Malam minggu seperti biasa selalu ada kumpulan anak-anak kurang kerjaan yang hinggap di bahu jalan, bergerombol dengan kawanannya, berbincang atau hanya merokok biasa. Seperti hidup seakan tidak memiliki tanggungan, padahal tidak ada yang tau berapa panjang nyawa seseorang, tapi kalo kayak gini kelihatan santai, merasa besok pasti hidup lagi.
"Woilah anjing! ada razia tolol!."
Namanya Algaleo Thomas Alpha Edison atau biasa dipanggil Alga, anaknya yang duduk diatas motor gede warna hitam siap-siap menyalakan motor untuk kabur. Dia juga yang sering nanggepin kalimat kocak teman-temannya. Bukan hanya itu saja, dia juga yang sering di samperin cewek buat di mintai nomor wa, tapi Alga yang gak pernah mau ngasih, kata dia Wa itu privasi, yang punya cuma orang-orang penting doang, jadi dia selalu ngasih nama ig nya @algaleo yang sekarang followers nya 1jt , antrian acc nya 22k, dm nya tak terhingga, dan yang di follow cuma 100 doang, itu pun teman sekelas nya atau ngga teman tongkrongannya. Walaupun begitu instagram Alga di kunci sekarang karena malas berinteraksi dengan banyak orang baru, intinya lebih selektif lagi, dia juga bukan publik figur yang siap menerima banyak komentar. Katanya kalau jadi publik figur harus siap dengan apapun yang dikatakan oleh netizen, masalah Alga bukan artis atau seseorang yang memperoleh pundi-pundi uang dari reaksi orang lain.
Yang teriak pertama kali ada razia itu Edgar, Edgar Samuel nama panjangnya, udah kayak bule-bule tapi aslinya orang jawa yang ke jakartaan karena tinggal di Jakarta sejak orok. Dia paling heboh diantara yang lain, bahkan Alga sendiri bosen kalo denger celotehan Edgar yang ngalor ngidul gak jelas, tapi yang namanya temen mau se membosankan apapun ya tetep temen, kemana-mana sama-sama.
Itu yang lari sambil menuntun motor namanya Gavin Angkara atau lebih dikenal dengan nama Gavin, anaknya pendiam diantara yang lain, suka dengerin obrolan orang lain, dia dikenal sebagai orang yang nggak pernah punya masalah, alias emang ngga ada bedanya seneng sama sedih, mukanya tetap sama.
Sebenarnya masih banyak lagi yang lain, cuma karena udah ada razia jadi pada kabur duluan, perkenalannya masih itu aja.
Mereka bertiga berada di salah satu warung kopi di pinggiran jalan, biasanya kalau ada razia, warung kopi di lewatin, mungkin karena polisinya juga butuh ngopi jadi di biarin aja yang ada di warung kopi. Area sana juga lumayan tidak di razia karena isinya pedagang kaki lima dan orang yang lagi makan dipinggir jalan, yang di razia hanya area gerombolan anak motor yang bikin jalanan berisik.
"Untung aja ada warung kopi bu Endang, ya ngga bu."
"Isshh mas Edgar itu lo kok manggil nya bu, mbak aja mas."
"Dah tua juga masih pengen di panggil mbak."
"Bu En, kopi hitamnya dua ya." Ucap Gavin menyela perbincangan Edgar dan Bu Endang.
"Lah kok dua?." Tanya Edgar sedikit protes
"Iya, emang lo mau? bukannya lo biasa nutrisari."
"Hahaha anak mama mana minum kopi hitam." Ledek Alga
"Bos kok lo ledek gue juga sih."
"Engga ngeledek, emang kenyataan." Jawab Gavin
"Ihhh kalian nyebelin!." Rajuk Edgar ala-ala anak cewek yang lagi ngambek sama pasangannya.
"Jijik gue."
Selama melihat polisi pada patroli, motor mereka di parkir di area sebelah warung, juga disana banyak motor yang terparkir milik anak-anak butterfly, cuma anaknya pada nyebar, ada yang makan bakso, nasi goreng, ketoprak, dan banyak lah. Butterfly itu nama gangster sma yang dipimpin Alga, yang mendirikan juga Alga, udah terkenal nggak jelas pula cuma ya nggak ngapa-ngapain selain bolos sekolah, nongkrong sana-sini, motor-motoran di jalanan, intinya ngga guna lah.
"Kak Alga kan ya?." Tiba-tiba cewek cantik, punya body bagus, pakaian press body, rambut panjang, make up menor mendatangi Alga.
"Iya, siapa?."
"Kenalin kak, aku Erika, adek kelas kak Alga."
"Emang kita kenal ya?."
"Engga sih kak, tapi aku suka banget sama kak Alga, aku juga udah follow ig kakak cuma belum di acc."
"Hahahaha mending mundur aja beb, saingannya banyak, sama abang Edgar nih ngga ada yang punya." Ucap Edgar membuat semua temannya tertawa
"Apaan sih kak, aku kan ngomong sama kak Alga."
"Ntar ya, siapa nama lo tadi?.”
“Erika kak.”
“Ya Erika, sekarang lagi nggak bawa hp."
"Boleh minta kontaknya nggak kak?."
"Sorry kontak itu privasi, jadi ngga bisa ngasih, lain kali aja ya kalo ada hal penting."
"Ya udah deh, nanti aku dm kak."
"Oke."
Erika senyum-senyum sendiri meninggalkan warung bu Endang, tau lah kejadian kayak gitu nggak cuma sekali, bahkan berkali-kali, dan Edgar selalu menawari diri menjadi ganti Alga, tapi selalu juga ditolak secara terang-terang. memang tampang Edgar gak cakep, rambutnya kribo, tapi style nya keren banget udah kayak selebgram yang suka endorse baju-baju produk lokal.
Alga menyalakan rokoknya dan menghisapnya, jam yang terus berjalan tidak di hiraukan padahal sudah lumayan larut, yang lain pada ngantuk-ngantuk. Bu Endang juga udah mau tutup karena gorengannya dah mau habis, bu Endang itu buka warung sama suami dan anaknya, tapi suaminya dibelakang gorengin tempe, anaknya masih SMP bantuin buat kopi.
"Gue cabut duluan ga, adek gue sendirian dirumah." Ucap Gavin yang beranjak dari tempat duduknya.
"Hati-hati, kalo ada apa-apa langsung kabarin."
"Yoi bro."
Gavin pamit terlebih dahulu meninggalkan tempat tongkrongan, disusul Alga dan Edgar kemudian. Edgar memang bareng Alga berangkatnya, karena arah rumah mereka sama, Edgar tinggal di pinggiran jalan, orang tuanya punya usaha galon dan gas, kalo Alga anak tunggal, rumahnya sepi, kedua orang tuanya ada di Bali, punya usaha resort disana, dan sudah punya rumah juga, ke Jakarta setahun sekali. Alasan Alga stay di Jakarta itu karena ibu nya, ibunya ada di rumah sakit jiwa, yang ada di Bali ibu tirinya dan ayahnya.
"Thanks ya bos."
"Yoi, kapan-kapan lah tidur rumah gue."
"Iya santai aja bos, yang penting mah makanan banyak, gue kesana."
"Makanan aja lo."
"Hehehe itu kan yang paling penting."
"Gampanglah."
Alga menyalakan motornya kembali dan pulang ke rumahnya, jangan salah, walaupun Alga sendirian, rumah itu dibeli pakai uang Alga sendiri, uang hasil kerjanya jual sabu-sabu, eh bukan dong, dia judi dari kecil karena nontonin ayahnya dulu. waktu dapet uang banyak, di beliin rumah, sebagian sumbangan dari ayahnya.
"Anjing lo semua!!." Suara yang membuat Alga di depan gerbang rumahnya dengan niat membuka gerbang untuk masuk menghentikan kegiatannya dan menengok ke arah suara.
Sambil pura-pura nggak denger, Alga sok-sok an beneran ban motor yang baik-baik saja.
"Bela terus tuh anak lo yang bermuka dua!."
Alga baru tau kalau rumah berjarak di rumah lain di sebelah rumah Alga sudah ada yang nempatin, awalnya rumah itu kosong, tapi melihat mobil box di depan rumah itu, sudah pasti baru saja pindahan. Baru pindahan udah bikin rusuh satu komplek.
"Kalo nguping tuh yang bener dikit." Sindir cewek yang melewati Alga, dia lah yang marah-marah dan mengumpat di depan rumah itu dengan seorang pria paruh baya dan wanita paruh baya yang sepertinya kedua orang tuanya.
"Cewek sinting." ucap Alga kesal, lelaki itu kemudian membuka gerbang rumahnya dan memasukkan motornya, sudah larut malam juga, besok dia sekolah, langganan telat sih, cuma ya udahlah biar kelihatan bener dikit.
Semalaman Alga berpikir terus mengenai gadis yang bertemu dengannya di depan gerbang, entah kenapa memenuhi otak, bahkan membuatnya tak bisa tidur nyenyak.
Bersambung...
"Kiiiissaaahh kaasih di seekolah... dengan si dia-."
"Cukup! telinga gue meledak denger suara lo." Gavin merebut gitar yang dibawa Edgar.
Mereka semua berada di area lapangan futsal, tadinya niat mau main futsal tapi lapangan panas nya minta ampun kayak neraka bocor, alhasil duduk dibawah pohon sambil main gitar, lumayan sejuk karena pohonnya rindang nan besar, kalo anak-anak selain Butterfly paling jarang yang akan duduk di sana, takut ada genderuwo.
Alga baru saja datang dari arah kelasnya, sebelum itu Alga sudah memberitahukan melalui chat kalau dia ada ulangan dadakan di jam pertama, alhasil telat keluar kelas sewaktu istirahat. Sebelum ke lapangan belakang, dia sudah membeli satu kantong plastik minuman dingin buat di bagikan ke teman-temannya. Anak Butterfly lumayan kompak, buktinya ada hampir 8 orang berada di bawah pohon sisanya panas-panasan main sepak bola.
"Nih."
"Waahh bos tumben baik."
"Lah kapan gue jahat?."
"Sering."
"Gue sentil juga lo lama-lama."
"Hehehe mian."
Satu-satu mengambil botol minuman dingin yang dibawa Alga tanpa sisa, Alga dan Gavin nampak berbincang lumayan serius, dua orang yang sangat cocok perihal perputaran uang gelap. Beda dengan Edgar yang dapat uang dari bantuin nganter galon dan gas ke pembeli, setidaknya di antara mereka bertiga hanya Edgar yang dapat uang secara halal.
"Gar lo beli ngga kali ini? Gavin nih yang mau main." Tawar Alga pada Edgar
"Ntar dulu lah gue, ngga ada duit nih."
"Ya udah sih itu gampang, kalo menang kan lo juga dapet duit, pinjam ke gue aja dulu."
"Kalo kalah bisa ngutang selama nya dong ke lo."
"Iya juga sih."
"Tapi gue jamin menang tenang aja." Gavin meyakinkan.
"Ya udah deh satu aja gue."
"Sip deh gitu dong, lumayan kan ntar lo bagi ke nyokap bokap tuh."
Saat tengah menikmati nyamannya semilir angin, beberapa anak cewek menghampiri Alga.
"Kak Alga." panggil nya, dia adalah Erika, anak semalam yang menghampiri Alga di tongkrongan.
"Kenapa?."
"Aku udah dm kak Alga."
"Hahahaha udahlah beb, mending sama abang aja." ucap Edgar
"Berisik!." jawab Erika ketus, gadis itu kembali melihat Alga dengan wajah senang "Kak tolong ya buka dm aku."
"Siapa kalian!." Suara perempuan terdengar dari kejauhan, inilah Queen SMA Effect, nona Amanda yang cantik jelita. "Hi Ga." ucap Amanda sambil memeluk lengan Alga posesif.
Mereka berdua sangat terkenal di SMA Effect, selain satu kelas, mereka juga sering pulang bareng, lebih tepatnya Amanda maksa pulang bareng, tapi walaupun begitu Amanda memang terkenal kejahatannya di sekolah, selain tukang bullying dan playgirl.
"Singkirkan tangan lo, badan lo bau!." Ketus Alga, karena berteman sangat lama, Amanda begitulah anaknya, dia sebenarnya tidak begitu tertarik dengan Alga, hanya memang Alga populer makanya dia begitu dekat dengan Alga di sekolah.
"Ih Alga, masa sih." Amanda mencium baunya sendiri, tapi tetap wangi.
Erika terkikik melihat Alga yang bikin Amanda kesal. "Apa lo anak kecil, ngga usah ketawa! ngga ada yang lucu."
"Apaan sih nggak jelas banget." Erika meninggalkan area itu bersama teman-temannya.
"Berani banget tuh bocah."
"Udahlah Man, lagian lo juga ngapain ngurusin anak kecil, itu kan kayak biasa fans Alga."
"Tapi nyolot banget tuh anak Vin, kalian juga ngapain sih nanggepin bocil kayak gitu."
"Emang apa urusan lo Man?." tanya Alga dengan menatap tajam kearah Amanda
"Ya nggak ada, cuma ngeselin banget tuh anak. Udahlah gue mau ke kantin." Amanda pergi dengan wajah kesalnya, sudah pasti Erika akan menjadi target bullying Amanda selanjutnya.
...
"Non, non Chatrina."
"Eumm..."
Seorang gadis cantik masih terbalut selimut tebal dan hangatnya, jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi, dia melewatkan hari pertamanya pergi ke sekolah. Dia Chatrina Omega Thiga atau biasa dipanggil Chatrina. Anaknya cuek, nggak suka bersosialisasi, selama SD hingga SMA sudah pindah sekolah hampir 10 kali karena tidak betah. Dan hari ini adalah hari pertamanya masuk ke sekolahnya yang ke tiga saat di bangku SMA, di sekolah sebelumnya Chatrina mengundurkan diri karena dituduh mendorong teman sekelasnya jatuh dari lantai dua, namun kasus itu belum sampai dua hari terbuka kalau bukan Chatrina yang melakukan, melainkan teman sekelasnya yang lain, hanya saja Chatrina sudah muak dengan semua teman-temannya yang bermuka dua, akhirnya dia memutuskan mengundurkan diri.
"Non Chatrina bukannya hari ini sekolah hari pertama."
Charina bangun dari ranjangnya "Mama kemana bi?."
"Nyonya sudah berangkat kerja non."
"Ah begitu ya."
"Air hangatnya sudah bibi siapin non, non Chatrina bisa mandi terlebih dahulu, kata nyonya nggak papa telat yang penting masuk soalnya hari pertama, non Chatrina sudah ditunggu di sekolah baru."
"Iya bi, makasih."
Chatrina masuk kedalam kamar mandi, membersihkan dirinya dan memakai seragam sekolahnya yang baru. Seragam sekolah bertuliskan SMA Effect, salah satu SMA swasta yang lumayan mahal, juga SMA tempat bersekolah adik tirinya.
Awalnya Chatrina sempat tinggal beberapa hari dengan ayah dan ibu tirinya serta adik tirinya, tapi belum sampai tiga hari dia sudah tidak betah karena kelakuan muka dua adik tirinya yang menyebalkan dan bikin dia sangat emosi, akhirnya Chatrina kembali tinggal dengan ibunya yang seorang single parents setelah bercerai dengan ayahnya, sebagai anak tunggal, Chatrina lumayan di manja oleh ibunya, hanya saja wanita paruh baya yang berposisi sebagai wanita karir itu sangatlah sibuk hingga tak pernah ada waktu untuknya. Makanya awal persidangan perceraian karena kesalahan mengambil pengacara, hak asuh anak menjadi milik ayahnya.
Selesai bersiap-siap, Chatrina pergi ke sekolah menaiki taksi. ada mobil dan dia punya sim tapi malas untuk mengemudi sendiri, tahun ini adalah tahun ketiga, artinya dia akan masuk kelas tiga di sekolah barunya.
"Non Chatrina ya?." Tanya satpam SMA Effect saat melihat Chatrina keluar dari taksi
"Iya pak."
"Bu Andini sudah menunggu di ruangannya, tadi nitip ke saya suruh kasih tau ke non."
"Iya pak makasih, dimana ya ruangan bu Andini?."
"Ah itu, nanti itu disana ada lobby, habis itu belokan pertama ke kanan, ada tulisan ruang BK."
"Oohh makasih pak."
"Sama-sama non."
Chatrina mengikuti arahan yang di sebutkan satpam sekolah barunya, hanya jalan dan belok, tidak perlu kemana-mana apalagi berliku-liku. Mungkin dia terlihat seperti murid baru makanya semua melihat aneh ke arahnya, lagi pula penampilannya biasa saja tidak ada yang spesial, dia memakai seragam yang sama dan rompi abu-abu yang sama, tidak ada masalah apapun.
tok tok tok
"Ya masuk."
Chatrina membuka pintu bertuliskan BK di atasnya kemudian masuk. Seorang wanita yang seumuran ibunya duduk di balik meja bertuliskan Andini. Alasan Chatrina di sekolah itu karena memang Andini adalah teman masa SMA Sarah atau ibu Chatrina.
"Chatrina ya?."
"Iya bu."
"Tidak menyangka kalau kamu telah hari pertama, tapi tidak masalah, kebetulan hari ini ibu mengajar di kelas yang akan kamu masuki, siapa nama panjangmu? ibu lupa."
"Chatrina Omega Thiga."
"Ibu tuh kalo denger namamu selalu ketawa ngga tau kenapa, lagian Sarah ngasih nama anaknya aneh banget."
"Hahaha." Chatrina mengikuti tertawa bu Andini, padahal menurutnya tidak ada yang lucu sama sekali.
Karena bel sudah berbunyi, Bu Andini membawa Chatrina bersamanya masuk ke kelas 12 IPA 1. Kelas yang awalnya sangat ramai menjadi sunyi dan pemandangan menunjuk kearah Chatrina semua, bukan ke bu Andini lagi.
Bersambung...
"Selamat siang anak-anak, sebelum pelajaran dimulai, ibu akan memperkenalkan teman baru kalian, namanya Chatrina. Dia pindahan dari SMA Bunga Indah II, semoga kalian bisa jadi teman yang baik untuk dia." Jelas bu Andini "silakan Chatrina duduk di kursi kosong paling belakang."
"Baik bu terima kasih."
Chatrina berjalan menuju bangku paling belakang, bangku kosong, sebenarnya bangku itu tidak kosong, ada pemiliknya tapi seperti biasa pemiliknya tidak masuk kelas di jam kedua.
"Halo, gue Liana." Bisik cewek yang duduk di depan Chatrina lirih
"Chatrina."
"Salam kenal ya."
"Salam kenal juga."
"Btw kayaknya mending lo ntar nyari bangku aja tambahan, soalnya itu ada yang punya, takutnya yang punya marah kalo bangkunya di pake."
"Ah gitu ya."
"Iya nanti gue temenin."
"Makasih Liana."
Hanya satu tahun lagi, Chatrina akan bertahan di SMA Effect, selain kasihan pada ibunya juga dia tidak ingin pindah-pindah terus, apapun itu dia akan tenang dan belajar tanpa menimbulkan masalah, hanya itu harapan Chatrina di tempat yang baru.
Jam istirahat terakhir berbunyi, segera Liana duduk di sebelah Chatrina, mengusir cowok yang duduk di seberang Chatrina.
"Hi Chatri."
"Hi juga."
"Ayo gue temenin nyari bangku, anaknya pasti masuk di jam terakhir."
"Ah iya."
Mereka berdua beranjak dari duduknya, belum juga melangkahkan kaki keluar kelas, tepat di depan pintu Chatrina bertabrakan dengan seorang pria lebih tinggi darinya, dadanya juga lumayan keras.
"Ngga punya mata lo?."
Chatrina yang sedikit kesal sedikit melihat keatas kearah pria yang ditabraknya.
"Lo!." Ucap mereka berdua bersamaan.
"Sorry gue ngga sengaja." Ucap Chatrina berniat berlalu namun tangan pria itu menahan tangan Chatrina.
"Enak aja main pergi."
"Duh gue kan udah minta maaf."
"Gue Alga, Algaleo." Sebutnya memperkenalkan diri.
"Chatrina."
"Miau...?"
"Apaan sih nggak jelas." Chatrina melepaskan tangan Alga dan pergi keluar kelas dengan Liana.
"See you nona Miauu."
Karena namanya Chatrina, dan memanggilnya pasti Cat, Cat sama dengan kucing, panggilan kucing Miau, akhirnya Alga iseng memanggilnya dengan kata Miau.
"Lucu juga." Alga tersenyum sendiri dengan pikirannya.
Karena banyak bangku yang sudah dipakai di kelas-kelas 12, akhirnya Chatrina dan Liana ke kelas 10, biasanya kalau di kelas 10 banyak bangku kosong dan benar dia mendapatkan bangku di salah satu kelas 10, kelas 10 IPA 1.
"Ngapain lo kesini?." Bisik Erika pada Chatrina yang masuk ke kelasnya.
"Bukan urusan lo." Jawab Chatrina ketus sambil mengambil salah satu bangku yang di tumpuk di area belakang dengan Liana.
"Kak, kenapa kakak kasar banget sih." Ucap Erika lumayan keras hingga terdengar satu kelas membuat Chatrina menjadi pusat perhatian.
"Apa-apaan sih, gue nggak kenal lo." Jawab Chatrina seakan dia tidak mengenal Erika sama sekali, nyatanya Erika adalah adik tiri dari Chatrina.
Chatrina menghiraukan apapun yang dikatakan Erika, baginya suara cempreng itu hanyalah angin lewat hingga dia berhasil membawa satu bangku keluar dari kelas 10 IPA 1, memang lebih baik tidak satu sekolah dengan titisan iblis.
Mereka berdua membawa bangkunya kedalam kelas 12 IPA 1, dan meletakkan di area kosong paling belakang.
"Ini tas lo?." Tanya Alga pada Chatrina yang ingin mengambil tasnya di bangku yang ditempati Alga.
"Iya sini balikin."
"Tidak semudah itu miauu."
"Terserah lo lah kalo gitu."
"Iya-iya nih gue balikin." Alga mendekatkan diri pada Chatrina "gue taruh kontak gue di ponsel lo, ntar jangan lupa bales chat gue." Bisik Alga sambil mengusap rambut Chatrina lembut, membuatnya menjadi pusat perhatian satu kelas lagi.
"Apaan sih." Tangan Chatrina menyingkirkan tangan Alga dari kepalanya dan pergi ke bangkunya sendiri.
Sejak kelas terakhir di mulai kegiatan Alga hanya menopang dagunya dan melihat kearah Chatrina, beberapa kali mata mereka bertemu dan Alga selalu menggoda gadis itu dengan kedipannya.
"Lo ngga mau pindah aja kesini biar deket sama Chatrina?." Tanya anak cowok yang duduk di seberang Alga, anak cowok cupu berkacamata yang gemar membaca komik dan suka jejepangan.
"Engga, lo minggir dikit agak kebelakang makanya."
Chatrina yang mulai risih membuka buku pelajarannya hingga menutupi wajah. Jam pelajaran berakhir, dengan buru-buru Chatrina memasukkan bukunya kedalam tas dan meninggalkan kelas, bahkan Liana yang berniat mengajaknya pulang bareng pun belum sempat memanggilnya.
Namun sepertinya Tuhan tidak berpihak pada Chatrina, saat tengah menunggu taksi di depan gerbang SMA Effect, lebih dulu Alga menghampirinya dengan motor gede hitam milik pria itu,tak lupa senyuman menggodanya sejak dikelas yang membuat Chatrina merasa aneh.
"Gue anterin balik miau."
"Gue Chatrina bukan Miau."
"Ya kan Cat, Cat kucing, Kucing Miau."
"Terserah deh."
Chatrina berjalan menjauh di pinggiran jalan selalu berharap ada yang menghampirinya, minimal didepan sana dia menemukan angkutan umum.
"Masih lama angkutan umum datengnya, panas nih, gue anterin aja yuk."
"Ngga usah, kita nggak kenal dan jangan sok kenal." ketus Chatrina
Saat tengah sibuk dengan kegiatan bujuk membujuk, dari kejauhan Erika melihat kegiatan itu, sangat kesal, Erika yang di jemput ibunya dengan menggunakan mobil hanya mengamati Chatrina yang jalan kaki dengan Alga di sebelahnya menuntun motor.
"Kamu kenal cowok itu Er?." tanya ibu Erika
"Kenal ma, itu kak Alga."
"Kakak tingkatmu? ada hubungan apa sama Chatrina?."
"Halah ma-ma, kayak ngga tau Chatrina aja, dia kan penggoda, pasti godain kak Alga lah di hari pertama sekolahnya di sini, lagian kenapa sih Chatrina pindah ke SMA Effect."
"Kenapa kamu jadi marah-marah ke mama, tanya aja ke papa mu sana."
"Erika mau Chatrina pindah ke sekolah lain, kalo bisa di luar jawa sekalian."
"Ya udah sih nanti mama bilang ke papa."
"Awas aja mama nggak bilang."
"Iya iya."
Chatrina yang terus di perhatikan semua murid SMA Effect yang dilewatinya mulai risih, dia pun akhirnya membuka mulut.
"Ya udah gue ikut lo."
"Nah gitu dong dari tadi, ini." Alga memberikan Helm nya pada Chatrina, helm yang biasa di pakainya, helm cowok yang gede banget.
"Ha?."
"Apa lo mau pake helm yang ini, soalnya rambut Edgar kadang bau, emang lo mau pake ini."
"Tapi gue nggak mungkin pake helm lo juga kali."
"Ya udah deh bentar." Alga melepaskan hoodie yang di pakainya
"Eh mau ngapain?."
"Mau wik wik in lo, ya nggak lah, ini pake hoodie gue."
"Terus?."
"Pake dulu."
Chatrina hanya menurut memakai hoodie hitam milik Alga, karena gadis itu kebingungan dengan maksud Alga, Alga pun mengulurkan kedua tangannya, menarik tudung kepala hoodie itu hingga menutupi rambut Chatrina.
"Udah habis itu pake helm ini."
"Ah begitu ya."
Chatrina pun memakai helm milik Edgar, sedangkan Alga memakai helm miliknya sendiri. jangan tanya kemana Edgar, dia lagi makan di warkop depan sekolah sambil nunggu Alga balik lagi jemput dia, karena Edgar kalau ke sekolah selalu nebeng ke Alga.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!