NovelToon NovelToon

(BABY SITTER) Jodoh Untuk Om Arkha

BS 1 : Jemput Om Arkha

Hai semuanya, terima kasih sudah datang ke novel Cimai selanjutnya🙏

Yang baru hadir di novel Cimai ini, salam kenal ya untuk Kakak-kakak reader semuanya🙏

...••••••••••••••...

Mikhael Leonardo, anak kecil ini harus hidup yatim piatu sejak kecil. Kedua orangtuanya meninggal dunia akibat kecelakaan mobil. Tak ada angin, tak ada hujan, takdir yang tidak mudah harus diterima oleh pria kecil itu.

Saat itu, Mikha baru berusia delapan bulan, ia juga berada di dalam mobil bersama dengan kedua orangtuanya. Nasib baik masih berpihak padanya, Mikha kecil hanya mengalami luka ringan di pergelangan tangannya, sedangkan kedua orangtuanya meninggal sesaat setelah kejadian.

Ayahnya adalah wakil CEO yang wajahnya seringkali muncul di media. Setelah kejadian, seseorang yang berada ditempat kejadian dan mengenalinya langsung menghubungi pihak yang bisa tersambung langsung dengan keluarga Leonardo.

Ketiganya langsung dibawa ke rumah sakit terdekat, suara tangis Mikha kecil tidak berhenti, hanya kata "Mama" di sela-sela tangisnya yang terdengar. Kata itu yang baru bisa ia ucapkan dengan jelas.

Mikha langsung mendapatkan perawatan, tak lama kemudian keluarga Leonardo datang ke rumah sakit dengan raut wajah yang khawatir dan langsung menanyakan kondisi ketiganya.

Jeritan tangis semakin memenuhi rumah sakit saat seorang dokter memastikan bahwa kedua orangtua Mikhael telah meninggal dunia.

°°

Lebih dua tahun berlalu, kini Mikha sudah berusia tiga tahun, ia sudah mulai sekolah. Kehidupannya selalu dipenuhi kasih sayang oleh orang-orang sekitarnya.

Mikha tinggal bersama keluarga dari ayahnya, karena itu permintaan dari tuan Leon yang merasa bertanggungjawab sebagai pihak laki-laki. Tuan Leon juga tidak keberatan jika Mikha atau keluarga menantunya akan saling berkunjung untuk mengobati rasa rindu. Dan membawa Mikha untuk sekedar liburan jika sedang libur sekolah.

Sejak masih ada kedua orangtuanya, keseharian Mikha dibantu oleh seorang baby sitter bernama Ervina. Gadis desa yang diambil dari sebuah yayasan penyalur tenaga kerja. Hanya saja saat kejadian kecelakaan terjadi, Vina tengah tidak bersama karena cuti pulang kampung. Jika tidak, bisa jadi Vina juga menjadi bagian dari korban kecelakaan itu.

Vina sangat shock saat mendapatkan kabar itu dari asisten rumah tangga di keluarga Leonardo. Vina dan keluarganya bersyukur karena tidak ada di dalamnya. Tapi, ia sangat sedih karena kehilangan bosnya yang baik. Ia pun langsung memutuskan mempercepat masa liburnya karena kasian ketika membayangkan sosok Mikhael.

Hingga kini, Vina selalu menemani kemanapun saat Mikha pergi. Karena tugasnya memang dikhususkan untuk Mikha. Justru hanya dengan Vina lah Mikha merasa paling nempel.

''Hari ini kita jemput om Arkha ya sayang.'' ucap nyonya Lidya kepada cucu kesayangannya itu.

''Iya, Oma.'' jawabnya dengan suara yang menggemaskan.

"Vin, gantikan baju untuk Mikha ya, abis itu kita langsung ke bandara." suruh nyonya Lidya kepada Vina.

"Baik, Nyonya." jawab Vina.

Vina segera bangkit dari duduknya dan mengangkat tubuh kecil Mikha ke dalam kamar. Mikha termasuk anak yang nurut, ia hanya sedikit rewel saat sedang tidak enak badan. Meskipun terkadang pria kecil itu sering tiba-tiba murung.

°°

Tuan Leon membawa mobilnya sendiri menuju bandara tanpa seorang supir. Pria berusia 69 tahun itu masih terlihat gagah karena rajin olahraga dan mengkonsumsi makanan sehat.

''Opa ... Oma ...'' panggil Mikha.

''Iya sayang, ada apa?'' jawab nyonya Lidya, sedangkan tuan Leon menoleh sekilas sembari tersenyum.

''Nanti beli es krim ya.'' pintanya jujur

''Iya sayang, tapi, kita jemput om Arkha dulu ya.'' jawab tuan Leon.

''Iya Opa.'' jawab Mikha nurut

Nyonya Lidya mengusap rambut lurus Mikha, ia bersyukur memiliki seorang cucu yang pengertian. Meskipun ia tidak selalu bersamanya 24 jam karena pekerjaannya sebagai seorang perancang busana senior di kota ini memang sering menghabiskan hari-harinya di butik. Sedangkan cucu semata wayangnya harus tumbuh bersama seorang baby sitter.

Mobil yang dikendarai keluarga Leonardo sudah memasuki area bandara dan langsung menuju kedatangan. Terlihat sosok pria berdiri dengan mengenakan kacamata hitam dan menggendong sebuah ransel, satu tangannya menggenggam koper, dan satunya memegang ponsel.

''Itu om Arkha, ya Oma, Opa?'' Mikha berdiri diantara bangku depan dan menunjuk pada sosok yang ia kenali.

Sementara Vina menjaga tubuh Mikha agar tidak jatuh.

''Wah iya, itu om Arkha.'' jawab nyonya Lidya dengan senyum lebarnya.

Tuan Leon menginjak remnya dan segera turun dari mobil. Arkha tampak senang bertemu dengan keponakannya itu, karena ialah yang bertanggung jawab agar Mikha tidak kehilangan sosok ayah. Wajah Arkha dan mendiang kakaknya sangat mirip. Namun, kepribadian mereka sangat berbeda jika berada diluar.

''Ini jagoan om Arkha.'' seru Arkha.

Mikha langsung lompat dan ditangkap langsung oleh Arkha. Arkha mencubit gemas hidung keponakannya itu. Meskipun mereka sangat jarang bertemu karena Arkha selama ini kuliah di luar negeri, keduanya sering berbicara melalui sambungan video call, terlebih saat kedua orangtua Mikha sudah meninggal dunia.

''Ma, Pa ... apa kabar?'' tanya Arkha dengan menjabat tangan keduanya.

''Baik, Ar.''

Arkha dirumah dengan Arkha diluar sana sangatlah berbeda. Sungguh pandai ia menyembunyikan hidup bebasnya.

Vina menggeret koper milik Arkha dan memasukkan ke bagasi.

''Sudah Vin?'' tanya tuan Leon.

''Sudah Tuan.'' jawabnya.

''Ayo langsung masuk, tuh dibelakang sudah banyak yang ngantri.'' tunjuk tuan Leon.

''Biar aku saja yang nyetir, Pa.'' ujar Arkha menawarkan diri.

''Biar Papa saja, lihat tuh keponakanmu masih nemplok.''

''Benar juga, ya sudah ayo-ayo.''

Kelimanya langsung masuk ke dalam mobil, Arkha dan Mikha duduk di bangku depan, sedangkan nyonya Lidya dan Vina dibelakang.

...************...

Untuk yang baru hadir di novel ini, jangan lupa ya wajib mampir ke novel Cimai lainnya🙏❤️

1. Menikah Dengan Adik Sahabatku (tamat)

2. Janda Kembang Pilihan CEO Duda

3. Diam-diam Suka Dia

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Berteman di sosial media Cimai yuks 😁🙏

Instagram : cimai_author

Facebook : Ci Author

BS 2 : Seperti Bergandengan Sama Mama dan Papa

Sesuai dengan janjinya, Mikha meminta untuk beli es krim. Tuan Leon menghentikan mobilnya di sebuah minimarket yang tidak jauh dari bandara. Arkha langsung turun dengan tetap menggendong Mikha, sementara Vina mengikutinya dari belakang.

''Ambil semua yang Mikha mau, Om Arkha yang traktir.'' ujar Arkha.

''Beneran Om?'' balas Mikha dengan wajah sumringahnya.

Arkha jongkok untuk mensejajarkan dengan keponakannya.

''Iya doong.'' jawab Arkha.

''Horeeeee.''

Mikha langsung berlarian menuju rak-rak di samping kanan kirinya.

Melihat hal itu, Vina yang tadinya berada di belakang Arkha pun langsung sedikit berlari untuk mengejar Mikhael. Apalagi saat melihat Arkha hanya diam saja melihat Mikha berlarian.

"Permisi, maaf." ucap Vina saat melewati Arkha.

Arkha mendesis kesal karena menganggap baby sitter itu tidak sopan. Padahal yang dilakukan Vina sudah cukup sopan, mulai dari mengucapkan kata permisi dan juga membungkukkan badannya.

''Mikha, ambil yang sekiranya Mikha mau makan ya, sayang.'' sergap Vina saat melihat Mikha asal mengambil.

''Iya Mbak Ina.'' jawab Mikha nurut.

''Jangan terlalu banyak dilarang, nanti jadi orang penakut.'' timpal Arkha yang sudah berada di belakang Vina.

Vina merasa Arkha akan memanjakan Mikha, sedangkan ia yang setiap saat bersama Mikha akan jauh lebih memiliki tanggungjawab yang besar. Karena jika terjadi sesuatu hal, tentu saja orang pertama yang akan dicari adalah Vina.

''Maaf Tuan Arkha, disini saya bekerja, jadi saya hanya berusaha bertanggungjawab atas pekerjaan saya. Saya juga menyayangi Mikha seperti anak saya sendiri, jadi sebisa mungkin tidak sembarangan saya berikan.'' balas Vina tanpa berani menatap Arkha.

Cih!

Arkha mendesis lagi mendengar apa yang dikatakan oleh Vina.

"Sok perhatian!" gumam Arkha dengan tatapan mata yang merendahkan Vina.

Vina memilih menganggap itu angin lalu, ia harus fokus pada kebaikan Mikha.

Saat pertama kali Vina bekerja, Arkha sudah berada di luar negeri. Sehingga pertemuan mereka memang sangatlah jarang, Arkha sosok yang dingin kepada para pekerja dirumahnya, namun, ia bisa menjadi sosok yang manja kepada ibunya. Dan hal berbeda, ia sangat lembut kepada keponakannya, Mikhael.

''Mau ambil lagi?'' tanya Vina.

''Sudah Mbak Ina, itu ajah.'' jawab Mikha.

Keranjang yang dipegang oleh Vina sudah hampir penuh terisi berbagai macam cemilan dan juga minuman yang dipilih sendiri oleh Mikha.

Arkha mengambil alih keranjang tersebut dan membawanya ke meja kasir. Setelah membayar, ia langsung membawa kantong plastik itu sendiri.

''Biar saya yang bawa, Tuan.'' pinta Vina.

''Biar saya saja, kamu gandeng Mikha.'' balas Arkha.

Tanpa Arkha suruh, saat inipun tangan mungil Mikha sudah berada di genggaman tangan Vina.

''Baik, Tuan.'' jawab Vina.

Ketiganya keluar dari minimarket dengan hasil belanjaan milik Mikhael.

''Mikha, sayang, jangan lari-lari.'' ujar Vina.

Vina sedikit terseret-seret karena Mikha berusaha berlarian kecil agar berdampingan dengan Arkha yang sudah melangkah di depannya.

''Om Arkha jangan cepet-cepet jalannya!'' protes Mikha.

''Ahh sayang, maafkan Om Arkha ya.'' ucap Arkha.

Arkha mengusap rambut Mikha gemas.

''Eh Mikha, jangan begitu.'' sergap Vina karena tiba-tiba Mikha melakukan sesuatu hal yang mengejutkannya.

Tangan kiri Mikha sudah digandeng oleh Vina, tiba-tiba saja ia mengulurkan tangan kanannya untuk menggandeng tangan kiri Arkha sehingga membuat Vina dan Arkha saling menatap karena terkejut.

''Mikha seperti bergandengan sama mama dan papa.'' ungkap Mikha polos. Menatap Arkha dan Vina secara bergantian.

Deg!

Baik Vina maupun Arkha sama-sama terkejut dengan apa yang diungkapkan oleh Mikha, keduanya langsung kehabisan kata-kata. Namun, keduanya tentu saja tidak menganggap hal itu serius. Ada kesedihan di hati keduanya mendengar ungkapan polos Mikha, namun, bagaimana pun juga mereka orang yang berbeda.

''Kita semua sayaaaaang banget sama Mikha.'' Vina mengecup kening Mikha.

Mikha tersenyum manis memperlihatkan giginya yang sudah mulai ompong.

''Maaf Tuan, biar saya yang membawa plastik itu. Lebih baik anda menggendong Mikha.'' ujar Vina.

Arkha sedikit mendelik, bisa-bisanya baby sitter ini memberi perintah padanya. Namun, melihat sikap Mikha yang membuatnya terkejut, Arkha pun langsung menyerahkan kantong hasil belanjaan itu ke Vina tanpa berbicara.

''Mikha nggak mau digendong, Oomm.'' rajuk Mikha.

''Itu sudah di tunggu sama opa dan oma.'' bantah Arkha beralibi dan tetap mengangkat tubuh Mikha.

Dengan sedikit berlari, Arkha menggendong Mikha agar cepat masuk ke dalam mobil. Tidak menuruti kekecewaan yang dirasakan oleh Mikha.

Vina dan Arkha berharap pasangan senior ini tidak melihat apa yang terjadi. Keduanya beradu tatap sekilas saat didalam mobil. Sorot mata yang diberikan Arkha membuat Vina langsung menunduk.

''Sudah?'' tanya tuan Leon.

''Sudah, Pa.'' jawab Arkha.

Helaan nafas lega dilakukan oleh Vina dan Arkha saat tidak ada pembahasan tentang sikap Mikha.

Posisi tuan Leon memarkirkan mobilnya memang paling ujung, untuk menatap ke depan minimarket memang sulit karena tertutup oleh kendaraan lainnya.

Arkha langsung menutupi rasa leganya dengan memberikan es krim ke Mikha yang tadi dipilih sendiri.

Mikha pun sepertinya juga sudah melupakan kejadian tadi, ia tampak senang menikmati es krim dengan mulut yang belepotan.

''Yaaahh, ice cream nya jatuh di baju Om Arkha.'' ujar Arkha.

Mikha pun langsung memastikan sendiri apa yang dikatakan oleh omnya.

''Maafin Mikha ya, Om ... Mikha nggak sengaja.'' ucap Mikha polos.

''Iya, Om Arkha maafin kok.'' jawab Arkha.

Dengan tingkah polosnya, Mikha mengambilkan tisu dan memberikannya untuk Arkha agar membersihkan sendiri karena ia masih fokus dengan ice cream.

BS 3 : Kamu Pikir Saya Akan Menyentuhmu?

Arkha yang memiliki kemiripan dengan mendiang kakaknya membuat Mikha sangat lengket padanya. Berbeda dengan sang kakak yang mudah berbaur dengan pekerja di rumah dan di kenal cukup ramah, Arkha terlihat lebih menjaga jarak. Para asisten rumah tangga disana pun melabeli Arkha dengan sebutan, ''si sombong'' karena tidak pernah menunjukkan senyumnya, apalagi menyapa. Justru kerap membuat kesal para pekerja.

Arkha kembali ke tanah air setelah menyelesaikan pendidikannya. Biasanya ia hanya sesekali dan tidak lama saat pulang ke tanah air. Ia yang sudah memiliki pengalaman bekerja di salah satu perusahaan diminta untuk bekerja di perusahaan ayahnya sendiri.

''Mikha mau di antar sama om Arkha.'' rengek Mikha menolak diantar oleh supir pribadinya.

Hal yang sering terjadi, Vina menarik nafas panjang.

''Om Arkhanya mau berangkat ke kantor, kita jalan sekarang ya, nanti Mikha telat loh sampai sekolahnya, om Arkha juga telat ke kantornya.'' bujuk Vina yang mensejajarkan posisinya dengan posisi Mikha.

Mikha langsung cemberut. Vina sudah mulai pusing karena benar-benar takut telat jam masuk sekolah Mikhael.

''Bagaimana ini Mbak Vina?'' tanya pak Yanto juga tidak tau gimana caranya membujuk Mikhael.

''Gimana ya Pak, ini Mikhanya cemberut.'' balas Vina sembari berdiri.

''Tuan Arkha belum keluar-keluar juga.'' keluh pak Yanto.

Vina menatap pintu dengan sedih.

''Mikha, kita jalan sekarang yuk, nanti keburu telat.'' bujuk Vina lagi.

''Mikha mau diantar sama om Arkha, Mbaaak Inaaa.'' balas Mikhael yang menaikkan volume suaranya.

Vina sedih, bagaimana mungkin ia meminta si sombong itu untuk mengantar mereka.

''Kenapa kok belum jalan?'' suara tegas itu membuat Vina dan Mikha mengangkat wajahnya.

''Om Arkhaa.'' seru Mikhael.

Mikha berlari kencang untuk memeluk omnya.

''Kenapa sih pagi-pagi kok sudah cemberut?'' Arkha mensejajarkan dengan keponakannya itu.

''Mikha mau berangkat sekolah kalau diantar sama Om Alkha, tapi, sama Mbak Ina nggak dibolehin.'' adu Mikha.

Vina menggeleng cepat.

''Bukan begitu Mikha, tapi, Om Arkhanya kan-''

Arkha menarik nafasnya.

''Sudah-sudah.''

Vina langsung terdiam.

''Biar saya yang mengantar Mikha ke sekolah, Pak. Nanti anda yang menjemput.'' ujar Arkha langsung menggandeng tangan ponakannya yang sudah sumringah.

''Baik Tuan.'' jawab pak Yanto.

Vina mengekori langkah Arkha.

Ketiganya masuk ke dalam mobil dan langsung meluncur ke sekolahan Mikha. Umurnya memang masih kecil, tapi, sudah hal yang biasa untuk di perkotaan. Tentu saja anak-anak seusia Mikha belum menerima pelajaran seperti diatasnya, levelnya masih di bawah paud karena masih berusia tiga tahunan.

Tidak berapa lama, Mikha sudah tiba di sekolahnya. Sekolah ini milik seorang pengusaha sukses yang ada di negara ini. Fasilitas yang berada disini pun sangat baik, tak heran jika yang masuk kesini adalah golongan menengah ke atas karena sesuai dengan budget yang harus dikeluarkan.

''Terima kasih sudah mengantar, Tuan. Sekarang anda bisa berangkat ke kantor.'' ujar Vina tanpa berani menatap Arkha.

Arkha melipat kedua tangannya di depan, matanya memicing menatap tajam Vina.

Vina menoleh sekilas, lalu cepat-cepat menunduk lagi karena tatapan itu seperti ingin menerkamnya hidup-hidup.

''Saya heran, kenapa orang seperti kamu bisa dipilih untuk menjadi baby sitter-nya Mikha.'' Arkha menatap Vina dari ujung kaki sampai ujung kepala.

''Membujuk anak kecil saja tidak bisa.'' gumamnya sembari menggeleng pelan, seperti sedang meremehkannya.

Vina reflek semakin bergeser. Ia tidak mau menjawab apapun, karena baru kali ini ia diremehkan.

Sejauh ini Mikha dan opa omanya sangat menerima keberadaannya disini. Arkha yang baru beberapa minggu berada disini sudah bisa meremehkannya. Padahal ia juga sangat jarang berada dirumah, dan kebetulan tadi malam ia menginap, karena semenjak kembali ke Indonesia, ia memilih tinggal di apartemen.

''Tetap sabar, tetap tenang.'' bathin Vina.

''Kenapa terus bergeser? Kamu pikir saya akan menyentuhmu? menciummu? atau memelukmu?'' celetuk Arkha dengan sudut bibirnya yang terangkat.

Kalimat yang diucapkan oleh Arkha memang pelan, tapi, penuh penekanan dan menyakitkan.

Arkha kembali menatap sinis ujung kaki hingga ujung kepala Vina yang mengenakan pakaian khusus baby sitter.

''Jangan terlalu percaya diri kalau saya akan menyentuh badanmu, tidak sudi!'' Arkha menekankan kalimatnya lagi sambil mengusap lengan kanan kirinya.

Bibir atasnya terangkat lagi saat menatap Vina. Ini adalah penghinaan yang berlebihan.

Vina menarik nafasnya dalam-dalam untuk terus mengontrol emosi dirinya yang sedang diuji.

''Maaf Tuan, saya akan mendampingi Mikha, permisi.'' ucap Vina tanpa berani menatap Arkha. Ia juga tidak mau menanggapi yang diucapkan oleh Arkha tadi.

Vina berjalan cepat tanpa menunggu jawaban dari Arkha. Ucapan Arkha ternyata membuat airmatanya menetes. Saat berjalan, ia menyeka airmatanya agar tidak dilihat oleh orang lain yang berada disana.

Arkha yang masih berada di tempat melihat kepergian Vina.

''Apa itu? apa dia menyeka airmata?'' gumam Arkha dalam hati.

Setelah Vina menghilang dari pandangannya, Arkha bergegas meninggalkan tempat tersebut untuk menuju kantor tanpa mempedulikan tatapan-tatapan yang mengagumi ketampanannya.

Vina langsung ke kamar mandi, ia terus berusaha untuk menahan airmatanya agar tidak keluar.

''Saya bukan kepedean, Tuan. Saya hanya waspada, bagaimana pun juga saya perempuan dan anda laki-laki, apapun itu bisa terjadi.'' gerutunya.

Setelah merasa sedikit lega, Vina langsung keluar dari kamar mandi dan bergabung dengan pendamping murid lainnya yang kebanyakan sama seperti dirinya, yaitu baby sitter.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!