak lagi kembali ke tempat di mana dia dicampakkan. Sungguh, mereka tidak bisa membayangkan serta menerima Caerina disakiti oleh laki-laki yang sama lagi. Sudah cukup satu kali, tak ada kesempatan yang lain.
Setibanya di kediaman Duke Wadson, Caerina langsung disambut oleh tatapan tidak mengenakkan dari penghuni mansion. Reputasi Caerina sudah terlanjur tercoreng buruk. Entah bagaimana, tiada seorang pun yang menjadi pembela Caerina.
Mungkin hal ini dikarenakan Brenda amat pandai mengambil hati orang sehingga Caerina pun terlihat seperti penjahat. Padahal gadis itu hanya sesosok gadis tak berdaya. Dia bertahan karena cinta, walau pada akhirnya dibuang juga.
"Haruskah aku colok mata mereka satu persatu?" gumam Caerina menggeram kesal.
Begitu ia menginjakkan kaki di halaman depan mansion, seorang pria yang merupakan Kepala Pelayan langsung membawa Caerina ke ruangan Heston sesuai perintah dari sang pemimpin kediaman.
"Yang Mulia, saya sudah membawa Nona Caerina."
'Nona Caerina?!' Ini membuat Caerina sedikit syok.
Keberadaannya di sini benar-benar tidak dianggap sama sekali. Caerina berusaha menahan diri untuk tak mengamuk dan mengacak-acak mansion Heston.
"Bawa dia masuk," sahut Heston.
Caerina pun masuk ke dalam ruangan. Gadis itu menatap dingin ke arah Heston. Wajahnya memang lumayan tampan, tetapi dia bukan tipe Caerina.
'Caerina, kau sangat bodoh mencintai pria ini. Padahal dia tidak begitu tampan, bisa-bisanya kau mati karena tidak mau diceraikan olehnya. Perlu aku ajari kau satu hal, kita jadi perempuan harus mahal! Jangan mau mengemis pada laki-laki yang tampangnya seperti pengemis,' gumam Caerina membatin.
Caerina mendudukkan diri di atas sofa. Heston menutup dokumennya dan ikut duduk berseberangan dengan Caerina.
"Bagaimana rasanya mati?" Heston bertanya tiba-tiba.
"Rasanya nikmat, sayangnya aku tidak bisa menyeretmu ikut ke neraka," jawab Caerina santai.
Heston tertegun mendengar Caerina begitu berani memberi balasan atas pertanyaannya. Ditambah lagi, Caerina tak lagi menunduk setiap kali berbicara dengannya.
"Sungguh? Kalau begitu, sayang sekali. Aku juga heran, kenapa Dewa malah menghidupkanmu lagi? Aku pikir, keputusan Dewa untuk mengasihimu sangat tidak tepat."
Caerina menyeruput secangkir teh yang disajikan. Heston semakin jengkel karena Caerina seperti tak menganggap penting kehadirannya.
"Kau protes saja kepada Dewa selama tujuh hari tujuh malam. Siapa tahu Dewa mendengar doamu dan aku dimatikan kembali. Namun, sepertinya Dewa tidak mau mendengar doa pria tukang selingkuh, hahaha."
Caerina tertawa lepas, secara tidak langsung ia mengejek Heston.
"Apa kau baru saja menertawakanku?"
"Menurutmu bagaimana? Apakah aku terlihat sedang menangis atau tertawa?"
Heston kian tenggelam oleh keheranan. Dia heran dan bingung melihat Caerina. Bila itu Caerina asli, maka dia akan menangis karena ditekan oleh Heston. Bahkan, Caerina dahulunya berbicara secara formal kepada Heston. Akan tetapi, Caerina yang saat ini malah berkebalikan dengan kepribadiannya di masa lalu.
"Tampaknya kau semakin berani menentangku seusai kembali dari kematian," ucap Heston menahan rasa geram.
"Ya, tentu saja aku berani. Menghadapi kematian saja aku berani, apalagi menghadapi manusia biasa sepertimu."
Heston mengatur irama napasnya, meski kala itu emosinya menderu-deru di dalam diri. Dia tetap harus menjaga wibawanya di hadapan Caerina.
"Terserah kau saja. Hari ini aku memanggilmu kemari karena aku ingin kau menandatangani surat perceraian kita. Bagaimana pun pernikahan kita terjadi atas dasar perintah dari Kaisar," tutur Heston.
"Oh, jangan-jangan sebenarnya kau ingin secepatnya menikah dengan Brenda? Tolong katakan saja sejujurnya. Aku tidak masalah kau ingin menikahinya atau tidak," kata Caerina bernada tenang.
"Akhirnya kau mengerti juga. Cepat tanda tangan surat ini."
Heston mendesak Caerina, ia menyerahkan dokumen perceraian kepada Caerina. Heston sepertinya tidak sabar ingin menikahi selingkuhannya.
"Baiklah, aku akan tanda tangan, tetapi kau harus memberiku tunjangan perceraian."
"Berapa banyak yang kau inginkan?" tanya Heston.
"Seratus ribu keping gold ditambah satu hektar lahan kosong."
"Uhuk." Heston tersedak mendengar jumlah tunjangan yang diminta Caerina. "Apa kau bercanda?!"
Caerina menyeringai, dia tahu kalau keluarga Duke Wadson sangat kaya sehingga ia berpikir meminta sebanyak itu takkan membuat keluarga Heston miskin.
"Tidak, bukankah kau kaya? Seharusnya itu jumlah kecil untukmu. Apabila kau menolak, maka aku takkan tanda tangan surat perceraiannya."
Heston memijit pelipis kepala, dia mendadak pusing dengan jumlah tunjangan yang amat fantastis.
Heston menghela napas panjang, dia harus membayarnya sesuai permintaan Caerina jika ingin segera menikahi Brenda.
"Baiklah, aku akan memberimu seratus ribu keping gold ditambah satu hektar lahan kosong. Apakah kau puas?!"
Caerina mengacungkan jempol. "Bagus! Sudah aku duga, kau sangat kaya sehingga kau tidak perlu negosiasi jumlahnya."
Caerina mengukir tanda tangannya di atas surat perceraian. Dengan begini, dia resmi menjadi janda hari ini. Sungguh menjadi kepuasan tersendiri bagi Caerina. Dia tidak perlu memikirkan masalah rumit seperti perselingkuhan atau masalah lainnya yang berhubungan dengan Heston dan Brenda.
"Aku sudah tanda tangan. Tolong segera kirim uang dan surat lahan ke kediaman Marquess Navre," ucap Caerina.
"Ya, nanti aku akan menyuruh orang untuk datang ke kediaman Marquess Navre."
Caerina dan Heston menyudahi pertemuannya. Sekarang Caerina berencana pergi meninggalkan kediaman Duke Wadson.
'Dengan uang dan lahan itu, aku bisa memulai bisnis kembali. Untuk sekarang, aku harus mengamati dan meneliti situasi dari kekaisaran yang aku tinggali.'
Ketika tiba di persimpangan lorong, Caerina berpapasan dengan Brenda dan sejumlah pelayan yang dahulu pernah melayaninya. Brenda sengaja menghambat langkah Caerina. Tampaknya wanita itu ingin memanas-manasi Caerina.
"Yang Mulia Duchess, ah haruskah aku memanggilmu Nona Caerina Navre? Sepertinya Duke telah menceraikanmu," tutur Brenda disertai senyum polos.
"Benar, sekarang aku Caerina Navre dan aku bukan Nyonya kediaman ini lagi. Selamat ya, Brenda, akhirnya impianmu tercapai juga."
Brenda terpaku, matanya tak berkedip tatkala Caerina memberi perlawanan.
"Iya, setelah ini aku akan menjadi Duchess. Kasihan sekali dirimu masih muda sudah menjadi janda," sindir Brenda.
"Menurutku, lebih kasihan dirimu. Kasihan melihatmu seorang rakyat jelata bermimpi tinggi sampai tega menghancurkan rumah tangga orang lain. Aku salut dengan sifat jal*ngmu. Hanya bermodal goyangan ranjang, kau bisa mendapatkan bangsawan."
Sindirian Caerina tak kalah pedihnya. Terlebih lagi, Caerina terang-terangan menghinanya. Sungguh sesuatu pemandangan langka. Caerina yang selalu bersikap lembut dan pengecut, kini malah menunjukkan sisi paling berani.
"Apa yang baru saja kau katakan? Apa kau kehilangan kewarasan setelah kembali dari kematian?!" Brenda mengepal tangan kuat-kuat menahan emosi membara di hati.
"Apakah ada yang salah dengan perkataanku? Setidaknya sekarang aku bersyukur, walau aku diceraikan, aku masih punya gelar bangsawan. Tolong tunjukkan rasa hormatmu, wahai rakyat jelata."
Brenda tersentak, Caerina seolah-olah menghacurkannya dari dalam. Dia mengintimidasi Brenda hingga membuat wanita itu kesulitan mengeluarkan suara.
"Kau ... dasar kau bangsawan miskin! Memangnya apa yang bisa dibanggakan dari keluargamu yang miskin itu?! Jika bukan karena Duke, keluargamu pasti terlantar di jalanan—"
Plak!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!