"Aaaaarkhhhh ... ya ampun ya ampun, aku gak liat, aku gak liat!" teriak Emil. Remaja tujuh belas tahun ini tidak sengaja melihat Boy, kakak dari sahabatnya sekaligus tetangganya yang tengah tidak memakai apa-apa. Karena ia baru saja melepas handuknya dan hendak memakai pakaian.Dan disaat yang tidak tepat Emil malah masuk kedalam kamar dan melihat semuanya.
Boy yang sedang tidak menggunakan apapun karena baru selesai mandi, merasa terkejut karena ada tetangganya sekaligus sahabat adiknya yang kini sedang berada di dalam kamarnya. Parahnya ini gadis itu tengah melihatnya dalam keadaan yang tidak seharusnya.
"Emil! Cepetan tutup mata kamu! Eh salah, maksudnya cepetan keluar dari kamar aku,terus tutup pintunya!" Sentak Boy yang terkejut saat pisang ambonnya yang tengah menggantung tanpa penghalang, kini sudah dilihat oleh tetangganya.
"Iya ... iya," tanpa berkata apa-apa lagi Emil pun pergi keluar kamar Boy sambil berlari dan mengusap dadanya. Jantungnya terasa berdebar sangat kencang, karena mungkin kini jantungnya tengah salto dan jungkir balik di dalam sana, saking terkejutnya melihat pisang gantung.
"Ya ampun, seumur hidup baru kali ini liat yang kaya gitu," Emil bergidik ngeri membayangkan sesuatu yang baru saja ia lihat tanpa sengaja.
Sedangkan di dalam sana Boy pun tengah terkejut dan juga malu, karena baru kali ini ada orang yang melihat pisang gantung miliknya. Barang pusaka yang selalu ia sembunyikan dan ia simpan baik-baik di tempat yang tertutup. Hanya dia saja yang tahu bagaimana rupanya, akan tetapi kini ada orang lain yang tahu dan melihatnya tanpa sensor sedikit pun.
*
*
*
Hari minggu ini tiga tetangga yang berada di kompleks perumahan sederhana. Namun, sebenarnya mereka semua adalah orang kaya yang suka hidup sederhana. Kini mereka semua tengah berkumpul untuk makan-makan bersama.
Mereka adalah keluarga dari pasangan Ega dan Erina, Beni dan Bella serta Raga dan Nurma. Dimana hubungan mereka dulu adalah mantan dan gebetan yang tidak berjodoh dan berakhir menjadi tetangga.
Ya meskipun pada awalnya, hubungan mereka tidak baik-baik saja dan sering terjadi masalah karena masih ada rasa cemburu dari pasangan mereka masing-masing.
Akan tetapi seiring berjalannya waktu hubungan mereka semua kini semakin membaik. Dan kini mereka menjadi tetangga yang yang sangat akrab dan mereka sudah seperti keluarga saja.
Masing-masing dari mereka sudah memiliki anak-anak yang sudah mulai beranjak dewasa. Dimana Ega dan Erina mempunyai anak yang bernama Emran dan juga Emil. Serta Beni dan Bella mempunyai anak yang bernama Bintang, serta anak sambung Beni yang bernama Boy. Dimana Boy adalah anak dari suami pertama Bella. Namun, Beni sangat menyayanginya seperti anak kandungnya sendiri.
Dan juga Raga dan Nurma yang mempunyai anak yang bernama Rafa. Kehidupan mereka sangat baik dan juga akrab begitu pun dengan anak-anak mereka.
Dan hampir setiap minggu, mereka selalu mengagendakan acara makan-makan seperti sekarang ini.
"Emil, Boy nya mana?" tanya Bella, Mamah cantik dari Boy, pria yang tadi tidak sengaja Emil lihat pisang ambonnya.
"I-itu ada, katanya nanti kesini," jawab Emil agak gemetar, karena ia masih kaget dengan penampakan belalai milik Boy
"Oh ya udah," jawab Bella tersenyum.
"Emran bantuin aku dong!" teriak Bintang yang sedang menata makanan di meja untuk mereka makan.
"Ogah!" tolak Emran, ia malah asik bermain ponsel tanpa mempedulikan Bintang.
"A Emran, cepetan bantuin. Gimana sih jadi cowok males banget!" titah Ega, Papa bakul nasi yang terkenal dengan mulut petasan bantingnya. Di adalah salah satu personil dari trio BBC.
Dengan gerakan malas, Emran pun bangun dari tempat duduknya dan membantu Bintang.
"Manja!" kesal Emran pada Bintang.
"Biar kamu ada kegiatan tahu, kamu tuh udah kaya orang bisulan duduk terus kerjanya," balas Bintang.
"Eh nih Bintang Kejora, pengen diulek bibirnya," kesal Emran.
Tak lama setelah itu, Boy pun kemudian datang dan menghampiri mereka semua. Saat matanya bertatapan dengan Emil, pandangannya langsung ia alihkan. Tentu saja karena ia masih merasa malu pada Emil yang sudah melihat benda pusakanya. Begitu pun dengan Emil yang juga merasa malu dengan pandangannya, yang dimana tadi tertuju pada pisang ambon milik Boy.
'Emil anak baik, Emil gak sengaja liat naga tidur tadi. Kalau gak sengaja gak dosa, kan,' gumam Emil dalam hati, jujur saja untuk mengangkat kepalanya saja ia tidak mampu.
'Mudah-mudahan dia tidak menceritakan apapun pada orang lain, tentang apa yang ia lihat tadi. Dan aku harap bocah ini mendadak amnesia saja. Supaya dia lupa segalanya, astaga mimpi apa aku semalam sampai-sampai sesuatu yang sangat aku jaga bisa terlihat begitu saja. Aku tidak rela, aku malu!' jerit Boy dalam hati.
Masing-masing dari keduanya, kini tengah bergelut dengan pikirannya masing-masing. Keduanya kini tengah merasakan malu karena yang luar biasa.
*
*
Keesokkan harinya, semua berjalan seperti biasanya. Emil dan Emran berangkat ke sekolah bersama menggunakan motor nya.
"Cepetan naik! Lama banget nih Bintang Kejora!" kesal Rafa pada Bintang yang memang selalu lama jika berdandan.
"Sabar dong, orang sabar itu pasti... "
"Ketinggalan!" potong Rafa. Namun , Bintang selalu merasa tidak pernah bersalah pada Rafa yang dibuat kesal olehnya.
"Udah cepetan jalan! Bawel!"
*
*
*
"Emil nanti pulang sekolah kita main dulu yah, Kak Boy katanya mau ngajakin kita jalan-jalan," ucap Bintang dengan senangnya karena kakak kesayangannya akan mengajaknya jalan-jalan.
Mendengar nama Boy, sontak saja ingatan Emil kembali pada sesuatu yang menggantung lagi. 'Oh ya ampun,' batin Emil.
"Aku gak ikut ahh, aku males," tolak Emil, yang jujur saja ia masih merasa malu untuk bertemu dengan Boy.
"Pokoknya kamu mesti ikut," rengeknya. Emil terlihat berpikir sebentar.
"Ya udah deh," akhirnya Emil pun mengiyakannya saja. Ia ingin kembali bersikap seperti biasanya pada Boy. Dimana Emil selalu terlihat akrab dengannya, dan juga selalu menganggap Boy seperti kakaknya sendiri. Lagipula kejadian kemarin bukanlah sesuatu hal yang harus diingat atau pun dikenang, anggaplah pisang itu angin lalu, bukan begitu? Itulah pikiran Emil saat ini.
Jam pelajaran pun berakhir, setelah bicara dengan Kakaknya. Emran. Emil pun kemudian pergi bersama dengan Bintang.
Tak lama kemudian Boy pun datang menjemput Bintang dan juga Emil ke sekolah. Sepertinya, bayangan itu masih belum hilang dari pikirannya Emil. Terbukti dari sikap Emil yang masih canggung gara-gara kemarin.
'Ya ampun, jantung aku mendadak salto liat mukanya Kak Boy. Sumpah aku masih malu sama Kak Boy,' gumam Emil dalam hati. Boy langsung memalingkan wajahnya saat bersitatap dengan Emil.
'Astaga, melihat Emil ginjalku mendadak terkejut,'
"Hei Bintang kecil di langit yang biru, mau nebeng motor aku gak?" tanya Rafa pada Bintang yang baru keluar rumah.
Bintang pun langsung melihat ke arah Rafa dan menghampirinya, " Wahh, motor baru ya? Mau dong ikut," jawab Bintang sambil mengelus-elus motor Rafa. Namun, tangan Bintang langsung disingkirkan oleh Rafa.
"Boleh numpang, tapi jangan dipegang. Ini motor jantan. Bahaya kalau dipegang betina!" seru Rafa menyebalkan.
"Serasa jadi kambing dibilang betina sama terong ungu," jawab Bintang dengan wajah kesal.
"Gak usah tersungging Neng, ayo naik. Mumpung Aa masih jomblo," jawabnya cekikikan.
"Jadi jomblo aja bangga," jawab Bintang sambil naik ke atas motor Rafa.
"Meskipun jomblo tapi tidak mengurangi kebahagiaan hidup, itu poin utamanya," jawab Rafa dan kemudian menjalankan motornya.
Mereka pun kini berangkat ke sekolah bersama, Emran dengan Emil dan Rafa dengan Bintang. Boy yang melihat Emil sudah pergi, hatinya menjadi lega. Entah kenapa, perasaannya menjadi tidak nyaman saat ia berada dekat Emil. Padahal sebelum-sebelumnya ia merasa biasa saja. Dan Emil pun sudah Boy anggap sebagai adiknya sendiri.
Namun, gara-gara kejadian kemarin semuanya berubah. Perasaannya terhadap Emil menjadi berubah, perasaan malu dan yang lainnya campur aduk semuanya menjadi satu. Yang jelas baru mendengar namanya saja, jantung Boy sudah bergetar apalagi jika melihatnya. Jantung Boy mendadak menari.
*
*
*
Setiap malam adalah waktunya trio Bbc berkumpul, dimana para suami siaga serta bertanggungjawab ini selalu menghabiskan waktunya untuk mengobrol di halaman rumah. Biasanya mereka menghabiskan waktu di gazebo yang ada di rumah Ega.
"Kalian sadar gak sih, kalau kita udah tua?" tanya Beni tiba - tiba. Kedua sahabat dan mantan musuh itu pun langsung melihat ke arah Beni alias es bon-bon.
"Nggak, orang aku masih muda, juga." jawab Raga sambil meminum kopinya.
"Mata kamu gangguan Bon, A Ega yang masih muda dan ganteng dibilang tua?" jawab Ega alias Papa bakul nasi, yang tidak terima dibilang tua. Karena ia merasa masih sangat muda, ia bahkan masih kuat melakukan ehem-ehem sebanyak tiga ronde, bahkan rutinitas minum susu sebelum tidur tidak pernah ia lewatkan. Mungkin itu adalah salah manfaat dari minum susu murni selama bertahun-tahun. Hingga diri nya bisa tetap kelihatan awet muda.
"Bukan gitu maksud aku, kalian gak sadar apa anak-anak kita udah pada remaja. Udah tahu yang namanya cinta," sergah Beni sambil berdecak sebal pada kedua tetangga rasa sahabatnya itu.
"Yang namanya cinta mah dari orok juga udah tahu kali. Mereka kan udah, kenal yang namanya cinta dan kasih sayang sama orang tua. Makanya mereka sekarang cinta dan sayang sama kita," jawab Raga. Mendengar ucapan Raga, Beni semakin sebal saja. Pasalnya setiap bicara dengan Raga, Beni merasa selalu tidak pernah nyambung.
"Bukan begitu maksudnya jiwa, susah deh ngomong sama corong mer4h. Gak pernah nyambung," ucap Beni.
"Gak bakalan konek ngomong ma dia mah." ucap Ega tergelak.
"Iya emang, tapi kalau
Saat para Papa ganteng sedang mengobrol, terlihat Emil keluar dari rumah. Ega yang selalu khawatir pada putri cantiknya itu pun bertanya pada Emil.
"Eh mau kemana, anak Papa? Ini udah malem Emil sayang, jangan keluyuran, masuk sana bobo sama Mamah. Tapi sebentar aja sama Mamahnya," ucap Ega pada Emil.
"Orang aku cuma mau ke rumah Bintang, kok. Mau nanyain PR Papa ganteng. Gak lama kok," jawab Emil.
"Ya udah sana, awas jangan lama-lama, udah malem."
"Oke, Pah!" jawab Emil dan kemudian pergi meninggalkan Papanya yang yang sedang ngerumpi itu. Emil pun kemudian masuk ke rumah Bintang. Karena sudah terbiasa bolak-balik ke rumah Bintang, maka Emil sudah tidak merasa canggung lagi.
"Bintaaanngg!" teriak Emil.
"Eheeemm ..." Emil pun berbalik dan ternyata ada Boy di belakangnya.
"Oh ya ampun," Emil langsung memegang dadanya saking terkejutnya, tiba - tiba ia merasa lemas. Jantungnya pun mendadak berdegup kencang saat ia melihat Boy. Kenapa Emil bisa lupa jika Bintang adalah adik dari pemilik si pisang gantung.
"A-aku mau ketemu sama Bintang." ucap Emil gugup melihat Boy.
'Gila ... kenapa tiap liat muka Kak Boy, yang kebayang malah roti sobek sama ... eh enggak, aku gak boleh ingat sama pisang gantung. Emil anak baik, gak boleh mesum.' gumam Emil dalam hati.
"Bintang ada di kamarnya, kamu bisa langsung masuk ke sana," jawab Boy.
"Oh ya udah," jawab Emil langsung naik atas, menuju kamar Bintang. Di sana terlihat Bintang sedang mengerjakan PR nya, Emil pun langsung tersenyum dan dengan cepat menghampiri sahabatnya itu.
"Tang," panggil Emil, Bintang yang melihat Emil pun langsung berdecak sebal. Karena konsentrasinya langsung buyar saat melihat Emil.
"Gak enak bener panggilannya, Tang . Apa gak ada panggilan lain yang lebih enak didenger," protes Bintang pada Emil.
"Loh, kan. Emang namanya Bintang. Kamu juga manggil aku Mil ... " tungkasnya.
"Udah kaya perkakas tahu! " jawab Bintang.
"Perkakas apa? Maksudnya pelindung buah mangga?" Emil tertawa dengan kencang, membayangkan kaca mata pelindung balon helium.
"Itu mah Ku tang dong!" jawab Bintang yang jadi ikut-ikutan tertawa. Untung saja di kamar itu hanya ada mereka berdua, jadi hanya mereka berdua yang mendengar ucapan tak berfaedah itu.
"Ngomong-ngomong, ngapain kesini?" tanya Bintang.
"Mau nanya PR lah, apalagi?" jawab Emil dan kemudian tiduran di atas kasur milik Bintang. Bintang hanya memutar bola mata malas mendengarnya. Sudah menjadi kebiasaan Emil sedari dulu, jika ada PR ia pasti akan datang ke rumah Bintang dan bertanya, ralat bukan bertanya. Akan tetapi meminta Jawabannya.
"Bosen! Emang gak bisa mikir sendiri?"
"Nggak, aku gak bisa mikir pusing,"
"Padahal Emran pinter dan adiknya malah pinter banget. Saking pintarnya, itu nilai bisa sampe minus," ejek Bintang.
"Makasih pujiannya, tapi bener aku gak ngerti, makanya kasih tahu dong. A Emran udah tidur jadi gak bisa tanya sama dia," jawab Emil. Bintang pun berdecak sebal mendengarnya, tapi tak urung ia memberi tahu isi jawaban PR nya sambil memberi tahu bagaimana cara mengisinya. Agar otaknya yang kecil ku temannya itu bisa sedikit lebih berpikir.
Karena lelah, akhirnya Emil pun meminta Bintang menyudahi sesi belajarnya. Dan dengan menyebalkannya, Emil meminta Bintang untuk mengambilkannya minum karena haus.
Saat Bintang keluar, Boy masuk ke kamar Emil. "Dek ...," panggil Boy. Mendengar suara Boy, Emil yang sedang tiduran pun langsung terbangun.
"Oh ya ampun panggilan jantung datang," gumam Emil dan kemudian melihat Boy.
"Mana Bintang?"
"Ngambil minum,"jawab Emil. Karena selalu merasa ada yang mengganjal saat melihat Emil, Boy pun kemudian menghampiri Emil dan duduk di sampingnya. Ia ingin bicara empat mata dengan Emil tentang kejadian waktu itu. Agar hatinya merasa tenang dan tidak merasa terganggu.
"Emil... " panggil Boy
"Stop! jangan ngomongin masalah itu lagi please...aku nggak mau ingat, gara-gara lihat pisang gantung Kak Boy pikiran aku jadi kotor, dan susah buat dibersihin,"
"Iya makanya ... "
"Stooopp!!!" Emil langsung membungkam mulut Boy, hingga Boy pun jatuh terlentang di atas kasur. Dan Emil tidak mau melepaskan tangannya dan terus membekap bibir Boy karena Emil tidak mau mendengar boleh membahas masalah itu. Dan parahnya, kini Emil duduk di perut Boy. Dan di waktu yang tidak tepat. Beni yang hendak melihat putrinya itu tak sengaja melihat pemandangan yang tidak seharusnya, dari anaknya dan juga anak tetangganya itu.
"Astaghfirullah! A Egaaaa ... Tolong! Boy mau diperkos4 sama Emil!" teriak Beni
Mendengar teriakkan Beni, personil trio Bbc langsung berlari ke rumah Beni. Bintang yang melihat posisi kakaknya dan juga temannya itu, langsung menutup mulutnya. Bella yang pun langsung menganga melihatnya. Terkejut melihat posisi Emil dan Boy yang sangat int1m .
Ega dan Raga berlari ke rumah Beni, termasuk tetangga lain yang mendengar teriakan es bon-bon yang meresahkan malam itu. Karena terkejutnya Emil dan Boy malah diam di posisi yang sama. Hingga saat Papa bakul nasi melihatnya ia langsung shock, karena putrinya terlihat seakan hendak mengambil keperjakaan anak tetangga sekaligus sahabatnya itu.
"Astaghfirullah, Emil. Kamu ngapain!" tanya Ega, langsung masuk ke kamar Bintang Kejora. Kesadaran Emil baru terkumpul saat mendengar suara petasan banting Papanya.
Habislah sudah, seperti itulah yang ada dalam pikiran Emil dan juga Boy. Apalagi disana bukan hanya ada keluarga trio Bbc tapi disana juga ada para tetangga kepo yang melihatnya.
"Papa ... Emil tadi ...?"
"Kamu mau perkos4 Boy?" pertanyaan tak berakhlak itu muncul begitu saja dari mulut lemes Beni.
"Enggak! Masa aku perkos4 dia. Gak kebalik?" protes Emil rak terima pada ucapan orang yang mungkin sebentar lagi akan mertuanya.
"Posisinya aja gak kebalik!" sambung Raga.
"Eh Corong Merah gak usah ikut-ikutan ngomong, cuma buat tambah rusuh aja. Masak es batu aja sana!" kesal Ega. Ega semakin panik saat melihat banyak tetangga kepo, dan sekarang Erina pun datang ke rumah Beni dan melihat keributan yang diakibatkan oleh putri kesayangannya.
"Ada apa ini rame-rame?" tanya Erina, tadi baru saja Erina mau tidur. Namun, mendengar keributan di rumah Beni akhirnya mengusik Erina dan memutuskan untuk melihatnya sebentar. Karena ia takut terjadi sesuatu hal. Apalagi anak dan suaminya belum masuk ke rumah .
"Itu mbak Erin, anaknya mau perkos4 Boy katanya," jawab Bu Susi biang gosip nomor satu di kompleks itu. Ucapan tak bersaring itu keluar begitu saja dari mulut yang hobinya menggosip setiap hari itu
"Masa sihhh Emil seganas itu? Aku gak percaya!" bantah Erina marah bercampur kesal pada tetangganya itu. Seenaknya saja mengatakan jika putrinya itu akan mengambil keperjakaan tetangganya sekaligus anak sambung dari mantan kekasihnya. Bagaimana pun juga Erina adalah ibu dari Emil ia sangat tahu bagaimana sifat anaknya itu, dan Emil pun malah belum pernah mempunyai seorang kekasih Jadi tidak mungkin Ia melakukan hal yang tidak-tidak terhadap Boy, pikir Erina. Jika saja tidak ada banyak orang di sana mungkin Erina sudah menyumpal mulut Bu Susi yang suka menggosip itu.
"Orang gitu kenyataannya," balas Bu Susi tak mau kalah. Di sana terlihat Ega tengah menarik kasar rambutnya dan mengusap wajahnya. Posisinya kini terasa dipojokan oleh semua orang disana. Karena mereka juga melihat posisi Boy dan Emil yang terlihat sangat tidak pantas untuk dilihat.
Belum hilang rasa terkejutnya karena Putrinya jadi tontonan, tiba-tiba ada sesuatu yang lebih membuat Ega terkejut dan hampir membuat ginjalnya berhenti berdetak, yaitu datangnya ketua Rt, Rw bahkan seorang ustadz bahkan penghulu yang dipanggil oleh salah satu warga yang mengira jika Emil dan Boy tengah melakukan hal yang tidak pantas.
"Mana yang mau dinikahkan ini?" tanya Pak Rt. Semakin lemas saja kaki Ega, ia bahkan hampir pingsan melihat semua ini. Erina pun marah pada orang yang membawa penghulu dan yang lainnya. Mereka terus memaksa Emil dan Boy harus menikah. Namun, Erina bersikeras menolak semua ini. Ia tidak mau putrinya tiba-tiba dinikahkan dengan cara seperti ini. Apalagi dituduh melakukan perbuatan yang tidak-tidak. Apa kata orang nanti, putrinya pasti menjadi gunjingan dan dianggap perempuan yang tidak baik
Emil dan Boy pun terus menyangkal jika semua itu salah paham, tapi seperti yang kita tahu jika Netizen lah yang selalu benar. Mereka tetap menuduh mereka berdua melakukan hal itu.
Anehnya Emil tidak menangis bahkan tertekan, gadis remaja itu hanya terlihat bingung dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sedangkan Boy ia bingung harus mengatakan apa, karena semua ucapannya tidak ada yang dipercaya oleh orang-orang itu. Hingga akhirnya Boy pun menyerah.
*
*
*
Disana akhirnya terjadilah perdebatan antara warga dan trio Bbc, perdebatan itu terjadi sangat lama. Untuk mengambil langkah terbaik untuk kejadian ini. Bagaimana pun juga trio Bbc kalah untuk kali ini, mereka hanya bertiga sedangkan disana banyak warga kompleks lainnya yang lebih dari sepuluh kepala keluarga beserta anak istrinya.
Habislah sudah untuk kali ini, untuk pertama kali trio Bbc harus menerima kekalahan. Bagaimana pun juga mereka terus di pojokan oleh para warga.
Dan keputusan akhirnya adalah Emil dan Boy harus menikah malam ini juga.
"Ya Allah, mimpi apa kemarin malem gini amat ya," ucap Ega sambil geleng-geleng kepala. Ia merasa kepalanya sangat sakit karena ia baru saja menjadi wali di pernikahan dadakan putrinya.
"Akhirnya kita besanan juga, A," sambung Beni lemas.
"Tapi gak gini caranya, Bon. Aa tertekan!" sambung Ega.
Kini di rumah Beni semua warga sudah pulang begitupun dengan penghulu dan yang lainnya. Di sana hanya tinggal keluarga BBC saja bersama anak-anaknya, terkecuali Emran dan Rafa yang memang sudah tidur sedari sore.
"Emil, kok bisa-bisanya sih kamu mau bercocok tanam sama Boy?" tanya Ega, ia tidak mau menekan putrinya. Ega sangat menyayangi Emil. Ia tidak mau Putrinya tertekan karena hal ini, psikis Emil harus tetap dijaga begitu lah yang ada dalam pikiran Ega sekarang.
Sepertinya Ega lupa, jika Emil memiliki mental baja seperti Erina. Ia tidak tersinggung ataupun tertekan dengan hal ini, ia hanya merasa bingung saja dengan semua yang baru terjadi pada dirinya.
"Emil gak mau perkos4 Kak Boy Pah, Emil cuma mau tutup mulutnya Kak Boy aja, biar gak ngomong terus. Eh malah jatoh, untung jatuhnya ke kasur jadi gak sakit," jawab Emil tanpa beban.
Untung katanya, semua orang hanya mengelus dadanya mendengar ucapan Emil.
"Boy, sekarang kamu udah jadi suaminya Emil. Kamu mesti jagain dia. Emil tanggung jawab kamu sekarang," ucap Beni.
"Tapi mereka jangan dulu tidur satu kamar," ucap Erina.
"Iya aku setuju," sambung Bella.
"Biarin aja kaya gini dulu, sebelum mereka berdua siap dengan semuanya." sambung Ega.
"Emang kamu kenapa tutup mulutnya Kak Boy?" tanya Bintang. pertanyaan itu mewakili mereka semua. Apa sebenarnya yang terjadi sampai Emil menutup mulut Boy dengan sangat kuat.
Boy langsung memberi kode kepada Emil agar tidak memberitahukan kepada mereka apa yang sebenarnya terjadi. Jangan sampai semua orang tahu jika Emil sudah melihat pisang gantungnya.
Namun, otak kecil Emil tidak mampu menyerap kode dari Boy. Dan akhirnya Emil pun berniat memberitahukan mereka apa yang sebenarnya terjadi, pada awalnya.
"Itu loh waktu itu aku gak sengaja liat pisang Ambon Kak Boy...."
"Apa...!!!!" Semua orang terkejut mendengar ucapan Emil padahal ucapan Emil belum selesai tetapi mereka sudah shock duluan.
"Astaghfirullah, jangan bikin kaget," Emil mengelus dadanya. Padahal yang sebenarnya dialah yang sudah membuat semua orang terkejut, hingga ginjal mereka semua berhenti berdetak.
***
Jangan lupa like dan komentarnya ya 😚😚😚
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!