Di rumah mewah lantai tiga bak istana, terlihat sosok wanita yang saat ini tengah memegangi dadanya yang bergemuruh sangat hebat.
Detak jantungnya dua kali lebih cepat dari kondisi biasa, membuat tubuhnya bergetar hebat sambil membekap mulutnya, saat melihat sesuatu yang terjadi lewat pintu kamar yang sedikit terbuka.
Tak hanya itu, bulir kesedihan pun dengan cepat membasahi pipinya. Seorang wanita berparas cantik bernama Putri Wardhani.
Kedua mata yang membulat sempurna dengan deru napas tidak beraturan dirasakannya saat ini.
Sadar bahwa ia tak bisa menahan rasa sakit yang membuncah dalam dirinya, Putri langsung pergi dengan tergesa dari kamar tersebut. Pemandangan yang baru saja dilihatnya hari ini benar-benar sangat mengguncang jiwanya.
Bagaimana tidak, siapa wanita yang tidak sakit, saat melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa suaminya ternyata bukanlah pria normal.
Ya, kenyataan yang harus diterima oleh Putri pada pernikahan ketiganya. Membuat hatinya saat ini penuh dengan luka. Sadar bahwa perjalanan hidupnya adalah menjalani karma sebagai istri durhaka, sehingga berpikir harus menjalani, walau berat sekalipun.
Putri coba menguatkan dirinya yang rapuh. Setidaknya jauh dari tempat di mana kenyataan tentang suaminya, benar-benar meluluhlantakkan hatinya.
Setibanya di kamar, ia langsung menutup pintu. Kini tanpa menahannya lagi, Putri pun menangis terisak. Tak ada lagi yang ditahannya.
Suara tangisannya begitu memecahkan keheningan kala itu. Entah sudah berapa menit berlalu, wanita yang masih sulit menata hatinya itu, mulai mendengar suara knop pintu yang dibuka dari luar.
Ia pun mulai mengarahkan pandangannya ke arah pintu. Dilihatnya, sosok pria yang tak lain adalah suaminya yang bernama Aldiano Priambodo tengah masuk ke kamarnya dan menatap dengan sinis.
Tak ingin kesedihannya diketahui pria itu, ia buru-buru mengusap air mata di kedua pipinya.
“Apa ada yang Anda butuhkan, Tuan?” tanya Putri dengan suara yang masih terdengar lirih.
Putri memang istri sah dari sosok pria tampan yang mempunyai badan tinggi tegap tersebut. Bahkan paras tampan itu sama sekali tidak terlihat mempunyai sebuah rahasia besar yang mungkin akan menggemparkan media jika mengetahui kenyataan sebenarnya.
Apalagi sosok suami adalah pemimpin perusahaan besar yang sangat terkenal dan tidak diragukan lagi sepak terjangnya di kalangan para pebisnis.
Aldiano yang saat ini tengah memakai celana pendek dengan bertelanjang dada tampak mengerutkan kening dan menatap ke arah wanita dengan penuh selidik. Setidaknya ia masih dapat melihat sisa air mata di kedua pipi wanita yang sangat dibenci dan belum sepenuhnya mengering.
“Jangan pernah memperlihatkan wajah memuakkanmu saat menangis di depanku! Karena aku mau muntah melihatnya. Cepat ambilkan pakaian ganti! Karena pakaian temanku kotor dan butuh ganti!”
Rasa sakit yang semakin menghujam jantungnya, membuat Putri kini merasa sangat hancur berkeping-keping. Ibarat sebuah gelas yang jatuh dan hancur, sehingga tidak bisa lagi kembali seperti semula. Namun, ia dengan sekuat tenaga mencoba untuk bertahan dan menganggap apa yang terjadi padanya adalah sebuah peleburan dosa untuknya.
Meskipun status pria di depannya adalah suaminya, itu sama sekali tidak mengubah tentang derajatnya yang hanya berasal dari kasta rendahan karena ia tak ubahnya seperti pembantu yang melayani majikannya. Hanya status di atas kertas yang membedakannya. Bahkan ia pun memanggil suaminya dengan sebutan tuan.
“Baik, Tuan.” Putri mulai mengambil pakaian ganti seperti yang diperintahkan oleh suaminya tersebut.
“Sepertinya, pakaian pria itu kotor," lirih Putri yang kembali berkaca-kaca bola mata dan merasa sangat sesak di dada. “Sampai kapan aku harus menjalani semuanya ini, Tuhan.”
Karena tidak ingin membuat pria yang yang menyuruhnya itu terlalu lama menunggu, membuatnya buru-buru menghapus air mata yang kembali membanjiri wajahnya dan menormalkan perasan.
“Ini pakaian gantinya, Tuan.” Putri menyerahkan celana pendek dan kaos casual seperti yang diminta oleh sosok pria dengan tubuh tinggi tegap berparas tampan tersebut. Bahkan ia bisa melihat rambut berantakan dari suaminya itu tidak meninggalkan pesona ketampanannya.
Pria yang sudah satu tahun menikah dengannya tersebut memiliki paras tampan dan tubuh sixpack. Namun, usianya lebih jauh darinya karena tahun ini menginjak 35 tahun dan satu minggu lagi adalah hari ulang tahun suami. Hal itu karena kemarin ia dihubungi oleh ayah mertuanya untuk membuat kejutan di rumah.
Kini, Aldiano menerima pakaian dari tangan wanita yang sama sekali tidak dianggapnya. Ia melihat pakaian ganti itu tidak sesuai dengan yang diinginkannya, membuatnya merasa sangat marah dan langsung melemparkan pakaian itu ke wajah wanita yang sangat membuatnya merasa jijik.
“Dasar wanita tidak berguna! Jika aku tidak memikirkan pesan dari papa, aku sudah mengusir wanita tidak berguna sepertimu!” hardik Aldiano yang sudah berjalan meninggalkan wanita itu menuju ke ruang ganti.
Tentu saja untuk mengambil kemeja dan celana panjang yang akan dipakai oleh seseorang yang sangat berarti untuknya. Sambil mengumpat dan mengabsen kebun binatang, Aldiano merutuki kebodohan dari wanita yang sangat dibencinya.
“Wanita itu benar-benar tidak berguna dan hanya merepotkan saja!”
Sementara itu, lagi-lagi Putri hanya mencoba sekuat tenaga untuk menahan tangisnya sambil memegangi pakaian suami yang menghempas wajahnya. Tentu saja agar air matanya tidak keluar dan membuat pria yang baru saja meninggalkannya itu kembali murka padanya.
“Sabarkan hambamu ini, Tuhan. Aku harus kuat dan tidak boleh menyerah! Ingat semua dosa-dosamu bertahun-tahun yang lalu, Putri. Kamu pasti bisa!” lirihnya di dalam hati dan melihat sosok pria yang sudah berjalan melewatinya, lagi-lagi mengeluarkan perintah.
Aldiano yang hendak membuka pintu kamar dan berjalan keluar, berbalik badan dan menoleh ke arah sosok wanita yang dari tadi diam di tempatnya.
“Cepat buatkan aku dan temanku makanan, serta minuman! Jangan membuat tamuku menunggu terlalu lama!”
Putri hanya mengangguk perlahan tanpa mengeluarkan suara, karena saat ini suaranya tercekat di tenggorokan efek menahan tangisnya.
“Jawab, bodoh!” sarkas Aldiano yang merasa semakin kesal karena perintahnya tidak dijawab oleh wanita yang ada di depannya. “Apa kamu bisu!”
“Tidak, Tuan. Iya, saya akan membuatkan makanan untuk Anda dan tamu itu,” jawab Putri dengan serak dan meremas pakaiannya.
Merasa puas dengan jawaban dari Putri, Aldiano berjalan keluar tanpa menjawab ataupun menoleh lagi ke belakang.
Putri terpaksa harus memasak makanan untuk tamu dari sang suami yang merupakan kekasih sesama jenis.
Ia yang saat ini sudah berada di dapur, sibuk mengupas bawang putih dan juga bawang merah yang akan digunakannya untuk bumbu membuat nasi goreng. Linangan air mata, sudah membasahi pipinya yang putih.
“Maafkan aku, mas Bagus,” lirih Putri yang kembali teringat akan semua kesalahan yang telah dilakukannya di masa lalu.
Dosa yang membuatnya sadar bahwa hal terkelam dalam hidupnya saat ini bisa terjadi karena kesalahannya. Kesalahan di mana ia mengkhianati pernikahannya dengan Bagus Setiawan ketika berselingkuh dengan seorang pria muda yang tak lain Arya Mahesa.
To be continued...
Rumah tangga Putri bersama dengan Aldiano Priambodo sudah berjalan satu tahun. Tentu saja ia selalu mendapatkan penghinaan dan perlakuan kasar dari pria yang berstatus sebagai suaminya tersebut.
Aldiano bahkan setiap hari selalu saja berteriak dengan kasar padanya. Apalagi tidak ada mertua yang melihat karena permintaan pria itu adalah ingin tinggal di rumah sendiri setelah menikah.
Hal yang awalnya tidak disetujui oleh Bambang karena berpikir bahwa putranya akan berbuat seenaknya pada Putri.
Namun, Putri yang tidak ingin terjadi pertengkaran antara ayah dan anak, sehingga membujuk mertua untuk menuruti keinginan dari suaminya tersebut dan akhirnya setelah menikah, tinggal di rumah sendiri.
Meskipun setiap hari harus mendapatkan penghinaan dari Aldiano, sama sekali tidak membuat Putri menyerah dan memilih bercerai karena menganggap bahwa penderitaan yang dialami adalah sebagai bentuk balasan dari perbuatan di masa lalu.
Ia bahkan menerima semua hinaan itu setiap menit ketika berhadapan dengan Aldiano. Meskipun seperti itu, Putri masih merasa lega karena tidak mendapatkan kekerasan secara fisik dari pria tersebut.
Kini, ia memasak untuk sarapan karena memang Aldiano tidak mengizinkan ada pelayan yang tinggal di rumah untuk membantu pekerjaan.
Ia saat ini terlihat memotong bawang dan bola mata berkaca-kaca. Jika biasanya selalu berkaca-kaca karena pengaruh cairan yang keluar dari bawang merah yang dipotong, tetapi hari ini ia benar-benar menangis karena semalam Aldiano sudah berani membawa kekasih ke rumah.
Bahkan melihat secara langsung seperti apa para pria itu mengejar kenikmatan terlarang. Sebenarnya ia ingin menasehati Aldiano agar tidak menodai rumah dengan perbuatan buruk, tetapi merasa tidak berhak dan membiarkan pria itu berbuat sesuka hati karena merupakan pria paling berkuasa.
Sementara ia hanya menumpang dan tidak mempunyai kuasa apapun untuk sekedar mengeluarkan pendapat. 'Tuhan, sabarkan aku dalam menghadapi semua cobaan ini.'
'Berikan hidayah pada tuan Aldiano agar menyadari bahwa perbuatan yang selama ini dilakukan benar-benar salah dan akan mendapatkan kemurkaan-Mu.'
Kemudian ia menepuk jidat berkali-kali karena merasa tidak pantas menilai pria yang berada di luar jalur tersebut, sedangkan ia sendiri banyak memiliki dosa.
'Aku tidak boleh berkomentar mengenai dosa orang saat dosaku sendiri tidak bisa dihitung. Lebih baik aku fokus bertaubat dan menjalani semua ini dengan ikhlas.
Saat Putri masih berputar di dapur untuk memasak sarapan, mendengar suara bariton dari dua pria dari luar.
Karena merasa sangat penasaran, Putri memilih untuk mengintip apa yang dilakukan oleh Aldiano dan juga sang kekasih.
Ia kembali membekap mulut begitu melihat mereka berciuman di ruang tamu sebagai salam perpisahan.
Tidak ingin semakin merasa hancur melihat jumlah dua manusia yang penuh dengan kenistaan tersebut, ia memilih untuk kembali ke dapur dan melanjutkan ritual memasak.
Ini adalah pertama kali pria yang berstatus sebagai suaminya tersebut membawa pasangan ke rumah. Ia merasa sangat bersyukur karena putranya tidak berada di rumah dan sedang ikut bersama sang kakek liburan.
Jadi, Putri berpikir bahwa Aldiano melakukan itu karena tidak ada putranya dan bisa berbuat seenaknya sendiri di rumah.
Hingga beberapa saat kemudian, ia sudah menyelesaikan ritual memasak dan menaruh di atas meja makan. Seperti biasa, selalu memanggil Aldiano yang berada di kamar berbeda darinya untuk segera sarapan.
"Selamat menikmati," Tuan." Putri yang baru saja mengambilkan makanan ke atas piring lebar berwarna putih itu kini langsung memberikan pada pria di sebelahnya.
Karena kesal tidak jadi makan bersama sang kekasih, refleks Aldiano mengempaskan piring berisi nasi goreng yang masih mengepulkan asap tersebut.
"Aku benar-benar muak melihatmu! Pergilah!" teriak Aldiano dengan wajah memerah karena tadi tidak bisa menghentikan sang kekasih ketika mendapatkan telpon dari sang ibu.
Jujur saja ia sangat cemburu karena sang kekasih sesama jenis sangat dekat dengan sang ibu karena merupakan anak tunggal. Sementara ia sudah tidak memiliki ibu dari kecil.
Hingga memilih untuk mencari kasih sayang dari sesama jenis karena broken home. Karena sang ayah sama sekali tidak memperdulikannya dan lebih memilih menyibukkan diri di kantor.
Sementara itu, Putri yang berjenggit kaget karena perbuatan pria dengan wajah garang tersebut, sama sekali tidak membuka suara dan memilih untuk berjalan membersihkan sisa-sisa pecahan kaca dari piring yang diatasnya ada nasi goreng masakannya.
'Ya Tuhan, sampai kapan aku menghadapi semua ini? Apakah selamanya hidupku akan menderita seperti ini karena dosa-dosa di masa lalu?' gumam Putri yang saat ini meringis menahan rasa nyeri ketika cairan berwarna merah yang berbau anyir menetes akibat tertancap pecahan kaca.
Ia bahkan merintih lirih karena menahan perih, tapi kembali mendengar suara bariton dari pria yang berteriak dan menggema di ruang makan.
"Jangan berisik hanya karena luka kecil itu!" Aldiano yang tadinya bergerak mengambil piring, melirik ke arah sosok wanita yang berjongkok di lantai dan terkena pecahannya.
"Dasar wanita bodoh yang tidak berguna! Lain kali jangan pernah menampakkan wajahmu saat aku makan!" Aldiano hari ini benar-benar kesal dan butuh tempat pelampiasan, sehingga menyalurkan pada wanita yang membuatnya harus mengalami status palsu.
To be continued...
Lima tahun lalu...
Di sebuah kontrakan, terlihat para pekerja yang masih belum pulang ke rumah masing-masing karena sangat mengkhawatirkan bos mereka yang belum pulang semenjak siang tadi.
Namun, ketika menelpon, nomor Putri tidak aktif dan kebingungan mengenai bos mereka berada di mana karena sampai malam belum pulang.
Bahkan tadi salah satu pekerja menjemput Xander dan anak laki-laki berusia 3 tahun tersebut sibuk menangis karena mencari sang ibu yang tidak kunjung pulang.
Mereka sibuk merayu putra Putri agar tidak terus menangis sambil menunggu kabar mengenai wanita itu yang bahkan sampai malam belum pulang.
"Apa terjadi sesuatu pada Putri?" tanya salah satu wanita berbadan gemuk yang selama ini menjadi tukang masak nasi.
"Jangan bicara buruk karena perkataan adalah doa. Lebih baik kita berpikir positif dan mungkin Putri tengah pergi ke suatu tempat dan tidak ingin diganggu, sehingga menonaktifkan ponsel."
"Siapa tahu sebentar lagi pulang." Wanita yang merupakan orang kepercayaan Putri, masih mencoba untuk memenuhi pikiran dengan hal-hal positif.
Meskipun jauh dilubuk hati, juga sangat mengkhawatirkan keadaan Putri, tetapi merasa harus menghibur semua orang agar tidak berpikiran buruk.
Kini, tiga orang wanita yang tidak berniat pulang ke rumah sebelum melihat Putri kembali, tengah menemani Xander bermain di ruang depan sambil menikmati camilan dan minum kopi.
Hingga sampai malam menunggu kedatangan bos mereka, tetapi tidak pulang juga. Karena dua orang yang sudah ditelpon oleh suami agar segera pulang, akhirnya berpamitan dan hendak keluar dari rumah kontrakan tersebut.
Namun, di saat bersamaan mendengar suara mobil berhenti dan berpikir jika itu adalah Putri. Hingga kekecewaan mereka rasakan ketika ada seorang pria tidak dikenal yang datang.
"Apa benar ini adalah kontrakan nyonya Putri yang mempunyai seorang putra bernama Xander?" tanya sosok pria yang merupakan teman dekat Yeni dan bekerja di salah satu bengkel mobil yang tak jauh dari rumah di kontrakan tersebut.
Sontak saja semua orang menganggukkan kepala dan menjawab benar. Bahkan saat ini merasa khawatir jika apa yang mereka pikirkan benar. Bahwa terjadi sesuatu hal pada Airin dan pastinya membuat mereka tidak bisa tenang sebelum mendengar pertanyaan pria itu.
Sementara itu, pria yang membawa pesan tersebut langsung menceritakan tujuannya datang untuk menyuruh salah satu wanita dihadapkan membawa Xander ke rumah sakit karena sang ibu ingin bertemu.
Tiga wanita yang baru saja mendengar kabar buruk mengenai bos mereka. Seketika wajah mereka terlihat dipenuhi oleh kekhawatiran dan tentu saja berpikir bahwa bos mereka saat ini tengah mengalami kemalangan.
"Biar aku yang berangkat ke rumah sakit sekarang bersama Xander," sahut wanita yang memiliki badan sedikit gemuk di antara yang lain.
Merasa iba pada nasib Putri yang ingin bertemu dengan Xander begitu tersadar Setelah mengalami kecelakaan, sehingga tanpa pikir panjang, langsung menyuruh pria itu untuk mengantarkan.
Bahkan saat beberapa orang yang masih berdiri terpaku di depan rumah kontrakan Putri belum beranjak dari posisi, bulir air mata saat ini sudah menghiasi wajah mereka karena benar-benar khawatir setelah mengetahui kabar kecelakaan.
"Lebih baik kalian pulang saja dan besok tetap bekerja seperti biasa karena aku yang akan mengatur semua. Kita tidak mungkin membatalkan pesanan yang sudah jauh hari dipesan karena itu akan menghancurkan usaha bos."
Wanita yang baru saja selesai menyiapkan perlengkapan Xander karena membawa anak kecil membutuhkan banyak hal yang perlu dipikirkan.
Para wanita itu mengangguk tanda setuju dan sama sekali tidak keberatan untuk bekerja tanpa bos mereka.
"Sampaikan salam kami pada Putri dan semoga segera sembuh." Dua wanita itu dengan kompak berbicara sambil menatap anak laki-laki yang berada di gendongan tersebut.
Kemudian langsung menuju ke rumah sakit dengan perasaan yang diliputi kekhawatiran sambil memangku Zafer di mobil dan sesekali bertanya mengenai keadaan Putri yang baru saja mengalami kecelakaan.
"Bagaimana keadaan Putri sekarang dan di mana mengalami kecelakaan?"
"Aku sama sekali tidak tahu karena hanya disuruh temanku untuk membantu mengecek putra dari pasien yang baru saja mengalami kecelakaan. Hanya itu saja," jawab pria yang saat ini berada di balik kemudi.
Kebetulan hari ini ada satu mobil yang selesai diperbaiki dan baru akan diambil esok hari, sehingga bisa meminjam untuk mengantarkan wanita itu ke rumah sakit seperti perintah dari sang kekasih.
Sementara itu, terlihat wajah kekecewaan sangat jelas dari wanita yang tengah memangku anak kecil laki-laki tersebut. Apalagi dari tadi sibuk menenangkan Xander yang mencari-cari sang ibu karena tidak kunjung kembali.
Akhirnya memilih sabar karena sebentar lagi akan bisa melihat sendiri keadaan Putri. Hingga setengah jam lebih telah berlalu dan beberapa saat kemudian, mobil yang mengantarkan sudah tiba di area rumah sakit.
Kemudian mematikan di tempat yang disediakan dan langsung menelpon sang kekasih agar ke depan.
Namun, malah diperintahkan untuk masuk saja ke rumah sakit dan mencari ruangan kamar VVIP.
Karena tidak ingin membuat sang kekasih merasa kecewa dan kesal, akhirnya mengantarkan wanita itu untuk masuk ke dalam rumah sakit menuju ruangan terbaik.
Beberapa saat kemudian, mereka telah tiba dan disambut langsung oleh Yeni yang tadi sangat malas keluar karena tengah makan di ruangan perawatan.
"Terima kasih sudah menolongku," ucap Yeni yang tersenyum lebar karena merasa bahagia bisa bertemu sang kekasih di malam hari karena jarang-jarang bisa melakukannya jika bekerja di rumah majikan.
Mungkin akan bertemu ketika pergi ke pasar saat belanja untuk kebutuhan keluarga bos karena dari dulu menyuruh para pelayan untuk berbelanja ada orang-orang yang berasal dari kalangan bawah.
Memang keluarga Priambodo termasuk salah satu konglomerat di kota, tapi lebih suka berbelanja bahan makanan di pasar tradisional dengan alasan berbagi dengan sesama karena kebanyakan yang berjualan adalah orang-orang yang lebih membutuhkan uang.
Daripada belanja di Mall yang tak lain merupakan gaya hidup konsumtif dan tentu saja harganya jauh lebih mahal.
Kini, anak laki-laki yang berada dalam gendongan tersebut seketika bergerak dan berteriak memanggil sang ibu yang dalam keadaan menutup mata.
"Mama!"
Wanita yang masih menggendong Xander berusaha untuk menenangkan agar tidak berisik dan mengganggu Putri karena berpikir jika saat ini dibawah pengaruh obat.
Namun, pergerakan dari Putri, membuatnya mengerti bahwa saat ini hanya tengah tertidur.
"Putri."
"Mama," seru sosok wanita yang saat ini langsung mengarahkan tangannya pada sang ibu, agar bisa turun di ranjang.
Sementara itu, Putri yang tadi bisa mendengar suara panggilan dari putra kesayangan, merasa sangat lega begitu melihat baik-baik saja.
Dari tadi, berbagai macam perasaan khawatir mengganggu saat memikirkan keadaan putranya dan sekarang sudah tidak lagi berpikiran buruk setelah melihat Xander.
"Putraku." Putri mengusap lembut punggung putranya dengan tangan yang tidak diinfus. "
Xander yang tidak mengerti kenapa sang ibu saat ini berada di tempat itu dengan banyak alat di tubuh, tapi seperti secara naluri bisa memahami bahwa wanita yang sangat disayangi sedang tidak baik-baik saja.
Hingga hanya duduk diam tanpa merengek seperti biasanya. Berpikir tidak boleh bermanja-manja saat melihat sang ibu hanya bisa berbaring di atas ranjang.
"Putri, bagaimana ini bisa terjadi? Apakah kamu kecelakaan setelah mengantarkan pesanan di perusahaan?" tanya wanita yang terlihat sangat mengkhawatirkan keadaan bosnya.
"Aku belum sempat mengantarkan, tapi sudah ada mobil yang menghantam tubuhku dan aku berakhir di sini karena pertolongan dari pemilik perusahaan yang langsung membawaku ke rumah sakit." Putri saat ini tengah memikirkan keadaannya yang tidak memungkinkan.
Kemudian menatap ke arah Xander dan beralih pada pekerja tersebut. "Tolong cari orang untuk menjaga Xander selama aku dirawat di rumah sakit. Semoga aku cepat baikan dan keluar dari rumah sakit."
"Kau harus meneruskan pesanan dari para pelanggan karena aku tidak bisa mengurusnya."
"Jangan kecewakan para pelanggan yang telah mempercayai kita." Putri tidak tahu kapan bisa pulih dan pulang dari rumah sakit, tapi berharap secepatnya.
Sementara itu, sosok wanita yang saat ini merasa seperti mendapat pesan terakhir dari Putri, tidak ingin memenuhi pikiran dengan berpikir jika bosnya tersebut akan meninggal.
Dengan langsung mengangguk perlahan, kini mengeluarkan suara, "Serahkan semuanya padaku."
"Kamu fokus saja pada kesembuhanmu, agar bisa segera kembali ke rumah." Mengusap lengan Putri untuk memberikan semangat.
Putri kini mengangguk perlahan dan menatap ke arah Xander. "Anak kecil tidak boleh dibawa ke rumah sakit, apalagi jika sampai menginap karena rentan tertular virus penyakit. Jadi, aku ingin putraku tetap di rumah sampai aku kembali ke rumah."
"Baiklah, kamu tenang saja. Aku dan yang lain sangat menyayangi Xander dan akan menjaganya. Kamu harus cepat sembuh, Putri." Kami semua menunggumu pulang."
Tentu saja Putri merasa sangat terharu dengan perkataan dari wanita yang selama ini sudah menjadi teman setia setahun belakangan.
Meskipun tidak berhubungan lagi dengan saudara karena merasa malu dan tidak pantas saat menganggap diri sendiri menjijikkan, tetapi hari ini sangat terhibur mendapatkan perhatian dan diharapkan segera pulang.
'Semoga aku selalu dikelilingi oleh orang-orang baik seperti ini, agar hidup damai tanpa masalah seperti dulu,' gumam Putri yang saat ini tersenyum simpul.
To be continued...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!