"Astithnayiyun!, Astithnayiyun!," seru salah seorang lelaki di tengah tengah ratusan tamu
undangan malam itu.
Lelaki itu berdiri tepat di barisan depan dengan tatapan bangga dan juga kagum dengan sosok wanita yang menjadi bintang utama di balik alasan di adakan nya pesta itu.
Bersamaan dengan itu, gemuruh tepuk tangan menggema di ruangan pesta saat seorang gadis bergaun merah jambu tengah naik ke atas panggung.
Semua pandangan tertuju pada seorang gadis cantik berjilbab lengkap dengan busana panjang wanita muslimah khas negara Suriah di era tahun 1500 an.
"Congratulation Queensany!, Congratulation!, hari ini kau benar benar membuktikan, bahwa kau memang arsitektur terbaik di negara Suriah!," seru seorang lelaki ber jas dengan gaya Eropa mencoba menyibak gerombolan para tamu undangan demi memberi ucapan selamat secara langsung pada gadis hebat yang tak lain ialah Queensany.
Tanpa bersusah payah, semua orang segera memberi jalan kepada nya tanpa di minta.
"Mister terlalu berlebihan, but.., I say thank you telah bersedia datang ke pesta ku ini," seru Queensany dengan wajah begitu bahagia mengetahui bahwa orang terpenting dalam keberhasilan bisnis nya telah menyempatkan hadir di sela sela kesibukan nya sebagai orang ternama di Eropa.
Terlebih, malam itu adalah malam pesta pertama bagi Queensany.
Sebuah Pesta perayaan atas keberhasilan besar nya dalam meniti karir di bidang kearsitekan.
Sebuah pijakan besar yang berhasil ia raih, yang bahkan bisa membuat status sosial nya yang berasal dari kalangan biasa berubah menjadi kalangan atas.
Queensany menyeka air mata nya saat mengingat perjuangan nya dahulu sampai berhasil pada titik itu.
Bahkan aura Queensany begitu terpancar malam itu, ia begitu nampak bertalenta, cantik dan mempesona, hingga banyak pasang mata yang begitu terpesona kepada nya.
Di usia yang masih terbilang muda, dia sudah berhasil menduduki puncak karir yang selalu ia impikan sejak berada di rumah panti asuhan.
Ya, Queensany memang wanita hebat, namun masa kecil nya sudah ia habiskan dengan penuh duka dan kesedihan.
Sejak ayah nya gugur dalam medan perang, dengan terpaksa sang ibu harus meninggalkan nya di sebuah panti asuhan demi kehidupan yang lebih layak untuk sang putri.
Kepedihan hidup nya tidak berhenti di situ, saat tahun ke 5 ia berada di panti asuhan, sang ibu di kabarkan telah meninggal dunia di atas tanah peperangan di mana sang ayah di nyatakan hilang beberapa tahun silam.
Sejak saat itu, tekad menjadi kuat dan sukses dalam diri Queensany begitu besar, hingga membawa nya sukses di usia muda, ia bahkan tak pernah berfikir untuk membenci sang ibu, ia malah tetap memiliki rasa bangga terhadap kedua orang tua nya yang telah tiada.
"Next time, aku akan membawa you ke negara kelahiran ku, aku akan memastikan kau akan merancang rumah baru ku tahun depan," seru Mister Michael penuh harap sembari menyembulkan asap rokok nya ke udara.
Ucapan nya ia ungkap kan dengan penuh keyakinan dan harapan besar pada Queensany, hingga membuat Queensany begitu bersyukur saat itu.
"Insyaallah," sahut Queensany tak sabar dengan tantangan yang akan di beban kan Mister Michael pada nya.
Seketika terbesit dalam bayangan nya, begitu bahagia nya ia saat waktu itu tiba, ia bisa menginjakkan kaki di tanah Eropa, salah satu tempat yang ingin sekali ia kunjungi dan juga sekaligus tempat yang akan menjadi batu loncatan nya untuk membesarkan nama nya hingga terkenal luas di seluruh dunia.
"Ukhti, di mana suami mu?," tanya seorang tamu undangan membuat Queensany sedikit menyembunyikan kesedihan nya.
Pasal nya, meskipun kini dia telah mampu meraih semua nya, ia tetap tak pandai bergaul dan mengenal seorang pria, bahkan untuk menjalin hubungan percintaan, terlebih lagi untuk melangkah ke jenjang pernikahan.
"La Umma, saya belum menikah," ucap Queensany membuat seorang lelaki muda di sudut ruangan menatap tajam ke arah nya.
Sejak awal pesta di mulai, tatapan lelaki itu memang tak sekalipun berpaling dari sosok Queensany.
Ia juga selalu mengikuti pergerakan Queensany dari jauh kemanapun ia berjalan.
Seperti perlakuan seorang penggemar berat kepada sang idola.
"Cepatlah menikah, apa lagi yang kau tunggu?, karir mu sebagai arsitek ternama apakah belum cukup?," gurau seorang tamu undangan sembari memberikan segelas jus pada Queensany.
Sontak ucapan nya membuat pipi Queensany bersemu merah.
Tak bisa di pungkiri, dalam hati kecil nya pun itu adalah salah satu impian terbesar nya.
"Semoga Allah mendengar doa dan harapan baik kalian semua untuk ku, insyaallah," sahut Queensany tak menyadari bahwa banyak para pemuda di pesta itu juga menginginkan diri nya akan hal itu.
Ada arti lain dari tatapan mereka pada wanita luar biasa itu.
Ada yang menatap nya dengan niat tulus menikahi nya, namun tak memiliki keberanian untuk mengungkap kan nya.
Ada yang menatap nya dengan gairah nafsu.
Dan ada yang menatap nya hanya dengan sebuah perasaan kagum saja.
Dan ada juga yang menatap nya dengan penuh siasat licik.
~Berkenalan dengan sang penakluk hati~
"Masyaallah, huff!," keluh Queensany menyempatkan diri duduk beristirahat di tengah riuh nya pesta perayaan puncak karir nya itu.
Ia berusaha memilih tempat duduk yang sedikit jauh dari keriuhan pesta yang ada.
Hanya untuk melepas penat dan meneguk segelas jus kesukaan nya tanpa gangguan dari siapapun.
"Menjadi orang hebat ternyata juga melelahkan," keluh Queensany berbicara dengan diri nya sendiri.
Sejenak, ia memandang ke arah para tamu nya yang begitu banyak, bahkan mayoritas dari mereka bukan lah orang sembarangan.
"Lihatlah Abi, Ummi, aku sudah menjadi orang sukses saat ini, jika aku memiliki seorang anak nanti nya aku sudah mampu menunjang kehidupan nya, dan tak akan tercekik kondisi sulit seperti Ummi dahulu yang harus meninggalkan ku di panti asuhan hanya agar aku bisa makan sesuap nasi, padahal aku tahu Ummi juga kelaparan dan frustasi di luar sana, meskipun banyak cibiran buruk dari semua orang tentang kalian, aku tetap menyayangi kalian, Ummi, Abi," ucap lirih Queensany sembari menyeka air mata nya.
"Boleh aku duduk di sini?," ucap sebuah suara tiba tiba mencoba mendekati nya.
"Silahkan," sahut Queensany mencoba se ramah mungkin dengan para tamu nya tanpa terkecuali.
Queensany memang orang yang mudah bergaul dan ramah kepada semua orang, ia tak pernah memandang seseorang dari strata sosial nya dan apa yang ia punya di dunia ini.
Hal itu juga yang menjadi salah satu alasan Queensany dengan mudah mendapatkan beragam ilmu kearsitekan dari semua orang hebat yang pernah ia kenal sebelum nya.
"Nama ku Yossep, Yossep Kristos," seru lelaki itu memperkenalkan diri nya dengan penuh percaya diri.
Namun ia masih menjaga batasan nya agar Queensany merasa nyaman untuk dekat dan berkenalan dengan nya.
"Queensany," sahut Queensany singkat sembari memainkan gelas jus di tangan nya.
"Selamat atas pencapaian mu ini, aku begitu salut dengan sebuah kesuksesan, terlebih kesuksesan yang berhasil di raih kaum si Fulan," seru Yossep dengan kata kata manis nya.
"Syukhron," ucap Queensany tersenyum nan manis nya.
"Tapi, apakah wanita hebat ini mau berteman dengan lelaki biasa seperti ku?," tanya Yossep memulai pendekatan nya.
"Dalam islam, derajat kita sama, kita juga di ciptakan untuk saling melengkapi, dan aku tidak keberatan untuk berteman dengan siapapun," ucap Queensany membuat Yossep tertawa.
"Apa ucapan ku salah?," tanya Queensany keheranan sembari mengeryitkan kening.
"La, aku cuma senang karna ternyata pemikiran kita se frekuensi," seru Yossep membuat Queensany mulai nyaman mengobrol dengan nya.
"Kalau boleh tahu, apa kesibukan mu?," tanya Queensany penasaran, karna tampilan Yossep serta Falwa yang ia kenakan tidak menunjukkan bahwa ia adalah orang biasa.
"Aku?, aku seorang pebisnis properti, ya semacam mengurusi penjualan tanah dan bangunan," seru Yossep mulai menarik perhatian Queensany dengan cerita hidup nya.
"Wow!, itu pekerjaan yang luar biasa menurut ku ,dan pekerjaan itu belum banyak orang yang bisa menguasai nya" sahut Queensany semakin tertarik dengan sosok lelaki di samping nya.
"Tapi tidak ada apa apa nya di banding karir mu," ucap Yossep membuat Queensany tersipu malu.
"Kau terlalu berlebihan Yossep," ucap Queensany mulai menikmati obrolan mereka.
"Kalau boleh tahu, apa cita cita mu saat memilih bidang kearsitekan?," tanya Yossep mencoba seakrab mungkin dengan Queensany.
"Hanya sebatas cita cita, dan ada satu hal..!," seru Queensany.
"Apa itu?," tanya Yossep kembali.
"Aku bermimpi memiliki sebuah kastil ku sendiri suatu hari nanti," ucap Queensany membuat sebuah ide terlintas di pikiran Yossep.
"Kau tahu Queensany!, dari dulu aku juga sangat ingin membuat kastil ku sendiri," seru Yossep membuat Queensany semakin ingin tahu kelanjutan cerita dari Yossep.
"Benarkah?, Lalu?," tanya Queensany penasaran.
"Aku masih mencari seseorang yang memang handal dalam proses pembangunan nya, aku ingin kastil ku berdiri tanpa kurang suatu apapun," seru Yossep memancing hasrat Queensany.
"Benarkah?, apa aku bisa menawarkan jasa ku untuk itu?, apakah aku pantas untuk melakukan nya?," cerca Queensany begitu bersemangat sembari tanpa sadar wajah mereka kini menjadi beradu pandang dengan jarak yang begitu dekat.
"Itu suatu kehormatan bagi ku," seru Yossep begitu senang karna telah menyelesaikan langkah awal nya dengan mudah.
Langkah awal untuk menggaet seorang wanita kaya agar terjerat cinta dengan nya.
Tidak salah jika orang orang banyak menyebutnya sebagai seorang lelaki penakluk hati wanita.
"Baiklah, kabari aku jika kau membutuhkan ku," seru Queensany tanpa berburuk sangka apapun terhadap lelaki yang baru saja ia kenal itu.
"Aku akan menghubungi mu besok," seru Yossep membuat Queensany tercengang dan hampir tersedak saat meneguk sisa jus di gelas nya.
"Secepat itu?," tanya Queensany heran.
"Yap!, tapi bukan untuk merancang pembangunan kastil, tapi untuk makan malam bersama ku, kamu mau?," seru Yossep dengan rayuan maut nya.
"Thob'an," ucap Queensany begitu membuat Yossep senang.
Bagus!, tinggal sebentar lagi, kekayaan mu akan jadi milik ku, batin Yossep ternyata mempunyai niat terselubung saat mendekati Queensany.
Awal nya, Yossep juga sedikit terlena akan kecantikan Queensany, namun ambisi awal nya lebih kuat dari rasa ketertarikan nya pada sosok Queensany.
Sejak saat itu, hubungan mereka semakin dekat dan erat.
Yossep terus mendekati Queensany hingga membuat Queensany begitu tergila gila dengan sosok Yossep.
Di mata Queensany saat itu, Yossep adalah seorang lelaki yang sempurna dan tak ada lelaki lain yang sebanding dengan nya.
~Kastil maut~
"Ayolah Bos!, fulus itu akan aku kembalikan secepat nya," ucap Yossep dengan nada memohon.
"Kau berlagak sok kaya!, padahal utang mu sudah menumpuk pada ku!," sentak seorang lelaki bertubuh kekar itu sembari melempar sekoper uang kepada Yossep.
Meskipun ucapan lelaki kekar itu begitu kasar kepada Yossep, tapi setiap permintaan Yossep selalu ia penuhi, karna ia tahu, Yossep selalu memenuhi janji nya dengan membayar lebih uang yang telah ia pinjam.
Lelaki itu juga orang yang paling paham bagaimana licik nya Yossep kepada para wanita yang hanya Yossep dekati untuk meraup kekayaan mereka saja.
Namun aneh nya, Yossep bisa setia dengan satu wanita, wanita yang selalu ia puja puja sejak lama, wanita cantik yang ia kenal saat ia bekerja di negara Jerman beberapa tahun silam.
Berselang dua hari kemudian, kastil yang di janjikan Yossep benar benar ia bangun dalam jangka waktu pembangunan yang juga tak memakan waktu lama.
"Kastil mu akan segera selesai jika pembangunan nya terus lancar seperti ini," ujar Queensany begitu bangga menatap rancangan nya kala itu, beratus ratus rancangan telah ia selesaikan, tapi rancangan nya kala itu membuat hati nya ikut berbahagia, sebab Yossep telah menjanjikan kastil itu untuk hadiah pernikahan mereka kelak.
"Aku tak sabar menunggu waktu itu tiba, kastil ini akan menjadi rumah baru kita kelak," ucap Yossep memeluk Queensany namun dengan tatapan mata yang memandang wanita lain yang berdiri tak jauh dari kastil nya.
Tenanglah Hanny, ku pastikan ini yang terakhir, dia cuma alat untuk kebahagiaan kita di masa depan, batin Yossep.
Tepat 3 bulan sesudah nya, kastil telah benar benar berdiri dengan kokoh.
Dan tepat di hari itu, acara pernikahan pun di gelar dengan megah di halaman kastil.
Kebahagiaan di raut wajah Queensany tak bisa di lukiskan dengan kata kata lagi.
Berbalut gaun putih indah dengan sebuah mahkota bunga di atas jilbab nya, Queensany mampu menyihir semua tamu undangan yang datang.
Mereka menikah di depan sang penghulu sesuai prosesi pernikahan dalam agama mereka.
Kata sah begitu menusuk ke telinga Queensany, membuat tangisan nya pecah saat itu juga.
Akhir nya!, Ummi, Abi, batin Queensany segera memeluk Yossep yang sudah resmi menjadi suami nya.
Ucapan selamat tak henti henti nya terucap untuk kehidupan baru mereka.
Tarian suka cita terus saja menghiasi pesta itu hingga petang tiba.
Hari itu semua nya berjalan dengan lancar dan meriah hingga pesta usai.
"Aku mencintai mu," ucap Yossep sembari menggendong pengantin wanita nya masuk ke dalam kastil saat acara telah benar benar usai.
Queensany dengan bahagia segera melingkarkan tangan nya di leher sang suami dan merebahkan kepala nya di dada Yossep.
Ia begitu menikmati hari itu tanpa terlewat sedetik pun.
Namun tanpa Queensany sadari, sudah ada seorang wanita yang bersembunyi di dalam kastil, memperhatikan nya dan menunggu nya sejak lama.
"Sayang, aku punya satu permintaan lagi dari mu," ucap Yossep mengeluarkan sebuah dokumen dari laci meja nya.
Begitu tercengang nya Queensany saat membuka dan membaca setiap kata dalam dokumen itu.
"Itu hanya usaha ku untuk berjaga jaga, jikalau aku atau kau meninggal lebih dulu, harta kita tidak akan di perebutkan siapapun, hanya milik kita, milik anak anak kita," ucap Yossep mencoba membujuk Queensany yang masih diam tak bereaksi apapun.
"Aku percaya pada mu imam ku," sahut Queensany dengan mantap langsung membubuhkan tanda tangan nya tepat di materai dokumen itu tanpa bertanya apapun lagi.
"Akhir nya," seru sebuah suara keluar dari balik kamar mandi yang sudah tak sabar menunggu hari itu tiba.
"S- siapa kamu?," seru Queensany terkejut, terlebih setelah Yossep malah berjalan santai mendekati wanita itu.
"Sayang, bisa kau jelaskan pada nya," ucap wanita berambut pirang itu membuat Queensany terbelalak tak percaya menatap ke arah sang suami.
"Dia Kristani, Kristani Maria Delpa, kekasih ku," ucap Yossep menyerahkan dokumen kuasa itu kepada Kristani.
"Kau jahat!," sentak Queensany tak percaya.
"Kehidupan itu terkadang pahit sayang," ucap Yossep sembari tertawa dengan lepas nya.
"Kami harus rela menghabiskan uang kami demi membangun kastil ini demi memikat mu, tapi usaha kami ternyata tak sia sia," seru Kristani sembari mengeluarkan sebilah pisau dari balik punggung nya, kilauan pisau itu begitu membuat tatapan Queensany tak berkedip.
Ada firasat buruk yang terbesit dalam hati nya saat itu.
"Apa yang ingin kalian lakukan?, menyingkir dari ku!," sentak Queensany berusaha berlari dan menghindar dari kedua manusia licik itu
Sembari melempar setiap barang yang ia temui, ia mencoba menghadang jalan Yossep dan Kristani yang begitu ingin menangkap nya.
"Kemarilah sayang, kau tak mau menghabiskan malam pertama kita di kamar pengantin?," seru Yossep terus mengejar Queensany ke seluruh bagian kastil.
Membiarkan Queensany berulang ulang kali terjatuh hingga membuat gaun pengantin nya sobek tak karuan.
Berkali kali Kristani dan Yossep berhasil mencekal Queensany, namun berkali kali juga Queensany berhasil melepaskan diri.
"Ya Allah!, Kenapa semua pintu terkunci?," keluh Queensany terus berlari sampai ke area bawah tanah kastil.
Namun akhir nya, Queensany tak bisa berkutik lagi saat Kristani menemukan nya dan menutup jalan keluar dari gudang bawah tanah itu juga.
"Kau mau kemana?, mari kita bermain gadis tolol!," sentak Kristani terus memainkan pisau di tangan nya.
"Apa salah ku pada kalian?," seru Queensany terus mencari cara untuk keluar dari kastil.
"Salah mu adalah karna kau memiliki banyak uang!," seru Kristani tertawa sembari menginjak bagian bawah gaun pengantin Queensany hingga lagi lagi membuat Queensany jatuh tersungkur.
"Sudahlah!, cepat kita selesaikan ini," seru Yossep menarik tubuh Queensany dan mendekap nya hingga tak bisa berkutik lagi.
"Rasakan ini!," seru Kristani menancapkan pisau ke perut Queensany berulang ulang kali tanpa ragu sedikit pun.
Bahkan kucuran darah Queensany tak membuat nya iba sebagai sesama perempuan.
Ketamakan sungguh sudah membutakan akal pikiran mereka.
"Tidak!," teriak Queensany yang terakhir, sebelum pisau yang di bawa oleh Kristani dan Yossep berhasil mencabut nyawa nya dengan cara yang mengenaskan.
Namun sebelum ia benar benar menutup mata, kuku jari nya sempat menggoreskan luka cakaran di leher Kristani.
"Ah!, sial!," sentak Kristani sembari menendang raga Queensany yang sudah lemas tak berdaya tanpa nyawa sembari menutup luka nya dengan satu tangan.
"Kita urus luka mu nanti, sebaik nya kita kubur dia dulu," ucap Yossep menarik raga Queensany dengan kasar nya dan segera mengambil cangkul yang sudah ia siapkan jauh jauh hari sebelum nya.
Dengan raga yang tak lagi bernyawa, serta gaun pengantin yang berubah menjadi berwarna merah darah. Yossep dan Kristani mencoba mengubur Queensany di gudang bawah tanah dan mengabarkan fitnah kembali di esok hari bahwa Queensany telah kabur dengan pria lain di malam pernikahan mereka.
Hingga fitnah itu tercatat di buku sejarah sebagai catatan kotor seorang arsitek hebat yang merelakan karir dan suami yang baru ia nikahi demi lelaki lain.
Namun alam pun masih adil kepada Queensany.
Dalam kurun waktu 300 tahun di masa depan, seorang bayi terlahir sebagai reinkarnasi Queensany, dengan ingatan yang jelas akan masa kelam nya di masa lalu.
Assalammualaikum🤗
Hari ini othor launcing novel baru lagi ya.
Semoga suka, dan mohon dukungan nya🙏.
Jika ada salah kata mohon di ingatkan jangan di bully😅, terima kasih..
Happy reading.
Astithnayiyun( luar biasa).
Ummi( panggilan untuk seorang ibu).
Umma( panggilan untuk wanita yang sudah tua atau lebih tua dari kita).
La(tidak).
Abi( sebutan untuk ayah).
Fulus( uang).
Thob'an (mau).
Falwa(baju mewah khas Suriah yang terbuat dari bulu bayi domba).
"Ummi, kenapa kau begitu pulang cepat hari ini?," tanya seorang lelaki yang familiar di panggil dengan nama William.
Ia begitu heran melihat kepulangan sang istri saat jam sekolah sang putri mungkin baru saja di mulai pagi itu.
Terlebih saat melihat raut wajah sang istri yang nampak begitu marah.
"Aku harus berkata apa lagi Abi," keluh sang istri yang di kenal dengan nama Serril terduduk lesu di samping suami nya yang masih menikmati secangkir kopi pagi nya lengkap dengan sebuah bacaan koran pagi.
"Dia di keluarkan lagi dari sekolah?," tanya William menutup koran pagi nya saat melihat sang putri yang tak kunjung masuk ke dalam rumah dan malah memilih bersembunyi di balik pintu.
William tak terkejut sama sekali jika tebakan nya itu benar.
Sudah banyak sekolah yang sudah menyerah dengan sang putri yang memiliki kemauan sendiri untuk diri nya dalam segala hal.
Terlebih untuk apa yang ingin ia pelajari ataupun tidak.
"Yap!, guru nya berkata, putri mu itu tak pernah tertarik dengan pelajaran apapun di sekolah, setiap waktu ia hanya mencoret coret buku gambar nya saja!," keluh Serril meneguk habis jus jambu yang ia keluarkan dari dalam lemari, ia merasa panas dan kesal akan tingkah putri nya itu.
Tatapan William langsung tertuju ke arah seorang gadis kecil yang sedari tadi nampak ketakutan untuk masuk ke dalam rumah.
"Kemarilah sayang," seru William mencoba meraih tangan mungil itu dari balik pintu.
"Mastany suka menggambar," sahut nya saat sang Abi terpaksa menggendong nya untuk masuk ke dalam rumah.
"Kau dengar itu!, tak ada perkataan lain selain menggambar dan menggambar," keluh Serril mulai sibuk dengan aktivitas dapur nya.
Saat ia marah dan kesal ia akan mulai sibuk mengeluarkan isi kulkas dan mulai memasak semua hidangan bahkan sebelum waktu nya makan kembali.
Seorang ibu yang marah pada anak nya tetap tak akan membuat mereka terlantar ataupun kelaparan, itu lah yang ada di pikiran Serril saat itu.
"Sayang, Mastany. Menggambar itu bukan kejahatan, tapi kau juga butuh ilmu lain," ucap William mencoba menasehati sang putri sembari mengusap lembut kepala nya, sembari menatap lembut mata Mastany.
"Tapi aku tak suka hal lain, pelajaran di sekolah hanya membuat ku pusing," ucap Mastany dengan polos nya sembari memasang wajah yang cemberut.
"Bahkan semua orang tua murid menatap aneh ke arah putri kita," seru Serril sembari terus sibuk dengan peralatan dapur nya.
"Apa yang aneh dari putri kecil ku ini?," ucap William mencoba mengukir senyum di bibir sang putri, namun usaha nya kali itu masih nampak gagal.
"Mastany selalu bicara tak karuan, tentang bangunan dan lain sebagai nya, bahkan dia sering sekali menyebut nama Queen, Q-Queensany, ya!, Queensany, aku bahkan tak kenal siapa dia," keluh Serril terus sibuk mengiris sayur sayuran di dapur.
"Siapa dia Ummi!, apa Ummi tak pernah membaca sejarah tentang kearsitekan negara kita?," keluh Mastany membuat William tercengang di buat nya.
"Buku sejarah?, putri Abi membaca buku sejarah?," tanya William tak percaya.
"Yap!, itu lebih menarik dari buku buku di sekolah," seru Mastany mengeluarkan buku sekolah yang begitu membosankan di mata nya.
"Selalu itu saja jawaban dari nya. Apa kau tahu siapa Queensany Abi?," tanya Serril pada sang suami yang memang kebetulan seorang guru ahli sejarah.
"Dari yang ku tahu, nama Queensany sempat berjaya di era tahun 1500," sahut William mencoba mengingat jelas sejarah akan Queensany yang tercatat dalam sejarah.
"Lalu?, apa yang terjadi pada nya?," tanya Serril mulai meletakkan sebuah masakan yang sudah selesai ia buat dan kembali sibuk membuat masakan yang baru.
"Dia seorang arsitek handal di masa itu, tapi dia di kabarkan kabur di malam pernikahan nya dengan kekasih gelap nya saat itu, hingga kabar nya tak pernah lagi di dengar," ucap William membuat raut wajah Mastany berubah kesal.
Seakan diri nya lah yang saat itu di hina oleh perkataan Abi nya sendiri.
"Itu tak benar!," sentak Mastany seketika hingga membuat kedua orang tuanya begitu heran dengan sikap putri mereka sendiri.
"Sayang, bisa tidak kau tak membuat Ummi dan Abi khawatir, bersikaplah normal seperti anak anak yang lain," ucap Serril menghentikan aktivitas memasak nya dan mencoba memeluk sang putri untuk menenangkan nya serta menenangkan diri nya sendiri dari pikiran yang tidak tidak akan sang putri.
Namun seperti nya, nasehat dari Serril tak di dengarkan oleh Mastany sedikitpun.
Tragedi di masa lalu membuat nya begitu sakit hingga terbawa di masa sekarang.
"Bisa kah kalian hapus sejarah terakhir itu?, kasihan dia, itu cuma kabar angin, kita tak tahu yang sebenar nya terjadi seperti apa," keluh Mastany membuat William begitu tercengang di buat nya.
"Sayang, dengarkan Abi. Abi tak tahu alasan kenapa sikap mu begitu aneh seperti ini, tapi maaf Abi tidak bisa melakukan apa yang kau inginkan, menghapus sejarah itu mustahil!, hanya dengan membuktikan bahwa sejarah itu salah untuk menganti sebuah catatan sejarah, baik di pikiran semua orang bahkan di lembaran kertas sejarah," ucap William menasehati bahwa permintaan Mastany itu mustahil di lakukan.
Ia mencoba memberi pengertian kepada sang putri bahwa semua keinginan nya tidak selalu bisa ia dapatkan.
"Mastany mau belajar, asalkan Ummi dan Abi berjanji satu hal," seru Mastany nampak serius.
"Apa itu?," tanya Serril begitu penasaran dengan apa yang ada di pikiran putri nya saat itu.
Dalam benak Serril, ia begitu berharap bahwa tak ada hal aneh lagi yang di inginkan oleh sang putri kala itu.
"Jika aku telah lulus dari sekolah kanak kanak, masukkan aku ke sekolah di bidang arsitektur seperti anak anak dewasa di ujung kota," ucap Mastany membuat William dan Serril saling pandang.
"Untuk apa sayang!, Ummi sudah pilihkan sekolah dan jurusan terbaik untuk mu," sahut Serril tak setuju.
Dia putri ku satu satu nya, aku tak sanggup jauh dari nya, batin Serril merasa takut.
"Aku ingin menjadi arsitek wanita handal pengganti Queensany," seru Mastany membuat orang tua nya kembali terkejut.
Mereka begitu heran kenapa harus kearsitekan yang ia minati.
Padahal sudah banyak bidang yang coba mereka kenalkan pada sang putri, tapi Mastany tetap tak bergeming dari pilihan nya.
"T- tapi..," ucap Serril di hentikan oleh William.
"Baiklah, sesuai keinginan putri Abi," sahut William membuat Mastany begitu girang saat itu.
Sejak saat itu Mastany tak pernah berulah di sekolah baru nya.
Ia bahkan tak pernah membuat kesal Ummi nya lagi.
Tatapan aneh semua orang pada nya kian memudar dan terlupakan, terlebih saat Mastany telah membuktikan bahwa ia sebenar nya adalah anak cerdas dan normal.
"Syukhron Umma," ucap Serril saat guru dari Mastany memberikan sebuah penghargaan tuk kesekian kali nya pada keberhasilan dan nilai nilai Mastany yang Fantastis.
Semua mata di ruang kelas nya begitu takjub menatap sosok Mastany yang begitu cerdas, bahkan mereka sulit sekali hanya untuk mengimbangi nya saja.
Bahkan saat itu, semua guru merasa ilmu yang mereka pelajari selama hidup dengan mudah nya di serap Mastany dalam hitungan bulan saja.
"Ummi tak mau menawari ku hadiah?," tanya Mastany berharap sembari menatap manis ke arah sang Ummi.
"La, karna Ummi tahu, Mastany pasti meminta buku tentang ilmu arsitek bukan?, kenapa kau tak bosan dengan buku buku itu?," seru Serril sembari menggandeng Mastany menuju ke toko buku Favorit Mastany.
"Aku hanya menyukai nya Ummi, hanya menyukai nya," timpal Mastany terus bersemangat menuju toko buku Favorit nya.
"Assalammualaikum Ukhti," sapa pemilik toko saat melihat Serril datang bersama Mastany yang merupakan pelanggan tetap nya.
Dengan sigap tangan nya memilihkan buku buku yang akan di sukai oleh gadis kecil di hadapan nya itu.
"Walaikumsalam. Apa ada paman?," tanya Mastany langsung ke inti nya.
"Kebetulan," ucap pemilik toko sembari menyodorkan buku kearsitekan keluaran terbaru.
"Syukhron paman," sahut Mastany segera mengambil buku itu dengan begitu bersemangat, sembari langsung duduk diam di sofa toko dan mulai membaca buku baru nya dengan raut wajah yang begitu antusias.
"Dia benar benar!, efwan paman," ucap Serril merasa tak enak atas sikap anak nya.
"Kenapa harus minta maaf, dia itu anak yang cerdas, entah apa yang ia cita citakan di masa depan," ucap sang pemilik toko merasa kagum dengan sosok ceria dan cerdas seperti Mastany.
Mohon dukungan nya ya semua🙏
Semoga suka.
Syukhron(terima kasih)
Efwan(maaf).
"Apa kau yakin tentang semua ini sayang?," tanya Serril terus menggenggam erat tangan Mastany, ia merasa tak sampai hati melepaskan sang putri untuk tinggal di sekolah asrama.
Mata nya terus mengamati para orang tua lain yang sedang sama dalam posisi seperti diri nya, tapi seakan diri nya merasa hanya ia seorang yang begitu tak rela melepas sang putri masuk ke dalam asrama.
"Kenapa Ummi bicara begitu!, putri kita ingin hidup mandiri dan sukses di masa depan, biarkan dia melakukan nya, kita bisa mengunjungi nya sesering mungkin," sahut William meyakinkan sang istri.
Dengan sebuah genggaman lembut di tangan sang istri, William mencoba mengatakan bahwa kita harus kuat demi mendukung cita cita Mastany, walaupun dalam hati nya, mereka sama sama tak merelakan Mastany masuk ke dalam asrama.
Mereka sesekali membayangkan, bagaimana sepi nya rumah tanpa putri semata wayang mereka itu.
"Tapi anak kita masih berusia 12 tahun, apa yang bisa di lakukan anak seusia nya?," keluh Serril masih nampak begitu khawatir.
"Aku tak sendiri bunda, banyak teman dan guru yang akan membantu ku," ucap Mastany mencoba meyakinkan sang Ummi demi mendapatkan karir terdahulu nya yang sempat hilang.
Bahkan ia selalu geram saat membaca perkembangan dunia arsitek yang di dominasi oleh kaum lelaki sejak ia meninggal 300 tahun silam.
"Kau dengar itu!, itu jawaban dari putri mu yang baru berusia 12 tahun, bahkan terdengar lebih dewasa dari mu," seru William seketika mendapat sebuah cubitan kecil dari sang istri.
"Ya sudah!, aku akan selalu kalah berdebat dengan kalian," keluh Serril seketika mendapat sebuah pelukan hangat dari Mastany.
Pelukan hangat yang jarang sekali Mastany rasakan di kehidupan sebelum nya.
Terlebih saat diri nya mengingat akan masa kecil nya di panti asuhan.
Setidak nya di kehidupan ini, aku memiliki keluarga yang lengkap dan bahagia, batin Mastany melambaikan tangan sebelum ia benar benar memasuki gerbang asrama pilihan nya.
Sejak saat itu, Mastany sejenak mencoba melupakan dendam masa lalu nya.
Ia berusaha menikmati sekolah ke arsitekan yang sangat ia rindukan.
Sebuah karir yang dulu pernah melambungkan nama nya, sebelum seorang lelaki berhasil merampas semua nya, saat ia belum sempat merasakan hasil dari kerja keras nya.
Mastany dengan mudah mempelajari ilmu kearsitekan di era yang baru.
"Tak ku sangka, dalam kurun waktu 300 tahun semua sudah berkembang begitu pesat," ucap Mastany begitu antusias dalam belajar sembari sibuk memilah milah buku yang di sediakan perpustakaan sekolah untuk nya.
Bahkan dalam waktu beberapa minggu di dalam asrama, Mastany sudah membaca berpuluh puluh buku akan ilmu kearsitekan.
Setiap tahun, Mastany selalu lulus ujian dengan nilai yang sempurna.
Apapun tantangan yang di berikan sang guru, ia selalu dapat memukau semua dengan hasil kerja nya.
"Astithnayiyun!," seru sang guru sembari bertepuk tangan untuk sang murid brilian nya.
Dia begitu hebat, batin sang guru dalam hati mengakui jika guru tidak selalu lebih pandai dari murid nya.
"Syukhron," sahut Mastany begitu bahagia sembari mengingat keberhasilan nya di masa kehidupan yang lalu.
"Aku tak salah jika menyebut mu sebagai reinkarnasi arsitek handal, kau begitu jenius Mastany!, hingga itu begitu mustahil jika di lihat dari umur mu yang masih sangat belia, tapi kau sudah menguasai begitu banyak ilmu kearsitekan, puji sang guru.
"Syukhron Umma, ini semua juga berkat bimbingan dari mu," sahut Mastany merasa kembali memiliki semangat hidup.
Namun di tahun ketiga nya di asrama, ada satu hal yang mengusik ketenangan nya.
Seorang murid baru datang ke asrama Mastany, gadis muda yang berusia tak jauh beda dengan Mastany.
Namun gadis kecil itu memiliki rambut pirang dan berkulit putih yang menunjukkan bahwa ia berasal dari bangsa Eropa.
"Sabah alkhayr jamiean," sapa seorang guru berjalan masuk ke dalam kelas.
"Sabah Umma, di mana murid baru itu?," tanya Mastany tak sabar menyambut teman baru nya.
Mastany yang cepat akrab dengan teman teman nya begitu antusias dengan murid baru yang kabar nya adalah seorang gadis dari negara Jerman.
"Bersabarlah Mastany," ucap sang guru mencoba memanggil sang murid baru.
Tak berselang lama, seorang gadis masuk dan berjalan dengan ceria menuju ke arah sang guru.
Bersamaan dengan itu, senyum Mastany seketika memudar saat bola mata nya melihat sosok gadis kecil yang berjalan begitu percaya diri nya memasuki kelas.
Dia, batin Mastany dengan begitu syok nya.
"Perkenalkan dirimu sayang," perintah sang guru.
"Guten Morgen, my name Petra, I am From Jerman, senang bertemu dengan kalian," seru Petra membuat Mastany mendengus pelan.
"Sekarang, kamu bisa duduk di samping Mastany," ucap sang guru membuat Mastany semakin kesal.
"Aku duduk di pojok saja!," timpal Mastany malah memilih pindah dari tempat duduk nya.
Membuat sang guru dan teman teman nya menatap heran ke arah Mastany.
Mastany yang terkenal suka berteman dengan siapa saja saat itu menunjukkan sikap yang sebalik nya.
"Ya sudah, sudah!, tak apa, silahkan Petra, kamu bisa duduk di sana," seru sang guru mempersilahkan Petra duduk.
Sesaat mereka saling beradu pandang.
Ada gambaran tak suka dalam tatapan Mastany kepada Petra.
Aku tak akan lupa dengan bekas luka di leher mu itu Kristani, batin Mastany menatap tajam sebuah tanda lahir yang berbentuk seperti bekas sebuh cakaran di leher Petra.
Tanda lahir itu di miliki Petra sejak lahir, yang secara tak langsung menghubungkan identitas nya yang dahulu dan di masa sekarang.
Hingga tanpa sadar, dengan pandangan yang masih tajam menatap Petra, Mastany menekan pensil nya terlalu kuat saat menulis sampai pensil nya pun patah menjadi dua.
"Apa ada yang salah dengan nya?," tanya Petra pada gadis di depan nya, ia merasa ada yang tak beres dari tatapan dan reaksi Mastany saat melihat nya.
"Entah lah, dia sebenar nya anak yang baik, tapi mungkin dia sedang tak ingin menyapa," ucap murid yang lain juga merasa takut dengan ekspresi Mastany saat itu.
Sejak saat itu, keceriaan Mastany di dalam asrama mulai memudar.
Ia lebih banyak menghabiskan waktu di dalam perpustakaan dari pada harus bermain bersama teman teman nya yang pasti nya akan ada Petra di sana.
Rencana rencana licik mulai terbesit di otak Mastany.
Rencana untuk membalaskan dendam nya di masa lalu.
"Ada baik nya juga kau terlahir kembali saat ini Kristani, aku jadi lebih puas membalaskan dendam ku ini," ucap Mastany diam diam mengikuti Petra masuk ke dalam toilet.
Ini sebuah peringatan bagi mu, batin Mastany sembari menyalakan sebuah petasan besar dan melemparkan nya masuk ke bilik toilet tempat Petra berada.
Mastany segera berlari pergi saat teriakan Petra dan suara dentuman mulai terdengar sampai ke telinga para guru.
Ketegangan dan kegemparan dalam asrama mulai terjadi.
Mereka segera berlari dan mencari asal suara dan asap akibat dentuman suara beberapa saat yang lalu.
"Anak anak, tolong menyingkir!," seru Sang kepala sekolah berusaha mendobrak pintu toilet yang sengaja di kunci dari luar.
"Panggil Paramedis!," teriak para guru saat telah berhasil mendobrak pintu dan menemukan Petra yang sudah pingsan dengan luka bakar yang cukup serius.
Dengan cepat, Petra segera di bawa menuju rumah sakit.
Luka bakar yang nampak jelas di lengan Petra sungguh membuat hasrat pembalasan dendam Mastany muncul kembali dan merasa sedikit terpuaskan.
Mastany tersenyum dengan senang nya saat mengintip kejadian itu dari celah kamar nya.
"Ini baru permulaan, nyawa harus di bayar dengan nyawa," ucap Mastany dengan dendam yang masih membara di hati nya, walaupun ia sudah melihat sendiri akibat buruk dari tindakan nya pada Petra saat itu.
------------
Sabah alkhayr jamiean(Selamat pagi semua).
Sabah(pagi).
Guten Morgen(selamat pagi).
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!