NovelToon NovelToon

Dijual Ayahku Dibeli Bosku

Kedatangan Renternir (revisi)

Perusahaan Maxindo

Salah satu gedung pencakar langit di Jakarta, pagi hari ini mulai di datangi oleh para pekerja yang bekerja di perusahaan Maxindo, termasuk seorang wanita yang bernama Tania Kanahaya salah satu staff marketing di perusahaan Maxindo.

Langkah kakinya begitu cepat saat memasuki lobby perusahaan sambil melirik jam tangannya, berharap jika dia tidak telat masuk kerja karena sempat terjebak macet di jalan.

“Tumben Tania, loe baru nyampe?” tanya Kia teman satu divisinya, ketika mereka bertemu di depan lift

“Biasa kena macet di jalan,” balas Tania.

Sambil menunggu giliran masuk lift menuju ke lantai masing-masing. Dari luar lobby perusahaan terlihat sosok pria yang memiliki postur tubuh tinggi 180cm, wajah tampan bak dewa Yunani, iris mata yang begitu tajam namun bisa mematahkan hati wanita yang memandangnya. Jika pria itu sudah berbicara lawan bicaranya seakan terhipnotis mendengar suara bariton pria itu. Sudah tak terelakkan lagi, Albert Elvano Yusuf sang pemilik sekaligus CEO Maxindo, pujaan hati wanita di perusahaannya. Mereka rela untuk mencari perhatian, serta bersedia jika dijadikan simpanan sang CEO, karena tak mungkin di jadikan istri karena Albert sudah menikah.

Kia dengan sengaja menepuk bahu Tania agar menoleh ke dirinya. “Tania, ada Pak CEO ... baru sampai tuh,” ucap Kia sambil menunjukkan ke arah pria itu.

Tania menolehkan wajahnya dan menatap pria tampan itu yang semakin dekat menuju arahnya berdiri.

Pria itu seperti biasa melangkahkan kakinya dengan angkuh, di tambah wajah datar dan dingin sangat terpancar di wajah tampannya.

Para karyawan yang menyapa atau tersenyum dengannya, jangan harap akan ada balik sapa atau balasan senyum di wajahnya. Namun hal itu sudah biasa.

Kedatangan pria itu di lobby, membuat para karyawan memberi ruang agar sang pemilik perusahaan bisa masuk ke lift khusus CEO.

Tania yang masih berdiri di depan lift, jantungnya berdebar-debar ketika pria itu melewatinya, sambil menghirup aroma maskulin yang menguar dari tubuh pria itu, sungguh sangat memabukkan wanginya.

DEG!

Ketika Albert bersama asisten pribadinya masuk ke lift, entah kenapa tiba-tiba saja Albert dan Tania tak sengaja beradu pandang dan tatapan mereka saling terkunci dalam beberapa menit, hingga pintu lift itu tertutup.

Debaran jantung Tania semakin cepat, hingga wanita itu mengusap dadanya sendiri. Hati kecilnya bahagia bisa di tatap oleh pria yang selama ini diam-diam dia sukai.

...----------------...

Ruang CEO

Pria yang memiliki paras tampan itu terlihat sedang duduk di kursi kebesarannya, lalu mulai tenggelam dengan rutinitasnya semenjak dia tiba di perusahaannya.

Di sela-sela kesibukan mengecek dokumen-dokumen, tiba-tiba aktivitasnya berhenti, lalu menatap asisten nya yang duduk di hadapannya.

“Kamu sudah melaksanakan perintah saya?” tanya Albert dengan suara tegasnya.

Gerry yang terlihat fokus dengan laptopnya, agak tersentak. “Beberapa hari yang lalu saya sudah menghubungi orang untuk mencari wanita yang di inginkan Pak Albert,” jawab Gerry sang asisten pribadi Albert.

“Tapi apakah Pak Albert yakin mencari wanita lain melalui orang lain? Tidak cari sendiri, biar sesuai dengan keinginan Pak Albert?” tanya Gerry, walau sebenarnya ragu untuk bertanya.

Albert berdecak kesal. “Kelaman kalau cari sendiri, tapi kamu kasih tahu kan kriteria wanita yang saya inginkan kepada mereka?”

“Sudah Pak Albert,” balas Gerry.

Sebenarnya permintaan Albert buat Gerry agak aneh, diminta mencari wanita dalam waktu dekat melalui orang lain, padahal secara kemampuan Bosnya tanpa mencari wanita, pasti akan ada wanita yang mendekatinya. Tapi ini berbeda!

Albert Elvaro Yusuf sudah menikah dengan seorang super model cantik bernama Marsha Angelica selama empat tahun, namun hingga sekarang mereka belum dikarunia anak. Pria itu sangat mendambakan serta merindukan kehadiran seorang anak, keturunan dari dia sendiri. Akan tetapi sampai detik ini istrinya belum mau mengandung anaknya dengan berbagai alasan, hingga membuat pria itu mulai jenuh dengan seribu alasan penolakan istrinya.

Albert sebagai suami dan kepala rumah tangga berhak mengambil keputusan namun pria itu tetap dibicarakan dengan istrinya, pria itu sangat mencintai Marsha akan tetapi dia merindukan kehadiran anak kandung. Hingga akhirnya dia harus mengambil tindakan yang nyata untuk mewujudkan keinginannya, sebelum usianya semakin tua.

...----------------...

Sore hari ...

Rumah Tania.

Tatapan nanar tersirat di kedua netra Tania, dirinya tak kuasa untuk berdiri terlalu lama di ambang pintu rumahnya, ketika baru saja pulang kerja. Akhirnya tubuh wanita itu melorot ke lantai, saking dengkulnya lemas.

BUGH!

BUGH!

Tania melihat dengan kedua netranya, bagaimana ayahnya sedang di hajar oleh beberapa pria yang memakai setelan jas berwarna hitam tanpa ampun.

“Pak, tolong beri kami waktu lagi. Kami akan segera mencari uang untuk membayar hutang kami,” pinta Bu Rita, ibu tiri Tania, yang berada tak jauh dari posisi suaminya.

Pria yang memiliki wajah garang berdecak kesal. “Sudah berapa kali kalian bilang minta waktu untuk membayar hutang-hutangnya, ini sudah hampir tiga bulan melewati jatuh tempo. Dan sampai sekarang kalian belun bayar juga!” bentak pria itu. Tak lama pria itu kembali menendang perut pria paruh baya itu dengan salah satu kakinya.

“Eeugh ....” Pria paruh baya itu merintih kesakitan.

Tak kuasa melihat ayahnya di hajar oleh kedua pria itu, Tania berusaha bangkit dan mendekati kedua pria itu.

“Pak, mohon jangan di pukuli ayah saya ... tolong hentikan,” memohon Tania.

Pria itu memutar bola matanya dan menatap Tania. “Kalau begitu bayar hutang ayah dan ibumu ini!!” seru salah satu pria itu.

“Berapa hutang ayah dan ibu saya, Pak?”

“Dua ratus juta!!” jawab lantang pria itu.

GLEK

Agak tercekat tenggorokan Tania, setelah tahu berapa nominal hutang ayahnya.

200 juta, banyak sekali hutang ayah dan ibu ... tapi untuk apa uang sebanyak itu?

Tania hanya bisa menatap ayahnya yang sudah terkapar tak berdaya di atas lantai, sedangkan ibunya sedang menangis sesenggukan.

Bagaimana cara membayarnya, tabunganku saja hanya ada dua juta, sedangkan hutang ayah dan ibu dua ratus juta ... Batin Tania.

“Pak, mohon berikan kami waktu untuk mencari uangnya,” kembali memohon Bu Rita, sembari menangkup kedua tangannya ke dada.

Sejenak salah satu pria itu mendekati Tania, lalu mencapit dagu wanita muda yang memiliki wajah yang teduh.

Tania mendesis kesakitan ketika dagunya di capit dengan sekuat tenaga pria itu. “Saya akan berikan waktu untuk kalian berdua, jika dalan dua hari tidak bisa membayar hutang kalian. Maka wanita muda ini akan kami jual!!” ancam pria itu dengan tatapan tajamnya.

Tubuh Tania langsung gemetaran mendengar kata akan di jual, tapi sayangnya Bu Rita justru menaikkan sudut bibirnya hingga berbentuk bulan sabit, sepertinya kalimat rentenir barusan menjadi ide buat Bu Rita untuk melunasi hutangnya.

“B-baik ... kami akan mengusahakan. Tolong lepaskan suami saya, Pak,” pinta Bu Rita.

Akhirnya kedua pria itu melepaskan Ayah Hans. “Ingat dua hari lagi, kami akan datang kembali!” seru pria itu, kemudian meninggalkan rumah Tania.

Bu Rita segera menghapus air mata buayanya lalu langsung membantu suaminya untuk duduk di sofa. Sedangkan Tania masih tercenung dengan pemikirannya sendiri.

Isi kepala Bu Rita sudah mulai merancang cara bagaimana bisa menjual Tania anak bawaan dari suaminya, agar bisa melunasi hutangnya sebesar 200 juta, yang dia pinjam demi keperluan anaknya Clara yang sedang merintis dunia modelling, tanpa menjual harta benda atau menggadaikan sertifikat rumah suaminya, Ayah Hans.

Tania Kanahaya, wanita berusia 22 tahun anak kandung dari Ayah Hans dan Mama Shinta. 21 tahun silam setelah perpisahan orang tua kandung Tania, ayah Hans kembali menikah dengan wanita bernama Rita, dan mereka memiliki anak perempuan yang bernama Clara Stefani berusia 20 tahun.

Hidup bersama dengan ibu tirinya, bak cerita di kisah ratapan anak tiri. Itulah yang Tania hadapi sejak kecil, selalu di nomor duakan, selalu di siksa fisik dan batinnya oleh Bu Rita maupun  ayah kandungnya Hans, apalagi semenjak hadirnya Clara adiknya yang lahir dari rahim Bu Rita, semakin tersisihlah wanita yang bernama Tania.

Namun wanita itu tak gentar untuk melawan ibu tirinya, jika sudah kelewatan menghina dina dirinya. Tidak peduli jika ayah Hans turut memarahinya karena selalu membela istrinya Rita dan Clara.

Seperti sekarang setelah kepergian rentenir, Tania jadi pelampiasan kemarahan Bu Rita dan Ayah Hans hanya melihat dan tidak membela putri kandungnya.

Lihat saja Tania, aku akan menjual dirimu ke pria hidung belang!! Dan hidupmu akan merana untuk selamanya dan aku bisa melunasi hutangku... Batin Bu Rita.

Tania menatap nanar ke ayah Hans, yang tak pernah membela dan melindunginya layaknya seorang anak.

Kenapa ayah tak pernah menyayangiku ... batin Tania.

bersambung.....

Halo Kakak Readers yang cantik dan ganteng, kembali di kisah terbaru Tania Kanahaya dan Albert Elvaro Yusuf. Semoga kisahnya bisa menghibur.

Dan seperti biasa mohon dukungannya untuk karya recehan yang isinya kehaluan Mommy Ghina 🤭. Tinggalkan jejak, komen, like, vote, di kasih hadiah juga senang biar semangat menulisnya. Dan jangan lupa rate ⭐⭐⭐⭐⭐.

Serta seperti biasa mengingatkan jangan kasih rate 1/2/3 karena tidak ada untungnya buat kakak readers, tapi sangat berharga buat yang nulis, percaya deh 😊. Jika tidak suka dengan ceritanya, sebaiknya ditinggalkan saja.

 Seperti novel sebelumnya, ada Give Away buat membaca setianya. Terima Kasih

Love You sekebon 🌹🌹🌹🌹🌹

Tania Kanahaya, usia 22 tahun. Staff administrasi marketing Perusahaan Maxindo.

Albert Elvano Yusuf, usia 35 tahun. CEO & Pemilik Perusahaan Maxindo.

Marsha Angelica, usia 27 tahun. Istri Albert, seorang model terkenal.

Ceroboh

Esok Hari

Perusahaan Maxindo

Sejenak wanita muda itu melupakan masalah yang sedang menimpa keluarganya, dan kembali beraktivitas seperti biasa yaitu bekerja. Sejak jam 8 pagi sampai jam 10 pagi, kedua netra Tania sudah melotot di depan komputer, di tambah lagi ada rasa kantuk yang melanda kedua netranya, sepertinya wanita itu butuh sesuatu untuk menghilangkan rasa kantuknya.

“Kia....,” panggil Tania, sambil melongo ke kubikal Kia.

“Apa...,” sahut Kia tanpa menoleh.

“Gue mau beli kopi di coffe shop bawah, loe mau nitip gak?” tanya Tania.

“Gak dulu, asam lambung gue lagi naik,” tolak Kia.

“Ya udah gue ke lobby dulu ya,” pamit Tania. Kia hanya menganggukkan kepalanya.

Tania bergegas ke coffe shop yang ada di lantai bawah dengan langkah cepat, takut nanti di cariin sama manajer marketingnya kalau kelamaan meninggalkan meja kerjanya.

Untung saja setibanya di coffe shop tidak banyak antrian, begitu datang langsung pesan kopi yang di inginkan.

Setelah membeli, sambil jalan menuju lift, Tania meneguk ice cappucino tanpa lagi memperhatikan jalan di depannya.

BUGH!

“Eeh...” Seketika terhenyak Tania melihat jelas minumannya menyenggol tubuh seseorang, hingga cup minuman nya jatuh ke lantai terlepas dari genggaman tangannya.

“Yaa....baru minum sedikit,” keluh  Tania tak rela, lalu melihat orang yang telah di tabraknya. Seketika itu tubuh Tania gemetar, melihat siapa yang ditabraknya.

“P-Pak Al-Albert...,” ucap Tania terbata-bata, kemudian kedua netranya turun ke bagian jas CEO tersebut, terlihat ice cappucino miliknya membasahi  jas Albert.

Pria itu ikutan melirik bagian jasnya kemudian mendengus kesal.

“M-maaf Pak Albert...saya tidak sengaja.” Tangan Tania refleks menyentuh noda ice cappucino yang ada di jas Albert, lalu mengusapnya berharap nodanya bisa  pudar, tapi di rasa tak mungkin...hampir satu cup ice cappucino mengguyur jas milik pria itu.

“Singkirkan tanganmu dari jas saya!” tukas Albert, bernada dingin.

Tania langsung menarik tangannya, dan sedikit takut ketika melihat kedua netra Albert yang terlihat sangat tajam. Jujur jantung wanita itu berdebar-debar ketika berdekatan dengan pria yang di kaguminya, baru kali ini Tania berada begitu dekat dengan Albert.

Pria itu membuka jasnya. “Biarkan saya yang mencuci jasnya, Pak Albert,” pinta Tania berusaha menembus kesalahan atas kecerobohannya.

Albert langsung memberikan jasnya ke Gerry asisten pribadinya. “Buang jas itu!” perintah Albert.

“Di b-buang,” Tania mengulang ucapan Albert, tenggorokan wanita itu tercekat.

Kalau jas semahal itu di buang, berarti gue...

“Maaf Tuan, saya tidak mampu jika harus menggantikan jas Bapak,” jantung Tania sudah tambah deg deg degan kalau di suruh ganti jas Albert yang sudah tentu harganya sangat mahal.

Albert memindai Tania dari ujung kaki ke ujung rambut, dan sedikit menaikkan sudut bibirnya, terlihat tatapannya agak merendahkan diri wanita itu.

“Dilihat dari penampilan kamu, memang terlihat tidak akan sanggup mengganti jas saya. Dan harga jas saya sudah pasti melebihi gaji kamu satu bulan, jadi untuk kali ini saya kasih toleransi. Tapi untuk kejadian kedua kalinya saya tidak akan menoleransi lagi,” tukas Albert, sedikit sombong.

Tania menelan salivanya dengan kasar, setelah mendengar kata Albert yang begitu merendahkannya. “Terima kasih Pak Albert atas kebaikannya, akan saya ingat selalu,” balas Tania, sembari membungkukkan punggungnya sebagai tanda hormat.

Albert tidak menggubrisnya lagi, justru  berlalu ketika Tania membungkukkan punggungnya.

“Huft....untung tidak di suruh ganti,” gumam Tania bernapas lega.

Pertemuan singkat Tania dengan Albert yang di luar dugaannya, membuat wanita itu tersenyum senyum sendiri menuju ruangannya. Walau ice cappucinonya terjatuh, tak jadi menikmatinya. Paling tidak tadi dia berdekatan dan berbicara langsung dengan sang CEO.

Ah mimpi apa gue semalam...

Tania cubit pipinya sendiri, berulang kali.

...----------------...

Malam Hari...

Rumah Tania

Seperti biasa dalam keadaan capek pulang bekerja, Tania harus menyiapkan makan malam untuk sekeluarga atas perintah Bu Rita dan Ayah Hans, sedangkan Clara yang baru saja pulang dengan seenaknya beristirahat di kamarnya.

Dengan kepalan tangannya Tania mengedor pintu kamar Clara, sambil memanggil nama Clara berulang kali.

Ceklek...

“Eh loe bisa gak kalau ngetuk pintu tuh gak usah pakai ngedor-ngedor pintu segala!” tegur Clara dengan gaya santainya.

“Kalau dari tadi loe denger gue teriak panggil nama loe, harusnya nyahut dong. Makanya telinga loe jangan pakai headseat aja!” seru Tania sambil meraih headset dari telinga Clara.

“Eh loe udah lancang banget ya pakai ngerebut handset gue!” maki Clara tak terima, salah satu tangannya mulai terangkat.

“Berani loe nampar atau pukul gue, gue patahin tangan loe. Bantuin gue masak di dapur, loe bukan Nyonya di sini!!” ancam Tania  tidak main-main dengan tatapan tajamnya. Adik tiri Tania langsung menurunkan tangannya yang masih melayang di udara.

Rita kebetulan baru keluar dari kamarnya dan mendengar kegaduhan Tania dengan Clara, seketika Rita jadi naik pitam.

“Tania, berani sekali kamu menyuruh anak saya membantu kamu. Anak saya ini calon model terkenal, tidak boleh bekerja di dapur, cepat sana selesaikan masakkannya, kami semua sudah kelaparan!” perintah Rita sambil berkacak pinggang. Sedangkan Clara menyeringai sinis dari balik pintunya, merasa puas kakak tirinya kalah power sama ibunya.

Mau tidak mau wanita itu kembali ke dapur dan menyelesaikan masakannya. Kadang di pikiran wanita itu, sampai kapan dia bertahan di rumah ini. Haruskah lebih bersabar lagi, sampai dia memiliki tabungan yang cukup agar bisa hidup mandiri. Entahlah kapan waktunya tiba.

...----------------...

Esok hari

Rumah Tania

Rutinitas Tania dari jam lima pagi sudah mulai bekerja di dapur seperti biasa, kewajibannya untuk masak sebelum berangkat kerja, meninggalkan masak kan untuk orang yang di rumah serta bekal makan siang untuk dirinya sendiri, menghemat gaji nya jika bawa dari rumahnya ketimbang makan di luar kantor tempatnya bekerja.

Akan tetapi seperti biasa, dia melakukan seorang diri tanpa bantuan ibu tirinya atau adik tirinya, Tania sudah diperlakukan bak pembantu di rumahnya sendiri.

Jam 07.00 wib

Bu Rita, Ayah Hans dan Clara sudah berkumpul di ruang makan untuk menikmati sarapan paginya. Sedangkan Tania terlihat sedang bersiap-siap untuk berangkat kerja.

“Ayah, Tania berangkat kerja dulu,” pamit Tania sambil mencium punggung tangan Ayah Hans. Sedangkan ke Bu Rita, dia tidak di pamiti.

Ayah Hans menatap lekat-lekat punggung anak dari mantan istrinya, yang sudah berlalu dari ruang makan.

Mas Hans, sepertinya kita tidak bisa mendapatkan uang sebanyak 200 juta dalam dua hari ini. Bagaimana ini Mas?

Mas Hans, aku ada info katanya ada orang yang butuh seorang wanita muda. Dia akan membayar sebesar lima ratus juta jika ada yang menjual wanita muda dan masih perawan. Bagaimana kalau kita jual Tania aja buat bayar hutang kita, dan kita untung 300 juta. Dari pada rentenir yang menjual anak Mas Hans dari istri yang gak benar itu, kita tidak akan dapat untung.

Percakapan semalam Hans dengan Rita masih terngiang-ngiang di otak Hans.

Jangan diam saja dong Mas, Tania anak yang gak ada untungnya. Bukankah Mas sangat benci dengan ibunya Tania, sekarang waktunya Mas membalaskan dendamnya, biarkan Tania merasakan rasa sakit Mas ketika Shinta berpaling dengan Mas. Lagi pula mas masih punya Clara, anak mas juga, anak dariku.

Pria paruh baya itu jadi termenung di meja makan, dia harus segera mengambil keputusan karena waktu akan terus berjalan. Untuk menggadaikan rumahnya sudah tidak bisa.

“Mas kok bengong aja, ayo di makan, setelahnya minum obat, biar nyeri di badan cepat sembuh,” imbuh Rita.

“Iya Rita...”

“Ayah, Ibu...aku butuh duit lagi dong 50 juta, biar aku bisa ikutan casting sinetron. Paling tidak aku harus siap in uang buat orang dalamnya, biar lolos casting,” dengan santainya Clara meminta uang sebanyak itu.

“Clara, enteng sekali kamu minta uang 50 juta, kamu baru saja minta uang 200 juta empat bulan yang lalu, dan itu belum ayah bayar, mana uang hasil kerjaan kamu yang katanya di kontrak nilainya 50 juta. Kamu bisa kan pakai uang itu!!” geram Hans, sampai membanting sendoknya di atas meja.

“Gak bisa dong Ayah, uang itu untuk keperluan aku ke salon, memangnya aku gak butuh perawatan apa!” sahut Clara.

“Mas jangan marah dong sama Clara, uang dia untuk penunjang dirinya. Kita harusnya mendukungnya, Mas. Kalau Clara berhasil, kita yang terkenal Mas, kayak Ayu Ting Ting. Setelah terkenal, orang tuanya ikutan kaya juga. Betulkan Clara,” ucap manis Bu Rita.

“Iya Bu, kalau aku berhasil pasti Ibu dan Ayah ikutan jadi orang kaya,” jawab Clara.

Hans hanya bisa mendengus kesal.

“Tenang Clara, sebentar lagi dua hari atau besok Ibu dan Ayah akan menyiapkan uang 50 jutanya, betulkan Mas,” ujar Rita sambil melirik ke suaminya. Ayah Hans tak menjawab.

“Makasih ya Bu, Ayah,” ujar kegirangan Clara.

Sebentar lagi Tania akan keluar dari rumah ini, akhirnya....batin Rita

 

bersambung.....

Kakak Reader yang cantik dan ganteng, jangan lupa tinggalkan jejaknya ya, like, komen, di kasih hadiah, vote dan rate ⭐⭐⭐⭐⭐ juga mau, biar semangat menulisnya. Terima Kasih

Love you sekebon 🌹🌹🌹🌹

Dijual Ayahku Dibeli Bosku

Jam 16.30 wib.

Derrt....Derrt...Derrt

Ayah calling.....

Tania melirik handphone yang ada di meja, dan alisnya saling bertautan setelah melihat siapa yang menghubunginya. Ayah Hans itu hampir atau bisa di bilang tidak pernah menelepon Tania jika berada di luar rumah, jadi harus kah wanita itu senang di telepon oleh ayahnya.

“Halo, assalamualaikum Yah!” sapa Tania.

“Alaikumsalam, Tania, kamu pulang kerja jam lima kan?” tanya Hans.

“Iya Yah, ada apa memangnya?” balik bertanya Tania.

“Ini ayah sama ibu sedang menuju tempat kamu bekerja, mau jemput kamu, karena kita mau ke tempat acara saudara kita. Dan ayah minta kamu sedikit bermake-up, biar tidak lusuh pas di acara. Enak di pandang sama saudara,” pinta Hans.

“Ooh...ya sudah kalau begitu nanti Tania tunggu di depan lobby kantor, Yah jam 5 sore,” balas Tania. Hans langsung mengakhiri sambungan teleponnya.

Bu Rita menyeringai mendengar percakapan antara ayah dan anak, hatinya sungguh ingin bersorak bergembira.

Mendapat kabar ayahnya akan menjemputnya di kantor, Tania agak curiga akan tetapi di tepisnya rasa curiga itu. Mumpung ada waktu sebelum jam pulang kerja berakhir, wanita itu bergegas ke toilet untuk merapikan penampilannya.

Jam 17.00 wib.

Tania sudah menunggu kedatangan Ayah dan Ibunya, tanpa menunggu waktu lama ada mobil berwarna hitam dan cukup mewah menghampiri Tania.

“Tania masuk,” seru Ayah Hans ketika membuka kaca jendela mobilnya.

Semakin tanda tanya di hati Tania, melihat mobil mewah asal Jepang Lexus XM, lebih mewah ketimbang mobil keluaran Toyota versi Alphard yang membawa Ayah Hans dan Bu Rita.

Ini kan mobil orang kaya, masa iya mobil sebagus ini di jadiin taxi online, apalagi sang sopir pakai setelan safari, sudah kayak sopir pribadi bukan sopir taxi online....batin Tania.

“Ada acara apa Yah, kok dadakan banget?” tanya Tania, sambil melihat penampilan Ayah Hans pakai batik, lalu ibu tirinya Rita pakai gaun yang senada warnanya dengan batik ayah Hans.

“Saudara kita ada yang mau nikah dadakan, malam ini,” jawab Rita dengan santainya, melihat suaminya seperti susah berbicara.

“Oooh...,” membulat bibir Tania, percaya akan ucapan Bu Rita.

Tiga puluh menit kemudian mereka bertiga sudah sampai di hotel yang sangat mewah di sekitar daerah Jakarta Selatan, beberapa orang seperti bodygurd sudah menyambut mereka di lobby Hotel tersebut.

Hans dan Rita hanya tersenyum kaku dengan beberapa pria tersebut, dan mengikuti langkah kaki mereka, begitu juga Tania yang membuntuti Hans dan Rita.

Sejak kapan saudara Ayah punya hajatan mewah di hotel bintang lima ini. Biasanya hajatan di rumah, atau gedung serba guna yang ada di sekitar rumah.

“Silahkan masuk Bapak, Ibu,” ketika mereka sudah masuk ke dalam restoran dan sudah berada di depan ruang VVIP.

Ayah Hans wajahnya mulai pucat ketika masuk ke dalam ruangan VVIP, dan pria itu sudah tak sanggup menatap wajah anaknya. Sedangkan Bu Rita wajahnya tampak sumringah.

Di dalam ruangan tersebut, sudah ada dua orang pria paruh baya, kalau di lihat wajahnya sungguh tidak mengenakkan. Kedua netra pria itu menatap Tania, bagaikan sedang menelanjangkannya di depan umum, mata pria hidung belang.

“Silahkan duduk Pak Hans, Ibu Rita,” salah satu pria mempersilahkan.

“Dan nona muda silahkan duduk juga,” ujar pria yang lain, dengan tatapan mesumnya.

Jantung Tania mulai berdegup kencang, dan tanda tanya. Katanya ada acara nikahan dadakan, tapi mana pengganti nya, yang ada hanya dua orang laki-laki, tidak ada wanitanya. Dan juga tidak ada dekorasi bunga yang biasa terpajang jika ada acara pernikahan.

“Lumayan Pak Hans, anaknya, tidak terlalu jelek. Yang penting masih perawan, kan,” ucap salah satu pria yang wajahnya berewokan, memindai Tania dari ujung kaki sampai unjung rambut

Ayah Hans hanya bisa mengangguk pelan, tanpa berani menatap ke arah Tania.

Salah satu pria lagi menaruh koper di atas meja, kemudian membuka kunci koper tersebut, terlihatlah tumpukan uang lembaran merah tertata rapi.

Tangan Bu Rita langsung ingin meraih koper berisikan uang tersebut.

“Ehh....tahan dulu Bu, transaksi belum selesai, kita akan menunggu Tuan-nya dulu.”

“A-apa maksud Ayah....semua ini!!” suara Tania mulai bergetar, melihat koper yang berisi uang tersebut.

“M-maafkan Ayah, Tania..,” jawab pelan Ayah Hans.

“Jangan bilang Ayah menjual Tania dengan kedua pria ini!” kata Tania, tubuhnya mulai gemetaran, lalu beranjak dari duduknya.

Ayah Hans tak sanggup berkata. “Iya kamu, kami jual dengan kedua bapak-bapak ini, biar hutang kami lunas!” jawab Bu Rita dengan wajah senangnya.

“Dasar orang tua biadab, kalian berdua! Sungguh kejam kalian menjual aku ke pria asing untuk membayar hutang yang tak pernah aku lakukan!” maki Tania tidak terima, lalu bergegas keluar, namun sayangnya bodygourd yang ada di luar ruangan langsung masuk dan menahan Tania agar tidak bisa kabur.

“Lepaskan saya!!” teriak Tania ketika kedua lengan nya sudah di tahan oleh kedua pria ber badan besar itu, lalu mengereknya untuk duduk kembali ke tempat duduknya.

“Kalian yang berhutang untuk Clara, tapi aku yang harus menanggung semuanya, kalian sungguh orang tua yang gak punya hati!” teriak memaki Tania dari tempat duduknya.

PLAK!

Hans melayangkan tangannya ke pipi putrinya untuk pertama kalinya, membuat Tania terkesiap. “Anggap ini bakti kamu sebagai anakku!”

Wanita muda itu jadi tercenung...

Aku harus berbakti  kepada ayahku, dengan cara begini! Dijual!

“Tuan-nya sudah datang,” salah satu pria datang memberitahukannya.

Tuan yang di maksud sudah masuk ke dalam ruangan VVIP di dampingi oleh  seorang wanita yang sangat cantik, dan juga beberapa orang di belakangnya.

Ayah Hans dan Ibu Rita langsung berdiri untuk menyambut kedatangan orang yang membeli putrinya, Tania. Sedangkan Tania masih terdiam dalam duduknya, tidak mau tau siapa yang masuk ke dalam ruangan.

“Silahkan duduk Tuan Albert,” ujar pria yang wajahnya brewokan.

Albert....

Tania langsung menegakkan kepalanya, dan seketika itu juga kedua netranya melotot melihat pria tampan yang duduk di hadapan dirinya.

Pak Albert Elvaro Yusuf....CEO Maxindo.

Wajah pria itu terlihat dingin dan datar ketika menatap wajah Tania, membuat wanita itu merinding bulu kuduknya, lalu Tania melirik wanita yang berada di sampingnya siapa lagi kalau bukan istrinya seorang model yang terkenal namanya Marsha Angelica.

“Kamu sudah di beli oleh Pak Albert, dan malam ini juga kamu akan menikah siri dengan Pak Albert. Kamu di beli hanya untuk melahirkan anak keturunan Pak Albert, setelah kamu berhasil melahirkan anak. Maka selesai pernikahan kalian berdua, dan anak menjadi hak Pak Albert,” penjelasan Gerry sang asisten Albert, langsung pada intinya.

Raut wajah Tania seketika berubah menjadi sinis, dirinya di jual ayahnya dan di beli oleh Bos-nya hanya untuk menghasilkan seorang anak saja. Tapi bagaimana dengan perasaan dia sendiri, wanita yang tak bersalah justru masuk ke dalam kubangan air yang dibuat ibu tirinya. Miris!

Ayah Hans selaku penjual anaknya sendiri langsung menanda tangani surat kesepakatan yang di keluar kan oleh pengacara Albert, lalu lanjut di tanda tangani oleh Albert sebagai pembeli.

“KALIAN SEMUA GILA !!” teriak Tania.

Wanita itu mencoba bangkit kembali, namun kedua bahunya sudah di tekan oleh salah satu bodyguard Albert. Sakit!

Sejenak Ibu Rita agak tercengang melihat pria tampan itu, di kiranya yang membeli dua pria yang awal di temuinya. Kenyataan yang berbeda, melihat dari penampilannya, Bu Rita menduga jika pria yang membeli Tania, orang kaya. Menyesal kah?

“Tuan Albert, penghulu nya sudah datang,” salah satu bodygourd masuk dengan seorang pria paruh baya.

“Segera laksanakan akad nikahnya,” perintah Albert dengan tatapan dinginnya.

Tubuh Tania semakin bergetar hebat, satu orang bodygourd Albert sudah menahan tubuhnya agar tetap duduk, dan menyaksikan ijab kabul di depan matanya.

Suara tegas Albert terdengar jelas ketika mengucapkan ikrar ijab kabul, begitu juga Hans yang menikahkan putrinya dengan pria yang membelinya. Dan akhirnya kata SAH terdengar jelas dalam ruangan itu.

Hancur sudah perasaan Tania, kecewa  dengan ayahnya. Walau dia dinikahi oleh pria yang di kaguminya, tetap aja  dia hanyalah seorang ibu pengganti.

bersambung....

Kakak Readers yang cantik dan ganteng, jangan lupa tinggalkan jejaknya ya, mohon dukungannya. Terima kasih sebelumnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!