NovelToon NovelToon

JIWA ISTRIKU YANG TERTUKAR

1. Rasa Iba

Tangisan seorang bayi yang berusia delapan bulan itu sontak menganggu para bayi lainnya yang sedang antri di depan ruang tunggu pasien anak-anak.

Merasa menganggu orang lain Romy segera menjauh dan berjalan melalui koridor rumah sakit.

Tangis bayinya makin menjadi membuat Romy kewalahan menangani putranya entah sakit apa karena tubuhnya sendiri tidak demam.

"Sayang..! Apakah perutmu sakit? Tolong tenanglah karena Daddy sudah bingung dengan tangis mu." Ucap Rommy memutuskan untuk pulang.

Mereka masuk ke lift dan tangis baby Cavin makin menyayat hati. Seorang gadis bernama Claire sedang berada di dalam lift yang sama dengan Romy, merasa iba dengan bayi itu.

Ia menawarkan diri untuk menggendong bayi malang itu.

"Tuan..!" Apakah aku boleh menggendong bayimu?"

Deggggg...

Seketika tubuh tuan Romi bergetar mendengar suara gadis yang berdiri di sampingnya ini persis dengan suara mendiang istrinya.

Romi mengamati wajah Claire tapi tidak seperti wajah istrinya.

"Ah .. tidak mungkin dia adalah Havana karena istriku sudah meninggal walaupun jasadnya saat ini belum di temukan." Batin tuan Romy.

"Hallo sayang...! Apakah kamu sakit...?" Tanya Claire menggoda baby Cavin yang sedang terdiam mendengar sapaan akrab Claire padanya.

Entah bagaimana, baby itu langsung mencondongkan tubuhnya ke arah Claire agar digendong oleh gadis itu.

Claire begitu antusias mengambil bayi itu dari pelukan ayahnya. Dalam sekejap tangis baby Cavin berhenti. Bayi ini menatap wajah cantik Claire begitu intens. Ia lalu tersenyum melihat Claire bermain cilukba dengannya.

Tuan Romi merasa takjub melihat Claire bisa menenangkan putranya. Iapun merasa lega karena seharian tidak bisa membuat putranya itu berhenti menangis.

Tuan Romi bukan seorang pria pengusaha dengan kemewahan bejibun.Ia hanya seorang karyawan biasa yang menjabat sebagai kepala Bank swasta yang ada di Amerika.

Walaupun begitu ia memiliki rumah mewah dengan dua orang pelayan yang membantunya mengurus rumahnya.

Setibanya di lobi rumah sakit, Claire mengembalikan lagi baby Cavin pada ayahnya, namun tangis bayi itu kembali terjadi.

Ia ingin mengikuti Claire yang hendak kembali ke rumahnya. Dan lebih membuat Romy syok, putranya malah memanggil Claire dengan sebutan mommy.

"Mommy...mommy.... mommy...!" Pekiknya membuat Claire menghentikan langkahnya dan menatap wajah baby Cavin yang mengangkat kedua tangannya untuk kembali di gendong oleh Claire.

"Apakah aku boleh mengikuti anda sampai ke rumah tuan untuk membuat putra anda berhenti menangis?"

Tanya Claire yang menggendong lagi baby Cavin yang memeluk leher Claire dengan erat seakan takut ditinggalkan oleh Claire.

"Apakah anda tidak masalah jika ikut bersama kami, nona....?"

Tanya Romy saat Claire belum menyebutkan namanya.

"Namaku Claire. Saya tidak masalah jika anda mengizinkan saya menenangkan putra anda." Ucap Claire dengan senyumnya yang terlihat kaku.

"Namaku Romy dan ini putraku Cavin. Terimakasih atas perhatian anda. Biasanya putraku tidak menyukai siapapun kecuali asisten rumahku." Ucap Romy.

"Hai Cavin...! Apakah kamu senang denganku?" Tanya Claire pada Cavin saat sudah berada di dalam mobil.

"Hhmm....!" Mommy." Ucap Cavin yang baru bisa menyebutkan nama mommy pertama kali saat bertemu Claire.

"Di mana ibunya Cavin?" Tanya Claire yang tubuhnya sangat mirip dengan tubuh Havana tapi wajah mereka berbeda.

"Istriku mengalami kecelakaan pesawat dua bulan yang lalu. Tapi jasadnya belum ditemukan sampai saat ini. Pencarian telah dihentikan oleh pemerintah. Mungkin anda juga dengar berita itu."

Ucap Romy tapi Claire tidak tahu sama sekali karena saat ia bangun, tubuhnya sudah berada di kamar ICU dengan banyak peralatan medis.

Dokter mencopot semua peralatan medis yang menempel di tubuhnya dan Claire langsung kabur dari kamar ICU saat dokter menghubungi keluarganya dan itupun ia tidak ingat kecuali ia baca namanya yang tertera kamar ICU sebagai nama Claire.

"Aku jarang mengikuti berita di televisi." Ucap Claire berbohong.

"Tidak apa Claire. Semoga aku tidak menyusahkan mu? kalau boleh tahu kamu tinggal di mana?"

"Aku...?" Claire tidak mengingat apapun tentang dirinya, apa lagi tempat tinggal dan keluarganya.

"Maaf Romy...! Sepertinya aku tidak bisa memberitahu alamat rumahku begitu saja padamu. Karena orangtuaku sendiri sangat galak padaku.

Saat aku siuman tadi, aku langsung kabur dari kamar rumah sakit dan bertemu denganmu.

Aku tidak ingin di jodohkan dengan lelaki yang seusia ayahku. Kalau bisa aku menumpang di rumahmu. Apakah boleh?" Ucap Claire lagi-lagi berbohong.

"Baiklah. Tidak masalah. Tapi aku adalah seorang duda dan aku tidak mau mereka menganggap aku menculik mu." Ucap Romy.

"Pastikan aku aman bersama anda Tuan, dengan begitu anda tidak akan mendapatkan kesulitan." Ucap Claire.

Tidak lama, baby Cavin sudah terlelap tidur dalam pangkuan Claire. Tuan Romy merasa sangat aneh dengan putranya. Seharian menangis seperti bayi kesakitan tapi saat bertemu Claire bayi ini langsung diam.

Setibanya di rumah tuan Romy, Claire turun di sambut pelayannya Midea.

"Selamat malam Midea..!" Sapa Claire dengan entengnya.

Romy merasa ia belum menyebutkan nama pelayannya adalah Midea.

Claire melihat rumah itu seperti tidak asing baginya. Dan ia menatap foto pernikahan Romy dan Havana, lagi-lagi Claire merasa mengenal wanita yang merupakan istri dari Romy.

"Kenapa aku seperti pernah melihatnya? Tapi di mana?" Tanya Claire sambil berpikir keras.

"Nona Claire...! Biarkan saya membawa Cavin ke kamar saya karena dia tidur dengan saya.

Midea tolong antar nona Claire ke kamar tamu!"

Titah Romy lalu mengambil Cavin dari gendongan Claire.

Saat memasuki kamar tamu, lagi-lagi Claire melangkahkan kakinya tanpa di tuntun oleh Midea. Ia seperti sudah hafal letak bangunan ini.

Midea sangat heran dengan tamu majikannya ini." Kenapa tamu ini sangat tidak sopan mendahului aku sebagai pelayan di sini?" Gerutu Midea.

"Terimakasih Midea..!Kamu tidak perlu menjelaskan kepadaku asa apa saja di dalam kamar ini biar aku sendiri yang mencari tahu." Ucap Claire berprilaku seperti pemilik rumah itu.

"Baik nona Claire. Selamat malam..!" Ucap Midea meninggalkan Claire di kamarnya.

Sementara di rumah sakit, hilangnya Claire yang begitu saja dari ruang ICU menjadi heboh di kalangan para petugas medis yang mencari tahu keberadaan gadis itu.

"Di mana putri kami, dokter?" Teriak tuan Brian.

"Tadi aku meninggalkannya di kamar ini setelah suster mencabut semua alat penopang tubuhnya.

Aku menghubungi anda dan dua suster sedang mengambil sesuatu untuk putri anda tapi, ketika kembali lagi ke kamar ini, nona Claire sudah menghilang." Ucap dokter Murfi sangat gugup.

"Tenanglah tuan Brian...! Saat ini kami sedang memantau CCTV untuk mencari putri anda Claire." Ucap direktur rumah sakit.

"Kalian harus menemukan putriku atau aku akan menuntut rumah sakit ini." Ucap dokter Brian.

"Masalahnya, nona Claire tidak mengingat apapun tentang dirinya saat tadi dia siuman, Tuan."

"Bagaimana dokter Murfi tahu kalau putriku lupa ingatan?" Tanya nyonya Kellen.

"Ketika saya menanyakan namanya dan tanggal lahirnya." Ucap dokter Brian.

Deggggg....

2. Merasa Di Rumah Sendiri

Ketika pagi tiba, Claire menghampiri kamar Romy untuk membangunkan Romy agar ayah satu anak itu mempersiapkan diri untuk bekerja.

Romy terbangun pukul enam pagi saat mendengar ketukan yang cukup kencang yang datang dari pintu kamarnya.

Merasa kesal, ia menyibakkan selimutnya dan membuka pintu dengan wajah bantalnya sambil sesekali menguap.

Romy tercengang saat melihat wajah cantik Claire yang sudah rapi tersenyum padanya.

"Apakah anda tidak bersiap-siap untuk berangkat kerja Romy?" Tanya Claire.

"Pagi Claire! Sorry aku agak kelelahan dan ini baru pukul enam pagi. Maaf aku mau tidur lagi sebentar."

Ucap Romy sambil menutup pintu lagi, namun pintunya itu di dorong oleh Claire.

"Nanti kamu akan terlambat. Jangan mengikuti keinginanmu kalau kamu hanya memberikan contoh yang buruk pada bawahan mu." Ucap Claire sambil mendorong tubuh Romy ke kamar mandi.

Degggg ...

"Bukankah, itu adalah kata-kata dan gayanya Havana yang selalu dilakukan padaku saat aku agak malas untuk mandi pagi." Batin Romy.

"Baiklah Claire. Aku memang harus bersiap-siap sebelum putraku bangun." Ucap Romy lalu masuk ke kamar mandi.

Ketika Romy berada di dalam kamar mandi, Claire masuk ke ruang ganti untuk menyiapkan baju kerja untuk Romy lengkap dengan dasi, jas, kaos kaki dan sepatu untuk Romy.

Setelah itu ia menuju meja makan untuk memastikan sarapan Romy apakah sudah siap atau belum.

Ketika memasuki ruang ganti, betapa kagetnya Romy melihat busana kerjanya sudah tergantung lengkap dengan sepatu dan kaos kaki, persis yang selalu di lakukan Havana untuknya.

"Siapa yang menyiapkan ini semua. Tidak mungkin Midea melakukannya karena aku tidak ingin dilayani oleh pelayan itu." Ucap Romy yang masih mematung di tempatnya sambil memandang bajunya.

Claire sudah menunggu di meja makan sambil membuat roti panggang dan menyiapkan omlet yang dibuat sendiri olehnya dengan segelas susu.

"Kamu terlihat tampan hari ini. Seperti biasa setiap Rabu pagi kamu meminta aku untuk membuat omlet kesukaanmu dan roti panggang serta segelas susu." Ucap Claire sambil meneguk susunya.

Romy mengernyitkan dahinya merasa tidak meminta apapun pada Claire untuk menyiapkan sarapan pagi seperti ia meminta pada istrinya.

Tapi Romy berusaha menerima perlakuan itu sebagai suatu kebetulan. Ia menikmati omlet buatan Claire dan rasanya sama persis seperti buatan Havana.

Sementara Midea pernah membuatnya tapi tidak sesuai keinginannya dan Romy memilih untuk sarapan di kantin kantornya.

Midea menyiapkan air putih untuk Romy." Midea...!"

"Iya Tuan..!"

"Apakah kamu menyiapkan baju kerja untukku?"

"Aku yang menyiapkannya untukmu Romy. Apakah ada masalah...?"

Tanya Claire sambil meneliti wajah tampan Romy yang menatapnya dengan heran.

"Apakah Claire kerasukan jiwa istriku Havana?"

Tebak Romy merasakan kehadiran istrinya dalam rumahnya, tapi ia sulit menerima perlakuan itu karena Claire bukan Havana.

"Terimakasih.....! Lain kali tidak usah melakukan apapun karena anda di sini hanya tamuku. Setelah aku berangkat kerja, aku harap anda kembali ke keluarga anda." Ucap Romy sinis.

Di usir seperti itu membuat Claire terlihat sedih. Tidak lama terdengar tangis Cavin membuat Romy spontan masuk ke kamar dan mengambil putranya.

"Mommy ...mommy ...mommy!" Teriak Cavin menjauhi ayahnya karena menginginkan ibunya.

Claire yang sudah ikut masuk ke kamar itu membuat Cavin terdiam dan merentangkan kedua tangannya agar Claire menggendongnya.

"Good morning my lucky son...!" Ucap Claire membuat Romy syok.

"Tidak mungkin...dia Havana...! Ucapan sapaan Havana pada putranya setiap kali menemui Cavin bangun tidur sama yang diucapkan Claire." Batin Romy.

Claire menggendong Cavin dan berjalan menuju kamar Cavin yang tersambung dengan kamar Romy.

Tanpa banyak tanya, Claire masuk ke kamar mandi putranya dan memandikan Cavin. Menyiapkan baju Cavin lalu merapikan Cavin.

"Sekarang baby mam dulu, nanti kita nonton film kartun Frozen." Ucap Claire.

Romy merasa firasatnya benar kalau Claire adalah Havana. Tidak mungkin Claire melakukannya dengan sengaja kalau bukan jiwa Havana yang sudah masuk dalam tubuh Claire. Itu yang sedang dipikirkan Romy.

Untuk meyakinkan dirinya kalau Claire adalah Havana, Romy meminta sesuatu pada Claire untuk mengambilnya.

"Claire ..! Apakah kamu bisa mengambilkan surat obligasi bank di kamarku?" Titah Romy.

"Baik. Gendong lah putramu sebentar." Ucap Claire saat Romy sudah masuk ke dalam mobilnya.

Claire mengambil apa yang di minta Romy tanpa butuh waktu lama untuk mencarinya.

Benar saja Claire datang membawa surat obligasi bank yang di simpan di dalam laci dengan kunci yang di sembunyikan oleh Romy tapi yang mengetahuinya hanya istrinya, Havana.

"Ini surat obligasinya, Romy!" Ucap Claire seraya menyerahkan surat obligasi itu pada Romy.

Tubuh Romy bergetar hebat. Ia yakin Claire adalah Havana, hanya saja Claire tidak mengingat dirinya dan putra mereka.

"Claire....! Apakah kamu kemarin bertemu dengan kami baru siuman dari sakit? Apakah kamu ingat siapa dirimu?"

Tanya Romy membuat Claire makin gugup karena dia tidak mengingat apapun.

Deggggg....

"Aku tidak tahu apapun tentangku. Dan aku tidak mau kembali ke rumah sakit itu." Ucap Claire buru-buru.

"Bagaimana dengan keluargamu? Mereka pasti mencari mu dan itu tidak baik untuk reputasi ku karena aku di anggap menculik mu." Ucap Romy cemas.

"Aku merasakan kalau aku pernah tinggal di sini. Aku pernah mengenalmu dan semua yang ada di dalam rumahmu, aku mengetahui semuanya walaupun foto istrimu ada di dalam sana, aku juga merasa pernah dekat dengannya, sepertinya ada chemistry antara kami, tapi aku tidak tahu itu apa. Aku jatuh cinta dengan Cavin putramu.

Mendengar tangisannya kemarin menggugah naluri keibuan ku untuk memenangkannya, tolong jangan memaksaku untuk kembali ke rumah sakit apalagi bertemu dengan keluargaku sebenarnya." Ucap Claire sambil mengusap air matanya.

"Baiklah. Aku tidak akan memaksamu lagi. Tapi jika terjadi sesuatu yang melibatkan aku dengan hukum, kamu harus bertanggungjawab atas apa yang kamu lakukan padaku karena kabur mu dari rumah sakit, bukan kemauanku!" Tegas Romy.

"Baiklah. Aku berjanji tidak akan mempersulit hidupmu." Ucap Claire merasa lega.

"Kamu boleh tinggal di sini semaumu. Tapi jangan terlalu ikut campur dalam urusan pribadiku karena kamu bukan istriku." Jelas Romy.

Deggggg....

"Setidaknya aku tidak menggoda mu untuk tidur denganku." Sarkas Claire.

"Baguslah, Claire! Itu perjanjiannya karena aku sangat mencintai Istriku, Havana." Ucap Romy dengan kata-kata menohok.

Deggggg...

"Nama itu... Havana? sepertinya aku sering mendengar panggilan dengan nama itu." Batin Claire.

"Baiklah. Hati-hati di rumah Claire. Jika butuh sesuatu, katakan saja pada Midea untuk melayani mu." Ucap Romy.

"Baik. Terimakasih Romy....!"

Claire mengambil Cavin yang sedang duduk di belakang jok mobil sambil menonton TV di mobil ayahnya.

"Bye ...bye... Daddy!" Ucap Claire mewakili baby Cavin.

Mobil sedan itu sudah meninggalkan kediaman tuan Romy.

Claire membawa masuk putranya ke dalam rumahnya.

3. Kisah Claire Dan Havana

Tiga tahun yang lalu...

Claire yang merayakan wisuda bersama dengan teman-temannya di sebuah klub malam, menikmati wiski hingga mabuk berat.

Gadis ini menolak untuk diantar pulang oleh temannya karena melihat kondisi Claire yang tidak memungkinkan gadis ini membawa mobil.

"Hai... Claire! Apakah aku boleh mengantarmu pulang?" Tanya Adelle.

"Tidak perlu. Aku bisa sendiri." Ucap Claire.

"Bagaimana kalau orangtuamu tahu kamu mabuk parah seperti ini, itu akan membuat mereka murka." Ucap Adele.

"Kedua orangtuaku langsung ke luar kota usai menghadiri wisudaku." Ucap Claire.

"Jadi sekarang kamu mau pulang dalam keadaan seperti ini?"

"Hmm!"

"Jalanmu saja sempoyongan, bagaimana mungkin kamu bisa membawa mobil." Ucap Claire.

"Baiklah. Kalau begitu kamu boleh mengantar ku tapi, jangan bawa mobilku pulang ke rumahmu karena besok aku mau ke rumah nenekku." Ucap Claire.

"Ok, Baby." Ucap Adele yang tinggal tidak jauh dari rumah Claire.

Keduanya akhirnya pulang bersama sambil bernyanyi sepanjang jalan. Ketika tiba di perempatan jalan, Adele yang tidak sabar menunggu lampu merah berganti, melajukan mobil itu dengan kencang kerena merasa tidak ada pengendara lain.

Rupanya ada mobil truk pengangkut baja dari arah samping, menghantam mobil Claire hingga terlempar dan berguling beberapa kali.

Adele meninggal di tempat, sementara Claire bisa di selamatkan oleh orang-orang yang melintas di jalan itu.

Awalnya dokter meminta Keluarga Claire untuk merelakan gadis ini pergi, namun ibunya memohon untuk membiarkan putrinya bertahan atas kehendak Tuhan.

"Jangan pernah ragu dengan kebesaran Tuhan, dokter! Biarkan putriku pergi dengan cara Tuhan memanggilnya pulang." Ucap Nyonya Kellen dengan keyakinan penuh.

"Baiklah. Kalau begitu kami akan selalu memantau perkembangannya." Ucap dokter Murfi.

Sementara kekasihnya Claire yang merupakan seorang CEO perusahaan pesawat jet, begitu syok melihat keadaan wanitanya yang akan dinikahinya tahun depan.

Russell begitu setia menjenguk kekasihnya setiap tiga hari sekali hingga satu tahun berlalu, intensitas kunjungan Russel lama kelamaan berkurang dan menghilang begitu saja karena tekanan kedua orangtuanya untuk menjauhi Claire.

"Untuk apa menghabiskan hidupmu dengan mayat hidup itu?" Omel nyonya Carey.

"Mom...! Aku sangat mencintai Claire karena gadis itu sulit di sentuh. Ia tidak pernah pacaran dengan siapapun kecuali denganku.

Itulah mengapa aku sangat mencintainya karena ia mampu mempertahankan kesuciannya hingga usianya dua puluh tahun." Ucap Russell sengit.

"Masih banyak gadis perawan di dunia ini, kalau kamu menginginkannya, mommy bisa mendapatkannya untukmu, tapi tinggalkan Claire yang tidak bisa lagi menjadi kekasihmu karena sebentar lagi ia akan mati ."

"Mommy.....!" Bentak Russell tidak kuat menahan amarahnya.

"Berhentilah memanggilku mommy, jika kamu masih saja menjenguk gadis itu di rumah sakit." Ucap nyonya Kellen lalu masuk ke kamarnya.

Russel terlihat frustasi dengan ancaman bundanya. Russell juga sangat menyayangi mommy nya. Apa lagi sebelum Claire kecelakaan, mommy nya tampak begitu akrab dengan mommy nya.

Tapi entah mengapa, mommy nya tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat setelah mengetahui Claire koma.

Tiga tahun berlalu, Russel menghilang begitu saja tanpa mau tahu keadaan kekasihnya Claire.

Walaupun begitu, Russell meminta asistennya untuk membantu tuan Brian membayar tagihan rumah sakit Claire.

...----------------...

Kisah kecelakaan pesawat Havana enam bulan yang lalu. Havana sedang mendampingi menteri luar negeri yang melakukan dinas luar negeri.

Mendengar putranya mengalami demam tinggi, Havana nampak panik dan meminta ijin kembali ke Amerika terlebih dahulu karena tugasnya sudah selesai, hanya ibu menteri masih melakukan kunjungan ke beberapa tempat.

"Sayang...aku pulang besok pagi dengan penerbangan pertama. Bawa saja putra kita ke rumah sakit dan kabari aku terus perkembangannya." Ucap Havana terlihat cemas.

"Aku sudah di rumah sakit dan putra kita mengalami diare dan juga sedang tumbuh gigi. Jangan kuatir, dia sudah baik-baik saja."

Ucap Romy agar istrinya tidak cemas dengan keadaan putra mereka.

Ini adalah pengalaman pertama Havana dan Romy memiliki anak pertama mereka setelah dua tahun mereka menanti kehadiran momongan. Pasti akan cemas jika mendengar putranya sakit parah.

"Tugasku di sini sudah selesai. Jadi aku bisa pulang lebih cepat karena banyak yang mendampingi Bu menteri. Aku sudah minta ijin pada Bu menteri."

Ucap Havana yang merupakan sekertaris menteri luar negeri ini.

"Baiklah. Kami menunggumu. Hati-hati sayang...! Aku sangat mencintaimu, Havana.....!" Ucap Romy.

"I love you too honey. Titip peluk cium dariku untuk Baby. Sampai jumpa besok pagi!" Ucap Havana untuk terakhir kalinya pada suaminya.

Tapi malam itu, baby Cavin tidak bisa memejamkan matanya. Ia terus menangis padahal tidak ada lagi yang perlu di kuatirkan pada bayi itu karena perutnya sudah terasa baikan.

"Baby...! Apa yang salah sayang? Bukankah dokter sudah memberimu obat? Kenapa masih menangis?" Tanya Romy terlihat sangat sedih mendapati putranya menangis tanpa sebab.

Suster yang ada di kamar itu memberikan suntikan obat penenang untuk baby Cavin dengan dosis rendah agar putranya Romy ini bisa tidur.

Setelah beberapa saat menunggu, Cavin akhirnya bisa tidur dengan tenang.

Keesokan siangnya, berita tentang pesawat yang ditumpangi oleh Havana kehilangan kontak dengan menara ATC.

Berita itu cepat menyebar dan tuan Romy tidak mengetahuinya sama sekali karena sibuk mengurus Baby Cavin yang sedang sakit.

Pesawat yang jatuh di perairan hutan Amerika itu, di kedalaman beberapa ratus kaki dari permukaan laut membuat tim SAR sulit menyelamatkan nyawa penumpang yang di perkirakan saat itu masih hidup walaupun tubuh mereka sudah berpencar satu sama lain karena kondisi pesawat yang patah pada badan pesawatnya.

Seorang suster masuk ke kamar inap milik baby Cavin. Suster Anne menggantikan cairan infus milik baby Cavin sementara Romy yang merasa gelisah menunggu kedatangan istrinya meminta ijin pada suster untuk menghubungi istrinya..

Baru saja ia ingin menghubungi Havana, tiba-tiba ia mendapatkan telepon dari maskapai penerbangan, di mana pesawat yang ditumpangi istrinya.

"Apakah benar ini nomor ponsel tuan Romy ?" Tanya pihak maskapai.

"Benar...!"

"Apakah ini dengan tuan Romy sendiri...?"

"Iya saya sendiri. Ini dari siapa?" Tanya Romy.

"Kami dari pihak maskapai penerbangan Amerika airline mengabarkan bahwa pesawat yang ditumpangi istri anda Havana jatuh di perairan Amerika dan saat ini tim SAR dan pihak maskapai sedang menuju ke lokasi kejadian.

Mohon kesabarannya." Ucap pihak maskapai Mr. Glassman.

Duaaarrr.....

"Apaaa....?" Pupil mata Romy melebar dengan tubuh terasa syok berat.

"Tidak mungkin....! TOLONG JANGAN BERCANDA DENGANKU, TUAN.....!" Bentak Romy terlihat murka.

"Kami mohon maaf Tuan Romy. Kami tetap bertanggungjawab atas kecelakaan ini.

Dan kami mohon maaf atas ketidak nyamanan anda harus menerima berita duka ini." Ucap tuan Glassman.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!