NovelToon NovelToon

JERAT CINTA MAFIA KEJAM

01

Sarah memasuki satu ruangan dengan harapan Ia bisa diterima menjadi salah satu model disana.

Sudah beberapa bulan Sarah menjadi pengganguran di paris, tidak ada job sama sekali untuknya.

Bukan tanpa sebab, semenjak managernya yang bernama Caca menghilang entah kemana, Sarah menjadi hilang arah, tak tahu apa yang harus Ia lakukan disini karena selama Ia menjadi model diparis, Caca lah yang selalu mengurus segala keperluannya.

Banyak yang mengatakan jika Ia ditipu, Caca pergi membaws kabur uangnya namun Sarah masih tak percaya karena Ia rasa Caca tak sejahat itu padanya.

"Maaf aku tidak bisa menerima mu jadi model disini, kau tahu para buyer meminta pada kami untuk mendapatkan model yang masih muda dan kurasa ehem, kau sudah tidak muda lagi." ucapan nylekit pemilik brand membuat Sarah ingin menangis saat ini juga.

"Apa kau benar benar tidak bisa membantu ku? Jadi apapun aku mau." pinta Sarah masih tak menyerah.

"Aku benar benar minta maaf Sarah, jika kau mau, kau bisa jadi asisten para model tapi jika tidak-"

"Maaf aku tidak bisa," potong Sarah langsung menolak.

"Baiklah jika tidak bisa, maaf aku tidak bisa membantu banyak."

Sarah mengangguk, Ia bersiap untuk keluar dari ruangan itu "Permisi, maaf sudah menganggu waktu mu." kata Sarah lalu keluar dari ruangan itu.

Sarah menuju toilet, Ia sudah tak tahan lagi ingin menumpahkan tangisnya disana.

"Sebenarnya kau kemana Ca? Kenapa kau tega meninggalkan ku tanpa mengatakan apapun?" ucap Sarah disela isak tangisnya.

Sarah keluar dari toilet setelah puas menangis, Ia memilih untuk pulang ke apartemen karena merasakan kepalanya pusing saat ini.

Saat tiba di apartemen, Sarah dikejutkan oleh kedatangan pemilik apartemen yang sudah menunggunya.

"Kau belum membayar apartemen selama 3 bulan, apa kau sudah tidak ingin melanjutkan sewa lagi?" tanya Pemilik apartemen.

"Ma masih hanya saja, Caca menghilang, semua uangku dibawa oleh Caca. Aku juga belum mendapatkan job pekerjaan."

Wanita pemilik apartemen itu menghela nafas panjang, "Ku beri waktu selama 3 hari, jika masih belum bisa membayar, pergilah dari sini." kata wanita itu lalu pergi meninggalkan Sarah.

Sarah tertunduk lesu, Ia kini berada diposisi terpuruk. Tidak ada pilihan lain selain pulang ke kampung halamannya.

"Mungkin ini akhir dari karier ku disini, sudahlah tidak apa apa. Aku juga sudah lama tidak pulang ke indonesia." gumam Sarah menghibur dirinya sendiri.

Selama ini Sarah selalu mentransfer uang cukup banyak untuk Ayahnya yang ada dikampung dan Sarah berharap memiliki aset dikampung halamannya, setidaknya bisa untuk Ia hidup sementara tanpa harus memikirkan pekerjaan.

Sarah membuka laci mejanya, dimana ada banyak perhiasan disana.

"Lumayan, bisa ku jual untuk ongkos pulang dan melunasi sewa apartemen."

Sarah segera menghubungi salah satu temannya untuk membeli semua perhiasan miliknya itu.

"Aku tidak bisa membeli semua Sarah, aku akan mengambil satu saja." kata Nisa teman seperjuangan Sarah selama menjadi model diparis.

"Tidak masalah, yang penting uangnya cukup untuk melunasi sewa apartemen dan ongkos pulang ke kampung."

"Baiklah, aku akan mentransfer uangnya sekarang."

Nisa memperlihatkan bukti uang yang sudah Ia transfer.

"Terima kasih banyak Nisa, kau masih mau membantu ku."

"Tidak masalah, selama aku bisa." balas Nisa, "Apa kau tidak ingin melaporkan Caca ke polisi? Aku pikir dia sudah sangat keterlaluan." tambah Nisa.

Sarah menggelengkan kepalanya, "Aku tidak tahu, rasanya aku tidak tega jika sampai Caca dipenjara."

Nisa berdecak, "Kau ini terlalu baik Sarah, pantas saja banyak yang jahat padamu."

Sarah malah tersenyum, "Tapi kau masiu baik padaku."

Nisa menghela nafas panjang, "Jika saja kau menerima lamaran Alka waktu itu, mungkin kehidupan mu tidak akan seperti ini sekarang."

Deg... Entah mengapa mendengar nama Alka menimbulkan rasa nyeri dihati Sarah.

Sudah beberapa bulan berlalu, sejak Alka memutuskan hubungan mereka. Sarah mencoba bangkit dan tidak lagi melihat ke belakang meskipun rasanya sangat sulit, meskipun bayang bayang penyesalan itu terlihat jelas.

Ya Nisa benar, Jika saja Ia dulu tak mementingkan karirnya dan menerima lamaran Alka mungkin dia sudah menjadi Nyonya Alka sekarang.

Ia sangat Ambisius hingga tak sadar jika Ia bisa saja jatuh seperti ini.

"Tapi semua sudah berlalu, jangan pikirkan lagi. ngomong ngomong apa dia sudah tidak pernah menghubungi mu lagi?" tanya Nisa.

Sarah menggelengkan kepalanya, "Tidak, dia sudah tidak menghubungi ku lagi."

"Ya sudahlah, berarti kau juga harus bisa move on."

Sarah mengangguk setuju, meskipun jauh dilubuk hatinya masih berharap ingin bersama dengan Alka lagi.

"Mungkin nanti saat di Indonesia, aku bisa pergi menemuinya." batin Sarah.

Setelah Nisa pulang, Sarah mulai mengemasi barangnya karena Ia ingin pulang malam ini juga.

Sarah sudah memesan tiket pesawat melalui online.

Ia segera menyelesaikan urusannya dengan pemilik Apartemen, setelah selesai, Sarah pergi ke bandara malam ini juga.

Selama perjalanan pulang ke kampung halaman nya. Sarah menghabiskan waktunya untuk melihat foto fotonya bersama Alka yang masih Ia simpan diponselnya.

Baik Alka maupun Sarah selalu tersenyum bahagia difoto itu.

"Maafkan aku, jika saja aku bisa menjaga diri mungkin aku tidak akan membuatmu pergi seperti ini." gumam Sarah tanpa disadari sudah meneteskan air matanya.

Setelah melewati perjalanan berjam jam yang sangat melelahkan akhirnya Sarah sampai dikota kelahirannya.

"Rasanya sudah banyak yang berubah," batin Sarah.

Sarah memesan taksi untuk perjalanan pulang kerumah, Ia ingin memberikan surprise pada Ayahnya atas kepulangannya ini.

Sebelum sampai dirumah, Sarah sempat mampir membeli beberapa barang juga makanan untuk oleh oleh sang Ayah.

"Ayah pasti seneng deh." batin Sarah mengingat Ia belum memberitahu Ayahnya jika Ia akan pulang hari ini.

Selama ini Ia dan Ayahnya hanya berkomunikasi melalui telepon. Ayahnya selalu mengatakan rindu dan berharap Sarah segera pulang. Kini Sarah sudah mengabulkan permintaan Ayahnya itu.

Sarah turun didepan gang masuk rumahnya karena gang masuk terlalu sempit membuat mobil tidak bisa masuk.

Sarah menyeret dua kopernya, berjalan menuju rumahnya yang sudah terlihat dari jauh.

Sarah mengerutkan keningnya heran, "Kenapa rumah masih belum direnovasi? Bukankah waktu itu Ayah minta uang untuk renovasi rumah?" batin Sarah melihat rumahnya masih biasa saja.

Sarah sampai didepan rumah, Ia segera mengetuk pintu rumahnya.

Tak menunggu waktu lama pintu terbuka dan Sarah dibuat terkejut karena yang membuka pintu bukan Ayahnya melainkan seorang gadis muda seumuran dengannya yang berpenampilan sangat seksi.

"Siapa sayang?" suara Tono Ayah Sarah terdengar mendekat.

Baik Tono maupun Sarah sama sama terkejut.

"Sa Sarah.. Kamu pulang nak?" Tono terdengar gugup melihat kedatangan Sarah.

Dan kebingungan Sarah bertambah saat Ia melihat segerombolan pria berbadan kekar mendatangi rumahnya.

"Bayar hutangmu sekarang!!"

Bersambung....

Haloo semua... selamat datang dinovel terbaruku, semoga kalian sukaaa...

Jangan lupa like vote dan komen biar author tambah semangat nulisnya hehe

02

Kepala Sarah berdenyut, merasakan pusing yang sangat luar biasa. Belum sempat Sarah menanyakan siapa gadis yang membuka pintu dan sekarang malah datang segerombolan pria berbadan kekar yang menagih uang pada Ayahnya.

"Hutang? Siapa yang memiliki hutang?" tanya Sarah.

"Ayah bisa jelaskan semua padamu Sarah, sekarang masuklah." pinta Tono terlihat ketakutan.

"Oh jadi ini putrimu yang bekerja sebagai model itu? Bagus, katakan pada putrimu sekarang agar dia bisa melunasi hutangmu!" kata salah seorang pria.

"Ayah memiliki hutang?" Sarah terlihat sangat terkejut.

Tono hanya diam saja, tidak berani menjawab pertanyaan Sarah.

"Ya Nona, Ayahmu memiliki hutang pada Tuan kami sebesar 1 miliar."

Sarah langsung terjatuh dilantai, Ia benar benar sangat terkejut, dadanya bahkan terasa sangat sesak.

"Batas waktu pelunasan 1 hari lagi jika Ayahmu tidak bisa melunasi hutangnya, Tuan kami sendiri yang akan memenggal kepala Ayahmu."

Sarah menatap tajam ke arah pria itu, "Katakan pada Tuanmu, aku akan segera mencarikan uangnya." kata Sarah.

"Baiklah Nona, besok kami akan datang kesini untuk meminta uangnya."

Segerombolan pria itu pun pergi meninggalkan rumah Sarah.

Sarah masih tersungkur dilantai, Ia masih sangat shock dengan apa yang terjadi saat ini.

"Masuklah nak..." suara Tono terdengar lembut.

Sarah pun segera beranjak, Ia memasuki rumah, melihat keadaan rumahnya masih seperti dulu, tidak ada yang dirubah dan tidak ada barang baru yang terbeli.

"Buatkan putriku minum." pinta Tono pada gadis yang ada dirumahnya.

Tanpa membantah, gadis itu segera melakukan apa yang Tono minta.

Sarah duduk disalah satu kursi lusuhnya, Ia menatap ke arah Tono penuh tanya.

"Kenapa kau tidak bilang jika pulang nak?" tanya Tono masih gugup.

Bukannya menjawab, Sarah malah balik bertanya, "Sebenarnya apa yang terjadi? Sarah bekerja bertahun tahun dan tidak pernah sekalipun absen memberi Ayah uang, tapi kenapa Ayah bisa memiliki hutang sebanyak itu?"

Gadis itu kembali keluar dan meletakan segelas teh hangat didepan Sarah.

"Dan siapa dia?" tanya Sarah sambil menatap ke arah gadis yang saat ini tengah menunduk, tak berani menatap ke arahnya.

"Sebelumnya Ayah minta maaf, Ayah benar benar minta maaf." kata Tono, terlihat raut wajah Tono penuh penyesalan.

"Dia Rista, istri Ayah."

Deg... Tidak hanya merasakan kepalanya berdenyut, Sarah juga merasakan hatinya begitu nyeri, mengetahui Ayahnya menikah lagi tanpa memberitahunya.

"Apa aku ini anak Ayah?" tanya Sarah dengan senyuman menyedihkan.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu nak? Tentu kamu ini anak Ayah."

"Jika memang aku ini anak Ayah, kenapa Ayah tidak mengatakan pada Sarah jika Ayah menikah lagi!" Sarah mulai emosi.

"Ayah malu nak, ayah juga takut ingin mengatakan padamu tapi Ayah juga tidak bisa membohongi perasaan Ayah jika Ayah begitu mencintai Rista." ungkap Tono dengan mata memerah seolah menahan tangis.

Sarah terdiam, mencoba berpikir jernih, mencoba menahan diri dan mengerti apa yang Ayahnya rasakan.

Ibu Sarah sudah meninggal saat Sarah masih kecil dan selama ini ayahnya hanya bekerja untuk biaya sekolah Sarah hingga Sarah menjadi model jadi kali ini mungkin Sarah bisa mengerti jika Ayahnya menikah lagi meskipun tak dipungkiri Ia juga sangat kecewa karena Ayahnya tak memberitahunya masalah pernikahan.

"Lalu bagaimana bisa Ayah memiliki hutang sebanyak itu? Apa karena istri baru ayah itu?" tuduh Sarah sambil menunjuk ke arah Rista.

"Tidak Sarah, hutang Ayah tidak ada hubungannya dengan Rista." bela Tono.

"Lalu bagaimana Ayah bisa mempunyai hutang sebanyak itu?"

Tono terdiam cukup lama sebelum akhirnya Ia menjelaskan pada Sarah, "Waktu itu Ayah kalah judi, 300 juta dan Ayah meminjam uang. Setiap bulan jika kamu mentransfer uang, Ayah selalu mencicil hutang namun bukannya berkurang, hutang Ayah bertambah jadi 1 miliar karena bunganya memang besar."

Sarah mengepalkan tangannya, Ia tak menyangka Ayahnya akan terjebak hutang dengan rentenir.

"Jika memang seperti itu, biarkan saja Ayah dibunuh oleh mereka." kata Sarah dengan nada geram.

Seketika tangis Rista pecah setelah mendengar ucapan Sarah, "Ku mohon jangan lakukan itu, saat ini aku sedang mengandung anak, jangan biarkan anak ini menjadi yatim karen tak memiliki Ayah." ungkap Rista.

Kepala Sarah semakin berdenyut, jika Ia tahu akan seperti ini, Sarah lebih memilih berada diparis. Menjadi asisten model pun tak masalah asal Ia tak harus berada di posisi berat seperti ini.

Sarah ingin bersikap kejam, namun mengetahui jika Rista sedang hamil, tentu Ia tidak bisa melalukan itu.

"Aku akan memikirkan bagaimana cara mendapatkan uang itu!" kata Sarah lalu beranjak dari duduknya.

Sarah menyeret kopernya, membawa masuk ke kamarnya.

Sarah menatap kamarnya yang masih sama seperti dulu.

"Rista membersihkannya setiap hari." kata Tono didepan pintu kamar Sarah.

Tanpa mengatakan apapun, Sarah menutup pintu kamarnya.

Rista berdiri dan menghampiri Tono, Ia langsung memeluk Tono, "Bagaimana jika kita tidak mendapatkan uangnya? Aku tidak ingin melihatmu dibunuh oleh mereka." ucap Rista sedih.

Tono mengelus bahu Rista, "Semua akan baik baik saja, percaya padaku."

Sementara dikamar, Sarah terlihat sangat sedih, tak tahu bagaimana Ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu sementara dirinya saja saat ini tidak memiliki pemasukan sama sekali.

Sarah mencoba menghubungi teman temannya melalui chat namun mereka sama sekali tidak bisa membantu bahkan ada yang tidak membalas chatnya.

Sarah mengambil kotak belundru warna hitam yang ada dikopernya, Ia membuka kotak itu. Masih ada perhiasan yang tersisa 4 buah salah satunya kalung berlian yang bernilai cukup mahal.

"Jika semua ini ku jual hanya 200 juta, lalu dari mana aku bisa mendapatkan sisanya?"

Lagi lagi kepala Sarah berdenyut pusing.

"Apa aku meminjam Alka saja ya?" gumam Sarah namun segera Ia menggelengkan kepalanya.

"Tidak, tidak mungkin aku meminjam uang pada Alka tapi bagaimana ini, aku tidak punya pilihan lain." keluh Sarah.

Sarah berdecak, Ia sudah buntu tidak menemukan jalan keluar hingga tanpa disadari kantuknya menyerang dan Sarah terlelap.

Sarah membuka matanya, Ia merasa perutnya sangat lapar.

Sarah melihat jam dinding sudah pukul 8 malam, entah berapa jam Ia tertidur setidaknya bisa melupakan masalahnya sejenak.

Sarah keluar kamar, langsung ke dapur karena Ia ingin makan.

Sarah melihat Rista sedang mencuci piring.

"Sudah bangun ya? Makanlah dulu, aku menyiapkan lauk untukmu." kata Rista.

Sarah membuka tudung saji, masih ada sepiring nasi, semangkuk sayur sop dan sepotong ayam goreng.

Sarah segera makan makanan yang sudah disiapkan untuknya.

Sarah sudah terbiasa hidup sederhana diparis jadi saat Ia kembali kerumah pun tidak terkejut melihat keadaan rumahnya yang seperti ini.

"Kau yang memasak ini?" tanya Sarah yang langsung diangguki oleh Rista.

Sarah menghentikan kunyahanya, menatap punggung Rista yang saat ini masih mencuci piring.

Pakaian yang dikenakan Rista memang terlampau seksi tapi Sarah merasa Rista tidak seburuk yang Ia pikirkan apalagi melihat Ayahnya yang kini bertambah gemuk dan sehat sudah pasti karena Rista pandai merawat Ayahnya.

Sarah berdecak, "Aku tidak punya pilihan lain!"

Bersambung...

Jangan lupa like vote dan komen yaaa

03

Sarah keluar dari kamar setelah Ia merasa ingin buang air besar.

Kamar mandi dirumah Sarah berada disamping dapur, saat Sarah melewati dapur, Ia melihat Rista sudah sibuk didapur.

"Jam berapa ini? Kenapa dia sudah memasak." batin Sarah lalu melirik ke arah jam dinding dan masih pukul 4 pagi.

Selesai dengan hajatnya, Sarah menghampiri Rista, "Kenapa masak sepagi ini?" tanya Sarah.

"Karena nanti jam 5 aku harus bekerja."

Sarah terkejut mendengar pengakuan Rista, Ia pikir Rista tidak bekerja, hanya menumpang dirumahnya, "Bekerja dimana?"

"Dipasar, bantuin jualan orang. Lumayan kan uangnya buat makan sehari hari karena mas Tono harus ngumpulin uang buat bayar hutang jadi aku harus bantuin cari uang buat makan." ungkap Rista.

Sarah menatap mata Rista, mencari kebohongan disana namun Ia tidak menemukan kebohongan yang Ia cari. Rista terlihat tulus mencintai Ayahnya.

"Kau bilang sedang hamil? Apa tidak masalah jika harus bekerja seperti itu?" tanya Sarah sedikit khawatir karena mau bagaimanapun anak yang dikandung Rista akan menjadi adiknya.

Rista tersenyum, "Babynya pinter, anteng kalau diajak kerja."

Sarah ikut tersenyum mendengar ucapan Rista. Sarah tak mengatakan apapun lagi. Ia masuk ke kamarnya dan kembali lagi ke dapur.

"Sepertinya cincin ini pas di jarimu, pakailah." kata Sarah mengulurkan sebuah cincin salah satu koleksi perhiasan miliknya yang ingin Ia jual.

Rista terkejut dan langsung menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu, tidak perlu memberikan apapun, sungguh."

Sarah memaksa, mengambil tangan Rista lalu memasukan cincin ke jari Rista.

"Sudah ku bilang ini pas di jarimu." kata Sarah.

"Kenapa memberiku ini?" tanya Rista menatap cincin yang sangat indah itu.

"Anggap saja itu mas kawin Ayah dari ku."

Rista memberanikan diri memandang Sarah, "Terima kasih Sarah, kau gadis yang baik. Maaf jika aku dan Ayahmu sudah membuatmu sedih." kata Rista dengan mata memerah ingin menangis.

Sarah menepuk nepuk bahu Rista, "Sudah sudah, jangan pikirkan apapun lagi. aku akan berusaha untuk membantu Ayah keluar dari hutangnya dan sekarang aku akan membantumu masak agar kau tidak terlambat bekerja." kata Sarah.

"Jangan, tidak perlu nanti tanganmu jadi kasar." tolak Rista mengingat anak tirinya itu seorang model tentu harus menjaga penampilan.

Sarah malah tertawa, "Apa yang kau katakan, di paris pun aku juga terbiasa masak sendiri, aku tidak pernah takut tanganku kasar, selama bisa merawatnya dengan baik, tanganku tidak akan kasar."

Rista akhirnya mengangguk, menyetujui Sarah membantunya memasak.

Selesai memasak, kini Mereka sudah berada dimeja makan untuk sarapan bersama.

Tidak ada obrolan diantara Sarah dan Tono, mereka terlihat canggung.

"Kamu kalau bosan dirumah boleh main keluar." kata Tono pada Sarah sebelum Ia dan Rista berangkat kerja.

"Aku ada urusan diluar hari ini jadi mungkin aku memang keluar."

Tono mengangguk, "Hati hati, jangan pulang terlalu larut."

Sarah tersenyum, perhatian Ayahnya masih sama seperti dulu, "Ya ayah."

Setelah Tono dan Rista berangkat, Sarah pun bersiap untuk pergi ke kantor Alka.

Ya hari ini Sarah ingin menemui Alka, sekedar bertanya kabar dan ingin meminjam uang pada Alka.

Sarah tahu betul bagaimana Alka dan Sarah yakin jika Alka pasti mau memberikan pinjaman uang untuknya.

Sarah berada didepan cermin, Ia memakai dress yang dulu dibelikan oleh Alka.

Sarah merias dirinya, Ia ingin terlihat cantik dimata Alka.

Sarah menarik nafas dalam dalam lalu mengeluarkannya, "Oke, mari kita lakukan. demi Ayah." gumam Sarah yang merasa sangat gugup saat ini.

Sarah memesan taksi online untuk pergi ke kantor Alka. Sesampainya disana, Sarah langsung disambut senyuman manis satpam yang berjaga didepan kantor.

"Neng Sarah..." sapa Satpam itu yang memang mengenal Sarah.

"Halo pak Amin, bagaimana kabarnya?" tanya Sarah dengan ramah.

"Baik Neng, ngomong ngomong Neng Sarah ngapain ke sini?" tanya Pak Amin yang membuat Sarah keheranan.

"Apa Alka sudah menyebarkan ke semua orang jika mereka putus?" batin Sarah.

"Neng..." panggil Pak Amin kala Sarah tak segera menjawab.

"Mau ketemu Mas Alka, ruangannya masih sama kan ya pak?"

Pak Amin menatap Sarah dengan tatapan terkejut, "Lho, emang belum tahu ya Neng?"

"Tahu apa pak?"

"Kalau Pak Alka sudah tidak dinas disini."

Jawaban Pak Amin membuat Sarah terkejut, "Lalu dimana pak?"

"Di luar kota, ada kantor baru disana. Kabarnya juga mau menikah seminggu lagi, saya pikir Pak Alka mau nikah sama Neng Sarah." kata Pak Amin yang langsung membuat Sarah shock.

"Nikah pak? Nikah sama siapa Pak?"

"Saya juga tidak tahu Neng, tadi saya pikir sama Neng Sarah makanya saya kaget kok Neng kesini nyari Pak Alka.

"Buk bukan sama saya kok Pak." balas Sarah terlihat malu dan sangat sedih.

"Memang sudah putus ya Neng?"

Sarah mengangguk, "Kalau begitu saya permisi ya pak."

"Tunggu neng, apa mau saya teleponkan Pak Alka?"

Sarah menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu pak, lagipula bukan hal penting." kata Sarah lalu pergi menjauh dari kantor Alka.

Saat ini Sarah merasa dadanya sesak, matanya penuh ingin menangis.

Sarah melihat ke sekitar, mencari toilet umum dan masuk kesana untuk menangis.

Sarah menangis sejadi jadinya didalam toilet umum, tidak peduli jika ada yang mendengarnya.

"Bagaimana bisa... Bagaimana bisa kau mendapatkan penggantiku secepat itu, bahkan menikah? Kau benar benar tega Alka." ucap Sarah disela tangisnya.

Cukup lama Sarah menangis di toilet hingga Ia merasakan lega dan akhirnya keluar dari toilet.

"Sekarang kemana lagi aku harus mencari uang sebanyak itu?" gumam Sarah dengan mata sembabnya.

Sarah akhirnya memutuskan untuk pulang karena Ia tak tahu lagi harus kemana mencari uang.

Sesampainya dirumah, sudah banyak orang disana, Ya mereka adalah para penagih hutang yang kemarin datang.

"Akhirnya kau pulang juga Nona, kami pikir kalian akan kabur karena rumah ini kosong." ucap Salah seorang pria kekar yang ada disana.

"Ini Bos, ini putri Tono yang kemarin ingin membayar hutang Tono!" adu pria kekar itu pada seorang pria yang terlihat paling tampan diantara mereka.

Pria tampan itu memandangi Sarah dari atas sampai bawah membuat Sarah merasa risih.

"Perkenalkan Nona, saya Vandam asisten pribadi Tuan Arga, yang sudah meminjami uang pada Tono Ayah Nona." kata Pria tampan itu dengan suara lembut, sangat berbeda dari para pria berbadan kekar yang kasar.

"Aku masih belum mendapatkan uangnya, jika boleh aku ingin meminta waktu lagi." kata Sarah lalu mengeluarkan sesuatu didalam tasnya.

"Ini perhiasanku, jika dijual mungkin seharga 100 juta, setidaknya ini akan menjadi jaminan agar kalian percaya, aku tidak akan kabur." kata Sarah mengulurkan kotak perhiasan miliknya.

Vandam tertawa, "Maaf Nona, kami tidak membutuhkan perhiasan recehmu ini, yang kami butuhkan uang untuk melunasi hutang."

"Tapi saat ini aku belum mendapatkan uangnya, apa kalian tidak bisa mengerti!" Sarah mulai kesal.

"Ada cara lain jika Nona mau hutang Tono lunas."

"Cara apa?"

"Menikahlah dengan Tuan kami."

Bersambung....

Jangan lupa like vote dan komeenn...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!