NovelToon NovelToon

Dusta (Dia Yang Aku Cinta)

Bab 1

Pagi cerah itu menambah kenikmatan dalam menyesap kopi di pagi hari. Seperti biasa, Aluna menyiapkan kopi dan roti bakar untuk suami, Saga. "Kopinya mas.." kata Aluna sembari menghidangkan segelas kopi hitam di depan suaminya yang sedang menikmati roti bakar buatan istri tercinta.

"Makasih sayank.." kata manis Saga untuk sang istri.

"Mas, hari ini aku berangkat awal, karena ada klien yang ingin ketemu pagi ini." kata Aluna berpamitan kepada suaminya.

"Iya.." Saga menjawab dengan lembut.

"Kalau gitu aku berangkat dulu ya, mas! Emuah.." sebelum berangkat ke butik, Aluna mengecup pipi suaminya dengan lembut.

"Hati-hati sayank!" kata Saga.

Aluna segera bergegas menuju mobil dan berangkat ke butik. Tidak seperti biasa, pagi ini Aluna berangkat lebih pagi. Jika biasanya dia berangkat jam setengah 9. Hari ini jam 7 dia sudah berangkat.

Honda jazz berwarna merah melaju pelan di jalan komplek perumahan elite. Namun, tiba-tiba berhenti di seberang jalan. Tidak tahu sedang apa dan sedang menunggu siapa.

Mata Aluna terus menatap ke arah pintu keluar dari komplek perumahan tempat tinggalnya. Ia melepas kacamata hitam yang dia kenakan. Hatinya merasa gelisah dan tak sabar.

Tak lama kemudian, mobil Pajero putih keluar dari komplek perumahan tempat tinggalnya. Mobil itu melaju pelan, dan Aluna mengikuti mobil tersebut dari jarak agak jauh.

Ya, mobil Pajero putih itu adalah mobil milik suami, Saga. Aluna sengaja mengikuti mobil suaminya karena penasaran kemana suaminya akan pergi.

Aluna sudah menaruh curiga terhadap suaminya sejak seminggu yang lalu. Dia menemukan struk pembelian susu ibu hamil dan beberapa peralatan bayi lainnya.

Mobil Pajero putih itu melaju ke sebuah komplek perumahan. Aluna terus mengikutinya, hatinya gelisah membayangkan apa yang akan dia lihat. Apakah sama dengan apa yang dia pikikan.

Meskipun dalam hatinya berkecambuk. Dia ingin percaya sepenuhnya kepada lelaki yang telah delapan tahun membina rumah tangga bersamanya. Namun, hati kecilnya mengatakan hal yang berbeda.

Mobil Saga berhenti di sebuah rumah berwarna biru muda. Dengan segera dia keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah tersebut.

Aluna memicingkan matanya. Seingatnya, Saga tidak memiliki saudara yang bertempat tinggal di perumahan tersebut. Hatinya semakin gelisah. Bayang-bayang pengkhianatan suaminya mulai semakin nyata.

Aluna mengatur irama detak jantungnya berkali-kali. Berharap bahwa apa yang dia pikirkan tidak sesuai dengan apa yang dia lihat nantinya.

Setelah menunggu agak lama. Saga keluar dari rumah tersebut bersama dengan seorang wanita hamil dan juga seorang anak yang berumur sekitar tiga tahun.

Saga terlihat nampak bahagia bersama dengan mereka. Ia juga terlihat begitu menyayangi anak kecil tersebut.

Dari kejauhan Aluna bertanya-tanya, siapa wanita hamil itu, siapa anak kecil itu. Kenapa begitu akrab dengan suaminya. Juga kenapa suaminya terlihat begitu sangat bahagia.

Saga melajukan mobilnya meninggalkan rumah tersebut. Aluna pun mengikuti mobil Saga sampai ke sebuah rumah sakit.

Terus, Aluna terus mengikuti suaminya bersama dengan wanita lain. Secepat mungkin Aluna berganti pakaian. Ia mengenakan kaca mata hitam juga penutup kepala. Memungkin siapapun tidak mengenali dirinya.

Aluna juga ikut menunggu antrian diantara pengunjung yang lain. Dia duduk di belakang Saga dengan hanya berjarak dua kursi saja. Di situ dia bisa mendengar secara jelas percakapan suaminya dengan wanita yang sedang hamil tersebut.

"Mas, nggak ke kantor?" tanya wanita itu.

"Nanti, anter kamu dulu. Aku ingin tahu perkembangan dedek bayi juga.." jawab Saga dengan lembut.

Pada saat itu hati Aluna serasa teriris. Suaminya, mengantar wanita lain yang sedang hamil. Dan berkata lembut kepada wanita lain seolah wanita itu sangat special. Yang lebih menyakitkan, Saga memangku anak kecil berumur tiga tahu tersebut dengan penuh kasih sayang. Seolah anak itu anaknya sendiri.

Aluna masih berpikiran positif. Dia tidak mau disesatkan oleh pikiran jelek akibat dari emosinya. Aluna masih ingin membuktikan bahwa pemikirannya itu tidaklah benar. Dia percaya bahwa suaminya sangat mencintai. Suaminya tidak akan pernah mengkhianatinya. Meskipun di depannya kemungkinan bahwa suaminya selingkuh terlihat tujuh puluh lima persen.

"Ibu Santi.." suster memanggil pasien berikut.

Dari itu juga, Aluna tahu nama wanita yang bersama dengan suaminya tersebut.

Saga menuntun wanita hamil itu dengan pelan sembari menggandeng tangan anak kecil yang ikut dengan mereka. "Rey duluan aja! Mama biar papa yang tuntun." kata Saga.

Mendengar perkataan Saga tersebut. Hati Aluna seperti ditusuk. Papa? Jadi benar itu anak Saga? Aluna semakin bertanya-tanya. Tapi, dia masih memaksa pikirannya untuk berpikiran positif.

Aluna memegangi dadanya yang terasa sakit. Tapi, dia tetap berusaha untuk kuat. Dia masih berpikiran bahwa apa yang dia dengar itu tidaklah mungkin. Dia masih percaya bahwa suaminya sangat mencintainya dan tak mungkin berkhianat kepadanya.

Sekitar lima belas menit, Saga dan Santi di dalam ruang pemeriksaan. Setelah akhirnya mereka keluar dengan senyuman bahagia di wajah masing-masing.

"Ibu Aluna.." suster memanggilnya. Dengan segera Aluna masuk ke dalam ruang pemeriksaan.

"Siapa yang bersama dengan suamiku tadi, dok?" tanya Aluna.

Dia mengenal dokter kandungan tersebut karena selama ini dia juga berkonsultasi ke dokter tersebut supaya segera memiliki anak. Juga karena dokter tersebut adalah teman baik Aluna dan Saga. Mereka berteman semasa sekolah.

"Dokter Ferdian, siapa wanita yang bersama suamiku tadi?" nada suara Aluna bertambah naik. Dia tidak sabar dengan jawaban dari temannya tersebut.

"Sudah lama mereka berhubungan?" Aluna mengubah pertanyaannya. Dia melihat wajah bingung dari dokter tersebut.

"Ya. Sudah tiga tahunan lebih." kata dokter Ferdian mulai berterus terang.

Seketika Aluna terdiam. Tubuhnya terasa lemah. Hatinya bak dihujam ribuan anak panah. Sakit dan ngilu. Ia menutupi wajahnya menggunakan kedua tangannya. Ingin menangis tapi air matanya tak bisa keluar. Hanya rasa kecewa yang ada di dalam hatinya.

Suaminya yang ia nikahi selama delapan tahun. Suami yang dianggap seperti malaikat. Ternyata dia telah mengkhianati pernikahan mereka selama hampir empat tahun. Dan bahkan telah memiliki anak bersama wanita lain.

Hati wanita mana yang tidak sakit? Hati wanita yang tidak teriris?

"Lun, kamu yang sabar!" kata dokter Ferdian.

"Aku kira dia bisa menerima kekuranganku Fer, aku kira di bahagia bersama denganku. Tapi ternyata..." Aluna tersenyum sinis. Air mata tak bisa menetes meskipun hatinya terasa begitu sakit.

"Anak kecil tadi anaknya Saga?" dokter Ferdian mengangguk pelan. Dia menatap Aluna yang melemah, tubuhnya terlihat lunglai.

Sebenarnya, sebagai teman, dokter Ferdian tidak tega melihat Aluna sedih seperti itu. Apalagi dia sangat tahu bagaimana perjuangan Aluna agar supaya memiliki anak dengan suaminya.

Bab 2

Keluar dari ruang pemeriksaan, tubuh Aluna terasa lemas. Kakinya terasa berat untuk melangkah. Tak pernah menyangka bahwa lelaki yang dia cintai itu ternyata telah berdusta. Dia telah mengkhianati janji suci yang mereka ikrar-kan ketika menikah dulu.

Aluna masuk ke dalam mobil dengan dada yang terasa sesak. Tiba-tiba air matanya luruh saat dia sendirian di dalam mobil. Air mata itu kini bahkan tak bisa berhenti. Sembari memegangi dadanya, Aluna mencoba mengingat-ingat kesalahan apa yang telah ia perbuat. Sehingga membuat suaminya sampai mengkhianati rumah tangganya.

Tanpa sadar, tangannya meremas perutnya. Dia juga memukuli perutnya sendiri. "Kenapa kamu tidak berguna?" gumamnya dengan marah. Ia terus menerus memukuli perutnya sendiri.

Penyesalan mulai dia rasakan. Dulu, seandainya dia tidak melakukan ab*rsi pada janinnya. Mungkin sekarang dia dan Saga telah memiliki anak yang menginjak remaja.

"Kamu gug*rin ya! Kita masih muda, kita masih harus mengejar karir kita." kata Saga pada waktu itu.

Waktu itu, mereka masih duduk dibangku kelas 2 SMA. Aluna telah mengandung anak dari Saga. Namun, mereka memutuskan untuk mengug*rkan anak tersebut. Alasannya karena mereka masih belum cukup umur dan masih harus mengejar karir mereka.

"Aku janji tidak akan pernah tinggalin kamu! Kita masih bisa memiliki anak di masa depan." bujuk rayu Saga.

"Kamu tidak cinta sama aku? Kamu tidak mau punya anak dengan aku?" tanya Aluna.

"Bukan.. Bukan tidak cinta. Aku cinta banget sama kamu. Tapi untuk saat ini, aku masih belum siap. Aku masih belum punya apa-apa untuk menghidupi kamu dan anak kita. Aku cinta banget sama kamu. Aku janji setelah lulus kuliah, kita akan segera menikah." kata Saga.

Pada saat itu, Saga memang sangat mencintai Aluna. Tapi, dia belum siap memiliki anak. Karena dia masih belum memiliki modal apapun.

Tangisan Aluna semakin menjadi tatkala teringat akan masa lalunya tersebut. Kenapa dia begitu bodoh pada waktu itu. Kenapa dia nurut apa kata Saga yang akhirnya dia tidak bisa memegang janjinya.

Cukup lama Aluna menangis di dalam mobilnya. Setelah merasa agak tenang. Dia pun segera pergi ke butik tempatnya bekerja. Berharap dia bisa melupakan semuanya setelah menyibukan dirinya.

Perlahan dia menjalankan mobilnya. Air matanya masih saja menetes. Namun, tidak seperti tadi. Kini, dia mulai berusaha menenangkan dirinya sendiri.

TungTing..

Aluna menerima pesan dari dokter Ferdian. "Tenangkan hati kamu! Hati-hati saat berkendara!"

Ternyata, dokter Ferdian juga mencemaskan keadaan Aluna. Sehingga dia mengirim pesan kepada Aluna. Mengingatkan Aluna agar berhati-hati dalam berkendara.

Aluna tersenyum setelah membaca pesan dari temannya tersebut. "Harusnya aku nikahin dia dulu." gumamnya.

Sesampainya di butik. Aluna berusaha mengalihkan perhatiannya pada pekerjaan. Dia berusaha untuk tidak memikirkan apa yang barusan dia lihat.

Sampai akhirnya seseorang masuk ke ruangannya. "Lun, kenapa wajah kamu pucat gitu? Kamu sakit?" tanya Ana, sahabat Aluna.

"Katanya kamu mau cerita. Mau cerita apa sih?" tanya Ana lagi.

Ana sengaja meluangkan waktu karena Aluna berkata dia ingin curhat. Namun, dia malah melihat Aluna yang sepertinya tidak sehat. Wajahnya nampak pucat, dan juga matanya terlihat lebam.

"Ada apa sih?" tanya Ana lagi. Dia tahu jika sahabatnya itu sedang mempunyai masalah.

Tiba-tiba Aluna memeluk Ana sembari menangis tersedu-sedu. Di depan sahabatnya, Aluna tidak bisa menyembunyikan kesedihannya.

"Kenapa? Kenapa nangis?" Ana mengusap rambut Aluna dengan lembut. Dia sudah terbiasa melihat Aluna sedih, tapi tidak sesedih ini.

Aluna bukannya menjawab. Tapi dia semakin tersedu. Air matanya kembali mengalir dengan deras.

"Ya udah nangis aja dulu!" Ana menyadari kesalahannya. Seharusnya dia tidak bertanya kenapa. Karena itu pasti akan membuat Aluna semakin tak kuat. Dan dia yakin, masalah Aluna kali ini sangatlah berat.

Ana membiarkan Aluna menangis sepuasnya. Dia tidak lagi bertanya kenapa. Tapi hanya membantu Aluna mengambil tissue untuk mengelap air matanya.

Lebih dari satu jam Aluna menangis tanpa henti. Dan Ana dengan setia menunggu dan menemaninya. Dia bahkan meninggalkan pekerjaannya demi menemani sahabatnya yang sedang bersedih tersebut.

"Minum dulu! Wajah kamu semakin pucat." kata Ana sembari memberi Aluna segelas air putih.

"Hiks.. Hiks.." Aluna menerima minuman tersebut kemudian menenggaknya. Ia masih saja terisak meskipun sudah lama menangis. Bahkan matanya sampai bengkak.

"Sudah mulai tenang? Sudah bisa cerita ada apa?" tanya Ana lagi. Sebenarnya dia penasaran apa yang terjadi dengan sahabatnya itu. Karena tak biasanya Aluna menangis seperti itu.

"Saga An.. Hiks.. Saga.."

"Saga kenapa?"

"Saga selingkuh.. Hua... Dia selingkuh dan punya anak dengan wanita itu.." Aluna kembali menangis. Tapi dia sempat cerita apa yang membuatnya menangis.

"Serius? Saga? Selingkuh?" bahkan Ana tidak percaya bahwa suami Aluna bisa melakukan hal semacam itu.

Selama ini, dia melihat hubungan Saga dan Aluna baik-baik saja. Dia melihat betapa Saga sangat mencintai Aluna. Mereka hidup bahagia meskipun sampai sekarang belum memiliki seorang anak.

"Iya... Mungkin karena aku belum bisa kasih dia keturunan.." Aluna kembali menangis. Hatinya terasa sangat perih dan sakit.

"Bukankah dia bilang menerima kamu apa adanya? Kenapa dia malah selingkuh? Bukannya dia minta kamu untuk gug*rin anak kalian dulu? Harusnya dia tahu akibat dari apa yang kamu lakukan itu. Dasar brengs*k emang suami kamu itu.." Ana tak bisa mengendalikan amarahnya saat tahu sahabatnya dikhianati oleh suaminya.

"Dokter Ferdian kan bilang kalau kamu sampai sekarang belum bisa punya anak karena dulu pernah melakukan tindakan ilegal itu. Kenapa sekarang malah laki kamu selingkuh?" Ana kembali marah.

"Siapa selingkuhannya? Ayo kita labrak dia!" ia bahkan lebih marah dibanding dengan Aluna.

Tapi, sesaat kemudian Ana memeluk Aluna yang terlihat sangat tertekan. Rasa kecewa di dalam hati Aluna membuat Aluna tertekan dan terluka. "Yang sabar ya! Kita hajar pelakor itu!" ucap Ana sembari memeluk Aluna dengan erat.

Tubuh Aluna bahkan sampai gemetar karena terlalu sakit hati dan kecewa terhadap perbuatan suaminya. Ana bisa merasakan sakit hati yang dirasakan oleh sahabatnya itu. Apalagi dia tahu betul sebesar apa cinta Aluna kepada suaminya.

Dulu, banyak lelaki yang mengejar Aluna karena kecantikan dan kebaikannya. Tapi, Aluna menolak mereka semua karena ingin hidup bersama dengan Saga dan karena begitu besar cintanya kepada Saga. Tapi ternyata dia dikhianati oleh suaminya tersebut.

"Tapi kamu tahu darimana kalau Saga selingkuh?" tanya Ana.

"Aku nemuin struk pembelian peralatan bayi dan susu untuk wanita hamil. Lalu aku berniat mengikuti Saga, ternyata benar, dia selingkuh dan memiliki anak berumur tiga tahun, dan kini selingkuhannya hamil anak kedua." jawab Aluna menahan rasa perih di dalam hatinya saat bercerita dengan sahabatnya.

Bab 3

Ana tak pernah menyangka jika ternyata Saga bisa berbuat seperti itu terhadap Aluna. Sebagai teman yang mengenal baik Saga dan Aluna. Ana benar-benar merasa kecewa kepada Saga. "Brengs*k bener sih suami kamu. Aku nggak nyangka." kata Ana.

Dan, tanpa sadar air mata Ana juga menetes. Dia tidak kuat melihat sahabatnya seperti itu. Segera dia memeluk Aluna dengan erat. "Kamu yang sabar. Lalu apa rencana kamu selanjutnya?" tanyanya.

Sementara Aluna belum bisa berpikir ke depan. Dia hanya menggelengkan kepalanya dengan air mata yang semakin deras menetes. Saat ini hatinya benar-benar merasa sakit. Dia masih belum memikirkan langkah ke depannya gimana.

"Sudah makan?" tanya Ana.

Aluna kembali menggeleng. Namun kali ini dia mulai melemah. Bahkan hanya menggeleng pun terasa berat. Tiba-tiba...

"Lun! Aluna!" Ana memanggil-manggil Aluna yang makin lemas.

"Lun bangun woi! Jangan bikin aku takut.." kata Ana semakin panik karena Aluna mulai tak sadarkan diri.

Ana berteriak memanggil karyawan Aluna yang ada di butik tersebut. Segera mereka membawa Aluna ke rumah sakit karena takut terjadi apa-apa.

Ana berusaha menghubungi Saga. Namun, tidak dijawab. Lalu dia mengirim pesan. Berharap Saga segera membacanya.

Sebelumnya, Ana sempat marah karena Saga tidak mengangkat teleponnya. Dia bahkan menuduh Saga sedang senang-senang bareng selingkuhannya.

Setelah mendapat perawatan dan infus. Sejam kemudian Aluna sadar. Dia membuka matanya dan melihat Ana yang berada di samping tempat tidurnya.

"Aku kenapa An?" tanyanya bingung karena tangannya telah diinfus dan ia berada di rumah sakit.

"Udah bangun? Aku takut banget.. Kamu pingsan tadi.." jawab Ana sekaligus bersyukur karena sahabatnya telah sadarkan diri.

"Pingsan?"

"Ya. Kamu belum makan kan dari tadi pagi?"

"Udah tahu punya penyakit lambung masih aja bandel. Untung masih bisa bangun, kalau nggak..." cerocos Ana. Namun, sesaat kemudian dia menangis.

Ana segera memeluk Aluna dengan erat. "Jangan bodoh lagi! Apapun yang terjadi kamu harus tetap makan! Penyakit lambung kamu tidak peduli dengan masalah kamu, yang dia peduliin cuma kamu memberinya makan!" imbuh Ana masih memeluk Aluna.

Aluna tersenyum geli mendengar omelan Ana. Dia juga merasa bersyukur karena memiliki sahabat seperti Ana yang begitu sangat peduli kepadanya.

"Aku udah telepon Saga tapi dia nggak angkat. Mungkin dia sedang meeting." meskipun kesal, namun Ana masih bisa menutupi kekesalannya. Dia bahkan tidak membuat Aluna berpikiran yang tidak-tidak terhadap suaminya.

"Biarin aja." Aluna berkata sembari tersenyum. Namun, raut wajahnya tidak bisa bohong bahwa sebenarnya dia kecewa.

"An, kamu jangan bilang ke siapa-siapa mengenai tentang Saga yang selingkuh, termasuk Saga sendiri. Biarin aja, aku mau lihat seperti apa permainannya." pinta Aluna.

"Iya. Tenang aja." jawab Ana.

Tak lama kemudian, Saga datang dengan panik. "Lun, gimana keadaan kamu?" tanyanya dengan khawatir.

"Aku baik kok mas." kata Aluna masih bisa tersenyum di depan suaminya.

"Maaf ya, aku tadi meeting. Tapi, begitu aku baca pesan dari Ana. Aku langsung kesini." kata Saga lagi. Nampak sekali bahwa dia sangat khawatir. Bagaimana tidak, Aluna masih istrinya.

"Nggak apa kok. Aku kan juga harus terbiasa sendiri mulai sekarang.." kata Aluna dengan tersenyum kecil. Tapi, senyuman itu mengandung makna tersirat.

Saga segera meraih tangan istrinya. Dia mengira Aluna hanya marah karena dia tidak segera datang ke rumah sakit. Dia mencium tangan istrinya dengan lembut. "Ngomong apa sih.." katanya dengan lembut.

Aluna kembali tersenyum. Dia merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya. Hatinya sudah tidak lagi bergetar dengan perlakuan manis Saga. Entah karena dia sedang kecewa atau apa. Yang jelas dia tidak merasakan apa-apa lagi.

"Kalau gitu aku balik dulu, Lun!" karena suami Aluna sudah tiba. Ana pun segera pamit. Karena semakin lama melihat Saga yang bersikap manis kepada Aluna. Dia semakin muak dan kesal.

"Oh ya An. Thanks ya.." jawab Aluna.

"Makasih ya An.." sahut Saga juga.

Setelah Ana pergi. Saga kembali bersikap manis kepada istrinya. "Kamu belum makan kan? Tadi kamu juga nggak sarapan." kata Saga.

"Aku belum laper kok.." jawab Aluna.

"Yank, kamu harus jaga kesehatan kamu! Aku nggak mau terjadi apa-apa dengan kamu." kata Saga lagi.

Entah kenapa Aluna justru merasa geli dengan perkataan suaminya itu. Dia bahkan tersenyum kecil mendengar perkataan suaminya. "Aku harus sehat dong, karena aku masih punya banyak mimpi. Aku masih ingin menimang anakku." ucap Aluna yang membuat Saga segera menatap istrinya dengan iba.

Dia tahu, mereka sama-sama tahu kalau Aluna tidak bisa hamil akibat rahimnya yang luka saat dia melakukan ab*rs* waktu itu. Saga pun segera memeluk Aluna dengan erat. Dia tahu apa yang dirasakan oleh istrinya tersebut. Sama seperti Aluna, sebenarnya Saga juga sangat ingin menimang anak dari buah pernikahan mereka.

Namun, mengetahui faktanya. Saga kembali merasa bersalah karena dulu meminta Aluna untuk mengug*rkan calon anak mereka.

"Kenapa natap aku seperti itu? Aku nggak perlu dikasihani. Karena aku yakin aku bisa memiliki anak." kata Aluna lagi.

Saga kembali tidak menjawab. Dia hanya terus memeluk istrinya dengan sangat erat.

Sebenarnya Aluna juga merasa sangat sedih. Setelah mengetahui fakta bahwa suaminya berselingkuh. Aluna merasa gagal menjadi seorang istri. Apalagi sampai saat ini dia masih belum bisa memberikan keturunan untuk suaminya.

"Aku ingin punya anak, agar kamu tidak melihat wanita lain." imbuh Aluna.

Mendengar perkataan Aluna. Saga pun segera menatap Aluna kembali. Rasa iba, kasihan dan bersalah kembali menyerang hatinya. Dia menangkup kedua pipi Aluna menggunakan kedua tangannya. "Kamu kenapa sih? Kenapa kamu ngomong hal-hal aneh hari ini? Aku nggak akan tinggalin kamu, karena aku sangat mencintai kamu." kata Saga sembari menatap Aluna.

Akan tetapi Aluna tersenyum kecil dan mengalihkan pandangannya. Kini, dia tidak lagi percaya dengan kata cinta dan manis yang suaminya katakan. Faktanya, kalau Saga benar mencintainya, dia tidak akan pernah selingkuh dan bahkan memiliki anak dengan wanita lain.

"Aku mau pulang!" kata Aluna.

"Kamu beneran nggak kenapa-napa?" tanya Saga kembali khawatir.

"Nggak. Cuma hatiku aja yang agak sakit." kata Aluna yang kembali membuat Saga bingung.

Dia merasa aneh dengan istrinya hari ini. Berulang kali dia mengatakan hal-hal yang aneh. "Kalau masih belum sehat, kamu dirawat disini aja dulu!" kata Saga.

"Nggak. Aku nggak kenapa-napa." jawab Aluna.

Karena Aluna terus memaksa. Akhirnya Saga meminta agar istrinya bisa segera keluar dari rumah sakit. Setelah membayar administrasi Saga pun membawa istrinya pulang ke rumah.

Di rumah. Dia berusaha melayani istrinya bahkan memasak makanan untuk istrinya. Seperti biasanya, Saga begitu sangat perhatian dan penuh kasih sayang terhadap Aluna.

Hanya saja, apa yang Saga lakukan tersebut sudah tidak lagi membuat hatinya tersentuh. Sebaliknya, dia justru semakin kecewa terhadap suaminya tersebut.

Bahkan saat tidur pun, Aluna memunggungi Saga. Tidak seperti biasanya, dia selalu meringkuk di dalam pelukan suaminya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!