Paras indah cantik, sendu dan molek Yumna si dewi rembulan yang hidup di negeri Khayangan. Dia di perintahkan sang Kaisar langit untuk menyelesaikan catatan buku emas langit karena telah melanggar daun takdir manusia yang ada di bumi. Dewi yang memiliki kekuatan mengatur tatanan rembulan terpaksa turun ke bumi. Dia berikarnasi masuk ke dalam tubuh manusia yang telah dia tolong pada masa sebelum masehi.
Dewi Yumna menjunjung tinggi sifat keberanian, di dalam jiwa ksatria menghadang bahaya di sela kehadiran Zeus si dewa petir yang merelakan sisa kehidupannya untuk menemaninya. Pada masa sulit hidup di bumi, dia harus membiasakan menjalani hari yang sangat jauh sekali bertolak belakang dari negeri khayangan.
Para siluman yang mengincar bahkan menginginkan cahaya murni rembulan membuat sang dewi setiap hari harus terus berjuang melawan keganasan itu. Semua catatan langit harus terisi membasmi siluman jahat pengganggu manusia di muka bumi. Lantas di dalam era berikutnya, sang dewi mengalami dilema atas keakrabannya dengan siluman kelinci putih yang selalu menemani dan mengikuti kemana pun dia pergi.
Dewa Petir Zeus
Awan kolonimbus menampakkan rona kilatan merah membara. Biasanya pada hari itu gumpalan awan pertanda hujan akan jatuh ke bumi. Zeus membanting tombak petir di langit menandakan kekuatan dan sinyal alam. Dia adalah dewa terkuat yang memiliki dua api abadi. Mendengar dewi Yumna turun ke bumi, alam berubah-ubah tidak sesuai ramalan dan perkiraan cuaca. Zeus memutuskan untuk ikut turun ke bumi membantu dan menemani sang dewi Yumna. Walau para tetua menyanggah segala kehendaknya dan berkali-kali mangingatkan akan teka-teki waktu dalam takdir yang bisa sewaktu-waktu bisa memisahkan mereka pula di dunia.
Kolam keabadian tetua
Sinar air hijau sumber nafas kehidupan, di sisi kanan dan kiri di jadikan tempat persemedian para dewa dan dewi. Banyak yang memanfaatkan air sebagai penambah umur yang panjang, mengobati luka, memperdalam ilmu, membuka pandangan menembus dunia yang berbeda hingga meminum air untuk memilih nasibnya sendiri.
Siluman kelinci putih
Pernah suatu waktu lalu dia menjadi kelinci terjahat dan terganas di muka bumi. Kuku dan giginya yang beracun, tatapan mata memangsa dan kehadirannya yang di takuti oleh siluman lain. Dia memiliki lima bola hijau jiwa murni yang bisa di gunakan sebagai kesembuhan seluruh makhluk di muka bumi.
Sekalipun untuk mengobati dirinya sendiri. Butir bola ajaib itu di simpan di balik keningnya. Dia berubah menjadi siluman yang baik ketika di selamatkan oleh manusia dari jurang kematian. Raut goresan wajah Bening selalu dia ingat di sepanjang hidupnya.
Bertemu dengan Bening di dalam sosok yang berbeda tidak merubah rasa kebaikan berbalas budi pada tubuh manusia itu. Di balik jelmaan siluman kelinci putih, sosok jelmaan wanita siluman berada disana.
Tentang Catatan ingatan si kelinci
Wahai Bening, engkau adalah manusia berhati lembut dan penuh kesabaran. Walau aku sudah berkali-kali mencakar mu mengeluarkan racun hingga kau kesusahan menyelamatkan ku dari jurang kematian. Kau mengajarkan ku arti ketulusan.
_Perkataan Siluman kelinci putih_
Banyak hal yang di ajarkan Bening selama bersama si kelinci. Kedekatan mereka menjanjikan keduanya untuk bertemu lagi di kehidupan selanjutnya.
...----------------...
Tidak berhias warna putih terang ketika dewa dari langit saling melemparkan kekuatan mengakibatkan takdir yang berbeda. Dewa Bulan harus menjalani garis takdirnya dengan turun ke dunia dan kembali sampai batas waktu yang telah di tentukan. Bencana alam sedang tidak terkendali, tanah rembulan hampir saja retak ketika dua kekuatan sedang beradu mengakibatkan guncangan dan sukma yang terhempas sampai jatuh ke bumi.
Bening, Manusia reinkarnasi sang Dewi Yumna
Penggambaran bagai pinang di belah dua. Keduanya menyatu di dalam satu tubuh dan sukma yang berbeda. Masih menjadi suatu misteri, sukma Bening bergentayangan menuntut tubuhnya kembali di masa yang akan datang.
Beberapa Mantra Dewi Yumna yang tidak semua tertulis di buku catatan sejarah dewi khayangan.
Membuka pada lembar pertengahan pada buku.
Rumserus, pemanggil seekor burung kematian hitam membawa cahaya putih membungkus jiwa sebagai surat mengabarkan ke penghuni tujuh lapisan alam.
Triangsang, putaran waktu yang pernah berlalu, mengeluarkan jarum jam raksasa menembus dimensi lain. Berjarak putaran angka tiga, menggunakan mantra ini kembali dan pulang tanpa kekuarang waktu sedetikpun atau akan terjebak selamanya disana.
Geumurat, Sihir menyalakan cahaya Rembulan dari telapak tangan sang dewi Yumna. Hanya sang dewi bertubuh jiwa murni sejati yang bisa menyalakan utuh. Jika di dalam sosok lain maka pengguna akan merasa sangat dingin hingga dapat membekukan tubuhnya sendiri.
Kandungan sinar rembulan
Menurut pernyataan petua khayangan bagian timur, cahaya kilatan itu bersinar orange menghangatkan siapapun yang bisa merasakannya. Menerangi seisi dunia dalam kegelapan di malam hari yang sepi. Dalam pemahaman tetua di kolam keabadian, cahaya itu bersifat dingin bahkan bisa membekukan apa saja jika berdampingan dengan awan gulungan hitam di balik datangnya hujan.
Letak sang dewi Yumna di bulan
Dia selalu menyendiri sepanjang zaman, takdir kesendirian mengorbankan diri menyinari dunia sepanjang hidupnya yang abadi. Sejarah terjadinya keberadaan dewi rembulan setelah tragedi perang dunia antar negara memperebutkan kekuatan yin dan yang demi mencapai kekuasaan yang di sembah para pengikutnya.
......................
Di kolam keabadian dasar penyangga bumi, salah negara musuh membunuh salah satu kekuatan _yang_ titik penguasa kehidupan bulan di dunia. Pada saat itu seketika dunia menjadi gelap gulita, titik bulan di bunuh dengan elemen api. Demi menyelamatkan dunia, salah satu negara pengharap perdamaian meminta kekuatan pada pewaris sisa kekuatan cahaya bulan yang ada di dalam tubuh putri tuan Jafran.
Pada saat itu, kelahiran putri pertama tuan jafran di iringi isak tangis seisi ruangan. Bayi itu hanya beberapa detik saja menangis, setelahnya menghembuskan nafas selamanya. Para tabib mengatakan bahwa sang bayi memiliki kelainan pada jantungnya. Tidak terima anaknya meninggal, Zafran dan Urafa memohon pada rembulan supaya menghidupkan anaknya kembali dengan syarat akan memberikan seluruh kehidupan bayinya untuknya.
Di tepi kolam teratai sinar itu menyambut keinginan juga harapan keduanya. Sinar rembulan masuk ke dalam tubuh bayi itu. Perlahan nafasnya kembali stabil, mereka tersenyum penuh kebahagiaan mengucap terimakasih sebanyak-banyaknya. Rambut bayi Bening berubah menjadi warna putih.
Sejak saat itu pula hati Zafran dan Ufara khawatir bahwa suatu saat pemilik tubuh bayinya akan mengambilnya kembali.
Tepat pada tahun pergantian demi menyelamatkan bumi, arwah Bening menemui kedua orang tuanya. Dia mengambang di udara, pakaian gaun putih, riasan indah melengkapi rambut putih panjang terurai, pinggang di balut selendang sutra. Wajahnya tersenyum berpamitan melepas kepergian kepada mereka.
Sudah bertahun-tahun mereka menginginkan anak, setelah doa itu terjawab semuanya lenyap begitu saja. Seperti baru semalam mereka memeluk bayi kecil itu, kini kedua nya harus melepaskan untuk selamanya. Reinkarnasi rahasia alam, sosok Bening dan dewi Yumna menyatu dalam roda waktu yang berbeda.
Putaran waktu
Kilauan sinar indah nan terik itu sampai menyipitkan setiap pandangan mata makhluk di atas muka bumi yang melihatnya. Dewi rembulan turun ke bumi menggemparkan penghuni langit, negeri khayangan dan seisinya.
Ketidak terimaan Dewi Bintang, dia mengabarkan takdir rasi bintang sang dewi Rembulan yang berubah. Meskipun di dalam kesendirian, bintang kecil yang paling bersinar itu menyilaukan dari kejauhan.
Dewi bintang Sansai adalah sosok dewi yang tersembunyi di balik lapisan langit. Dia melihat garis takdir yang di terima Yumna.
Mengiringi kedatangan dewi khayangan ke bumi, dia melukis langit malam berhias penumbra aurora indah. Menurut ramalan cuaca seharusnya malam ini turun hujan di sertai badai. Tidak dengan keajaiban malam yang mencengangkan setiap mata memandang. Sang dewi berharap bintang jatuh yang sengaja dia berikan untuk mengubah takdir dewi rembulan dapat mengembalikannya kembali ke Khayangan.
......................
Aku tidak pernah mengira bisa sampai di negeri indah nan hijau ini
Menjalani dunia yang berbeda tidak membuat atau merubah keyakinan takdir dapat kembali
Duka dan air mata hanya butiran rintik saja
Perputaran kehendak angan menyisakan lara
Catatan tinta pembasmi siluman kan terikat
Kepada kaisar langit
Aku menahan kerinduan tempat asal menabur jutaan alam sana
Setengah sisa kekuatan dewi Yumna masih tertumpu di dalam dirinya. Dia pewaris keabadian sinar kehidupan rembulan di malam hari. Kini ini tidak akan lagi sama, saat membuka mata melihat sekeliling ruangan yang begitu asing. Tubuh terasa lebih ringan dari biasanya, dewi dari negeri Khayangan itu mengingat kembali dirinya sedang berada di sisi ujung bulan sabit saat mendengar suara harapan dari seorang manusia di bumi.
“Dimana aku? terasa desiran detak jantung dan darah hangat di dalam tubuh ku” gumam putri Yumna mengusap wajahnya sendiri.
Seekor kupu-kupu terbang mengitari lalu hinggap di salah satu bunga mawar berwarna biru segar yang di letakkan di sebuah pot berukuran sedang di tepi jendela. Perlahan dia berjalan ke arah jendela, memandang keluar menikmati udara segar bekas embun pagi. Akan tetapi, ketika dia melihat dari kejauhan ada asap hitam yang menggumpal menggulung di atas langit biru.
“Tolong! Kebakaran!” teriakan bercampur suara tangis membuatnya melakukan gerakan melompat keluar jendela.
Sapuan angin menghembus sapuan api yang menyala semakin berkobar. “Ah baru kali ini aku bisa merasakan sakit. Ada apa dengan kekuatan ku?” gumam dewi Yumna mencoba sekali lagi.
Dia mencoba berkali-kali namun gerakan terhenti mendengar tangis seorang anak bayi dari dalam rumah. Dewi Yumna dengan berani masuk ke dalam tanpa menghiraukan serpihan kayu dan bara api berjatuhan. Puing-puing dan pondasi rumah hampir menimpanya. Dia mencari-cari sumber suara tangisan dari arah rumah bagian belakang yang sudah di penuhi api. Dia mencoba menggunakan kekuatannya hingga dapat menyelamatkan sang bayi. Dia menahan luka bakar pada bagian lengan.
“Terimakasih engkau telah menyelamatkan anak ku” ucap seorang ibu mengambil sang bayi dari tangannya.
Sang dewi hanya menganggukkan kepala lalu menoleh ke arah bayi mungil yang seolah melihatnya.
“Siapa dia? Sungguh wanita yang hebat” ucap orang-orang menyaksikan kejadian itu.
Mereka yang semula berkerumun kini berlari meninggalkan tempat itu, mereka tampak ketakutan melihat orang-orang menunggangi kuda memakai jubah berwarna hitam bertopi hitam ada gambar tengkorak di atasnya menuju ke arahnya.
“Petugas keamanan datang!” seru seseorang menunjuk ke ujung jalan.
Rombongan petugas dengan alat pemukul di tangannya bergerombol memasang wajah marah. Dari balik pepohonanm seorang dari pria berbaju merah melompat menarik tangan Yumna meninggalkan tempat itu. Mereka berlari sampai ke tepi sungai di dekat perbukitan. Keringat Yumna bercucuran, nafas tersengal-sengal dan wajahnya memerah. Dia menghempaskan genggaman dari seorang pria yang masih sibuk mencari jalan di antara sela pepohonan rindang.
“Lepaskan aku!” bentak Yumna mengerutkan wajah.
Yumna berbalik arah kemudian berhenti membungkukkan tubuh bercermin di dalam air. Wajahnya menghitam terkena asap, dia membersihkan wajah dengan air hingga bersih. Alangkah terkejutnya dia melihat wajahnya yang sedikit berubah.
“Kau siapa?” ucapnya terkejut.
“Wanita yang aneh, aku sepertinya salah menyelamatkan orang” gumam pria tersebut menarik sudut bibirnya.
Sementara sang dewi masih sibuk menepuk-nepuk wajahnya. Dia memperhatikan badannya yang sedikit lebih gemuk dan rambutnya yang berwarna hitam. "Apakah aku terjebak di dalam tubuh wanita ini?" gumamnya menghembus nafas panjang.
"Hei, apakah engkau buta? di ujung sana para petugas kejam itu sedang mencari siapa pun yang terlibat dalam insiden kebakaran!" ucap pria itu berdecih memperhatikan gelagatnya.
"Apa maksudmu? aku sudah menolong korban kebakaran tadi. Kenapa para petugas malah mengejar ku?"
“Kau memangnya berasal dari mana sampai tidak tau keganasan mereka” ucap pria itu.
Pemerintahan yang di pimpin oleh raja Jangja ke tiga sangat kejam, menindas rakyat dan mengensampingkan kesejahteraan negerinya. Tidak ada yang mengetahui rahasia besar bahwa sang raja di perdaya sebagai boneka penggerak oleh siluman yang berselubung sekte hitam.
Gua raksasa ratusan tahun
Pria terhormat itu terlihat seperti pengemis meminta bantuan pada sekumpulan pria bertopeng yang memiliki ilmu sihir hitam. Salah satu ketua sekutu pemegang kendali berdiri mendengarkan keluhan pria itu. Mereka para pemuja siluman raja iblis. Siapun yang suda berniat masuk ke dalamnya tidak bisa mundur lagi. Lembah gua sarang pengikut iblis mencari mangsa manusia.
Pemilihan raja berikutnya di isi dengan berbaagai ajang kompetisi. Pangeran Kangra dan Jangja beradu saling bertempur. Kemenangan jatuh pada pangeran Kangra.
Begitupun pada pertandingan wawasan ilmu pengetahuan dan lainnya. Sampai pada hari penyematan peresmian putra mahkota sebagai raja berikutnya, Kangra amat senang mendapatkan tahta di samping segala rencananya untuk mensejahterahkan rakyat.
Amarah pangeran Jangja tidak terima akan kekalahannya. Dia meminta pada kepala suku sekte hitam untuk menjatuhkan posisi Kangra.
“Semua keinginan mu akan terpenuhi asal kau menyerahkan jiwa mu pada raja siluman iblis dan mematuhi perintah kami. Ahahahah!” ucap kepala suku sekte hitam.
“Ya, aku bersedia! Cepat bantu aku menjadi raja di negeri ini!” kata pangeran Jangja berlutut.
Keesokan harinya ketika pangeran tiba di istana, halaman itu di penuhi dengaan kain putih dan kibaran bendera kuning. Seharusnya hari ini adalah hari penyematan kenaikan tahta raja Kangra, tapi berubah menjadi hari kematiannya.
Kaki pangeran Janjgja lemas melihat jasad saudaranya yang terbujur kaku. Dia tidak menyangka keinginannya untuk menggeser posisi Kangra malah merenggut nyawanya.
“Maafkan aku Kangra” gumam Jangja.
Di halaman istana berkumpul sekte hitam, mereka menyerukan pangeran Jangja sebagai raja negeri Libria. Jasad Kangra baru saja di kebumikan, perayaan peresmian pengganti raja langsung di gelar meriah. Semua penghuni istana bungkam tidak berani menentang kehendak kepala sekte hitam. Semua itu atas ijin Jangja dan penasehat istana yang sudah di rasuki sihir si kepala sekte. Wajahnya menunjukkan kepatuhan, apapun kehendaknya pasti segera dia setujui.
“Hidup raja Jangja!”
“Hidup!”
Sorak para penghuni istana dan seisinya menyerukan raja baru yang duduk di singgahsana.
...----------------...
Di dalam ruangan pribadi raja Jangja, dia menuntut pada kepala sekte hitam akan kematian Kangra.
“Pero, aku tidak meminta kematian Kangra. Aku hanya ingin berada di posisinya!”
“Kau seolah meminta langit menurunkan emas permata. Wahai raja Jangja, apakah kau masih meragukan ku? Jika aku tidak membunuh Kangra maka dia akan menjadi duri dalam daging di hidup mu.”
“Tidak, itu hanya pemikiran mu saja. Walau bagaimanapun dia adalah saudara ku.”
“Kau terlalu banyak menuntut, raja iblis sudah menikmati setiap tetesan darahnya. Bukan kah kau sendiri yang datang ke sekte hitam? Kini kau mencuci tangan seolah tidak bersalah dan andil berperan besar dalam rencana ini. Ahahhh!”
“Cepat penuhi janji mu. Beri kami ruang dan tempat untuk menguasai para perdana menteri” ucap Kepala sekte Pero lagi.
...----------------...
Yumna tetap pada pendirian berjalan berlawan arah memasuki area kebakaran. Sesaat sebelum tiba, terlihat pemandangan yang mencengangkan mata. Orang-orang berkumpul dan berbaris dengan wajah menunduk menghadap seorang yang berpakaian hitam memakai jubah dengan pedang di tangannya. Pria yang tadi membawa Yumna tiba-tiba dari arah belakang menutup mulutnya dan menggiring dia mundur lalu membungkuk bersembunyi di balik semak belukar.
"Stzh.." desis nya melototi Yumna.
Semua orang yang ada disana di sangat ketakutan, bergetar bahkan salah satu di antaranya bersujud memohon ampun.
"Di era jaman ini bahkan masih ada mendewakan manusia yang sudah melakukan tindak kejahatan! tidak akan aku biarkan!" gumam Yumna berlari menendang sosok lelaki yang kini menjadi incaran mata putri yang mendiami tubuh gadis bumi itu.
"Berani sekali kau! gadis kecil yang harus di beri pelajaran!" ucapnya membersihkan darah yang keluar dari hidung.
"Tidak ku sangka ada yang berani melawan panglima kerajaan. Lihatlah dia sampai mengeluarkan banyak darah" gumam pria itu.
Dewi Yumna menggunakan kekuatannya untuk menghajar para petugas dan lelaki berbaju hitam sampai babak belur. Meski seutuhnya semua kekuatan yang dia miliki belum bisa di kendalikan, Yumna meringkus mereka yang sudah tidak berdaya. Sang panglima yang tidak terima di kalahkan oleh wanita kembali bangkit di sambut serangan berbalik.
"Arghhh..!"
Hantaman, benturan dan suara tulang retak terdengar kuat. Mereka semua lari kocar-kacir meninggalkan tempat itu.
"Tunggu pembalasan ku!"
Seorang pria yang membantunya tadi mengulurkan tangan memperkenalkan diri namun sang dewi hanya mematung memperhatikannya.
“Kenalkan saya Gemusa. Siapa nama mu?”
“Nyonya Bening! Uhuk, uhuk!” teriak wanita tua berlari menghampirinya.
“Maksud nenek, wanita ini namanya bening?”
“Panggil aku dayang Kun!”
“Nyonya! Kami pikir tidak akan melihat nyonya lagi. Nyonya terlalu jauh melarikan diri sampai kesini” ucap wanita lainnya.
“Kalian siapa?” tanya sang dewi.
“Gawat! Dayang Kun, sepertinya nyonya Bening hilang ingatan. Dia bahkan tidak mengenali ku!” ucap dayang Ibri histeris.
“Nyonya adalah anak pertama dari tuan besar Zafran. Ayo kita pulang sebelum nyonya Meran marah” ajak Ibri menarik lengannya.
“Sstthh” sang dewi meringis kesakitan.
Luka bakar di lengannya semakin terasa perih. Sang dayang yang baru mengetahui bahwa dia sedang terluka langsung meminta maaf memintanya segera kembali ke kediaman.
“Maaf kan saya nyonya.”
“Semoga kita bertemu lagi!” teriak Demusa menaiki kuda meninggalkannya.
......................
Yumna kembali ke rumahnya, dia di sambut oleh para pelayan, mereka menyediakan segala keperluan untuk membersihkan diri. Dayang Kun juga memanggil tabib untuk segera mengobati lukanya.
"Nona, mari kami bantu untuk membersihkan tubuh anda" ucap salah satu pelayan tergopoh-gopoh memegang peralatan mandi.
Yumna menggelengkan kepala, dia meminta dua pelayan yang dari tadi mengikuti untuk pergi.
"Tinggalkan aku, biar aku membersihkan tubuh sendiri" ucapnya meraih wadah peralatan mandi dari tangan mereka.
"Tapi nyonya__"
"Ah, sudahlah tidak apa-apa. Oh ya aku ingin bertanya, siapa nama ku?"
"Sepertinya nyonya muda sedang amnesia" ucap sang pelayan.
"Nyonya Bening adalah putri ketiga dari keluarga tuan besar Zafran" jawab mereka.
“Bukan kah kedua dayang yang membawa ku pulang tadi mengatakan bahwa aku putri pertama. Kenapa jawaban para pekerja ini berbeda-beda?” gumam sang dewi.
“Siapa dua saudara di atas ku?”
“Nyonya Opila dan Faga.”
"Terimakasih, kalau begitu sekarang kalian bisa kembali menyelesaikan tugas.”
Sang dewi mendorong kedua pelayan dan dayang keluar ruangan. Kamar baru di bumi bernuasa klasik tepat dia datang kembali dari sinar yang di iringi oleh bintang Sansai. Sang dewi masih tidak percaya bahwa tubuhnya kini telah berbeda. Memutar badan lebih dekat ke cermin. Dia mengamati setiap lekukan anggota tubuh manusia yang dia tempati. Bola mata besar yang mempunyai kemiripan dengan pemilik tubuh aslinya.
"Apa yang sudah terjadi pada mu? kemana Sukma mu yang asli berada?" gumam sang dewi sambil bercermin.
......................
Beberapa menit setelah selesai membersihkan tubuh, Yumna memilih baju yang akan dia kenakan. Setelan gaun berwarna hijau menarik perhatian, polesan wajah yang sederhana, hiasan rambut yang rapi, pada bagian pergelangan tangan terpasang aksesoris bebatuan hijau. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu sampai mendobrak masuk mengagetkannya.
"Hei Bening, kenapa kau masih disini? bukan kah hari ini adalah tugas mu untuk membersihkan kamar ku dan membantu ku merapikan rambut untuk pesta malam ini?" seorang wanita muda bertolak pinggang melotot.
Wanita berperawakan kurus, rambut pendek keriting berwarna pirang itu mengerutkan dahi melihat penampilannya. Opila adalah kakak tiri Bening, dia selalu memperlakukan Bening seperti budak. Setiap kali membuka mata, hidup Bening tidak tenang sampai pada hari ini sikapnya berubah drastis membuat Opila sedikit ketakutan.
"Mau pergi kemana kau? lepaskan baju itu! kau tidak pantas mengenakannya atau aku akan melaporkan pada ibu."
Dia menarik rambut sang dewi, hal itu membuat amarah Yumna meradang. Dia menekuk paksa jemari wanita berambut pirang yang sudah mengganggunya.
"Ah sakit! ibu!" jeritnya berlari keluar.
Yumna meneruskan dandanan, dia menyisir rambut membentuk sanggul menata dengan hiasan aksesoris sebuah bunga sakura di atasnya. Polesan wajah putih, memakai pelembab bibir merah muda.
"Siapapun kau, aku tidak akan membiarkan mu tersakiti. Kini engkau adalah Bening dari dewi Yumna yang berasal dari negeri Khayangan."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!