Selamat membaca.
Cerita time travel, kalau gak suka dengan tema itu, silahkan pilih cerita lain🤗
....
Bab 1
Aidan Zaffanio, remaja 17 tahun. Cowok dingin dan ketua basket di kelas 12 IPS yang tampan rupawan. Ia sangat terkenal di sekolah, sehingga menjadi salah satu idola incaran siswi adek kelas di sekolah tersebut. Jangankan satu sekolah, Aidan juga populer di pusat kota sebagai Tuan muda yang terlahir dari keluarga ternama. Putra pertama dari pernikahan CEO Rayden dengan Nona Arum.
Aidan yang dikagumi di luar sana, ia sangat sombong dan tidak sudi menaruh perasaan lebih pada fansnya, karena dalam hatinya sudah ada satu gadis yang berhasil menempati. Yaitu, Hana Khaizan Putri, adik kelas yang cantik jelita serta ketua baby girl di sekolah SMA STARSA dan anak dari tetangganya sekarang.
Hari ini, hari sabtu. Aidan di dalam kelas tidak bisa berhenti memandangi akun Instagram Hana dan tersenyum tidak jelas di bangkunya, sehingga teman kelasnya yang sebagian bingung melihat idola sekolah itu asik sendiri. Hati Aidan tak dapat lagi diartikan, dia tidak peduli pada tatapan aneh temannya, dan dia tidak sabar ingin mengikat Hana dalam hubungan sah setelah lulus dari pendidikan sekolahnya. Memang Aidan sudah tergila-gila sejak lama, gadis yang dia sukai bukanlah gadis biasa, Hana merupakan gadis cerdas dan putri kedua dari keluarga kaya raya, Papa Hana adalah musuh bisnis CEO Rayden dan sahabat Ibunya dulu.
Perlahan Aidan melirik satu cowok yang duduk di dekat jendela. “Daripada aku pendam terus, mendingan aku to the point saja pada Hana sore nanti,” gumam Aidan. Setelah itu, ia mengantongi ponselnya kemudian menghampiri cowok itu.
“Rai, adek lu datang gak hari ini ke sekolah?” Bertanya dan menepuk bahu teman kelasnya itu, Raiqa, kakak kandung Hana.
Raiqa menekan fitur pause game di ponselnya, lalu menoleh, membuka satu earphone kemudian bertatap pada Aidan yang berdiri di dekatnya, melihat datar mata biru samudra milik Aidan.
“Datang dong,”
“Emang kenapa lu cari dia?” tambah cowok bermata coklat itu bertanya.
Aidan mengambil ponselnya, menunjukkan pada Raiqa foto Hana. “Lu kan udah tau dari dulu gue cinta monyet sama Hana, lu bantuin gue dong cara nembak adek lu yang cantik itu." Jujur Aidan.
Alis kanan Raiqa terangkat. “What's? Lu yakin mau nembak adek gue sekarang? Lu gak bercanda, kan?” Raiqa berdiri dari kursi.
Aidan mengangguk. “Gue sudah yakin, Rai. Gue capek nyimpan perasaan ini, jadi gue harap lu mau terima gue jadi ipar nanti,” jelas Aidan sedikit nyengir kuda.
“Hana atau Qila, nih?” tanya Raiqa memastikan.
“Lu gimana sih, gue kan tadi bilang Hana, bukan Qila. Terus adek lu yang satu itu kan lagi di luar negeri, masa gue suka gitu ajah sama Qila. Dengar baik-baik dong ucapan gue, Rai.” Aidan mendengus karena suka pada Hana, bukan Qila. Menurut Aidan, Hana adalah tipe istri ideal yang masuk kriteria idamannya, bukan saudara kembar Hana yang satu itu, Qila, gadis lugu dan tidak secerdas Hana.
“Bentar gue chat Hana dulu, Ai.”
Raiqa duduk kembali ke kursinya, menghubungi Hana. Raiqa menurut saja, karena Raiqa tahu Aidan cowok yang baik-baik. Meski Aidan anak dari wanita yang dulu dicintai oleh papa Raiqa, Raiqa tetap menerima Aidan menjadi sahabatnya dan berharap dapat menjalin hubungan dengan keluarganya, sehingga tali persahabatannya dan bisnis papanya bisa berkembang terus di masa depan.
“Duh, kayaknya Hana lagi belajar deh, panggilan gue ditolak nih,” kata Raiqa menoleh ke Aidan.
“Hana kerjaannya sibuk terus, benar-benar gak ada waktu gue nembak dia,” keluh Aidan duduk di kursi kosong di sebelah Raiqa.
Tiba-tiba…
Ting!
@Hana:
Kenapa telpon aku tadi, bang?
Aidan terperangah melihat pesan teks Hana, tidak sangka gadis itu masih sempat-sempatnya mengirim chat di dalam ruang laboratorium.
@Raiqa:
Lagi apa sekarang, dek?
@Hana:
Lagi belajar lah, bang.
@Raiqa:
Jutek banget sih, dek.
@Hana:
Habisnya bang Rai ganggu sih, udah jelas Hana lagi di lab.
@Raiqa:
Dih, galak amat sih, dek.
Abang kan cuma nelpon doang tau.
@Hana:
Terus, buat apa bang Rai telpon, Hana?
Mau pajak Hana?
@Raiqa:
Gini dek, nanti setelah dari laboratorium,
adek bisa gak ke sini?
@Hana:
Hah ke situ? Ngapain Hana ke kelas abang?
@Raiqa:
Udah nanti ke sini saja
ada teman abang mau bicara sama kamu.
@Hana:
Hm.... okay, bang.
Setelah chat kakak beradik itu berakhir, Aidan langsung melontarkan pertanyaannya.
"Gimana? Hana jadi mau ke sini?” Ia terlihat tidak sabar. Aidan tahu Hana adalah gadis serba sibuk di sekolah, dan salah satu incaran para cowok di sekolah ini, sehingga Aidan tidak mau terlambat memiliki Hana.
“Lu tenang aja, Hana pasti datang kok, tapi yakin lu mau nembak dia hari ini?” tanya Raiqa ragu.
Aidan berpikir sejenak.
“....”
“Yaelah, malah bengong, lu mikir apa sih? ”
“Wah parah, jangan-jangan mikir kotor nih tentang Hana? ” tebak Raiqa mengguncang bahu kanan Aidan.
“Astagfirullah, tega amat lu nuduh gue gitu, mana ada gue mikir kotor soal Hana, lu jangan prasangka buruk dulu deh, Rai!” cerocos Aidan tidak terima.
“Ya soalnya lu mikirnya kelamaan sih, Ai! ”
“Ck, gue lagi mikir tempat yang bagus buat nembak adek lu tuh,” jelas Aidan kembali berpikir, berusaha memutar otak mencari tempat yang cocok memulai asmara cintanya.
“By the way, lo gak marah kan gue pacaran nanti sama Hana?” tanya Aidan tiba-tiba.
Raiqa terdiam dua detik dan kemudian terbahak-bahak.
“Ngapain ketawa sih? Apa gue lucu ngomong gitu?” ucap Aidan heran.
“Buset dah, segitunya lu pengen banget jadi calon ipar gue, hahaha… ” tawa Raiqa sepenuhnya mengakhiri permainan game onlinenya.
“Hei bro, kalau gue marah, pasti sudah gue tolak duluan, tapi nyatanya gue dukung Hana ke sini biar lu bisa katakan perasaan lu itu,” jelas Raiqa perlahan tawanya terhenti.
“Sekarang gue ke kantin dulu, mumpung jam sekarang guru gak masuk, gue mau fokus nge-game di sana bareng mereka. gue cabut duluan ya, lu jangan macam-macam sama adek gue itu!” ujar Raiqa serius dan berdiri dari kursinya sambil menenteng ransel hitam.
“Okay, lu tenang aja. Gue gak akan jahat kok,” balas Aidan mengangguk. Raiqa pun pergi dari kelas, meninggalkan Aidan di dalam sana untuk menunggu kedatangan Hana. Teman-teman kelasnya pun ikut keluar di jam kosong ini, sehingga cuma Aidan yang sendirian di dalam kelas.
Aidan mulai gelisah dan gugup memikirkan respon dan balasan Hana untuknya nanti. Hatinya berdebar-debar hebat dan matanya malu menatap Hana. Seketika dua matanya menangkap benda bundar di aplikasi shopay. Aplikasi jual beli yang lagi hits bulan ini.
“Wow, cantik juga nih gelang," gumam Aidan tertarik satu gelang perak menawan yang dipromosikan.
“Kayaknya bagus kalau aku kasih gelang ini buat bedain mana Hana dan Qila.” Bibir Aidan melengkung berbentuk bulan sabit.
“Aku beli, aaahh.”
Aidan langsung saja memesan gelang itu. Sontak, ada satu pesan masuk, tertera di sana, menyuruh Aidan datang saja ke toko Dedelional yang mempublikasikan benda hits tersebut.
“Wow, tokonya tidak jauh dari sini, bagus dong aku ajak Hana ke sana dulu?” gumam Aidan mengirim balasan setuju.
Setelah asik memesan, Aidan tidak sadar Hana sudah berdiri di dekat pintu kelas.
“Bang Ai!” panggil Hana masuk.
Aidan tersentak, Hana terlalu cepat datang ke kelasnya.
“Ha-hana,” lirih Aidan merasa gugup dihampiri pujaan hatinya. Saking gugupnya, kepingan hati Aidan terasa ingin berjatuhan dipanah oleh tatapan gadis manis dan berambut hitam yang panjang itu.
.........
Sekuel dari cerita twins Rayden&Arum.
Hana melangkah masuk, menghampiri Aidan.
“Bang, kakak aku kemana? Kenapa cuma bang Ai doang di sini? Katanya ada temannya yang mau bicara sama Hana, tapi bang Rai malah hilang, dia serius gak sih minta Hana ke sini atau cuma lagi ngprenk?” cerocos Hana sewot dan berkacak pinggang di sisi meja Aidan.
Dalam hati Aidan, cowok itu sedang melayang, menikmati pandangannya ke Hana. Gadis cantik gaul yang bawel minta ampun itu ialah calon istri idamannya.
“Adeeeh, bang Ai kenapa diam sih?” cetus Hana.
Aidan berdiri membuat Hana mundur sedikit, saking dekat dan tingginya ketua basket itu.
“Anu itu… ” ucap Aidan malu-malu, seperti Ibunya dulu ketika berhadapan dengan pujaan hati.
“Anu itu apa, bang?” tanya Hana.
“Itu Na, aku mau bicara sesuatu sama kamu,” jawab Aidan agak salah tingkah dapat berduaan di dalam kelas hanya bersama sang pujaan hatinya.
“Hah, bang Ai? Mau bicara apa sama Hana, bang?” tanya Hana heran, pertama kalinya cowok populer itu ingin bicara empat mata dengannya.
‘Duh, kok perasaan aku mulai gak enak ya?' batin Hana deg-degan.
“Apa jangan-jangan mau nagih utang? Tapi kan aku tidak pernah minta uang ke bang Ai, kecuali ke adiknya, Keyra.” Jantung Hana tambah berdebar-debar melihat Aidan tersenyum manis padanya. Cowok itu sangat tampan hingga Hana terkesima cukup lama.
“Hana, aku…” ucap Aidan mulai tegang.
“Aku apa, bang?”
“Nanti sore kamu ada waktu?” tanya Aidan menatapnya.
“Emmm… bentar, aku ingat jadwal dulu,” guman Hana menyentuh dagunya.
“Kayaknya udah gak ada, emang... kenapa nanya soal waktu ku, bang?” tanya Hana yakin.
“Itu aku pengen ajak kamu jalan-jalan doang sih nanti malam, kamu mau, kan?” tanya Aidan sangat tegang dan takut Hana akan menolaknya.
‘Eh, kok rasanya bang Ai ngajak kencan ya? Apa cuma aku doang yang ngerasainnya?’ batin Hana ragu.
“Kamu mau gak, Na?” tanya Aidan sekali lagi.
Hana pun tersenyum indah. “Boleh nih buat hilangkan beban pikiran tugas sekolah juga,” ucap Hana setuju.
Senyum Aidan melebar sempurna. “Yes, bagus.”
“Tapi, jam berapa pergi jalan-jalannya, bang?” tanya Hana.
“Jam 04.32 sore. Aku akan datang ke rumah, terus minta izin ke Mama kamu juga, Na.” Aidan serasa ingin melompat riang, dia berharap juga Mama Hana akan menerimanya nanti menjadi menantu.
“Weh, jangan bang!” tahan Hana.
“Loh, kenapa?” tanya Aidan mengernyit.
“Anu, mama aku itu tidak suka kalau Hana jalan sama cowok,” jawab Hana ragu-ragu.
“Loh, aku kan bukan orang lain yang bisa macam-macam sama kamu,” ucap Aidan agak kecewa.
“Walau begitu, bang Ai itu cowok, sedangkan mamaku bilang jangan pernah dekat sama cowok," jelas Hana apa adanya.
“Kamu tenang saja, aku yang akan jelaskan langsung ke mama kamu,” ucap Aidan tersenyum yakin. Sudah tekad dengan rencananya.
“Ya sudah deh, aku tunggu bang Ai nanti sore di rumah, daaah!” lambai Hana pergi begitu saja setelah setuju.
Aidan membuang nafas kasar melihat Hana pergi. “Aish, padahal aku masih mau ngomong tapi dia keburu pergi, dasar tukang sibuk.” Aidan duduk di bangku, dan melamun, memikirkan kencannya bersama Hana dapat berjalan lancar.
….
Setelah pulang sekolah, Aidan buru-buru masuk ke dalam rumahnya, menaiki satu demi satu anak tangga, dan tidak sengaja berpapasan dengan adik kembarnya. Keyra. Gadis yang absen dari sekolah hari ini karena hanya gara-gara sakit gigi.
“Eitss, bentar dulu, jangan asal lewat gitu ajah dong, Ai." Keyra merentangkan dua tangannya.
“Key, aku buru-buru nih, minggir dong, jangan halangi jalan aku ke kamar!” ujar Aidan menurunkan tangan adiknya itu.
“Jawab dulu pertanyaan ku, kamu kenapa tumben pulang lebih awal? Kamu bolos ya dari sekolah?” tanya Keyra menebak tepat.
“Ya, aku bolos bareng Raiqa. Jam pelajaran kosong sampai pulang, jadi kamu gak usah nanya-nanya lagi," jawab Aidan dingin.
“Wiih, kayaknya seru nih aku aduin ke mama dan papa kalau kamu mulai suka bolos, pasti kamu akan diceramahin 24 jam nonstop, hahaha…" tawa Keyra lalu tersenyum smirk.
“Apa-apaan sih, aku bolos karena jam kosong, Markonah. Kalau gak kosong, aku juga tidak akan bolos sekarang, kamu gak usah deh cari ribut dan jadi tukang ngadu,” cerocos Aidan marah.
“Ck, ini pasti gara-gara si Raiqa itu yang duluan ngajak pulang, harusnya kamu itu jauh-jauh deh sama cowok berandalan kayak Raiqa,” balas Keyra marah, tidak suka sama satu anak tetangganya itu, Raiqa Agantara.
“Emang kenapa sih, suka-suka aku dong temenan sama siapa, kamu gak usah main ngatur-ngatur!” bantah Aidan tidak mau nurut.
“Ish, Raiqa itu anaknya bandel, suka berkelahi dan sering masuk ruang BK. NTAR kelakuan bansatnya nular lagi ke kamu, terus ada surat dikirim ke daddy. Aku gak mau abang itu jadi nakal dan berandalan!” tutur Keyra sudah berulang kali menasehati saudara kembarnya itu.
Bahkan Keyra sangat ogah harus satu kelas dengan Raiqa.
Ctak!
Aws! Sakit tau, Ai!
Keyra mengomel, sakit keningnya disentil.
“Awas, jangan terlalu benci sama Raiqa, ntar kamu bisa jatuh cinta sama tuh bocah tengik,” tawa Aidan.
“Idih, amit-amit jabang bayi. Aku gak akan pernah melirik cowok tukang malas, sukanya cuma ngegame, ranking di urutan terakhir. Apaan coba bagusnya cowok itu? Hahaha… ” tawa Keyra merasa itu konyol. Dia yang ranking 2 di kelas tidak cocok dengan ranking 35 yang paling belakang.
“Puft, bisa tuh jadi benci terus cinta. Wkwkwk… ” balas Aidan menertawai adiknya.
“Ahhh, abaang Ai! Itu gak akan terjadi!” protes Keyra kemudian berlalu pergi ke kamarnya dan berceloteh kesal. “Ingat! Kalau daddy dan mommy pulang, aku bakal ngaduin abang ke mereka!”
Braaaak!!!
Aidan tersentak kemudian tertawa lepas berhasil membuat adiknya yang sedang sakit gigi itu marah. Kalau saja tidak sakit gigi, pasti adik kembarnya itu akan selalu mengoceh tak henti-henti. Beruntung hari ini ada banyak keberuntungan dia dapatkan.
Tanpa waktu lama, Aidan sudah lengkap dengan penampilannya yang keren. Benar-benar mata tak dapat dialihkan dari satu cowok yang tampan ini. Bagaikan melihat seorang pangeran di dalam kaca.
“Ck, aku memang lebih keren dan tampan dari daddy,” ucap Aidan menyombongkan diri di depan cermin.
"lebih keren dari daddy? Hahahaha…..” Aidan menoleh setelah tawa panjang itu membuyarkan suasana hatinya.
“Pede banget sih sampai ngomong gitu, hahaha…” Keyra tertawa lagi dan bersandar di dinding sembari memakan apel merah.
“Kamu ganteng kan juga berkat daddy, kalau saja bukan daddy, kamu gak bakal punya muka tembok yang tampan kayak gitu, hahahha… jadi bayangin gimana muka bang Ai, mungkin kayak panci gosong, hahaha… ” tambah Keyra meledek.
“Cih, ganggu aja kerjaannya tiap hari, pergi sana! Gak usah ganggu aku!” usir Aidan tidak suka pada adiknya yang punya sifat jahil.
“Cieee… mau ke mana nih, Ai? Tumben hari ini kamu ganteng.” Bukannya pergi, Keyra malah masuk dan menghampiri saudaranya itu.
‘Njir, hari ini aku baru dibilang ganteng? Kalau begitu, kemarin-kemarin aku jelek dong?’ batin Aidan tidak suka ucapan adiknya yang barusan itu.
“Kamu gak usah tahu, ini bukan urusan landak sepertimu, minggir sana!” cetus Aidan jutek dan melewati Keyra, menuruni anak tangga ingin keluar sore ini.
“Eh busyet, kasar banget! Jangan asal menerobos gitu, ikuti aturan daddy dong!” teriak Keyra tapi Aidan tidak peduli.
“Mau ke mana sih tuh bocah?” gumam Keyra diam-diam mengikuti kepergian Aidan sore ini. Dua mata Keyra pun memandangi saudaranya itu berhenti di rumah tetangga nya.
“What's? Ke rumah Raiqa? Ngapain nih bocah kesana?” gumam Keyra berpikir di balik jendela dan mengamati Aidan lebih lama. Tapi, karena mengantuk, Keyra jadi naik ke kamarnya, terutama gusinya nyut-nyutan tidak bersahabat hari ini untuk mematai-matai saudaranya tersebut.
“Ahhh… aku kira lebih baik sakit hati daripada sakit gigi, tapi nyatanya sakit gigi lebih menyakitkan dari pada sakit hati, aahhh menyebalkan sekali!” celoteh Keyra mendesah di dalam kamarnya, mengutuk gusinya yang sudah bengkak.
....
Aidan menghirup nafas dalam-dalam di depan pintu rumah Raiqa. Gugup luar biasa tidak lama lagi akan kencan bersama pujaan hati.
“Okay Ai, pasti Hana sudah pulang, dan ini waktunya kamu ajak dia jalan hanya berdua!” Yakin Aidan dalam hatinya.
Ding Dong…
Aidan mulai menekan bel, namun belum ada respon.
“Hem, kok lama banget aku dijawab? Apa mungkin gak ada orang?"
Ding Dong…
Tetap saja tidak ada jawaban dari dalam.
“Dia kemana sih?”
Aidan mengeluarkan ponselnya, dia pun mengirim chat ke Raiqa.
@Aidan:
Bro, lu gak ada di rumah?
@Raiqa:
Yoi, gue lagi di rumah Beto,
main game online nih,
lu ke sini saja deh, Ai.
@Aidan:
Kamvret lu, Rai! gue kan tadi mau
ke rumah lu ngajak Hana kencan,
masa lu main cabut gitu saja sih…
@Raiqa:
Waduh, gue lupa Ai,
sekarang lu ada di mana nih?
@Aidan:
Sudah di depan rumah lu, Baaaambang,
tapi gak usah mikirin gue,
sekarang adek lu sudah ada di rumah, gak?
@Raiqa:
Bentar, gue telpon Hana.
Aidan pun duduk di teras rumah, menunggu balasan Raiqa. Tidak tertinggal, tatapan cowok itu menelusuri halaman rumah tetangganya.
“Hem, sepertinya Om Wira dan Tante Kinan belum pulang dari luar kota, kalau begitu aku bisa puas nih ngajak jalan Hana di luar sana,” gumam Aidan berbunga-bunga. Kemudian menatap ponselnya. Tidak sadar, seorang berpakaian misterius tidak dikenal berjalan ke rumahnya, meletakkan satu buah kardus besar kemudian pergi meninggalkan kardus bekas itu.
Aidan mengangkat dagu, menatap ke rumahnya. Sontak, dua alisnya terangkat melihat ada kardus di depan pintu rumahnya.
“Loh, kok ada kardus? Tadi pas ke sini kayaknya gak ada deh,” batin Aidan heran.
“Cih, ini pasti kerjaan Keyra main taruh sampah sembarangan, awas saja, aku bakal balikin sampah itu ke kamarnya.” Aidan berdiri dari kursi, meninggalkan rumah Raiqa, dia menuju ke rumahnya.
Langkah demi langkah, Aidan mendekati kardus itu. Dia celingukan melihat sekeliling tidak ada orang. Aidan pun yakin kardus ini milik Keyra. Namun, saat mengangkat kardus itu, Aidan hampir tidak dapat menstabilkan keseimbangannya.
“Ya ampun, berat banget juga nih kardus, isinya apa sih sampai aku susah payah angkatnya?” Aidan meletakkan hati-hati kardus itu, lalu jongkok dan perlahan membukanya.
DeG!
Aahhh!
Pekik Aidan jatuh beringsut ke belakang, terkejut isi dalam kardus itu adalah…
Oeeekkk…
Mata Aidan terbelalak sempurna, ia tidak percaya isinya adalah bayi kecil menggemaskan. Sekilas dapat diprediksi bayi itu mungkin baru berusia tiga bulan. Aidan sangat syok, ia pun kembali melihat bayi itu yang dibalut selimut mulai ingin menangis.
“Astaga, ini bayi asli? Atau boneka?”
Aidan menampar kedua pipinya, dan tentu itu sakit. Aidan pun sadar yang dia lihat nyata.
“Si-siapa bayi ini? Ke-kenapa bisa ada di sini? Siapa yang bawa?” Aidan berdiri, mengintip isi rumahnya dan ingin menanyakan ke pembantu. Tapi, bayi itu agak rewel, sehingga Aidan mengangkat kardus bayi itu, menggoyangkan sedikit agar bayi itu tenang. Beruntung, bayi itu kembali tertidur.
“Fiuh, susah juga ngurus bayi ini, tapi sekarang aku harus masuk dan cari pembantu sebelum Keyra melihat bayi ini duluan, aku takut Keyra ngomong tidak-tidak soal bayi ini, atau lapor ke mommy dan daddy .” Aidan mengintip, lagi-lagi matanya melotot ingin keluar melihat di tangga ada Keyra sedang turun.
“Oh my god! Kenapa sih dia turun!” Aidan kalang kabut tidak tahu harus bagaimana, sontak dia sembunyi di balik tiang rumah saat pintu dibuka oleh Keyra.
“Hem, kayaknya tadi ada suara bayi, apa aku salah dengar ya?” gumam Keyra garuk-garuk kepala.
Aidan menelan ludah susah payah, berkeringat hebat melihat Keyra yang sempat mendengar tangis bayi itu. Apalagi Keyra melangkah perlahan ingin ke arahnya.
“Duh, masuk sekarang gih, gak usah ke sini napa?!” cetus Aidan dalam hati tidak tahan mengangkat kardus itu.
“Tau ah, mungkin aku salah dengar.” Keyra masuk, menutup pintu rumah. Aidan buru-buru lari ke rumah Raiqa.
Ting…
Satu pesan masuk.
@Raiqa:
Sorry bro, Hana bilang dia ada tugas
kelompok di rumah temannya,
jadi sepertinya rencana buat
nembak adek gue hari ini ditunda
saja deh, maaf ya Ai.
@Aidan:
Hadeh, ya udah deh gue tunda,
tapi sekarang lu bisa gak pulang ke sini?
@Raiqa:
Sorry Ai, gue lagi sibuk push rank,
lu ke sini saja deh, ntar mama dan papa
gue curiga lagi kalau lu di rumah terus.
@Aidan:
Hah, mama dan papa lu udah mau balik?
@Raiqa:
Yoi, adek gue si Qila udah
pulang hari ini ke Jakarta,
jadi gitulah mama dan papa
gue pulang kerja hari ini.
@Raiqa:
Sekarang lu ke sini saja deh
main game bareng kita dulu.
@Aidan:
Aduh gue kayaknya gak bisa,
lu lanjut saja deh mainnya.
By.
Chat mereka pun berhenti di sana. Aidan bingung kemana harus membawa kardus itu, ingin ke panti asuhan, tapi dia juga tidak tega. Ingin membawa ke polisi tapi takut nanti makin ribet.
Tiba-tiba saja, seseorang memanggilnya dari belakang.
“Excuse me, Tuan.”
DEG! sekali lagi Aidan terkejut mendengar suara tidak asing itu, suara yang sama persis dengan pujaan hatinya.
"Mungkin kah itu Hana?”
Atau...
.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!