NovelToon NovelToon

Racun Rumah Tangga

Bab 1

Racun Rumah Tangga Bab 1

"Assalamualaikum." Prasetyo ternyata sudah ada di depan pintu rumah ku.

"Wa'alaikumasallam, masuk mas Tyo." jawabku, ada perasaan senang dan gugup juga.

Mas Prasetyo pacarku, sudah tiga tahun aku menjalani status pacaran dengan mas Prasetyo, sejak dua ribu sembilan belas lalu.

kemarin tepat tanggal jadian kami dua puluh delapan Maret, tiba-tiba mas Tyo mengirim pesan ke pada ku.

"Nafisa sayang, mas besok mau ke rumah ya dek mas mau bicara serius pada Nafisa, Nafisa tunggu mas ya, mas sayang banget sama kamu Naf." Naf, panggilan sayang mas Tyo buat ku.

"Hmm...iya mas Naf tunggu, tapi memang nya ada apa mas, kayak nya serius banget mas." balasku dengan rasa penasaran.

"Nafisa tunggu saja di rumah besok ya. jam sembilan pagi mas kesana Naf." balas mas Tyo lagi.

Hmmm aku semakin penasaran di buat nya, malam ini sulit sekali tidur rasa nya lama sekali menunggu pagi.

Akhir nya hari ini pun tiba dan mas Tyo sudah di rumah ku, aku menunggu di temani oleh sepupu ku Jihan.

"Duduk mas." kata ku, hari ini rasa nya gugup sekali.

"Makasih Naf, ini untuk kamu," mas Tyo memberikan bucket bunga mawar merah segar, kesukaaan ku. aku suka sekali mawar indah itu.

"Masyaallah mas, terimakasih mas."aku senang dan tersanjung sekali, memang mas Tyo ku ini jarang sekali berlaku romantis, tapi hari ini, aaaah entah apa yang akan dia sampai kan jantung ku rasa nya berdebar kencang.

"Jihan, sana tolong buat kan mas tyo teh ya dek," kata ku pada Jihan.

"Iya kak." Jihan pun ke dapur membuat teh dan mengambil kan cemilan untuk kami.

"Mas, katanya mas mau bicara serius, ada apa mas, ada masalah kah?." aku segera mencecar mas Tyo dengan perasaan penasaran ku.

"Tidak Naf sayang, tidak ada masalah, kamu tenag dulu sayang," mas Tyo menanggapi cecaranku santai, nampak senyum sumringah, merekah di bibir nya.

"Laaah terus apa sih mas," aku jadi makin penasaran, heran dengan tingkah mas Tyo.

"Sabar dulu Naf sayang, tenang dulu,mas minum dulu boleh heheheh." mas Tyo menanggapi ku dengan tawa nya, kebetulan Jihan sudah menyuguhkan teh nya.

"Hmmm ya udah mas minum dulu." aku sudah sangat tidak sabar, ingin mengetahui, apa yang akan mas Tyo sampaikan. Namun apalah daya, mas Tyo haus rupa nya.

Setelah beberapa menit akhir nya mas Tyo menyampaikan maksud nya, apa yang ingin ia katakan

"Mmmmm gini Naf, mas ingin menikah dengan mu Naf, kita kan sudah tiga tahun pacaran, Naf juga sudah lulus SMA walau belum bekerja, tapi kan Naf ndak perlu berkerja, biar mas yang berkerja, mas juga kan sudah berkerja, biar pun hanya gaji dua juta, insyaallah cukup untuk kita Naf, insyaallah mas akan bekerja lebih giat biar gaji mas cepat naik." panjang lebar Tanpa jeda mas Tyo mengungkap kan keinginan nya.

"Ttta-tapi mas aku". aku kebingungan untuk itu, sebenar tidak ada yang salah dari maksud baik mas Tyo, tapi aku masih bingung aku baru lulus SMA satu tahun lalu. mas Tyo memang sudah berkerja,dan memiliki gaji tetap, meski hanya dua juta, namun tetap saja aku masih bingung, aku masih sangat muda, aku baru Berusia dua puluh tahun, sedang kan mas tyo dua puluh lima tahun.

Aku tau keluarga mas tyo tidak menyukai ku, karna aku baru lulus SMA sedangkan mertua ku ngotot ingin punya mantu sarjana, setara dengan mas tyo, mas Tyo lima bersaudara tiga lelaki dan dua perempuan, mas Tyo anak ketiga, dua kakak lelaki nya sudah menikah.

"Aku tau Naf, aku tau ke khawatiran mu, aku tau kamu kepikiran ibu dan saudara ku kan, kamu takut mereka tidak menerima mu iya kan."cecar mas tyo.

Aku hanya menunduk diam,dada ku bergemuruh ada perasaan senang dan juga kepikiran,

"Mas janji sayang, mas janji semua keluarga ku akan menerima Nafisa dengan baik, mereka akan memperlakukan Nafisa dengan baik, Nafisa pilihan mas, dan mas hanya mau Nafisa, mas akan meyakinkan mereka bahwa Nafisa yang terbaik, kriteria mereka bukan urusan mas, mas janji Naf, mas akan menjaga dan membahagiakan kamu." sambung Tyo lagi meyakinkan Nafisa.

"Tapi mas, kita harus bilang ke mama papah Naf dulu,"aku pun luluh dengan janji mas Tyo.

"Iya sayang, bilang mama papa Naf, Minggu depan, mas kesini bawa orang tua mas Tyo ya. Nafisa mau kan jadi istri mas Tyo." mas Tyo pun menentukan hari pertemuaan keluarga.

Terlihat binar, bahagia di mata nya, sebesar itu kah cinta nya pada ku?

(meminta izin keluarga)

Akhir nya jam 12 siang, prasetyo meninggalkan rumah ayu,Tyo mengendarai motor biru nya dengan perasaan riang gembira menuju rumah nya,Tyo berencana akan menyampai kan kabar ini kepada orang tua dan adik adik nya, sekalian meminta kesediaan orang tua nya, Bu rona, dan pak Mardi.

Setiba di rumah Tyo pun tak sabar menemui orang tua nya.

"Assalamualaikum pak, Bu." Aryo masuk ke rumah,l angsung mencari orang tua nya.

"Wa'alaikumasallam, eh Tyo udah pulang ya." jawab ibu rona, mereka sedang bersantai di ruang keluarga, sambil menonton Tv.

"Siang bolong gini dari mana mas, dari rumah si Nafisa ya."kata Novi ketus,.dan sinis.

Novi adik bungsu Tyo, masih kelas tiga SMP, sama sombong dengan orang tua dan kakak nya yang lain, Tyo memang beda sendiri lebih sederhana dan apa ada nya, sifat Tyo menurun dari ayah nya yang sabar.

"Iya dari rumah Nafisa, kenapa sih dek kok sinis gitu, memang salah kalau aku menemui Nafisa, sebentar lagi dia jadi Kakak ipar mu, jadi jaga sikap mu." jawab Tyo santai.

"Apaaa?." Bu rona yang sedang asik ngemil gemblong, terperanjat,mata nya membelalak sebesar jengkol.

Bayangin guys biji jengkol.

"Apa apaan Tyo, Tyo, Dateng Dateng kok bawa berita buruk heh." sambung ibu rona lagi, dengan bibir di miring miring ke kiri kaya orang struk, astaghfirullah.

"Lah lah Bu, gimana sih buk, orang mau punya mantu kok di bilang kabar buruk, ora mudeng."kali ini bapak Mardi ikut bereaksi melihat sikap sinis istri nya.

"Tau nih pak, ibu aneh, orang bawa berita baik kok di bilang berita buruk."timpal Tyo.

"Yaa berita buruk lah yo, Tyo,gimana sih Yo, liat tuh dua Kakak ipar mu, lulusan S1 semua, mana ada yang cuma tamatan SMA kayak si Nafisa itu hiiih." timpal Bu rona ketus.

"Tau nih mas Tyo, kayak gak ada perempuan lagi aja, mas kan udah kerja udah punya penghasilan, mas juga sarjana, ngapain cari cewe kaya si Nafisa, orang tua nya juga kayak nya hidup nya biasa aja, gak ada yang wah."sahut Novi, sambil menatap Tyo sinis.

"Astaghfirullah buk, nov kalian ini." pak Mardi dan Tyo secara bersamaan, mata pak Mardi sampai mendelik ke arah Novi, dan Bu rona.

"Buk, walawpun Nafisa cuma lulus SMA,dia anak yang baik Bu, anak yang santun, dan terpenting, Tyo nyaman dan sayang Pada Nafisa Bu,dan nafisa pun juga begitu, Tyo yakin buk dia akan jadi istri dan menantu yang baik di rumah ini buk, dan lagi pula, Tyo gak mau istri Tyo kerja, biar Tyo yang kerja yang cari nafkah untuk istri Tyo." Tyo berusaha, mengetuk hati sang ibu, untuk menerima Nafisa, wanita idaman nya.

"Nah iya betul itu kata Tyo, lagian bapak lihat, Nafisa itu sopan santun, meski pun dia cuma tamatan SMA, bisa masa, toh kalau main kesini dia sering masakin ibu kan?." Sahut pak Mardi, memberikan dukungan untuk Tyo.

"Halah pak, bapak, kalau cuma masak ya ibuk juga bisa masak pak." timpal Bu rona tetap dengan nada ketus nya.

"ibuk cuma ingin, Tyo cari yang terbaik pak, seperti kakak ipar nya dua tuh, tamatan S1 bisa bekerja cari uang membahagiakan orang tua, kalo bisa masak mah pembantu juga bisa, ooh atau mungkin Tyo memang mau cari pembantu geratisan."cecar Bu rona lagi.

"Astaghfirullah ibuk,Tyo mohon Bu,terima Nafisa untuk istri Tyo, suatu saat ibu akan tau bagai mana baik nya Nafisa, Tyo sayang sama dia buk, lagian kewajiban cari uang dan cari nafkah, itu kewajiban Tyo Bu, Tyo gak mau istri Tyo jadi sibuk kerja dan gak punya waktu untuk keluarga, untuk apa uang banyak kalau tidak fokus mengurus suami mengurus keluarga, tidak fokus untuk anak, untuk apa Bu, Tyo yakin, Nafisa akan jadi istri dan menantu yang baik untuk keluarga ini."Tyo memohon pada ibu nya.

"yaa sudah lah bu, restui aja, toh kalau istri mas Tyo gak kerja juga gak apa, bisa jadi babu gratisan di rumah ini hahaha." Novi menanggapi dengan terkekeh Tampa rasa bersalah.

"Novi!!!!!."bentak pak Mardi berang, wajah nya sangat marah.

"Sekarang bapak yang ambil keputusan, dan ibu Ndak perlu lagi bicara ,bapak merestui Tyo dan Nafisa, kapan kita akan ke rumah Nafisa, bertemu orang tua nya."pak Mardi memberikan keputusan.

"aa-apa." Bu rona,dan Novi tergagap mereka terkejut mendengar keputusan kepala keluarga nya itu.

"Pak, ibu harap bapak fikir kan lagi pak, Nafisa itu bukan apa-apa, bukan siapa- siapa, anak teman bapak yang orang kaya kan ada."cecar Bu rona lagi, seperti nya belum menyerah.

"Pokok nya keputusan bapak sudah bulat, tidak bisa di ganggu gugat oleh siapa pun." tegas pak Mardi.

Bu rona dan Novi pun terdiam. sementara Bagas Prasetyo pun nampak sumringah.

"Alhamdulilah,terimakasih ya pak, buk." Tyo, mengecup punggung tangan, kedua orang tua nya.

Sebenar nya orang tua Tyo bukan lah orang kaya, mereka hanya orang sederhana,yang punya beberapa bidang tanah,yang di urus oleh tetangga tetangga mereka yang hidup nya kurang mampu, dengan sistem bagi hasil, ibu rona menjadi besar kepala semenjak tiga anak nya, Rio, Ady, dan Tyo, sudah jadi sarjana, terlebih lagi Rio,dan Ady, mempunyai istri sarjana dan memiliki pekerjaan, dan sering memberi nya uang tentu nya, sedangkan dua anak perempuan nya,Novi baru kelas 1 SMA, dan Noni baru lulus SMA.

"Yaa sudah lah Tyo kalau kamu keras kepala, ini aja dua kakak mu belum tau rencana mu, jangan marah kalau mereka mentertawa kan pilihan mu."cecar Bu rona lagi.

"dan jangan sampai kamu iri nanti, kalau orang orang membanding kan istri mu, dengan istri dua kakak mu yang hebat dan bergelimang uang itu." lagi dan lagi cercaan itu keluar dari mulut Bu rona, sambil mencibir keputusan suami dan anak nya itu.

Tyo hanya mengangguk kan kepala, dalam hati sebenar nya ia sangat sedih mendapatkan cercaan dari ibu, dan adik adik nya, tapi dia juga senang, bapak nya tetap mendukung nya, dan akhir nya dia akan meminang gadis dambaan hati nya itu.

malam hari nya Tyo beristirahat di kamar nya,dengan semangat meraih handpone nya,untuk menghubungi Nafisa.

Nafisa yang baru duduk di sisi ranjang nya menoleh ke arah nakas ,melihat aplikasi hijau ada panggilan suara.

mas Tyo, begitu nama yang tertulis.

"Assalamualaikum mas." Nafisa mengangkat panggilan sambil menggigit bibir bawah nya, dia sangat gugup karna pasti Tyo akan menyampaikan waktu orang tua mereka bertemu.

"Wa'alaikumasallam Naf."Tyo menyahuti, dia pun sama merasa amat gugup, haaah, seperti pertama pacaran saja, padahal ini sudah tahun ketiga.

"Naf kamu sudah sampai kan ke papa mama mu, tentang apa yang mas katakan tadi siang?." Tyo mulai membuka pembicaraan serius ini, duuuh jadi deg degan nih, hehehe

"mmmm iya mas, aku udah sampai kan ke mama papa, papa bilang, kapan tepat nya mas," Timpal Nafisa.

"apakah Mama papa tidak menentang Naf?." tanya Tyo, dengan menahan nafas, takut jika jawaban nya tidak sesuai expetasi.

"mmmm, iya mas, insyaallah, mama papa setuju, apalagi mama papa, sudah lihat sendiri keseriusan mas,dan kedewasaan mas." jawab Nafisa malu- malu.

tyo pun akhir nya menghembus nafas lega,Tyo ingin melanjutkan pembicaraan nya.

"tapi mas..."tiba tiba Nafisa menyela, bahkan sebelum Tyo mengeluarkan suara.

deg!!

"Apalagi ini, jangan sampai ada kendala Yaallah, aku sudah berusah membujuk ibu dan saudara ku, hamba mohon pertolongan mu Yaallah." batin Tyo, sambil menahan nafas.

"Tapi apa sayang." Tyo memberanikan diri juga untuk bertanya apa yang mengganjal.

"Tapi mas janji kan, akan jadi suami yang selalu menyayangi Nafisa, menerima Nafisa dan keluarga Nafisa, mas janji kan tidak akan menyakiti Nafisa, dan lebih utama lagi mas, keluarga mas menerima Nafisa kan sebagai menantu, Nafisa tidak mau mas suatu saat nanti ada penyesalan, karna Nafisa tidak menanyakan ini semua ke mas Tyo." Urai Nafisa panjang lebar sekaligus mengutarakan keinginan nya.

huuuuftttt, lagi-lagi Tyo menghembuskan, nafas lega, tersengal-sengal Tyo menahan nafas, takut ada yang menghalangi niat baik nya.

"Insyaallah sayang, insyaallah mas akan jadi suami yang penyayang untuk Nafisa, mas menerima Nafisa, dengan segala kekurangan Nafisa,dan mas juga berharap sebalik nya, Naf menerima mas dan keluarga mas, kita akan menjadi satu Naf, kita akan berjalan bersama, akan menjadi satu keluarga, semoga semua niat kita berjalan lancar ya Naf." Tyo menjawab dan memberi kan janji manis nya kepada Nafisa.

Sehingga, mengembang lah senyum indah, di bibir mungil milik Nafisa.

Hati Nafisa sangat berbunga kala itu.

"O, iya Naf, jadi begini Naf, insyaallah, Minggu depan mas jadi ke rumah Nafis,dengan orang tua mas, dan kerabat dekat mas ya Naf." Tyo memberi tau rencana nya.

"Iya mas, nanti Nafisa sampaikan ke mama, papa." timpal nafisa. senyuman selalu mengembang di bibir nya.

(pertemuan keluarga)

selama seminggu akhir nya waktu yang di nanti kan Tyo dan Nafisa datang, ini lamaran ya guys.

"Assalamualaikum." Tyo sudah di depan rumah Nafisa.

"wa'alaikumasallam, masuk mas, pak Bu." Nafisa menyambut Tyo dan keluarga sangat ramah dan santun, mencium punggung tangan kedua orang tua Tyo.

"eeeh silah kan masuk nak Tyo, pak Bu."orang tua Nafisa menyambut tamu nya, ada beberapa kerabat Nafisa juga sudah berkumpul.

"Iya pak, terimakasih pak,"sahut pak mardi dan Tyo.

mereka pun masuk ke ruangan tamu yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil.

setelah beberapa saat pak Mardi menyampaikan niat datang ke rumah Nafisa, dan papah menerima dengan baik.

dan mereka menentukan tanggal pernikahan sekaligus resepsi.

keluarga Nafisa dan mas Tyo sengaja tidak berlama lama mengigat kami pacaran sudah lumaian lama.

Akhir nya tanggal pernikahan di tentu kan.

Ya Minggu depan lah waktu nya.

Terbilang sangat terburu-buru, namun menurut papa Nafisa ini lebih baik, dari pada menimbulkan fitnah, dan lagi toh kedua belah pihak sudah siap dan setuju.

Sedangkan mamah nafisa sejak tadi memperhatikan, Bu rona, Novi, Noni dan istri istri calon kakak ipar nafisa, Rara dan Nuri.

"Nafisa, itu kenapa ya Bu rona, dan calon ipar ipar mu, kaya nya gak suka gitu, mereka bisik bisik mulut nya monyong monyong gitu." mama Nafisa akhir nya buka suara, meski dengan nada lirih.

"Tidak tau Bu, mereka emang akrab banget." Nafisa menahan tawa, sebab ucapan sang mama.

"Alhamdulillah, tanggal sudah di tentukan ya pak Bu, itu ada sedikit seserahan untuk nak Nafisa, dan ini untuk biaya nya pak Bu, ini hasil tabungan Tyo dan di tolong oleh kakak kakak nya." pak Mardi memberi kan amplop coklat.

Yaaa acara nya di ada kan di rumah Nafisa, nanti acara ngunduh mantu nya di rumah Tyo.

Bab 2

Racun Rumah Tangga Bab 2

Hari pernikahan.

akhir nya setelah satu Minggu Tyo dan Nafisa menunggu, tiba lah juga hari sakral itu, hari yang mendebar kan, namun juga hari yang paling di tunggu oleh Nafisa dan Tyo.

"Nafisa, ayo keluar nak, tyo sudah di depan sayang."mama Alisa (orang tua Nafisa) memasuki kamar pengantin.

"Cantik sekali anak mama." ucap nya lagi, sambil mengecup pucuk kepala putri nya, memandangi kaca rias di depan Nafisa dengan senyum bahagia.

Tak terasa juga air mata yang membendung di pelupuk mata itu, akhir nya tumpah juga.

"Semoga anak mama, Nafisa Pricilia nanggom, bisa bahagia di keluarga baru mu ya nak." ucap mama Alisa lirih, anak semata wayang nya akan menikah dan ikut suami nya sebentar lagi.

"Aamiin,Terimakasih ma, dan selalu doa kan Nafisa ya ma." aku memeluk mama, perasaan haru dan sedih, aku tau perasaan mama saat ini.

"Pasti nak, mama akan selalu mendoa kan Nafisa." mama Lisa mengusap lembut pipi putri nya.

Mereka perlahan melangkah keluar, menuju kursi di mana Tyo sudah menunggu.

Yaaa, itu lah tempat mereka akan melaksanakan ijab Kabul, janji kepada Allah, untuk selalu bersama dan saling melengkapi.

Tyo dan Nafisa saling pandang lalu menunduk malu, kedua nya merasakan perasaan yang sama, haru, berdebar dan bahagia, bercampur menjadi satu.

Sementara itu di tempat lain, kursi besan, Ady, Rara, Rio, dan Nuri, juga Novi dan Noni, mereka duduk berdekatan dan berpasangan rupa nya.

"Eeeeh kak Rara, kak Nuri, kemarin kan bapak cuma kasih lima belas juta, kok bisa mewah gini ya." Noni mulai rumpi sambil berbisik di antara mereka saja.

"Iya, ya, kok bisa ya." sahut Novi pula.

"Aalah alah, nov, non, kalian kok bloon banget si, ya pasti dari ngutang lah, hahaha." Timpal Nuri, di sambut tawa oleh, Rara, Novi, dan Noni.

"Iya sih nov, non, dari mana coba orang tua nya si Nafisa ini uang, bisa ngadain pesta kaya begini, apalagi ibu bapak cuma kasih lima belas juta." sahut Rara pula seraya berbisik, mungkin mereka takut keluarga Nafisa mendengar.

"Iya kak, sekolah aja cuma sampai SMA, pasti gak ada biaya." mulut Novi ikut bicara, mereka memang sangat cocok.

"Baik hadirin semua ijab Kabul akan kita mulai." suara pak penghulu membuat mereka berempat diam, tapi masih dengan senyum senyum mengejek, memandang satu sama lain seperti biasa bibir mereka monyong monyong.

"Saya terima nikah nya, Nafisa Pricilia nanggom, binti Arizal nanggom, dengan mas kawin tersebut tunai." Tyo mengucap ijab kabul, dengan sekali tarikan nafas.

"Alhamdulilah, sah?." kata pak penghulu.

"Saaaaah." para saksi dan hadirin menjawab.

Alhamdulilah, pak penghulu membaca doa doa.

Sementara Tyo dan Nafisa, lega dan bahagia.

tidak menyangka hari itu akhir nya tiba juga.

Satu hari berlalu, sampai lah di penghujung acara hari itu.

"Pak, Bu, kami pamit dulu.

Nafisa pun akan ikut serta, acara di rumah kami di adakan besok, saya harap bapak ibu serta kerabat yang lain bisa datang." Ucap bapak mertua Nafisa.

"Baik pak,besok kami akan kesana." papa dan mama Nafisa menjabat tangan besan mereka.

Berusaha tersenyum dan nampak tegar.

meski, terlihat mata kedua nya berkaca mungkin sedih, anak semata wayangnya mereka akan di boyong suami nya.

Nafisa mencium tangan kedua nya lalu memeluk mereka, aku sangat bahagia, tapi juga sedih harus meninggalkan Mereka.

Meskipun sebenarnya hanya berjarak satu jam saja.

Mereka pun pergi ke rumah Tyo beserta keluarga Tyo.

Setiba di rumah Tyo, Nafisa di persilahkan masuk oleh kerabat Tyo yang ramah, beda hal dengan ibu dan adik serta kakak ipar Tyo.

"ini kamar mu ya nduk," kata bude Lulu.

"Terimakasih bude,"Nafisa bersyukur mereka tidak songong seperti adik adik ipar nya.

"Prasetyo, pintar sekali cari istri, cantik, santun dan ramah sekali." puji saudara saudara pak Mardi, mereka mengagumi Nafisa

"Eleeh bude bude, saya pun cantik, sarjana lagi, punya gaji pula, saya dan kak Rara jelas sempurna." sahut Nuri ketus, ia tak terima saudara mertua nya itu memuji Nafisa

"Jelas itu, betul apa yang di katakan Nuri itu mba, cantik santun aja percuma kalau gak bisa apa apa, cuma bisa masak kayak pembantu." sahut Novi pula, adik ipar Nafisa yang masih SMP, dengan nada ketus dan menatap sinis.

Nafisa yang mendengar perdebatan mereka hanya menunduk diam, belum saat nya.

"Huuuus, kok pada ngomong begitu sih Novi, Rara, Nuri, ini ipar kalian juga lhoo." bude Lulu menengahi keponakan nya dan mantu nya yang songong.

"Tau nih, jangan begitu dong, kita belum tau nasib orang loh." saudara saudara bapak mertua Nafisa yang lain menyahuti.

"iiiih apa sih bude, kalian ini kenapa sih pada suka banget sama si Nafisa ini, dia tuh gak ada arti nya untuk ibu bapak tau gak, cuma tamatan SMA gak kerja gak punya penghasilan, Tyo aja yang sudah di butakan cinta, eeeh jangan jangan Tyo di dukunin deh sama dia, secara dia tau kami ini keluarga terpandang." seloroh Rara,sambil menatap mengintimidasi kepada Nafisa.

Astaghfirullah, tidak habis fikir nafisa di buat nya.

Bagaimana bisa, mereka berfikir dan berucap demikian.

Hendak melawan namun apa lah daya, Nafisa baru lah beberapa jam menjadi menantu keluarga itu.

"Iya nih bude, liat aja dong cara ibu menyambut kami dulu, aku dan Mbak Rara, acara ngunduh mantu meriah, kamar mewah, lebih indah dari pada Nafisa sekarang, serba pas pas an, sesuai lah sama dia." Sambung Nuri, di sambut tawa Noni, Novi dan Rara.

Nafisa hanya bisa terdiam.

Menundukkan kepala.

Dulu Nafisa memang jarang kesini, Tyo paling membawa Nafisa hanya bertemu ibu bapak nya,tidak pernah memperkenalkan Nafisa dengan kedua kakak ipar nya, mungkin karna dia tau sifat mereka.

"Eeeh ada apa ini rame rame

." seloroh ibu mertua Nafisa datang, waduh nambah lagi pasukan julit itu.

"Ini loh mbak, anak gadis mu sama mantu mu ini, kenapa kok pada gak suka sama Nafisa, pada ngata ngatain Nafisa, bilangin dong mba jangan begitu, ini kan ipar mereka, lagian kalau di dengar Tyo kan gak enak mba." panjang lebar bude Lulu bicara pada ibu mertua Nafisa.

"Halah mba, pada ngomong apa sih emang, ah nama nya juga bersaudara harus saling memahami lah, jangan apa apa di ambil hati." ibu mertua Nafisa menimpali ucapan bude Lulu.

Astaghfirullah, Nafisa hanya diam, membendung air mata yang hampir tumpah.

"Yaallah, ini mas Tyo kemana, kenapa gak ada di sini, baru beberapa jam saja ibu mertua dan ipar ipar ku sudah begini." batin Nafisa, tak terasa bulir bening itu jatuh di sudut mata nya mengalir kepipi.

Nafisa segera menghapus air mata nya, takut orang orang julid itu melihat nya, mereka akan senang kalau melihat Nafisa menangis.

"Iya nih buk, si bude baru aja kenal sama Nafisa, udah sok ngebelain, karna ini nih si Nuri bilang, kalau dia itu cuma tamatan SMA, gak akan bisa kayak kita ini, tamatan sarjana dan punya penghasilan gitu Bu." jawab Mbak Rara.

"Iya buk cuma ngomong gitu doang, eh bude Lulu langsung nyerocos gak jelas, emang nya kita salah, kita kan cuma ngomong apa ada nya Bu, toh Nafisa juga cuma diam dari tadi, pasti karna dia juga menyadari kan Bu." timpa Nuri juga.

Astaghfirullah, mereka bicara tanpa menoleh wajahku, mereka tak melihat air mata sejak tadi terbendung di pelupuk mata ku.

"Iya mba, kalian mah gak usah merhatiin mantu ku mbak, urus aja menantu kalian sendiri, apa yang di bilang sama Rara dan Nuri itu bener kok enggak ada salah nya mbak, memang Nafisa ini hanya anak kecil tamatan SMA, enggak punya apa apa, gak punya kerjaan, cuma modal santun dan bisa masak, untung muka nya cakep,k alo jelek aduuuh kasian Tyo." jawab ibu mertua Nafisa acuh.

'Astaghfirullah, aku rasa nya sudah sangat emsoi, apa mas tidak tau ke tidak sukaan ibu, dan ipar ipar nya ini terhadap ku.' Batin Nafisa bergejolak.

Bab 3

Racun Rumah Tangga Bab 3

Di antara keributan dan hinaan demi hinaan yang menimpa Nafisa.

Akhir nya tak berselang lama, Tyo pun datang.

"Assalamualaikum, semua nya, wah lagi kumpul kumpul nih ya ada apa nih, lagi liatin istri ku yang cantik ya." seloroh Tyo, sambil terkekeh menyapa keluarga nya.

"Wa'alaikumasallam, eh Tyo dari mana sih kok bukan berduaan sama istri nya." jawab bude Lulu lega, akhir nya Tyo datang juga.

Sementara itu, Nafisa menghapus air mata yang mengalir di pipi, Nafisa tidak mau Tyo melihat dan menjadi bertanya tanya, Nafisa juga belum bisa menceritakan yang sebenarnya kepada Tyo.

"Eeh iya Tyo, ya udah lah kita bubar mereka mau berduaan kan juga ini udah malam loh." kata Bu rona, ibu mertua Nafisa.

Mereka semua pun bubar, termasuk adik adik dan dua kakak ipar Nafisa, mereka menatap sinis pada Nafisa, Nafisa tau arti tatapan itu, tatapan yang seolah mengatakan, agar Nafisa tak bicara macam-macam pada Tyo.

"Naf, kenapa sayang mata mu kok merah, kamu habis nangis?." tanya Tyo dengan sangat lembut nya, kala ia menyadari, bahwa kedua mata istri nya itu memerah, dan sedikit berembun.

'Kamu sangat berbeda, dari saudara-saudara mu mas, aku bersyukur atas itu, semoga kamu selalu memperlakukan ku, dengan baik seperti ini.' Batin Nafisa.

Ia memandangi lekat, wajah lelaki, yang baru satu hari menjadi suami nya itu.

"Naf." Tyo membuyarkan lamunan sang istri.

"Eeeh enggak kok mas, mata ku kelilipan deh kayak nya." Timpal Nafisa, sedikit tergagap, Nafisa tak ingin banyak mengadu kepada Tyo, Nafisa tak ingin membuat Tyo berseteru dengan keluarga nya.

Apa lagi mengingat, hari ini adalah hari bahagia bagi Nafisa dan Tyo, malam ini untuk pertama kali nya Nafisa dan Tyo berada dalam satu kamar.

"Ooooh kelilipan sini sayang mas tiup mata nya." Tyo mendekati Nafisa.

'Masyaallah, malam ini malam yang bahagia, malam pertama menjadi seorang istri dari suami yang sangat baik, lemah lembut, alhamdulilah,aku sangat bersyukur YAALLAH, aku sangat bahagia,' lagi dan lagi, Nafisa selalu Berusaha mengambil sisi positif dari pernikahan nya ini.

'Yaallah lindungi lah selalu rumah tangga ku, engkau lah yang maha membolak balik kan hati, maka berikan lah cinta di hati keluarga suami ku, untukku.' Nafisa berdoa dalam hati nya.

Sedikit berdebar menunggu pagi tiba, karna esok akan ada acara lagi di rumah Tyo, semua masih akan berkumpul di rumah ini mungkin sampai lusa.

Malam itu Nafisa dan Tyo sama sama tak bisa tidur, Tyo tak bisa tidur karna merasa bahagia dan terus memandangi wajah istri nya, sedang Nafisa tak bisa tidur, karna dua perasaan yang bercampur menjadi satu, bahagia dan juga sedih, bahagia karna akhir nya ia dan Tyo bersama, juga sedih mengingat sikap keluarga Tyo.

saat itu sudah tengah malam mata masih sulit terpejam.

"Naf, sayang, mikirin apa dari tadi kok ngelamun aja." tanya Tyo memecahkan keheningan, membuyarkan lamunan

"Mmm-eeh mas, gak apa apa kok mas, cuma yah lagi bahagia dan berusaha menyesuai kan diri hehe." Dusta Nafisa pada suami nya, Nafisa tidak mau merusak malam bahagia nya hanya karna orang orang yang ia anggap, Racun rumah tangga nya.

" Naf, mas mau bicara sesuatu." Ujar Tyo, ia menatap wajah sang istri.

"Apa mas, bicara saja Naf pasti akan mendengarkan." sahut Nafisa, dengan senyum manis di bibir nya.

"Naf, terimakasih sudah mau menerima mas menjadi suami mu, insyaallah mas akan sebisa mungkin akan selalu membahagiakan kamu dan tidak mengecewakan mu." Tyo memulai ucapan nya.

"Dan satu lagi Naf, mas harap bagai mana pun keadaan nya di dalam rumah tangga kita, mas harap Naf bersabar dengan segala ujian nya." sambung Tyo lagi.

Sementara Nafisa hanya masih mendengar kan saja Tanpa bicara.

Nafisah ingin Tyo menyelesaikan bicara nya dulu

"Naf, mas sadar, bagai mana keluarga mas, mas juga sudah tau bagai mana mereka akan memperlakukan mu Naf, mas ingin kamu bersabar, dan maaf kan mas membawa mu bertemu orang orang seperti mereka, tapi mas mohon hormati kedua orang tua mas Naf," sambung Tyo lagi.

'Apa?, kenapa mas Tyo bicara begitu?, apa mas Tyo dengar segala perdebatan yang terjadi, sore tadi?.' batin Nafisa berkecamuk.

Namun Nafisa hanya tetap diam membiarkan suami nya bicara dan menjelaskan, dan mau tau bagai mana suami nya akan bersikap atas perilaku keluarga nya.

"Tapi mas liat, seperti nya semua baik baik saja Naf, seperti nya ibu benar- benar menerima mu, ibuk benar-benar menurunkan ego nya Naf, demi kita, agar kita bahagia." sambung Tyo. Senyum bahagia terpatri di bibir nya.

degh!

'Ternyata mas Tyo tidak mendengar semua itu mas.' batin Nafisa.

'Kamu sudah salah menilai mas, aaagh bagai mana mungkin aku bisa bercerita mas, aku tidak mau merusak hari bahagia kita dengan ketegangan mu dengan keluarga mu.' Nafisa hanya bisa bergelut dengan batin nya sendiri.

Sementara itu, Tyo terus memperhatikan wajah istri nya, entah apa yang di fikirkan istri nya ,Tyo tidak mengerti.

Nafisa hanya tertunduk, dan merenung kan untaian kata, yang ia dengar dari bibir Tyo, dia sungguh ingin menangis dan menceritakan semua hal tadi sore, namun Nafisa tidak mampu, dia tidak mau terpancing emosi karena ulah ipar ipar dan mertua nya.

"Naf, kenapa kok malah melamun?, kamu dengar kan apa yang aku katakan tadi?." tanya Tyo, membuyarkan lamunan istri nya.

"E-eeh mm iya mas, aa-aku dengar kok mas." jawab Nafisa tergagap.

"Terus kenapa kamu malah melamun Naf." tanya Tyo, nampak penasaran dengan sikap istri nya.

"Apa tadi aku menyakiti mu Naf?." selidik Tyo, mengingatkan apa yang mereka sudah lakukan sebagai suami istri.

"Hmmm tidak mas, mungkin aku kecapean aku ngantuk mas." Dusta Nafisa, padahl mata nya terang berderang, dengan fikiran nya yang kalang kabut.

"Hmmm jadi sayangku capek?." Tyo menggoda istri.

"Kalau begitu, ayo kita tidur, sini aku peluk." Tyo melingkarkan tangan nya di pinggang Nafisa.

"Mmmmm iya mas, lagian besok kita masih ada acara lagi kan." jawab ayu seraya memejamkan mata nya.

Ngunduh Mantu .(mantan Prasetyo datang).

Terdengar suara adzan subuh di telinga Tyo, ia pun bangun untuk ke kamar mandi, setelah mandi,Tyo pun membangun kan istri nya.

"Sayang bangun, sholat subuh yuk." Tyo membangunkan istri nya dengan lembut dan hati hati.

Betapa beruntung nya Nafisa, mendapatkan suami yang baik dan lembut, berbakti pada orang tua juga.

Awal perjalanan mereka nampak terasa manis, dan semoga akan selalu manis.

Sungguh se dewasa apa pun seseorang, mereka tidak akan pernah tau, kebahagiaan dan cobaan apa saja yang menanti dalam perjalanan suci itu.

Nafisa sudah bangun, sudah mandi dan sholat subuh.

Tidak lama kemudian perias pun datang, untuk merias Nafisa dan Tyo.

Mereka mempersiapkan diri untuk acara itu.

"Cantik sekali manten ini loh." kata mbak nunik, perias di desa itu.

"Hhmmm bisa aja mbak makasih." Nafisa tersipu malu.

Sementara itu, kakak dan adik ipar Nafisa sibuk sendiri dengan diri mereka masing-masing.

Mereka nampak Ingin tampil, lebih baik dari pada Nafisa.

"Hheeeh mbak nunik, kalau udah rias itu pengantin, sini rias kami juga ya, berapapun biaya nya akan kami bayar, yang penting poles kan riasan terbaikmu di wajah kami." Ketus Nuri, istri Adi, Adi adalah kakak Tyo.

"Iya mbak nunik, pokok nya harus bikin kita wah ya, awas kalo enggak, pokok nya mekup ku lebih mahal dari si pengantin deh, pasti aku bayar mahal deh." timpal Rara tak mau kalah.

"Hmmm.. iya mba." jawab Mbak nunik sekena nya.

Dari gelagat nya seperti nya mba Nunik memang sudah hafal,dengan prilaku ipar-ipar Nafisa itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!