NovelToon NovelToon

Om Tampan

Sean Brandon Bagaskara

Hai hai aku datang lagi dengan novel baruku. Kenalan sama tokohnya yuk.

Sean Bardon Bagaskara, laki-laki tampan berumur 27 tahun anak pertama Evelyn dan Pasha. Sifatnya baik, pengertian, penurut, meskipun sangat urakan. Keinginan terbesarnya adalah menggantikan sang ayah di kursi kepemimpinan di perusahaan keluarga mereka.

Selina Anastasia, gadis berumur 17 tahun lahir tanpa ayah karena kesalahan dari ibunya di masa lalu. Meskipun keluarganya kurang memperhatikan dirinya, Selian tumbuh menjadi gadis yang ceria.

Marcello Giovan Bagaskara, anak kedua Evelyn dan Pasha. Umurnya hanya terpaut dua tahun dengan Sean. Sifatnya baik, pendiam, penyayang, pengertian, tetapi mudah dipengaruhi.

Starla Melodi Purnama, perempuan berumur 25 tahun, seorang desainer dan anak tunggal dari keluarga Purnama. Starla memiliki paras yang cantik, berpenampilan anggun, baik, tetapi di balik semua itu Starla memiliki hati yang dengki.

Evelyn dan Pasha, orang tua Sean dan Marcello. Yang pernah baca Cinta Beda Usia pasti tahu asal usul mereka.

Lanjut ke kisah mereka....

Sean Brandon Bagaskara, anak pertama dari pasangan Evelyn dan Pasha juga cucu ketiga Egi Pramuja. Dari kecil hidupnya sudah bergelimang harta. Apapun yang ia inginkan pasti akan terkabul, tetapi ia mendapatkannya tidak dengan mudah. Kedua orang tuanya selalu mengajarinya untuk bekerja keras, untuk mendapatkan apa yang dirinya inginkan. Ajaran orangtuanya Sean bawa sampai dirinya tumbuh dewasa.

Dua puluh tujuh tahun berlalu, Sean tumbuh menjadi pria yang tampan, paras wajahnya merupakan perpaduan yang pas antara ayah dan ibunya, tubuhnya tinggi, hobinya yang berolahraga gym membuat tubuhnya terlihat atletis, dan yang paling mencolok adalah kulitnya putih sama seperti ibunya, Evelyn.

Sean juga mandiri, tidak selalu bergantung kepada orangtuanya, pekerja keras seperti sang ayah. Ambisinya saat itu adalah menggantikan posisi sang ayah di perusahaan. Meskipun ia adalah anak dari pemilik perusahaan lantas sang ayah memberikannya? Tidak semudah itu. Ketika dirasa Sean sudah layak, barulah Pasha akan memberikan kursi kepemimpinan pada putra sulungnya itu.

Sean pun tahu itu, dia tidak marah ataupun protes, justru itu membuat Sean merasa tertantang. Belum lagi sang Adik, Marcello Giovan Bagaskara juga turut andil dalam persaingan itu dan membuat Sean makin bersemangat.

Sean memiliki otak yang cerdas dan selalu unggul dalam setiap hal dari Marcello, tetapi kisah asmaranya Sean kalah dari Marcello. Gadis pujaannya, Starla Melodi Purnama lebih memilih Marcello dari pada dirinya. Ketiganya adalah teman masa kecil dan tumbuh bersama hingga mereka dewasa. Sean selalu melindungi dan menjaga Starla. Sean tidak tahu kapan rasa cinta kepada Starla itu tumbuh. Sean ingin mengungkapkan perasaannya kepada Strala, tetapi rasa gugup ketika berhadapan dengan Starla membuat mulutnya terasa kaku.

Namun sayangnya Sean tidak tahu, Strala menyukai Marcello, menurut gadis itu Marcello lebih dewasa dari pada Sean. Bukan hanya itu saja, Sean juga tidak tahu Marcello juga mencintai Starla.

Awalnya Sean tidak mengetahui tentang hubungan Starla dan Marcello. Sampai suatu ketika acara pertemuan kedua keluarga diadakan di rumah Strala untuk menetapkan tanggal pertunangan Starla dan Marcello. Hati Sean remuk seketika. Sean merasa bodoh, bagaimana ia tidak tahu akan hal itu.

Sebenarnya itu bukan kesalahan Marcello yang menjadi orang ketiga di antara mereka, dan juga bukan kesalahan Starla yang tidak menyadari perasaan Sean. Bisa dibilang itu kesalahan Sean sendiri. Pria itu terlalu sering menghabiskan waktu untuk bekerja dan juga bersama wanita-wanita di luar sana. Sean juga tidak pernah menunjukkan rasa cinta dan perhatian untuk Starla. Bukannya tidak mau, Sean yang merasa kaku dalam hal percintaan tidak bisa menunjukkan rasa cintanya terang-terangan, Sean menunjukkan rasa cintanya dengan cara lain yang tidak bisa Starla mengerti. Karena itu membuat Starla tidak menyadari perasaan cinta Sean padanya.

Alasan Sean menghabiskan waktu bersama wanita-wanita di luaran hanya ingin melihat reaksi Starla, apakah pujaan hatinya marah. Starla memang marah, tetapi bukan karena merasa cemburu, tetapi marah karena Starla merasa itu adalah hal yang menjijikan. Sayangnya Sean tidak menyadari itu.

Sean terus saja melakukan hal itu. Ternyata apa yang dilakukan oleh Sean makin membuat hubungannya dan Starla tidak baik, Starla mulai menjauhi dirinya. Sean tidak terima dan tidak tahan jika Starla menjauh darinya. Sean yang sudah tidak bisa lagi memendam rasa cintanya kepada Starla memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya kepada perempuan itu. Namun sayangnya itu sudah terlambat.

Sean ingin mengumpat, tetapi sekuat tenaga ia menahannya. Jika laki-laki itu bukan Marcello, mungkin Sean akan merebut Strala kembali.

Harusnya pria seperti Sean dengan segala kesempurnaan yang ada dalam dirinya bisa mendapatkan perempuan manapun. Akan tetapi Sean sudah terlanjur menetapkan hatinya untuk Strala.

Saat semuanya sudah terlambat Sean bisa mengungkapkan perasaannya, tetapi Strala menolaknya, gadis itu hanya menganggap Sean seperti kakaknya. Sean kecewa, tetapi Sean mencoba untuk mengerti. Namun, saat Starla sadar atau tidak sadar mengatakan jika dirinya menjijikan karena dekat dengan banyak wanita. Padahal Sean tidak melakukan apapun dengan para wanita itu. Sean hanya membayar para wanita itu untuk membuat Starla cemburu. Tidak ada gunanya untuk menjelaskan itu Kepada Starla. Pada saat itu Sean merasa sakit lebih dari penolakan Starla.

Semenjak saat itu hubungan Sean dan Marcello juga Starla menjadi renggang Sean juga berubah menjadi orang yang pemarah. Perkataan Starla juga membuat Sean berubah, Sean yang awalnya hanya bermain-main dengan para wanita itu, kini Sean bertindak melampaui batas. Sean tidak segan-segan bercinta dengan wanita yang rela membuka kakinya lebar-lebar untuk dirinya. Setelah itu para wanita yang sudah berharap banyak pada Sean dihancurkan hatinya oleh Sean. Bagi Sean wanita itu tidak lebih dari sekedar mainan.

Hidupnya mulai berubah saat Sean bertemu dengan gadis 17 tahun bernama Selina Anastasia. Gadis itu merupakan keponakan Arya Wiguna Atmaja. Hidup Sean yang gelap mulai diterangi cahaya oleh kehadiran Selina. Kehadiran Selina juga membuat hubungan Sean dan Marcello kembali dekat. Sama seperti sebelumnya cinta datang karena terbiasa bersama, tetapi Sean mencoba menepis itu, ia tidak ingin hatinya terluka kembali. Sean membangun tembok tinggi untuk memberikan pertahanan, tetapi Selina yang memiliki daya pikat tersendiri berhasil meruntuhkan tembok itu membuat Sean tidak bisa melepas Selina begitu saja. Sean pun berhasil move on dari masa lalunya.

Kedekatan Sean dan Selina menciptakan rasa iri di dalam diri Starla. Perempuan itu merasa tersaingi oleh gadis di bawah umur itu. Kebencian dan rasa itu membuat sisi jahat Starla tumbuh. Berbagai cara Starla lakukan untuk menjatuhkan Selina, membuat gadis itu menghilang dari kehidupan Sean.

Penasaran sama kisah mereka? Ikutin terus ya. Jangan lupa like, rate, juga komentarnya.

Awal Kebencian

Cinta datang karena terbiasa bersama. Mungkin itu yang sedang dirasakan oleh Sean Brandon Bagaskara. Ia jatuh cinta kepada gadis yang tumbuh bersama Strala Melodi Purnama. Namun ternyata gadis itu justru akan menikah dengan adiknya, Marcello Giovan Bagaskara.

Masih teringat jelas di benak Sean, malam kelam itu. Sean berdiri di ruang tengah rumah Starla, memandang tawa bahagia semua orang. Akan tetapi hal itu membuat hati Sean teriris. Ia mengepalkan telapak tangannya menahan amarah di dalam dirinya. Perlahan kepalan tangannya mengendur bersamaan dengan langkah mundur Sean.

Sean yang tidak kuat menahan rasa sakitnya memilih menjauh dari tempat itu. Sean melangkah menyusuri taman buatan yang ada di belakang rumah Starla. Ia memilih menjauh dari keramaian. Langkah Sean terhenti di jembatan kecil di mana ada kolan ikan di bawahnya. Pandangannya mengarah ke langit yang berwarna gelap tidak ada bintang, hanya rembulan yang menerangi malam.

"Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" tanya Starla.

Sean menoleh melihat Starla berdiri tidak jauh darinya.

"Tidak ada. Hanya ingin sendiri," jawab Sean.

Starla melangkah dan berdiri di samping Sean. " Apa kamu terkejut dengan kabar ini?"

"Sangat. Sudah sejak kapan kalian berhubungan?" tanya Sean.

"Baru dua bulan. Tapi kami memutuskan untuk ke jenjang yang lebih serius secepatnya," jawab Strala.

"Dua bulan?" Sean menertawakan kebodohan dirinya.

Amarah Sean datang tiba-tiba, ia masih tidak terima akan hubungan Starla dan Marcello. Sean menatap Strala dengan tatapan penuh amarah lalu mencengangkram kedua pundak Strala.

"Sean, lepaskan! Ini sakit."

"Hatiku lebih sakit!"

"Apa maksudmu.

"Sudah sejak lama aku mencintaimu. Tapi aku belum bisa mengatakannya. Aku ragu untuk mengatakannya. Saat malam ini aku memberanikan diri untuk bicara, tapi ... lihat! Lihat apa yang terjadi. Kamu akan menikah dengan adikku!"

Sean mendorong tubuh Starla membuat gadis itu mundur beberapa langkah.

"Maaf, Sean ... aku tidak tahu. Tapi aku tidak pernah mencintaimu. Aku hanya menganggapmu seperti kakakku dan sahabatku. Dari dulu aku hanya mencintai Ello dan aku pikir kamu tahu," ucap Starla.

"Itulah kesalahanku! Aku tidak tahu. Aku hanya berpikir kamu juga mencintaiku."

"Maaf, Sean. Aku sama sekali tidak pernah mencintaimu," ucap Starla.

"Apa yang membuatmu tidak menyukai? Apa yang membedakan aku dan Ello?"

"Kamu dan Marcello sangatlah berbeda. Dia sangat sempurna bagiku, dia sopan, lembut, dan juga tidak pernah bicara kasar. Satu lagi yang membedakan dia dengan dirimu adalah dia tidak pernah bermain wanita, dia tidak pernah melakukan hal menjijikan seperti itu."

"Asal kamu tahu Starla! Aku tidak pernah benar-benar melakukan itu. Aku hanya ingin membuatmu cemburu."

"Tapi aku tidak pernah cemburu. Aku marah padamu karena menurutku itu sangat menjijikan. Kamu menjijikan, Sean!"

"Jadi ... menurutmu aku ini menjijikan?

"Ya! Kamu menjijikam, Sean!"

Sean tidak bisa lagi bicara. Ucapan Starla membuat semua kata-kata yang ingin Sean keluarkan tertahan di tenggorokan. Sean juga merasa lehernya tercekik oleh ucapan Starla membuatnya sangat sesak. Sean memilih pergi dari rumah Starla dan mungkin itu adalah terakhir kalinya Sean menginjakkan kakinya di tempat itu.

******

Kelakuan buruk Sean makin menjadi setelah hatinya dihancurkan oleh gadis yang ia cintai. Sean melakukan hal yang Starla bilang menjijikan. Dia juga tidak segan-segan menghabiskan malam dengan wanita yang berbeda-beda dan juga mematahkan hati mereka.

Awalnya Sean menggunakan para wanita itu untuk membuat Starla cemburu, tetapi kini Sean menggunakan wanita-wanita itu untuk membalas sakit hatinya kepada Starla.

Perubahan sikap Sean dirasakan oleh adiknya. Marcello berusaha untuk bicara ia ingin Sean kembali seperti dulu.

"Kapan lo pulang, Bang?" Marcello mendekati Sean yang sedang berdiri bersandar di balkon kamarnya.

Marcello menyandar punggungnya pada besi pembatas balkon, tepat di samping Kakaknya. Ia melihat Sean sedang merokok.

"Kapanpun gue pulang itu nggak ada urusannya sama lo, 'kan? Ini rumah orang tua gue, gue bebas keluar masuk," jawab Sean.

Marcello diam sejenak, ia memikirkan kata-kata yang akan ia ucapkan kepada kakaknya.

"Lo marah sama gue karena Starla?" tanya Marcello.

"Kenapa gue harus marah sama lu karena Starla? Gue gak ngerti apa maksud lu?" Sean memang tidak mengerti karena ia tidak tahu Marcello sudah mengetahui semuanya.

"Gak usah menyembunyikan apapun dari gue. Gue sudah mengetahui semuanya. Gue denger pembicaraan lu sama Strala malam itu."

Sean berhenti menghisap rokoknya lalu menatap Marcello sejenak. Jantung Sean terasa berhenti. Pada saat itu Sean tidak tahu harus bicara apa, ia memilih untuk kembali menghisap batang bernikotin yang terselip di jarinya.

"Kenapa tidak bilang kalau lu suka sama Starla. Kalau lu bilang gua bakal —" Ucapan Marcello terpotong oleh Sean.

"Bakal apa? Apa lo bakal mengalah demi gue?" Sean tersenyum sinis selalu kembali memasukan batang rokok itu ke mulutnya. "Lo denger sendiri, bukan? Dia gak pernah cinta sama gue. Dia hanya cinta sama lo. Meskipun lo ngalah, dia gak akan mau sama gue."

"I am sorry, Bang," ucap Marcello.

"Kenapa lo minta maaf sama gue?" tanya Sean tanpa melihat ke arah Marcello.

"Setidaknya jika gue tahu lo suka sama Starla ... gue gak akan melamar dia," jawab Marcello.

"Demi menjaga perasaan gue?" Sean tersenyum sinis. "Gue gak putuh dikasihani."

"Maksud gue bukan seperti itu —" Lagi-lagi ucapan Marcello dipotong oleh Sean.

"Apa kalau sekarang gua minta lo buat batalin pertunangan lo sama Starla lo bakalan mau?" tanya Sean.

Pertanyaan Sean jelas membuat Marcello bingung. Tidak mungkin ia melakukan hal itu. Semua persiapan sudah dilakukan, tidak mungkin dengan tiba-tiba membatalkan semuanya.

Lagi-lagi Sean tersenyum sinis. Ia tidak akan membuang waktu untuk menunggu jawaban dari Marcello diamnya Marcello sudah mewakilinya. Sean juga tidak sepenuhnya serius dengan pertanyaan itu.

"Tidak usah dipikirkan! Gue cuma bercanda. Sekarang gue gak peduli dengan ini. Gue yakin suatu saat nanti gue akan menemukan gadis yang lebih baik dari Starla yang bisa sayang dan mau menerima gue apa adanya."

Sean membuang sisa rokok ke lantai lalu menginjakkannya untuk mematikan batang bernikotin itu.

"Semoga lo sama Starla bahagia." Sean menepuk pundak Marcello sebelum pergi.

Beberapa minggu belakangan Sean memang memilih untuk tinggal sendirian di apartemen. Ia masih butuh waktu sendiri untuk move on dari Starla. Sean terpaksa datang karena ayahnya menyuruhnya datang.

Sean berjalan menuruni anak tangga, ia menemui ayahnya di ruang kerjanya. Sean membuka pintu ruangan kerja sang ayah, ia melihat ayahnya duduk sambil membolak-balikkan berkas di hadapannya.

"Malam, Pi," sapa Sean.

"Malam, Nak," balas Pasha.

Sean duduk di hadapan ayahnya menatap serius pria paruh baya yang sedang serius bekerja. Sean mengagumi sosok sang ayah yang serius jika sedang bekerja.

"Papi ada apa memintaku datang?" tanya Sean sambil memainkan bola dunia yang ada di hadapannya.

"Papi lupa ada berkas yang harus ditandatangani oleh Arya. Tapi Papi ada acara sama mami kamu. Bisakah kamu yang mengantarkan berkas ini ke rumahnya sekarang?" tanya Pasha.

Sean berhenti memainkan bola dunia di hadapannya lalu menatap Papi dengan raut muka yang sedikit heran. Dalam hatinya Sean berkata, "Bercanda"

"Kenapa kamu menunjukkan raut wajahmu seperti itu?" tanya Pasha.

"Papi memintaku datang ke sini hanya untuk ini?" tanya Sean.

"Ya," jawab Pasha tanpa rasa bersalah.

"Pi, di sini ada Marcello dan juga asisten pribadi Papi. Hanya untuk melakukan hal ini Papi menyuruh Sean?" Sean mendengkus merasa kesal dengan ayahnya.

"Kenapa? Kamu tidak mau?" tanya Pasha.

"Bukannya tidak mau, Pi. Aku ada janji," jawab Sean.

"Janji dengan salah satu pacarmu?" Pasha memicik tajam ke arah Sean yang justru sedang cengengesan.

"Ayolah. Papi seperti tidak pernah muda saja," ucap Sean.

"Papi tahu. Tapi Papi ingat tidak pernah melakukan hal sepertimu. Hanya satu perempuan yang ada di hati Papi yaitu mami kamu," ucap Sean.

"Papi cinta mati banget sama mami. Apa tidak ada niatan Papi untuk mencari wanita lain?" ledek Sean.

"Diam, Kamu! Jika mami kamu dengar habis kamu. Papi tidak yakin bisa menyelamatkanmu," ucap Pasha.

Sean cengengesan, membuat Pasha menggelengkan kepalanya dengan senyuman tipis menghiasi bibirnya. Anaknya memang benar, dirinya cinta mati kepada sang istri.

"Jangan mencoba untuk mengalihkan pembicaraan. Papi tidak mau kamu menjadi anak nakal," ucap Pasha.

"Aku hanya ingin bersenang-senang, untuk hiburan saja menghilangkan penat setelah bekerja," elak Sean.

"Terserah kamu. Papi hanya mengingatkan jangan sampai kamu melewati batas. Papi tidak suka itu. Jika kamu melakukan hal yang sudah melewati batas Papi tidak akan pernah memaafkanmu," pesan Pasha.

"Baik, Bos." Sean memberikan hormat kepada Pasha.

Suasana hati Sean lebih baik setelah bicara dengan ayahnya. Selama ini Sean mengaggap Pasha bukan hanya sebagai seorang ayah, tetapi juga seorang teman.

"Pergilah, berikan salam Papi untuk Keisha dan keluarganya. Katakan pada mereka, kapan-kapan mainlah ke sini," ucap Pasha disambut anggukkan kepala oleh Sean.

Sean beranjak dari kursi ia mengambil berkas di meja lalu keluar dari ruangan itu. Sean berjalan menuju garasi rumah ia melihat Marcello berdiri di anak tangga. Meskipun melihat Marcello memperhatikannya, Sean tidak memiliki niat untuk menyapa adiknya. Sean melakukan itu bukan karena marah, tetapi tidak dipungkiri Sean masih membutuhkan waktu untuk sendiri untuk meredam rasa kecewaannya.

Sean masuk ke mobilnya duduk di bangku kemudi. Berkas di tangannya ia letakan di jok tepat disampingnya. Perlahan mobil itu melaju meninggalkan kediaman Bagaskara. Sepanjang perjalanan Sean menggerutu, tidak habis pikir ayahnya menyuruhnya untuk melakukan hal sepele seperti itu.

"Seperti tidak ada orang lain saja," gerutu Sean.

Akan tetapi Sean tidak tahu, ayahnya mulai menyadari ada yang aneh dengan sikap Sean. Pasha tahu Sean tidak mudah untuk mengatakan masalahnya, maka dari itu Pasha meminta Sean untuk datang ke rumah Keisha, Pasha tahu Sean sangat dekat dengan Keisha berharap anaknya bisa mencurahkan isi hatinya di sana.

"Tapi aku juga sudah lama tidak bertemu dengannya. Aku tidak tahu kabarnya lagi setelah masalah yang kemarin dia hadapi."

Sean menghentikan laju mobilnya ketika melihat sebuah toko kue. Ia ingat jika kakak sepupunya sangat menyukai salah satu kue yang ada di toko tersebut. Sean memutuskan untuk membeli kue kesukaan Keisha. Setelah mendapatkan apa yang Sean mau ia kembali ke mobilnya dan melaju menuju rumah Keisha. Sean tidak akan menduga setelah sampai di sana hidupnya akan berubah.

Halo, Om

Sean turun dari mobil ketika sampai di rumah Keisha. Tidak lupa ia juga membawa berkas dan kue yang ia belikan untuk Keisha. Sudah lebih dari lima bulan ia tidak bertemu dengan kakak sepupunya. Entah bagaimana kabarnya?

Sejenak Sean berdiri di samping mobil memandang rumah yang ada di depannya. Beberapa kali ia ke rumah itu dan tetap sama, sebelum masuk ia harus mengela napas berat. Ia belum masuk, tetapi sudah membayangkan saat ia berjalan di dalam rumah bak lapangan bola itu. Sangat melelahkan. Namun, demi bertemu dengan kakak sepupunya, ia rela untuk menahan rasa lelah itu.

Sean berjalan menuju pintu utama, ada penjaga yang menyapanya.

"Selamat malam, mas Sean. Sudah lama tidak datang," sapa penjaga.

"Malam Pak. Bang Arya ada gak?" tanya Sean.

"Wah kalau bapak lagi pergi, Mas. Tapi ibu Keisha ada di dalam. Tadi beliau sedang makan," jawab penjaga.

"Baiklah, terima kasih. Saya masuk dulu," ucap Sean.

"Oh, silahkan, Mas."

Sean masuk ke rumah. Hal yang paling Sean suka dari rumah itu adalah ketika ia masuk sudah disuguhkan oleh desain interior yang elegan yang memanjakan mata. Akan tetapi Sean paling benci harus mencari keberadaan Keisha di rumah itu, sudah seperti mencari jarum di atas tumpukan jerami.

Merasa bosan berjalan, ia memanggil Keisha bermaksud menyuruh Keisha yang datang saja padanya.

"Cerewet di mana lo?" panggil Sean.

Sean sengaja tidak memanggil nama. Sean tahu jika ia panggil dengan sebutan 'cerewet' sepupunya akan segera datang.

Tidak ada sahutan. Sean berdiri dengan gayanya yang sok, dengan memasukan salah satu telapak tangan ke dalam saku celananya Sean pun kembali memanggil Keisha lagi.

"Cerewet!"

"Diam kamu! Datang bukannya ngucapin salam malah teriak-teriak."

Sean cengengesan mendengar suara Keisha. Ia melihat ke asal suara. Sean melongo seketika, ia dibuat terkejut dan takjub saat melihat Keisha. Sepupunya berjalan ke arahnya dengan perutnya yang membesar, Keisha nampak kesulitan untuk berjalan. Sean merasa bersalah membiarkan Keisha yang datang padanya.

"Hey, lo hamil? Sejak kapan?"

Rasanya Keisha ingin memukul kepala Sean. Bagaimana bisa adik sepupunya tidak tahu mengenai kehamilannya.

"Jadi kamu masih ingat denganku. Aku pikir kamu sudah lupa padaku."

"Tunggu! Lo hamil sama Arya?

Keisha memutar bola matanya jengah mendengar pertanyaan bodoh yang keluar dari mulut Sean.

"Menurut lo?" Keisha melotot ke arah Sean membuatnya cengengesan.

"Hehe, maaf gue bercanda." Sean memeluk Keisha ia tertawa geli saat perut buncit Keisha menyentuh perutnya. "Lo lucu sekali dengan perut lo yang buncit ini."

"Jangan bilang aku seperti badut," cicit Keisha.

"Hehehe, lo selalu tahu apa yang gue pikirkan," ledek Sean.

"Huh, kamu keterlaluan tidak pernah menemuiku bahkan saat acara tujuh bulanan kamu juga tidak datang. Sekalinya datang malah mengejekku." Keisha memberengut.

"Maaf, gue sibuk kerja. Lo juga tahu saat acara itu gue berada di luar negeri. Tidak mungkin bagiku untuk pulang," jelas Sean

"Ya, ya aku tahu itu. Aku akan protes sama om Pasha, kenapa dia memberimu pekerjaan yang banyak," ucap Keisha.

"Sudah jangan merajuk lagi. Gue bawain kue kesukaan lo." Sean menunjukkan bungkusan dengan nama sebuah toko di kemasannya.

"Thank you. Kamu selalu tahu kesukaanku," ucap Keisha.

Saat keduanya bersama, Keisha lebih cocok untuk menjadi adik bukan seorang kakak dengan sikap manjanya kepada Sean. Mungkin karena umur Keisha lebih muda dari Sean.

"Oh iya, apa yang membuatmu datang ke sini?"

"Gue akan menjawabnya, tetapi setidaknya tolong izinkan gue untuk duduk," ucap Sean.

"Maaf, aku terlalu kesal padamu sampai aku lupa menyuruhmu untuk duduk. Ayo ikut aku," ajak Keisha.

Keduanya duduk di ruang keluarga. Mereka banyak berbincang, tidak jarang mereka tertawa di sela obrolan mereka. Setelah itu Sean bertanya mengenai keberadaan Arya. Sean mengatakan ada berkas yang membutuhkan tanda tangan Arya. Keisha pun mengatakan jika Arya sedang sedang pergi ke bandara menjemput keponakannya. Saat bicara mengenai keponakannya raut wajah Keisha berubah sedih dan Sean menyadari itu.

"Ada apa?" tanya Sean.

"Aku sedih jika bicara soal Selina," jawab Keisha.

"Memang dia kenapa?" tanya Sean lagi.

Keisha pun menceritakan sedikit tentang keponakannya yang bernama Selina Anastasia. Gadis itu berumur 17 tahun, anak kerabat sang suami, gadis itu lahir dari hubungan di luar nikah. Laki-laki itu mau bertanggung jawab, sebab laki-laki itu sudah memiliki keluarga. Ibunya sudah menikah kembali saat ia berumur 5 tahun. Pada saat umurnya 10 tahun Selina dikirim ke sekolah asrama agar Selina bisa mandiri, tetapi sebenarnya keluarga dari suami ibunya tidak menginginkannya. Selina baru tahu dan menyadari saat ia tumbuh dewasa. Saat Selina menginjakkan kakinya di SMA, ia dikirim ke luar negeri. Selina merasa asing di sana maka dari itu Selina menceritakan apa yang terjadi dan meminta bantuan kepada Arya.

Sean tersentuh dengan cerita itu, tetapi tiba-tiba ia teringat akan sesuatu dan meminta Keisha untuk menyudahi ceritanya.

"Hentikan cerita lo ini! Sangat membosankan!"

Sebenarnya Sean merasa ngeri, bagaimana jika benihnya tumbuh di salah satu wanita yang ia tiduri. Sean tidak mencintai wanita-wanita itu. Jika salah satunya hamil Sean tidak yakin bisa bertanggungjawab.

"Ah masa bodo. Lagi pula itu tidak mungkin, gue pake pengaman," pikir Sean.

"Se, kenapa kamu melamun? Ada yang lagi dipikirkan?" tanya Keisha.

"Tidak, hanya saja gue sedang berpikir. Apa gadis itu akan tinggal di sini?" tanya Sean.

"Iya, mas Arya sangat sayang padanya. Aku juga kasihan padanya harus menjalani hidup seperti itu. Dia dihina, padahal itu bukan kesalahannya. Dia tidak tahu kalau dia dilahirkan dalam keadaan yang seperti itu," jawab Keisha.

Sean melongo, ucapan Keisha membuat dirinya menjadi tidak bersemangat untuk menikmati tubuh wanita-wanita seksi yang sedang menantinya.

Pembicaraan itu terhenti ketikan mereka mendengar suara klakson.

"Sepertinya mereka sudah datang. Aku akan menemui mereka dulu. Tunggulah di sini," ucap Keisha dibalas anggukkan oleh Sean.

Sean memerhatikan Keisha yang sedang berjalan menuju pintu utama. Lagi-lagi ucapan Keisha kembali mengganggu pikirannya. Merasa frustrasi Sean memilih untuk menyusul Keisha. Saat Sean akan melangkah, ia lebih dulu melihat Keisha dan Arya. Tiba-tiba ada sesuatu yang membuat mata Sean tidak berkedip. Gadis yang berjalan di antara Keisha dan Arya mencuri perhatiannya. Melihat gadis itu, Sean merasakan celananya mendadak menjadi sesak ada sesuatu yang mengeras di dalamnya.

Sean mengumpat. Dia merasa butuh pelampiasan.

"Sean!"

Panggilan itu mengejutkan Sean.

"Eh, iya ada apa?"

"Kamu kenapa melamun?" tanya Keisha.

"Tidak ada," jawab Sean gagap.

"Ini Selina, aku sudah menceritakan tentang dia bukan," ucap Keisha.

"Iya." Tapi lo gak bilang gadis ini memiliki tubuh yang sangat seksi.

"Selina, dia adik sepupuku namanya Sean," ucap Keisha.

"Halo, Om." Selina mengulurkan tangannya ke arah Sean.

"Lo, panggil gue apa? Om?" Sean nampak tidak suka saat dipanggil om oleh Selina. Bukan tidak suka lebih tepatnya Sean merasa harga dirinya jatuh dipanggil dengan sebutan itu oleh Selina. Jiwa liar Sean meronta, ia ingin Selina memanggil dirinya dengan panggilan yang mesra. Namun Sean segera menyingkirkan hal itu mengingat Selina gadis kecil.

"Iya, kamu adiknya aunty Keisha, jadi aku panggil kamu 'om' seperti aku manggil om Arya. Atau kamu mau aku panggil 'sayang?"

Sean lagi-lagi mengumpat di dalam hatinya. Gadis itu seperti sedang menguji kesabarannya. Sean sekarang benar-benar seperti daddy surga di hadapan Keisha dan Arya.

"Jangan tertawa kalian," ucap Sean kepada Arya dan Keisha yang terlihat sedang menahan tawa mereka.

"Sudah-sudah, ayo duduk, kita makan dulu," ajak Keisha.

"Tidak, Kei, gue sudah kenyang. Sebaiknya gue pulang," tolak Sean.

"Tidak ada penolakan Sean. Lagi pula kamu tadi bilang ada perlu sama mas Arya, 'kan? Jadi tetap di sini. Bila perlu kamu menginap."

"Tapi ...." Ucapan Sean terhenti melihat raut wajah Keisha berubah menjadi sedih. Bahkan Sean melihat ada air mata di sana. "Baiklah, aku akan tinggal beberapa saat lagi di sini."

"Bagus," ucap Keisha.

Sean kembali dibuat takjub oleh perubahan mood Keisha dari sedih berubah menjadi senang.

"Cepat sekali mood-nya berubah," gumam Sean.

"Ayo, Sean. Jangan berani menolak permintaan dari wanita hamil atau lo akan mengalami masalah besar," ucap Arya.

"Maksud lo?" Sean tidak mengerti maksud Arya.

"Lo akan tahu dan paham kelak saat lo sudah menikah dan istri lo hamil. Menghadapi wanita hamil lebih sulit dari pada harus menghadapi binatang buas," ucap Arya.

Sean bergidik ngeri, apa sesulit itu menghadapi wanita yang sedang hamil. Itu pikirkan nanti saja, Sean ingin segera pergi dari rumah itu sebab ia tidak tahan melihat tubuh seksi yang padat milik Selina. Ia ingin segera menyalurkan hasratnya, tetapi bagaimana untuk membuat Keisha mengerti, Arya saja yang merupakan suaminya saja tidak berani menolak Keisha.

"Huh tidak ada pilihan lain selain mandi dingin malam-malam," batin Sean.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!