NovelToon NovelToon

Bukan Mainan Pelampiasan

BMP 1 - Pertemuan

PS : Cerita ini awalnya author up versi chat story, tapi karena satu dan lain hal makanya author buat versi normal novel. Semoga suka ya bestie 😁😁

Well, happy reading every one

Part 1

Edward melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia mengendarai kendaraannya secepat mungkin karena hari ini ia memiliki agenda meeting yang sangat penting.

Saat ia memacu kendaraannya, tiba-tiba tanpa ia duga seorang gadis menyebrang jalan dengan terburu-buru menyebabkan Edward segera menginjak rem kuat-kuat yang menimbulkan bunyi berdecit akibat gesekan antara ban mobil dan aspal jalan.

Ciiiittt ...

Beruntung, mobil yang dikendarainya tidak menabrak gadis yang kini hanya bisa berdiri kaku tepat di depan mobil Edward dengan wajah pucat.

" Damn !! " gerutu Edward sambil memukul kemudi mobilnya yang mengaktifkan sensor air bag.

BLUGH...

Edward keluar dari dalam mobil dan membanting pintu mobil dengan kencang. Ia kini berjalan ke hadapan gadis yang masih berdiri kaku, mematung dan berusaha menenangkan jantungnya.

" Hei, kau cari mati ya ! " sembur Edward sambil mencengkram tangan gadis di hadapannya itu.

" Ma... Maaf Tuan " ucapnya dengan nada suara bergetar dan badannya yang masih gemetar.

" Kau ingin memanfaatkanku hah ? KATAKAN jika kau memang ingin meminta uang ganti rugi kan ? " sahut Edward sambil menatap gadis yang masih tertunduk itu.

" Maaf, Tuan... Tapi saya tidak mengerti apa yang anda ucapkan. Jadi tolong lepaskan saya. Saya mohon !! " pinta gadis itu sambil menatap Edward.

Mata Edward beradu dengan mata gadis itu membuat Edward melepaskan cengkraman tangannya sambil terus menatap gadis itu.

Tidak lama, beberapa orang pria berbadan besar mendekati mereka berdua. Gadis itu kemudian bersembunyi di balik tubuh Edward.

" Rupanya kau disini... Ayo, kemarilah gadis manis kami tidak akan menyakitimu jika kau bersikap baik " ucap seorang pria yang sepertinya ketua gerombolan tersebut.

" Tu... Tuan, tolong saya ! Jangan biarkan mereka membawa saya pergi ! " mohon gadis itu pada Edward.

" Siapa kau ? Jangan ikut campur urusan kami ! " gertak pria berkepala plontos.

" Aku tidak tertarik untuk ikut campur masalah kalian. Silakan ! Kalian bisa menyelesaikan urusan kalian dengan gadis ini " ucap Edward kemudian melangkah menuju pintu mobilnya.

" Eh, Tuan... Saya mohon tolonglah saya ! Saya berjanji akan melakukan apapun yang Tuan inginkan asalkan Tuan tidak membiarkan mereka membawa saya. Tolong Tuan !! " mohon gadis itu sambil menahan tangan Edward yang akan memasuki mobil.

" Aku tidak ada urusan denganmu ! " sahut Edward kemudian masuk ke dalam mobil.

Gadis itu terlihat akan berlari, namun dengan cekatan pria itu menarik tangannya dan menyeret gadis yang kini meronta-ronta meminta untuk dilepaskan. Bahkan gadis itu masih menatap ke arah Edward yang belum beranjak melajukan mobilnya.

" Sial, kenapa aku merasa kasihan padanya? Dia mengingatkanku pada Kaylee " gumam Edward sambil melihat ke arah gadis itu yang kini akan dimasukkan ke dalam sebuah mobil.

Akhirnya Edward turun dari mobil. Ia berjalan cepat menuju mobil yang membawa gadis itu.

" Tunggu, lepaskan gadis itu ! " titah Edward pada pria yang berkepala plontos itu.

Pria itu menatap Edward dengan tatapan remeh.

" Kau pikir siapa dirimu meminta kami melepaskannya " tukasnya dengan tatapan tajam.

" Baiklah, tapi beritahu aku memgapa kalian memaksanya ikut bersama kalian ? " selidik Edward.

" Itu karena harus membayar pinjaman ayahnya yang sudah jatuh tempo. Karena mereka tak bisa membayarnya  jadi kami akan menjualnya di club " jawabnya.

Gadis itu menggeleng sambil menatap Edward memohon pertolongan. Edward menghela nafasnya.

" Berapa banyak pinjaman mereka ? " tanya Edward kemudian.

Pria itu memicingkan matanya

" Kau tidak berniat membayarnya kan ? Atau kau menginginkan gadis ini untuk dirimu. Ya harus diakui jika gadis ini cantik dan pasti harganya sangat tinggi jika aku bisa menjualnya di Club " jawab pria itu sambil mengamati gadis itu.

" Katakan saja berapa banyak pinjamannya. Aku akan membayarnya " seru Edward.

" 10 juta dolar " ucap pria itu.

Gadis itu membulatkan matanya. Dulu ayahnya tak meminjam sebanyak itu.

" Kau gila ! Ayahku tak pernah meminjam sebanyak itu " sanggahnya.

" Hai, nona manis. Apa kau lupa sudah berapa lama kalian tidak membayar pinjaman kalian ? Itu sudah termasuk bunganya " sahut pria plontos itu.

" Dasar kalian lintah darat ! Kalian hanya menambah beban kami saja. Bukannya membantu kalian malah menambah masalah kami " timpal gadis itu lagi.

" Wah, jadi beginikah ucapan terima kasihmu setelah kami membantu kalian ? "

" Hentikan ! Aku akan membayarnya. Berikan nomer rekeningmu " seru Edward.

Pria plontos itu tersenyum lalu memberikan nomer rekeningnya. Edward segera menghubungi asistennya untuk mentransfer uang sebanyak 10 juta dolar ke rekening pria tersebut.

Dan setelah ada laporan transaksi berhasil, Edward memperlihatkan bukti transfer dan meminta mereka melepaskan gadis itu.

Anak buah pria tersebut kemudian melepaskan gadis itu.

" Terima kasih Tuan. Senang berbisnis dengan anda " ucap pria itu lalu dengan segera masuk ke dalam mobil dan melaju menjauh.

" Te, Terima kasih Tuan... Anda sudah menolong saya. Saya berjanji akan melakukan apapun untuk membalas kebaikan anda " ucap gadis itu lirih.

Edward hanya mengangguk, memperhatikan Audrey dari atas sampai ke bawah.

" Siapa namamu ? Dan mengapa kau bisa berurusan dengan mereka ? " tanya Edward

" Nama saya  Audrey, Tuan. Ayah saya dulu meminjam uang untuk biaya pengobatan. Karena kami menunggak cukup lama, maka mereka memaksa menjual saya ke Club " kenang Audrey sambil menahan tangisnya agar tidak tumpah.

" Jadi tadi kau berlari untuk menghindari mereka ? " tanya Edward memastikan.

" Iya, Tuan... Maafkan jika saya hampir membuat anda celaka tadi " ucap Audrey merasa bersalah.

" Bukan hanya aku yang celaka, tapi kau juga pasti celaka jika saja aku tak bisa menghentikan laju kendaraanku. Tapi sudahlah, tidak perlu kita membahas yang sudah terjadi " sahut Edward.

" Dengar Audrey,  besok datanglah ke kantorku ! " seru Edward menatap lekat Audrey membuatnya tak enak hati.

Edward mengambil kartu namanya lalu memberikannya kepada Audrey.

" Untuk apa saya ke perusahaan anda , Tuan ? " tanya Audrey heran sambil membaca kartu nama yang ada di tangannya.

" Tentu saja untuk mempertanggungjawabkan masalahmu. Kau harus mengganti uang yang telah aku keluarkan dengan cara bekerja padaku. Apa kau mengerti ? " tanya Edward lagi.

" Baiklah, Tuan. Saya mengerti ! Saya akan menemui anda besok " jawab Audrey.

Edward tersenyum tipis. Ia mengamati Audrey dari atas sampai ke bawah. Audrey memang cantik meski dengan penampilannya yang sederhana dan polos. Ah, lagi-lagi Edward seperti melihat Kaylee dalam diri Audrey.

Edward tersenyum licik penuh rencana. Ia sudah memikirkan pekerjaan apa yang harus dilakukan oleh Audrey.

Mereka pun akhirnya berpisah setelah Edward meminta nomer ponsel Audrey.

" Baiklah, kalau begitu aku tunggu kedatanganmu besok ! " seru Edwad lalu meninggalkan Audrey.

Sepanjang perjalanan, Edward terus memikirkan Audrey. Kedua sudut bibirnya terangkat menciptakan lengkungan indah menambah ketampanan wajahnya.

Ia segera menghubungi, asisten kepercayaannya.

" Rico tolong kau buatkan aku surat perjanjian. Isinya akan segera kuberikan saat aku sampai di kantor " tegas Rico.

" Baik, Tuan ! " sahut Rico.

BMP 2 - Perjanjian

Audrey melangkahkan kakinya menuju gedung perkantoran yang tertera di kartu nama yang diberikan oleh Edward.

" Sepertinya ini benar tempatnya " gumam Audrey sambil membaca kartu nama yang ada dalam genggamannya.

Audrey memasuki gedung perkantoran tersebut, lantas berjalan menuju meja resepsionis.

" Permisi, dimana saya bisa menemui Tuan Edward ? Saya ada janji temu dengan Tuan Edward " ucap Audrey dengan sopan.

" Ah iya, rupanya anda tamu yang sudah ditunggu oleh Tuan Edward. Silakan menuju lantai 11, ruangan Tuan Edward ada disana. Anda bisa menaiki lift itu " tunjuk resepsionis itu ke pintu lift yang khusus dipergunakan oleh para petinggi perusahaan.

" Thank you " ucap Audrey ramah lalu menuju lift yang ditunjuk tadi.

Audrey menekan tombol lift setelah masuk ke dalam lift. Lift pun bergerak ke atas dan berhenti di lantai yang dituju. Audrey bergerak ke luar lift lalu melihat sekeliling ruangan luas yang nampak sepi itu.

" Ekhem, maaf Nona ada yang bisa saya bantu ? " tanya seorang pria tampan berjas. Ia menghampiri Audrey karena terlihat kebingungan.

" Eh, iya. Maaf Tuan, bisakah anda menunjukkan ruangan Tuan Edward ? " tanya Audrey.

Pria itu mengangkat sebelah alisnya karena tidak sembarang orang yang bisa menemui Edward.

Merasa jika pria itu curiga, Audrey mengutarakan maksud kedatangannya.

" Em... Tuan Edward kemarin menyuruh saya untuk menemuinya, nama saya Audrey " ucap Audrey menjelaskan maksudnya.

Pria itu menatap Audrey dengan lekat.

Jadi, gadis ini yang dimaksud Tuan Edward

Pria itu menghela nafasnya.

" Perkenalkan Nona Audrey, saya Rico. Saya adalah asisten Tuan Edward " ucap Rico memperkenalkan dirinya.

" Saya akan mengantar anda ke ruangan Tuan Edward " ucap Rico lagi kemudian memimpin berjalan di depan Audrey menuju ruangan Edward.

Rico mengetuk pintu lalu setelah mendengar perintah untuk masuk, ia membuka pintu dan mempersilakan Audrey untuk masuk.

Audrey masuk dan melihat ruang kerja Edward yang begitu luas dan nyaman.

" Akhirnya kau datang. Aku pikir kau akan melarikan diri " seloroh Edward berjalan mendekati Audrey dan Rico.

" Saya bukan orang yang tidak bertanggung jawab " tukas Audrey.

Edward tersenyum miring.

" Duduklah, kita akan membahasnya " seru Edward sambil menunjuk ke arah sofa.

Audrey mengangguk, lalu menuruti perintah Edward.

" Rico, bawakan perjanjian yang tadi aku minta ! " seru Edward pada asistennya itu.

" Baik Tuan " sahut Rico, menundukkan kepalanya lalu keluar dari ruangan Edward.

Edward memandangi wajah polos Audrey yang terlihat cantik alami dengan bola mata bulat berwarna kehijauan serta bibir tipis dan mungil berwarna pink membuatnya terlihat segar Tatapan matanya kini turun ke arah dada dan berakhir di kaki jenjang Audrey yang memakai dress hitam selutut dipadu dengan cardigan berwarna dusty pink.

Edward menyeringai saat membayangkan tubuh seksi gadis itu. Ya, meskipun mengenakan baju yang tertutup tapi Edward yakin jika tubuh Audrey memang seksi dan ia tak sabar untuk menikmatinya.

Audrey menutup tubuhnya dengan bantal sofa saat menyadari arah tatapan Edward padanya. Edward tak menyangka jika Audrey akan bersikap seperti itu, tapi ia tetap tersenyum. Edward bahkan semakin penasaran.

Tak lama Rico kembali dengan membawa berkas perjanjian yang dimaksud oleh Edward.

" Ini berkas yang anda minta, Tuan " ucal Rico memberikan berkas tersebut kepada Edward.

" Ok, kau boleh pergi ! " seru Edward sambil mengibaskan tangannya meminta Rico untuk keluar dari ruangannya

Setelah Rico keluar, Edward menyodorkan berkas tersebut kepada Audrey.

" Ini apa Tuan ? " tanya Audrey heran.

" Ini adalah kontrak perjanjian yang menyatakan jika kau bersedia membayar semua utang-utangmu dengan bekerja padaku " jawab Edward.

" Maksud anda, saya harus bekerja dengan Anda untuk membayar utang saya ? " tanya Audrey.

" Exactly... Bagaimana ? " Edward balik bertanya.

" Ijinkan saya membaca isi perjanjiannya dulu " ucap Audrey sambil memgambil berkas.

" Waktumu 3 menit untuk membaca dan menandatanganinya " titah Edward.

" What ? " pekik Audrey dengan mata yang membola.

" Oh, kau tidak terima ? Kalau begitu aku beri waktu 2 menit " seru Edward dengan senyum licik.

Hah ! Dia pasti sudah gila dengan memberi waktu secepat itu untuk membaca berkas ini

gerutu Audrey dengan lirikan tajam kepada Edward.

Audrey dengan cepat membaca berkas yang ada di hadapannya. Namun secepat apapun tetap saja ia tak bisa menyelesaikannya.

" Waktumu habis dan sekarang kau harus menandatanganinya ! " seru Edward.

" Tapi... "

" Kau boleh menolak untuk menandatanganinya, tetapi kau harus mengganti uang yang sudah ku keluarkan kemarin dalam waktu satu minggu. Bagaimana ? " tanya Edward.

Audrey menghela nafasnya, ia tidak tahu pekerjaan macam apa yang akan diberikan pria ini padanya, tetapi jika ia tidak menandatanganinya ia tidak tahu harus mendapatkan uang darimana untuk menggantinya.

" Sepertinya kau berubah pikiran.Baiklah, kalau begitu sampai bertemu lagi minggu depan dan ingat kau harus membawa uang untuk mengganti uangku " ucap Edward dengan penekanan. Tangannya terulur mengambil berkas yang masih ada di tangan Audrey.

" Tunggu ! Aku akan menandatanganinya " ucap Audrey pada akhirnya.

Persetan dengan pekerjaan apa yang akan diberikannya kepadaku. Yang penting aku mendapatkan pekerjaan dan uang untuk membayar semua utang-utangku.

" Kau yakin akan menandatanganinya ? Karena setelah kau menandatanganinya tidak akan ada kesempatan untuk membatalkannya " ingat Edward.

" Iya, aku yakin " sahut Audrey, lalu dengan segera Audrey menandatangani perjanjian itu.

Edward tersenyum samar.

" Baiklah, jika itu sudah keputusanmu. Aku harap kau tidak akan menyesalinya " ucap Edward lalu mengambil berkas yang sudah ditanda tangani oleh Audrey.

Edward berjalan menuju meja kerjanya lalu menghubungi Rico untuk datang ke ruangannya.

" Rico tolong kau bawa Audrey ke apartemenku. Dia sudah menandatangani kontraknya " seru Edward saat Rico datang ke ruangannya.

" Baik, Tuan ! " ucap Rico.

" Mari, Nona... Saya akan mengantar anda ! " ucap Rico lagi.

" Eh, kenapa harus tinggal di apartemen ? Apa saya tidak bisa pulang ke rumah ? " tanya Audrey heran.

" Kau akan bekerja denganku 24 jam sehari, karena itu kau akan tinggal bersamaku " jawab Edward.

" Tapi... Saya mempunyai seorang ayah yang tengah sakit. Jika saya pergi dari rumah, maka siapa yang akan merawat ayah saya ? " tanya Audrey lagi.

" Kau tidak perlu khawatir, aku akan membawa ayahmu ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Kau bisa menemuinya kapan pun kau mau tetapi kau harus tinggal bersamaku ! " jelas Edward.

" Baiklah Tuan, aku mengerti. Terima kasih sebelumnya " sahut Audrey.

" Sekarang kau pergilah bersama Rico. Aku akan pulang ke apartemen nanti malam " seru Edward.

Audrey akhirnya pergi bersama Rico menuju apartemen Edward. Sepanjang perjalanan tidak ada obrolan tercipta. Baik Audrey maupun Rico, keduanya larut dalam pikirannya masing-masing.

Audrey sibuk memikirkan pekerjaan apa yang diberikan oleh Edward kepadanya. Ia berpikir bahwa ia akan dijadikan seorang asisten rumah tangga oleh Edward mengingat waktu kerjanya juga ia yang harus tinggal di apartemen bersama Edward.

BMP 3 - Kau Milikku

Rico membuka pintu apartemen milik Edward dan mempersilakan Audrey untuk masuk.

" Silakan masuk, Nona... Tuan Edward akan segera pulang " ucap Rico dengan hormat.

Audrey mengangguk lalu duduk di sofa.

" Kalau begitu, saya permisi Nona... " pamit Rico kemudian melangkahkan kakinya menuju pintu.

" Tunggu, Tuan ! " seru Audrey membuat Rico menghentikan langkahnya.

" Tuan, saya tidak membawa barang-barang saya... "

" Tuan Edward akan menyiapkan semuanya untuk anda, Nona " potong Rico.

" Baiklah kalau begitu. Tapi, apakah kau tahu pekerjaan apa yang akan diberikan oleh Tuan Edward ? " tanya Audrey.

Rico menatap nanar gadis polos di hadapannya. Ada rasa iba di hatinya, saat melihat Audrey yang tidak tahu apapun perihal kontrak yang telah ditanda tanganinya.

" Saya tidak memiliki wewenang untuk menjelaskan pekerjaan anda, Nona. Jadi, sebaiknya anda menanyakannya langsung kepada Tuan Edward " jawab Rico diplomatis.

" Baiklah. Terima kasih Tuan " ucap Audrey sopan.

" Saya permisi, Nona " pamit Rico kemudian keluar dari unit apartemen Edward.

Rico menatap pintu apartemen yang sudah tertutup. Ia menghela nafasnya

" Semoga kau baik-baik saja, Nona ! Aku harap Tuan Edward memperlakukanmu dengan baik " gumam Rico lantas segera berlalu meninggalkan apartemen.

Audrey menatap sekeliling apartemen yang luas dan mewah itu. Entah pekerjaan apa yang akan diberikan Edward kepadanya.

Audrey tidak berani berkeliling. Ia hanya duduk di sofa. Satu-satunya hal yang menarik perhatiannya adalah sebuah jendela besar yang mengarah ke arah jalan raya. Dari sana Audrey bisa melihat sekeliling kota.

Setelah puas melihat pemandangan di luar jendela, Audrey kembali menuju sofa. Lama menunggu, akhirnya Audrey tertidur di sofa.

Edward baru saja pulang dengan membawa banyak barang belanjaan ke dalam unit apartemennya. Ia terlambat pulang karena ia harus mengurus perawatan ayah Audrey serta berbelanja kebutuhan Audrey.

Edward melihat Audrey yang tertidur di sofa. Setelah menyimpan barang belanjaannya, Edward berjalan menuju sofa. Ia mensejajarkan dirinya dengan berjongkok di depan Audrey sehingga ia bisa melihat dengan jelas wajah cantik Audrey.

" Cantik... " ucap Edward sambil menyentuh pipi Audrey.

Sentuhan tangan Edward membuat Audrey mengerjapkan matanya. Ia membuka matanya dan langsung duduk saat melihat Edward tersenyum di depan wajahnya.

" Ma... Maaf Tuan, saya ketiduran " ucap Audrey merasa tak enak.

" Tidak apa, maaf jika aku sudah membuatmu bangun " sahut Edward kemudian berdiri.

" Tu... Tuan, maaf sebelumnya. Tapi sebenarnya pekerjaan saya disini itu apa ? " tanya Audrey.

" Apa Rico tidak memberitahumu ? " Edward bertanya balik.

Audrey menggelengkan kepalanya,

" Tuan Rico hanya mengatakan jika harus bertanya langsung kepada anda " jawab Audrey menundukkan kepalanya.

Ia sengaja menghindari tatapan Edward yang terlihat seperti menelanjanginya.

Terpaan hangat nafas Edward menyentuh pori-pori lehernya. Bahkan Audrey bisa merasakan jika dada Edward bersentuhan dengan punggungnya.

" Kau akan menjadi asisten pribadiku. Kau harus menyiapkan segala kebutuhanku dan harus melayaniku termasuk melayaniku di ranjang " bisik Edward yang kini sudah berada di belakang tubuhnya.

Mata Audrey membelalak, ia tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Edward.

" Maksud anda ? " tanya Audrey bingung.

" Apa ucapanku masih belum kau mengerti. Baiklah dengarkan aku baik-baik. Kau harus melayaniku segala hal terutama urusan ranjang, baby " jawab Edward sambil mengecup tengkuk Audrey.

Audrey bergerak menjauh namun Edward menarik tangannya hingga Audrey jatuh ke dalam pelukan Edward.

" Lepaskan aku ! Dasar kau laki-laki brengsek ! " marah Audrey sambil memukuli dada Edward, ia berontak namun kekuatan Edward bukanlah tandingannya.

" Wow... Tenagamu sangat kuat, baby. Aku penasaran dengan kemampuanmu di ranjang pasti juga sekuat ini " ucap Edward menyeringai.

" You are crazy ! Lepaskan aku ! " teriak Audrey sambil berontak dan itu berhasil.

Audrey bergerak menjauh dari Edward. Edward tersenyum licik lalu dengan santainya ia melepaskan jasnya kemudian duduk di sofa. Ia juga membuka 3 buah lancing kemejanya serta menggulung lengan kemeja hingga mencapai sikut.

" Kemarilah, baby ! " seru Edward sambil menepuk pahanya.

" Aku tidak sudi ! " sahut Audrey berusaha menjauh dengan berlari menuju ke pintu.

Edward kembali tersenyum.

" Kau tidak akan bisa pergi kemana pun, baby ! Kalau kau ingin berteriak, berteriak saja... Tidak akan ada orang yang akan mendengar teriakanmu " ucap Edward santai.

" Lepaskan aku ! Dasar kau penjahat wanita, penipu ! " maki Audrey lagi.

" Baby... Kau terlihat semakin cantik saat kau sedang marah " sahut Edward sambil tertawa.

" Tolong, Tuan... Kumohon lepaskan aku ! " mohon Audrey berderai air mata sambil mengatupkan kedua tangannya.

Edward menghela nafasnya, lalu berjalan mendekati Audrey.

" Apa kau lupa jika kau sudah menandatangani kontrakmu ? " tanya Edward mengungkung tubuh Audrey hingga punggung Audrey menempel di pintu.

" Kalau begitu batalkan kontrak itu ! Aku akan membayar semua kerugiannya " jawab Audrey cepat.

" Kau yakin dengan ucapanmu itu ? " Edward menaikkan sebelah alisnya dan memasang senyum jahat.

" Ya, aku yakin ! Aku akan membayarnya " jawab Audrey.

Tentu saja ia akan melakukan apapun asalkan bisa lepas dari laki-laki buaya di hadapannya.

" Baiklah, kau bisa membatalkan kontrak itu dengan syarat kau harus membayar penalti sebanyak 10 kali lipat dari uang yang sudah aku keluarkan. Bagaimana ? " tanya Edward sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.

" What ? Dasar kau penipu ! Kau memanfaatkan kelemahanku ! Kau menjijikan, brengsek ! " ucap Audrey lalu mencoba menyerang Edward.

Namun Edward lebih tanggap. Ia segera memegang tangan Audrey.

" Jadi bagaimana ? Apakah kau akan membayar 100 juta dolar atau kau hanya harus melayaniku sampai semua utangmu lunas ? Come on Audrey semua pilihan ada di tanganmu " ucap Edward tak memberikan jalan keluar yang baik sama sekali.

" Ayolah Audrey... Dimana kau bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Bahkan jika kau harus bekerja di klub pun, kau harus melayani banyak pria hidung belang. Tapi disini, kau hanya perlu melayaniku saja " tawar Edward lagi masih dengan senyuman liciknya.

Audrey bergeming. Ia tak tahu harus berbuat apa bahkan tangannya kini meremat ujung cardigan yang ia kenakan.

Ya Tuhan... Ini namanya keluar dari kandang singa masuk ke kandang buaya

" Baiklah, aku terima tawaranmu ! Tetapi kau harus berjanji untuk melepaskanku jika aku telah melunasi semua hutangku padamu " tutur Audrey pada akhirnya harus mengaku kalah.

" Good girl ! Aku suka keputusanmu dan aku akan pastikan kau tidak akan menyesalinya " ucap Edward lalu menggendong Audrey dan membawanya ke dalam kamar pribadinya.

Edward membaringkan Audrey di atas ranjang besarnya yang empuk. Lalu ia mulai melepas semua pakaian yang melekat di tubuh Audrey hingga gadis itu polos.

Tatapan Edward tak lepas dari tubuh Audrey yang begitu seksi dan menggiurkan.

" Oh my God... Baby you're so hot !! Tonight you're mine !! " ucap Edward dengan segera membuka kemeja dan celana panjangnya.

Ia mencium wajah lalu bergerak turun menciumi leher Audrey kemudian turun lagi ke dada. Ia mulai memainkan dua gundukan kepunyaan Audrey yang berukuran cukup besar kemudian menghisapnya membuat Audrey menggelinjang.

Edward memang seorang player sehingga ia tahu betul titik-titik sensitif seorang wanita. Audrey tidak bisa melawan bahkan sialnya, ia justru mengeluarkan suara d*s*hannya yang terdengar begitu merdu dan menggoda di telinga Edward.

Edward tak bisa lagi menahan hasratnya yang begitu besar saat melihat Audrey. Dan setelah Edward melepaskan semua kain yang menutupi tubuh kekarnya, Edward dengan segera melakukan penyatuannya.

" Aww... Sakit Tuan ! Stop it, please ! " pekik Audrey, air mata kembali lolos ke pipinya saat Edward berhasil melesakkan miliknya ke dalam inti tubuh Audtey

Namun sia-sia, karena Edward terus bergerak menikmati tubuh Audrey tak peduli gadis itu merintih kesakitan. Hingga akhirnya rasa sakit itu sedikit demi sedikit berubah menjadi nikmat meskipun Audrey berusaha untuk menolaknya.

" Oh, Baby... You're so great ! Ah, s*it ! Aku keluar !! " de**h Edward saat ia mendapatkan pelepasannya.

" Thank you, baby... Aku bangga karena aku adalah yang pertama untukmu " ucap Edward lalu mencium bibir Audrey.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!