Sebelum baca kelanjutan nya,yuk mampir di novel ini dulu,biar tau alur cerita nya ! ! !
Bayangan itu masih terus saja menghantui nya dalam mimpi.Bahkan setiap malam ia harus mandi keringat kala mengalami mimpi buruk itu.Dunia Azizah berubah saat peristiwa itu terjadi,Azizah selalu berusaha untuk tegar,meskipun kadang ia sering merasa rapuh.
Azizah sudah berusaha untuk merubah semua nya menjadi normal kembali,membawa dirinya ke titik kenyamanan yang sebelumnya ia rasakan.Namun,wajah samar pria itu yang sempat di ingat oleh Azizah tatkala terus menganggu pikiran nya.
Dua tahun yang lalu. . .
Azizah yang baru saja kembali melihat pengumuman kelulusan nya di kantor polisi terdekat,bersama dengan teman-teman.Dia berpisah dengan yang lain di persimpangan jalan,karena untuk sampai ke rumah,Azizah harus melewati jalan yang mungkin sedikit jauh dari jalan aspal,hanya mengandalkan jalan kaki saja.
Keluarga Azizah bukan lah keluarga yang begitu mampu.Namun, Azizah bisa membuat ke dua orang tua nya bangga,saat Azizah berhasil mendapat 'kan beasiswa untuk berkuliah di ibu kota Jakarta.Azizah mendapatkan beasiswa calon mahasiswa dengan kelulusan terbaik tingkat Sekolah Menengah Atas.
Jedder..Jedder ..Suara petir yang menggelegar,beberapa kali Azizah menutup telinga nya,saat mendengar suara petir tersebut.Azizah yang memakai kemeja putih dan juga rok hitam serta hijab putih,membuat ia memilih untuk berteduh.Dia tidak dapat menerobos hujan yang begitu lebat.Azizah berhenti di depan sebuah kios yang sudah lama tidak di gunakan untuk berjualan lagi,kios itu terlihat kotor dan juga sedikit seram karena sudah lama di tinggal oleh pemilik nya.
Beberapa kali Azizah menyeka wajah nya yang basah karena hujan,lalu ia berdiri di depan kios itu,sembari kedua tangan nya melipat di dada,merasakan dingin nya angin yang berhembus bersamaan dengan turun nya hujan.
Di tempat lain. . .
Beberapa pria - pria dewasa yang baru saja merayakan kelulusan mereka di kampung itu.
"Satria,Aku tidak menyangka keluarga mu,memiliki rumah di kampung ini,Kita bisa menggunakan tempat ini sepuas nya tanpa harus menyewa hotel jika main ke kampung seperti ini!"Ujar Bara,teman kuliah Satria yang seangkatan,dan juga merayakan kelulusan mereka.
"Tentu dong,Papa Gue 'kan gila bisnis,ada uang sedikit pasti investasi,lalu beli tanah bangun rumah,bangun resort,dan juga mereka mau bangun supermarket di kampung ini dua tahun ke depan,masih mencari lokasi yang strategis,agar tidak mengalami kerugian di kemudian hari "Ungkap Satria,mengambil sebotol minuman wine di tangan Bara.
"Kenapa dengan kampung ini?kenapa tidak memilih tempat lain di kota?"Tanya Aldo,yang juga teman seangkatan Satria.
"Di kota sudah banyak yang begituan,di kampung seperti ini masih kurang,dan rencana nya,supermarket itu di lengkapi dengan pasar sayur dan ikan,pokok nya lengkap,yang jelas harga itu murah meriah,Papa Gue suka beramal!"Ha..Ha...Terdengar gelak tawa Satria di dalam rumah minimalis dengan dekorasi tahun jaman dulu.Di era tahun 90an rumah milik keluarga Satria yang paling kaya di tempat itu.
"Eeh,tunggu,itu minuman Gue,kadar al-kohol nya tinggi Lo nggak akan bisa minum!"Bara masih berusaha mencegah Satria agar tidak meminum itu.Bara tahu betul kalau Satria tidak terlalu kuat untuk meminum minuman beral-kohol.Apalagi sejenis spirytus Rektyfikowany kadar nya hampir 90%.
Gluk.. Gluk..Gluk.. "Aaaah,Mantaaaap!"Teriak Satria yang,seketika tumbang ke sofa.
"Ah,Parah Lo,baru minum satu botol udah teler,dan Lo nggak dengerin Gue sih!"Bara dan Aldo lanjut menghabiskan minuman yang tersisa.Sementara,Satria masih meratapi dirinya dengan kesadaran yang menurun.
Dua puluh menit berlalu,Aldo dan Bara tepar di lantai,ke dua nya tidak sadarkan diri,entah berapa botol sudah menghabiskan minuman itu.
Drrt...Drrt..Ponsel Satria bergetar,ia berusaha meraih nya.Saat Satria melihat panggilan itu dari Orang tuanya,Satria kaget,karena Satria tahu,papa nya itu tidak akan mengizinkan Satria mabuk-mabukan.
"Hallo,Tuan Besar.Ada yang bisa saya bantu?"Jawab Satria,dalam keadaan yang mabuk,mencoba menggoda Papa nya.
"Satria,Kamu mabuk?"Teriak seorang wanita di seberang sana,Satria segera tersadar lalu duduk di sofa.
"Mama,enggak,Satria hanya minum sedikit,ada apa Ma?"
"Papa mu masuk rumah sakit,pulang lah segera, ia sejak tadi menanyakan mu!"
"Baik,Satria akan segera kembali!"
Tanpa berpikir panjang,Satria memutuskan panggilan nya dengan Astuti Alamsyah,istri dari pengusaha sukses di kota yang bernama Adipurna Alamsyah.
"Bro,Gue harus pergi dulu ya,Lo pada pulang sendiri saja,bawa mobil 'kan?"Satria memakai jaket kulit hitam milik nya,tidak ada tanggapan dari Bara atau Aldo.Satria bergegas pergi meninggalkan mereka dalam keadaan teler.
Setelah menyalakan mobil nya,Satria melihat hujan yang masih turun begitu deras.Satria berusaha menerobos hujan tersebut,agar segera sampai ke tempat itu.
"Sial,kadar al-kohol belum hilang,kepala Gue pusing,badan Gue panas!"Satria mencoba membuka jaket nya,lalu menaikan suhu AC mobil,tapi masih membuat tubuh nya panas.Satria bukan lah pria yang kuat minum pada umum nya,tubuh Satria memiliki lemah akan hal itu,bahkan jika Satria sempat minum ia tidak bisa mengontrol diri nya.
Ckiitt..Ckiitt...Suara ban mobil yang mengikis aspal,terdengar begitu nyaring.Satria tidak dapat menyetir mobil nya dengan benar,bahkan ia tidak dapat melihat jalan dengan benar,pandangan Satria kabur,kepala nya ikut berputar.
Braak!
"Astagfirullah"Azizah memegang dada nya yang terkejut,sebuah mobil mewah berwarna merah menabrak pohon yang ada di depan nya.
Melihat mobil itu mengeluarkan asap dari depan,Azizah sebagai manusia yang peduli terhadap sekitarnya pun,datang untuk melihat.
Tok..Tok..
"Mas..Kamu tidak apa-apa?"Tanya Azizah mengetuk kaca mobil Satria."Mas"Panggil Azizah lagi,dengan sopan.Melihat tidak ada jawaban,dan mobil sudah berbau bensin,Azizah mencoba membuka pintu mobil,dan benar saja itu tidak terkunci.
Satria masih sadar,ia segera turun dari dalam mobil,
"Mas,Kamu tidak apa-apa?Tanya Azizah dengan lembut,saat Satria sudah berdiri di depan pintu mobil,Satria melihat ke arah Azizah,dengan wajah nya yang di basahi hujan,dan kemeja putih yang di kenakan Azizah terlihat transparan sehingga membuat Satria membulat 'kan mata nya.
"Mas!"Azizah melambaikan tangan nya ke depan Satria yang terdiam,pria itu terus saja memandang wajah cantik Azizah,ia seperti primadona desa itu,sangat cantik,bahkan kecantikan nya itu,alami dan raut wajah nya begitu lembut.
"Sini Kamu!"Satria menarik paksa tangan Azizah,dan membuka pintu mobil bagian belakang.
Bugh!
Satria mendorong tubuh Azizah ke dalam mobil,membuat Azizah ketakutan setengah mati.
"Mas,apa yang mau kamu lakukan,sadar mas,Kamu kenapa,Saya hanya menolong Kamu,jangan lakukan itu kepada Saya!"Teriak Azizah memohon kepada Satria,agar diri nya di lepaskan saat ia melihat,Satria dengan netra yang memerah,wajah yang di basahi hujan,Azizah dapat melihat pria itu melihat dengan me-sum ibarat kucing mendapatkan daging segar.
"Tidak mas,lepaskan Saya,tolong jangan lakukan itu kepada saya!"Teriak Azizah,namun Satria tidak menggubris nya.
"Tidaaaakkk!"
Terdengar suara teriakan Azizah di tengah-tengah hujan deras itu,Azizah dapat melihat begitu kejam dan buas nya pria itu mencabik-cabik tubuh nya,merenggut kesucian nya yang paling berharga.Bahkan Azizah di sakiti secara fisik dan juga mental.
Beberapa menit berlalu terjadi mobil yang bergoyang,dengan brutal atas kesadisan yang di lakukan oleh Satria terhadap Azizah.
Tubuh Satria melemah dan terjatuh ke atas tubuh Azizah yang masih berada di bawah nya.
Dengan sisa tenaga,Azizah berusaha untuk bangkit,dan pergi meninggalkan mobil Satria dalam keadaan tubuh yang penuh luka.Diantara ke dua pa-ha Azizah mengalir darah segar,akibat sobekan yang begitu parah,terasa perih dan pilu hati Azizah,ia berjalan di tengah hujan tanpa beralas kaki.
Azizah terus saja menangis,di sepanjang jalan menuju rumah,tiba di depan rumah,darah tak lagi mengalir dengan tubuh yang basah kuyup,Azizah melangkah masuk ke dalam kamar nya.Mengetahui Azizah sudah pulang Sunarsih sang ibu Azizah datang untuk melihat anaknya.
"Azizah,Kamu kah itu nak yang baru pulang?"Teriak ibu dari luar kamar.
"Iya,Azizah mandi dulu Bu"Jawab Azizah dengan suara yang serak.Sunarsih kembali ke dapur ingin menyiapkan makan malam.
Sementara Azizah di dalam kamar mandi,meratapi nasib nya,ia merasa kotor dan bahkan jijik dengan tubuh nya itu.Azizah tidak bisa berhenti untuk menangis.
Apalagi bekas di seluruh tubuhnya menjadi saksi bisu atas kejahatan yang di lakukan oleh Satria.Azizah menutup mulut nya agar suara tangisan nya tidak terdengar oleh sang ibu,netra nya kian memerah menangis begitu tersedu-sedu.
Mulai hari itu,Azizah memutuskan untuk memakai cadar,menyembunyikan wajah penuh luka dan kesedihan itu dari semua orang,Azizah menutupi diri nya dengan sempurna.Belajar menerima apa yang telah terjadi,membuat Azizah menjadi wanita yang begitu kuat dan tegar.
Favorit dulu yuk,mana tau jodoh ✌️
Divia duduk melamun di taman belakang rumah.Mengingat masa percintaan nya bersama dengan Raka,beberapa tahun yang lalu,dimana mereka berdua selalu bersikap romantis,saling sayang dan juga saling perduli satu sama lain,hubungan yang seperti itu sudah berhasil di lewati oleh ke dua nya selama lima tahun.
"Nyonya,Tuan baru saja kembali dari bertugas"seru Rani,Divia pun membuyarkan lamunan nya menoleh ke arah Rani yang sedikit menunduk.
"Saya akan menemui nya Bi,terimaksih "Divia bangkit dari tempat duduk nya,lalu mencari Raka yang baru pulang dari berbisnis.
Divia telah di tinggal selama sebulan semenjak hari pernikahan nya,dan hari ini Raka baru saja kembali lagi kerumah.
"Assalamualaikum"ucap Raka,saat pintu depan terbuka,Divia yang berada di halaman belakang rumah kini sudah di dalam rumah untuk menyambut sang suami.
"Waalaikumsalam mas"jawab Divia mengulurkan tangan nya ke arah Raka,meskipun sedikit canggung karena sudah berpisah selama tiga puluh hari.Raka tetap berusaha tenang,ia pun membiarkan Divia mencium punggung tangan nya.Lalu Divia membawa masuk koper milik Raka ke dalam kamar.
Tiba di dalam kamar,Raka membuka kancing lengan kemeja nya.Lalu ia melonggarkan dasi yang di pakai nya.
"Mas,boleh aku membuka koper mu,aku akan memisahkan baju kotor"
"Boleh,kenapa harus bertanya,tidak perlu sungkan,bukan kah kita suami istri sekarang?"tanya Raka,hanya pertanyaan itu saja yang keluar dari mulut Raka membuat Divia tersipu malu.
"Ijin ya mas"sembari tersenyum.
"Iya!"sahut nya,Raka pun melangkah ke kamar mandi,untuk membersihkan diri.
Divia pun membongkar koper milik Raka,tidak ada yang istimewa selain baju kotor milik sang suami.Namun,Divia tersenyum saat ia tak sengaja menemukan kotak cincin yang tersembunyi di dalam koper itu.
Ceklek !
Mendengar suara pintu kamar mandi,Divia buru-buru menyimpan kotak cincin itu,ia tidak ingin di anggap terlalu lancang menyentuh barang milik Raka.
"Mas,sudah selesai mandi,aku sudah menyiapkan baju ganti mas!"
Raka melirik ke arah baju yang di siapkan oleh Divia,lalu ia melirik ke arah sang istri yang tengah menutup kembali koper milik nya.
"Kenapa baju kaos? aku harus pergi ke kantor,kata Tante Anita hari ini ada meeting!"pungkas Raka,berjalan ke arah lemari,
"Oh,mas mau pergi lagi? enggak mau istirahat dulu sebentar? 'kan baru tiba mas,apa enggak capek ya?"gerutu Divia yang mengangkat baju kotor,lalu memasuk 'kan nya ke dalam keranjang.
"Kalau aku enggak kerja keras,bagaimana aku bisa membiayai hidup kita,belum lagi nanti membiayai anak-anak kita.Bukan kah,harus menabung dari sekarang"goda Raka,sembari membuka lemari.Divia yang mendengar ucapan Raka,malah terdiam membisu.
Raka langsung menoleh ke arah Divia setelah mengambil kemeja dan jas milik nya.
"Ada apa? kenapa kamu malah mematung di sana?"tanya Raka,yang kebingungan dengan sikap Divia.
"Eemm,enggak!"sahut nya,Divia pun kembali tersenyum ke arah Raka.
"Mas,mau sarapan dulu di rumah atau langsung ke kantor?"tanya Divia begitu ia tiba di ambang pintu.
"Kamu masak enggak ini hari?"
"Haah?"Divia kaget mendengar pertanyaan itu,
"Iya kamu masak enggak,kalau masak aku sarapan dulu baru pergi.Tapi,kalau bi Rani yang masak,aku makan nanti pas pulang aja!"
"Memang harus begitu ya mas?"Divia malah berbalik bertanya.
"Karena aku tidak ingin menyia-nyia 'kan masakan istri ku,jadi aku akan memakan nya lebih dulu,sebelum pergi"ujar Raka sembari tersenyum dan mengedipkan satu mata nya ke arah Divia.
"Apaan sih mas!"gumam Divia yang malu,lalu ia segera keluar dan membawa baju kotor bersama dengan nya.
Setelah Divia pergi,Raka hanya menggelengkan kepala nya.
Tiba di tempat laundry,Divia meletakkan keranjang baju kotor di dekat mesin cuci.Lalu ia tersenyum-senyum mengingat Raka yang terus menggoda nya.
"Eheem"Rani berdehem,membuat Divia terkejut lalu menoleh ke arah wanita itu.
"Aah,Bibi.Sejak kapan bibi disini?"tanya Divia,tangan nya terus memasukan baju kotor ke dalam mesin cuci.
"Sudah setengah jam disini,tapi karena Bibi melihat Nyonya sedang bahagia,Bibi tidak menganggu nya.Nyonya sudah lama tidak tersenyum,akhir nya Bibi bisa melihat Nyonya tersenyum lagi,ini pasti karena Tuan baru saja kembali!"
"Bibi bisa aja.Senyum itu bisa bikin kita awet muda!"tukas Divia tengah malu.
"Aah,yang benar?"Rani malah menggoda Divia,
"Iya benar kok!"jawab Divia yang masih menyembunyikan raut wajah nya yang malu.Tanpa mereka sadari ada seseorang yang sedang memperhatikan mereka berdua.
Raka terus saja memperhatikan Divia,melihat senyuman yang sudah lama tidak pernah ia lihat.Tapi hari ini,senyuman itu benar-benar membuat Raka bahagia.
"Aden..."seru Rani yang terkejut saat berbalik,Raka sudah di ambang pintu.
"Mas,sudah mau pergi?"tanya Divia,
"Iya,aku pamit kerja dulu,kalau hari ini aku lembur,kamu tidak perlu menunggu ku,karena aku takut kamu lelah,jadi kamu bisa tidur duluan"
"Iya mas.Mari aku antar ke depan mas!"
"Eeemm"
"Ciieee..."goda Rani,
"Bi apaan sih!"Divia pun segera menghampiri Raka yang berdiri di ambang pintu.
Divia dan Raka pun pergi meninggalkan tempat Laundry.
Tiba di pintu utama,sekali lagi Divia mengulurkan tangan nya,dan Raka dapat melihat netra Divia yang begitu bahagia.
"Aku pergi dulu!"
"Hati-hati mas"
"Iya!"
Tanpa ada kecupan kening atau sejenis nya.Itu malah membuat Divia heran.
"Apa begini kehidupan setelah menikah,mana sikap romantis nya yang dulu ? aah Divia apa yang kamu pikirkan mungkin saat ini Raka tengah capek!"gumam Divia,melihat mobil Raka yang pergi meninggalkan rumah purna.
Divia langsung melangkah masuk ke dalam rumah.Rani juga baru kembali ada tempat cucian baju.
"Bi sejak kapan Mas Raka menyetir sendiri?"
"Oh sudah lama Nyonya,sebelum menikah dengan Nyonya Den Raka juga pernah menyetir,tapi kalau untuk berpergian jauh Den Raka membawa sopir,mungkin hanya ke kantor Den Raka akan menyetir sendiri,perusahaan nya 'kan dekat!"pungkas Rani,sembari berpamitan pergi ke dapur.
"Mungkin saja,semoga kondisi Raka baik-baik saja,karena ia terlalu bekerja keras sehingga lupa untuk istirahat!"gumam Divia yang kini berjalan ke arah laundry untuk melanjutkan pekerjaan nya yang sempat tertunda.
Divia sudah belajar menjadi istri yang baik,untuk suami dan anak-anak nya kelak.Pekerjaan rumah tangga pun ia lakukan dengan ikhlas tanpa mengeluh dengan senang hati Divia sering membantu Rani.
Raka dan Divia sedang sarapan pagi,ke dua nya terlihat sangat menikmati hidangan tersebut.
Ting..Tong..
"Seperti nya ada yang datang?"Divia melirik ke arah Raka,
"Biar saya yang membuka pintu.Nyonya sarapan saja dulu"seru Rani,saat melihat Divia akan bangkit dari tempat duduk nya.
"Terimakasih Bi!"Rani pun duduk kembali,lalu melirik Raka yang tak bergeming saat senang sarapan,lalu Divia menawarkan salad buah untuk di bawakan Raka ke kantor.
"Mas,mau membawa ini,aku ada banyak di kulkas?"
"Eemmm boleh,beri satu kotak aku akan memakan nya saat siang nanti!"
"Baik.Tunggu sebentar!"Divia pun bangkit dari tempat duduk nya lalu berjalan ke arah dapur,Raka memperhatikan sang istri yang sudah pergi meninggalkan meja makan.
"Tuan,Ibu mertua Anda disini"seru Rani,mengantar Miranti ke ruang makan.
"Mama duduk lah!"tukas Raka,yang segera berdiri karena sudah selesai sarapan.
"Dimana Divia?"tanya Miranti,setelah tidak melihat ada anak nya di meja makan.
"Mama aku disini"sahut Divia membawakan cemilan untuk Raka.Divia memeluk sang ibu,melepaskan kerinduan mereka yang sudah lama tidak bertemu setelah menikah.
"Aku akan pergi ke kantor,terimakasih untuk salad nya!"setelah memberikan nya kepada Raka,Divia mencium punggung tangan Raka,dan Raka mencium punggung tangan ibu mertua nya.Miranti tersenyum melihat keharmonisan rumah tangga anaknya.
Setelah mengantar Raka ke depan,Divia masuk lagi,dan menemui ibu nya di meja makan.
"Mama sudah sarapan?"
"Udah,tadi sebelum pergi mama makan dulu,ini mampir mampir karena sekalian pergi belanja bulanan!"tukas Miranti,
"Mama enggak mau nginap satu malam gitu?"
"Enggak lah,mama enggak mau ganggu pengantin baru,apa kalian enggak sepi tinggal di rumah sebesar ini?"tanya Miranti,
"Bosan sih mah,sepi lagi!"sahut Divia yang kini makan salad buah milik nya yang tersisa.
"Biar enggak sepi buruan punya anak,biar ada kesibukan mu dan Raka,jadi kamu enggak akan bosan kalau suami mu pergi kerja!"
Divia tersenyum kecut mendengar ucapan sang ibu.
"Mama pikir punya anak itu gampang apa,'kan perlu rencana juga ma,kita ini udah siap apa belum,kalau terlalu memaksa takut nya anak nanti enggak ke urus!"
"Mama mau tanya,kalian setelah menikah pisah satu bulan,terus apa kalian sudah melewati malam pertama?"tanya Miranti yang cukup penasaran,Divia tidak langsung menjawab,karena soal itu ia tidak ingin orang lain tahu.
"Mama makan lah ini,salad nya enak!"Divia mengalihkan pembicaraan itu,Miranti menyadari kalau ada sesuatu yang enggak beres sama Anak dan menantu nya.
"Divia!"panggil Miranti,
"Ma,soal itu tidak perlu aku bercerita sama Mama,selama aku dan Mas Raka,hidup bahagia aku sudah cukup,soal anak bisa aja kami belum siap!"Divia berdiri lalu membantu Rani membereskan meja makan.
"Mama tau,tapi kamu juga tidak boleh menunda nya terlalu lama,Mama juga ingin melihat cucu mama,sebelum mama pergi!"
"Mama,apa yang kamu katakan,bukan kah,saat ini masih ada aku,mari kita nikmati dulu masa-masa ini ma,soal anak aku akan pikirkan nanti!"
"Pokonya saran mama,jangan di tunda lebih lama,atau kamu tidak akan punya anak selama nya!"
"Mama,apa yang mama katakan,aku tidak menunda nya!"
"Mama harap begitu!"
Divia memberikan mangkuk salad yang kosong kepada Rani.
"Div,mama pamit dulu,mama harus segera pulang,takut ikan mama nanti busuk!"
"Eeemm hati-hati ma,lain kali datang lah lagi dan harus menginap!"
"Iya sayang,mama pulang dulu"Miranti pun pergi meninggalkan rumah purna.Setelah ibu nya pergi,Divia membantu Rani menyiapkan makan siang dan makan malam.
"Bi,ini simpan saja,kita panaskan untuk nanti malam"
"Baik Nyonya!"terlihat Divia begitu senang membantu Rani memasak di dapur.
Di perusahaan Purna. . .
Raka baru saja keluar dari ruang meeting bersama dengan Anita.
"Tante,mana berkas yang mau aku periksa?"tanya Raka,
"Ini Pak,silahkan !"
"Panggil Raka saja,kita sudah seperti keluarga!"ujar Raka yang tersenyum.Anita adalah karyawan senior dan bentar lagi akan pensiun.
Raka membawa berkas tersebut ke dalam ruangan nya,lalu ia mulai memeriksa satu persatu berkas tersebut.
Dua jam berlalu,Raka merasa pundak nya mulai pegal,dan ia pun berhenti,dan merebahkan kepala nya sebentar.
Tut..Tut..Tut..
Terdengar panggilan yang belum terhubung.
[Iya Tuan]
"Bagaimana ?"
[Kondisi Tuan Arkana sudah membaik Tuan,semenjak dari siuman,orang pertama yang ia cari adalah anda,hari ini ia menanyakan Anda lagi]
"Katakan padanya aku akan melihat nya nanti,hari ini masih banyak pekerjaan yang belum ku selesaikan!"
[Baik Tuan]panggilan pun terputus.
Raka menyimpan kembali ponsel nya,lalu ia melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.
Jam 23:14 malam. . .
Raka pulang begitu terlambat,setelah menyimpan mobil di garasi,ia segera berjalan ke arah pintu masuk,dan mengambil kunci cadangan di saku celana nya.
Ceklek !
Raka segera masuk,seluruh lampu sudah di matikan dan terlihat sedikit gelap.Disaat Raka akan menaiki kaki di tangga,ia menoleh ke arah sofa ruang tamu,ia melihat Divia yang tertidur disana.
Raka pun segera menghampiri Divia dan ia tidak berniat untuk membangunkan nya.
"Divia pasti lelah menunggu ku pulang.Maaf ya Divia,aku membuat mu khawatir!"Raka menyentuh lembut wajah Divia,dan Wanita itu menggeliat,Raka segera menarik kembali tangan nya.
Melihat Divia yang belum bangun,Raka langsung mengendong nya ke kamar.
Tiba di kamar,Raka membaringkan tubuh Divia secara perlahan agar tidak membangunkan nya.
"Mas,kamu pulang?"tanya Divia,
"Maaf aku sudah membangun 'kan mu"
"Tidak apa-apa,aku akan menyiapkan air mandi untuk mu mas!"disaat Divia mau turun dari ranjang,Raka melarang nya.
"Kamu tidur aja,aku bisa sendiri,kamu 'kan sudah capek seharian!"Raka mengusap kepala Divia,ia menatap netra wanita yang sangat di cintai nya.
"Maaf,aku menyusahkan mu!"lirih Divia,
"Tidak,kamu tidak menyusahkan ku,malah aku yang sering merepotkan mu,maaf 'kan aku!"
"Kita adalah pasangan,suka dan duka harus berbagi!"ujar Divia yang kini menyentuh pipi Raka,Divia menuntun wajah nya agar lebih dekat dengan wajah Raka,begitu juga dengan Raka,kedua nya larut dalam suasana,dan cahaya lampu yang sedikit remang-remang.
"Eemmm,Divia aku harus mandi lebih dulu!"Raka langsung bangkit dari jongkok nya,lalu pergi ke kamar mandi,meninggalkan Divia di atas ranjang dalam keadaan bingung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!