Di sebuah mansion yang berdiri di negara Belanda, tepatnya di kota Rotterdam tahun 2025
Mansion itu bisa di katakan cukup besar, bahkan di sana terdapat satu keluarga yang tidak pernah harmonis, di dalam mansion itu juga tidak pernah terdengar kata-kata manis.
Biasanya akan terdengar suara teriakan, bentakan, serta makian yang di lontarkan oleh suami pada istri serta anaknya.
Bahkan saat ini, sang suami tengah menghajar sang istri dengan cara menarik rambut sang istri dan menghempaskannya kelantai dengan sangat kuat, sehingga sang anak yang berada jauh dari keduanya bisa mendengar suara benturan kepala sang ibu.
Kini, sang istri tengah meringkuk kesakitan di lantai dengan kepala yang sudah berdarah, tapi sang suami bahkan seolah tidak perduli.
"Dasar wanita tidak tau diri!." seru sang pria yang tengah memarahi seorang wanita.
Mereka berdua adalah sepasang suami istri, rumah tangga keduanya bisa di katakan tidak pernah harmonis sampai mereka memiliki anak perempuan yang sudah berusia 25 tahun.
"Apa kau tidak bisa melihat bahwa aku sedang bersenang-senang dengan temanku?!" serunya lagi pada sang istri dengan nada tinggi.
Semula, saat keduanya masih duduk di universitas, mereka adalah pasangan yang sangat ideal, bahkan semua orang menatap keduanya penuh dengan tatapan iri.
Lalu keduanya pun memutuskan untuk menikah muda, dan keduanya mulai menjadi bahan pembicaraan para mahasiswa lainnya.
Para mahasiswa terlihat iri dengan Carmila dan Granov, keduanya tampak sangat bahagia, sedangkan Carmila merasa sangat beruntung memiliki Granov yang sangat baik dan juga romantis.
Setelah menjalani rumah tangga, Carmila terkejut melihat sang suami berubah sangat drastis.
Dangan disertai rasa sakit Carmila justru tengah mengingat bagaimana awal dari semua penderitaan ini "Selama menjalani 26 tahun pernikahan, aku sama sekali tidak pernah mengetahui alasan Granov berlaku kasar padaku," batin Carmila yang tengah meringkuk di lantai.
Di ujung sana, ternyata sang anak tengah menatap Carmila dengan sedih, tapi Carmila masih bisa tersenyum manis.
Granov yang melihat Carmila tersenyum kini semakin marah "Kenapa kau tersenyum!, kau mengejekku?." ucap Granov yang terus menendang tubuh Carmila.
Brukk
Ungghh
Brukk
Ungghh
Sedangkan Silyena, hanya menatap penyiksaan itu dari balik pintu kamarnya, ia tidak berani ikut campur dengan urusan Granov.
Silyena berpikir bahwa jika dirinya membantu sang ibu, maka sang ayah pasti akan semakin membenci dirinya.
"Ibu ... " seru Silyena sambil menangis tersedu-sedu.
Granov terus menendang Carmila tanpa henti, di mata itu hanya terlihat kemarahan, tidak sekalipun ada kesedihan di sana.
Setelah penyiksaan itu berlangsung selama beberapa menit, akhirnya Granov berhenti menendang tubuh Carmila.
Garnov juga melihat bahwa Carmila sudah tidak bergerak lagi, lalu Granov menghela nafas kasar dan langsung pergi ke kamar nya.
Silyena hanya bisa menutup mulutnya dan menangis, setelah merasa aman dari penglihatan Granov, Silyena pun langsung berlari dan menghampiri tubuh Carmila yang sudah tak bergerak lagi.
Silyena mencoba mengecek nadi sang ibu, berapa terkejutnya Silyena karena kini sang ibu telah meninggalkannya sendirian di dunia ini.
Cairan bening itu terus mengalir dengan sangat deras "Ibu, kenapa ibu meninggalkan Yena sendirian di rumah ini?, ibu, Yena sungguh ingin meminta maaf pada ibu." ucap Yena dengan menangis sejadi-jadinya.
Ia juga teringat bahwa dirinya belum meminta maaf pada sang ibu saat ibunya masih bernafas, bahkan Silyena juga belum mengucapkan kata-kata perpisahan dengan benar.
Cairan bening itu terus mengalir tanpa henti, Silyena bahkan mulai memeluk erat tubuh dingin sang ibu.
"Ibu, tolong kembali padaku, aku tidak bisa sendirian tinggal bersama ayah. Aku bahkan sudah bersusah payah untuk mengambil hati ayah, tapi semua kerja kerasku tidak pernah benar di mata ayah. Aku harus bagaimana ibu?." gumam Silyena sambil menjatuhkan kepalanya di atas tubuh Carmila.
Silyena yang sudah lelah menangisi sang ibu, kini berdiri dan langsung mengangkat tubuh sang ibu sendirian.
Ia takut jika dirinya memberitahu sang ayah, maka Granov akan memberinya pelajaran dan tidak akan pernah memaafkannya.
Saat itu, hujan turun dengan lebatnya, dengan langkah dan tubuh yang kecil, Silyena bersusah payah berusaha membawa tubuh sang ibu keluar dari mansion, ia tidak memanggil para kerabat, karena Silyena tau bahwa mereka semua telah di hasut oleh Granov untuk ikut membenci Carmila.
Silyena bahkan mengetahui bahwa Granov membuat hidup sang ibu kacau dan berantakan, tapi ia sama seperti ibunya yang tidak tau mengenai alasan dibalik sang ayah terus menyiksa ibu dan dirinya tanpa belas kasih.
Di bawah guyuran hujan, Silyena tiba-tiba mengingat hal itu dan membuat dada Silyena semakin nyeri "Ayah, kenapa kau melakukan hal ini padaku dan juga ibu, padahal kami berdua sangat menyayangimu dengan setulus hati" gumam Silyena dengan air mata yang jatuh bersamaan dengan derasnya hujan.
Silyena berjalan dengan kaki polos, ia tidak sempat memakai apapun karena takut sang ayah akan menghentikannya keluar dari mansion. Silyena tidak ingin tubuh ibunya di biarkan membusuk jadi ia bergerak cepat untuk keluar dari mansion dan membawa tubuh sang ibu.
Air mata itu terus mengalir dengan sangat deras, kaki Silyena bahkan sudah tergores oleh benda-benda yang ada di jalanan.
Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Silyena telah sampai di tempat makam para leluhur keluarganya Silyena dengan cepat mencari cangkul dan menggali kuburan sang ibu sendirian.
Silyena bahkan menahan dinginnya air hujan serta angin yang berhembus kencang, baginya pemakaman sang ibu adalah yang paling penting untuknya.
"Ibu, ini usaha terakhir yang bisa aku berikan untukmu, jadi tolong maafkan aku ibu," ucap Silyena sambil menggali makam itu dengan sekuat tenaga.
Tapi usaha yang Silyena lakukan hanya berakhir sia-sia, tanah yang sudah di galinya kini tak terbentuk karena lebatnya hujan.
Tapi Silyena tidak menyerah, ia tetap berusaha dan terus berusaha, sampai di mana hujan tiba-tiba saja berhenti dan membuat Silyena mulai tersenyum dan semakin bersemangat menggali kuburan itu.
Granov yang berada di mansion, kini mencari keberadaan Silyena, ia pun melihat jejak darah Carmila, dan saat itu juga Granov menyadari bahwa Carmila pasti tengah memakamkan tubuh istrinya.
Ketika Silyena menginjakkan kaki kedalam mansion, tiba-tiba Granov muncul dan menarik tangan Silyena dengan sangat kuat.
"Sakit, ayah!" teriak Silyena sambil berusaha melepaskan tangan sang ayah dari tangannya.
Granov tidak bergeming, ia pun langsung memasukkan Silyena kedalam ruang bawah tanah yang begitu kotor.
"Kau tidak akan pernah bisa keluar dari ruangan ini." ujar Granov sambil menghempas Silyena dengan sangat kuat.
Bahkan Granov tidak memberikan makan dan minum pada Silyena "Sebenarnya apa kesalahan yang telah ibu lakukan sampai membuat ayah mengambil nyawa ibu?!, bahkan sekarang ayah akan melakukannya padaku?!, Aku tidak menginginkan apapun, aku hanya ingin meminta cintamu, Ayah!." teriak Silyena dengan kuat.
Air matanya terus mengalir dan ia pun terus menggedor pintu itu dengan sangat kuat, tapi jawaban yang di berikan oleh Granov membuat Silyena langsung menyerah.
"Kau tidak perlu tau mengenai apapun, yang perlu kau ingat adalah kau lahir dari sebuah kesalahan, dan aku benar-benar membenci ibumu dan keturunan darinya." ucap Granov sambil meninggalkan ruangan itu.
Silyena jatuh terduduk dan terdiam, dan ia harus menahan dinginnya pakaian yang basah serta lantai yang kotor dan dingin.
Setelah beberapa hari berlalu, Karena tidak mendapatkan makanan dan minuman, akhirnya Silyena sudah tidak bisa menahan apapun lagi.
Saat ingin menghembuskan nafas terakhirnya, Silyena berdoa dan memohon terlebih dahulu.
"Aku berharap bisa bertemu dengan ibu lagi dan aku berjanji akan melindungi ibu, dan ketika bertemu dengan ayah, maka aku akan membalaskan dendam ini padanya!." gumamnya dengan mata yang tertutup secara perlahan.
Bersambung ...
Seorang wanita cantik tengah menutup mata diatas tempat tidur, sudah berjam-jam tidak ada tanda-tanda pergerakan dari orang tersebut, orang-orang yang ada di dalam rumah itu bahkan tidak ada yang mengetahui bahwa dia tertidur atau telah tiada.
Tapi, tiba-tiba saja sepasang mata indah itu mulai terbuka secara perlahan, lalu ia mulai mengerjabkan matanya berulang kali.
Setelah mata itu terbuka dengan sempurna, ia terlihat binggung karena berada di tempat yang sangat asing.
Wanita itu ingin menggerakkan tubuhnya namun tubuh itu seolah tidak mendengar perintah nya, bahkan ia justru merasakan sakit di tubuhnya.
"Sttt... sakit." gumamnya pelan sambil memejamkan mata.
Lalu, ia kembali membuka mata itu dan mencoba menelusuri seluruh dinding yang telah berisi interior yang tidak terlalu modern.
Mata itu kini mulai mengernyit heran. "Dimana ini?." batinnya sambil memutar kepala secara perlahan.
Ketika kedua mata indah itu menyusuri ruangan yang tampak sangat luas, tiba-tiba saja kedua mata itu melotot dengan sempurna dan pandangannya hanya tertuju pada satu benda.
Ternyata di dinding samping tempat tidurnya terdapat sebuah kalender yang tengah bergantung.
Ia membaca kalender itu dan pikirannya pun di paksa untuk bekerja "Belanda?, tahun 1998?, Itu artinya aku kembali ke masa lalu tepat dimana ibu dan ayah berada di kampus yang sama?." batinnya yang merasa tidak percaya.
Tapi, ia sekarang justru merasa heran, kenapa dirinya bisa menyebrang ke masa lalu bahkan di negara yang sama tempat dimana dirinya tinggal ketika berada di masa depan.
Lalu saat dirinya hendak bergerak, tiba-tiba saja terdengar suara hentakan yang begitu keras, sontak saja membuat wanita yang tengah tertidur itu terkejut, lalu ia pun menoleh kearah pintu.
Pintu kamar itu kini terbuka dengan sangat lebar, di depan pintu itu terlihat sepasang suami istri tengah menunjukkan raut wajah khawatir.
Mata itu kini mulai mengernyit heran, ia tidak pernah mengenal kedua wajah orang yang berdiri di depan pintu.
Lalu sepasang suami istri itu masuk dan langsung memegang tangannya.
"Nak, bagaimana keadaanmu?, sebenarnya kenapa kamu bisa seperti ini?." tanya seorang pria dengan wajah khawatir.
Wanita yang tengah tertidur benar-benar tidak mengerti apa yang telah terjadi padanya, ia terlihat begitu heran dan saat dirinya hendak menjawab, tiba-tiba kepalanya terasa sangat sakit dan juga berat.
Aarrgghh
Sebuah memori muncul kepalanya, setiap adegan demi adegan terlihat jelas disana, memori itu bagaikan rentetan sebuah film.
Sepasang suami istri itu tampak sangat khawatir "Ada apa dengan mu, Valia?!" ucap wanita paruh baya itu dengan keringat yang sudah membasahi dahinya.
Seketika saja, sakit di kepalanya hilang dan ia pun langsung menoleh kearah sepasang suami istri itu "Valia?, ternyata itu adalah nama pemilik tubuh ini, tapi kau sangat beruntung memiliki kedua orang tua yang sangat menyayangimu, dan sungguh di sayangkan kau begitu bodoh untuk tidak menggunakan kekuatan dari keluarga mu" batinnya.
"Nak, katakan pada ibu, siapa yang melakukan hal ini padamu nak?," tanya wanita paruh baya itu.
"I-bu, aku .... " ketika wanita itu ingin mengeluarkan kata-kata, tiba-tiba saja seseorang muncul di belakang sepasang suami istri itu.
"Jangan katakan apapun pada mereka Silyena, aku menarik mu kesini karena aku membutuhkan mu untuk membalaskan dendam ku pada musuhku." ucap arwah itu dengan datar.
Sontak saja membuat Silyena terkejut "Valia?, kau Valia?, bagaimana bisa kau masih ada di dunia ini?," batin Silyena dengan mata yang tengah melotot dengan sempurna
"Aku hanya ingin mengatakan itu, dan jangan pernah kau mengatakan apa yang telah terjadi padamu, karena aku tidak ingin melihat kedua orang tua ku memikirkan masalah yang menimpa ku." ucap Valia asli yang sedang menatap keduanya dengan tatapan sedih sambil perlahan-lahan menghilang.
Silyena tampak berpikir, ia pun mengerti perasaan Valia, karena tubuhnya memiliki banyak bekas luka memar, serta terlihat bahwa bibirnya juga memiliki 3 jahitan, dan jika dilihat dengan seksama rambut itu juga telah di gunting secara tidak beraturan.
Hal itu lah yang membuat kedua orang tuanya begitu khawatir, tapi Valia terus menyembunyikannya karena dia sangat menyayangi mereka.
"Kita sungguh berbeda, kau menyembunyikan kasus sebesar ini dari kedua orang tuamu, sedangkan aku justru menyembunyikan kasus ku dari dunia luar," batin Silyena yang sudah berada di dalam tubuh Valia.
Setelah memikirkannya, Silyena berpegang teguh untuk membalaskan dendam Valia, lalu ia yang sudah melihat masa lalu Valia teringat bahwa tubuh yang di tempati nya ternyata berada di kota, tahun, serta universitas yang sama dengan ibu dan ayahnya.
"Bagaimana bisa kebetulan seperti ini?, Ah... Sudahlah, aku harus memikirkan itu nanti, sekarang, tugasku adalah untuk membuat mereka tenang." batin Silyena sambil menghela nafas dengan pelan.
Namun, Silyena berusaha untuk memikirkan apa yang telah terjadi di depan mata terlebih dahulu.
"Ibu, aku baik-baik saja, aku tersandung dari tangga dan begini lah hasilnya." ucap Silyena yang berusaha untuk tidak canggung pada kedua paruh baya itu.
Vinisia yang mendengar perkataan Valia merasa tidak percaya "Nak, katakan dengan jujur, sebenarnya apa yang telah terjadi padamu?." tanya Nisia dengan menggenggam tangan Valia.
Valia yang terbaring mencoba tersenyum agar kedua orang tua itu tidak lagi menghawatirkan nya "Percayalah padaku ibu, ini karena aku terjatuh dari tangga, lagipula aku akan segera sembuh dan bisa menjalankan aktivitas ku kembali." ucap Valia sambil tersenyum manis.
Walau dirinya tidak bisa menggerakkan tubuh tapi ia tetap berusaha untuk mencoba menggerakkan tubuhnya.
"Lihatlah sendiri, aku tidak apa-apa," ucap Valia sambil mengangkat tangannya yang terasa begitu sakit.
Sang ayah yang mendengar itu mulai menghela nafas dengan pelan "Nak, ayah percaya padamu, kami akan memanggil dokter dan kau harus banyak beristirahat." ucap Javier sambil mengelus pucuk kepala Valia.
Sedangkan Valia terkejut dengan tindakan Javier, ia pun menikmati tangan hangat itu dan mulai menitikkan air mata.
"Andai saja ayahku juga seperti ini, maka hidupku pasti akan sempurna." batinnya.
Nisia yang melihat anaknya menitikkan air mata merasa tidak tega "Nak kenapa kau menangis?, tidak apa-apa, ibu dan ayah ada di sini." sambil memeluk tubuh Valia yang sedang terbaring di atas tempat tidur.
Silyena yang sudah berada di tubuh Valia berusaha mengangkat tangannya, ia pun menahan rasa sakit itu dan "Aku tidak apa-apa ibu, aku hanya terharu melihat ibu dan ayah berada di sini," ucap Valia sambil tersenyum.
Lalu Valia teringat dengan ayahnya yang telah menyiksa sang ibu "Haha .... Ayah, sekarang kau harus menerima pembalasan dariku, dan aku berjanji akan menjauhkan ibu darimu." batin Valia dengan tersenyum smirk.
Kedua orang tua itu tidak menyadari bahwa sang anak telah tiada, sedangkan Silyena justru bisa bersandiwara agar kedua orang tua Valia tidak menyadari perubahan sang anak.
"Aku bukan lagi Silyena yang bisa kau tindas, dulu, kau adalah orang tuaku, tapi di zaman ini bagiku kau bukan lah siapa-siapa!" batin Silyena.
Bersambung ...
Setelah itu Javier dan Nisia memanggil dokter keluarga mereka lagi, setelah menunggu setengah jam, dokter pun datang dan ingin langsung memberitahukan kondisi Valia yang sebelumnya.
Silyena melotot kan matanya dan ia mengingat bahwa dokter yang ada di hadapannya ini masih memiliki kekerabatan dengannya, bahkan sang dokter sangat menyayanginya, jadi Silyena berpikir bahwa sang dokter telah mengetahui sesuatu.
"Entah kenapa aku merasa dokter ini mengetahui tentang luka-luka Valia," batin Silyena
Ketika sang dokter ingin mengatakan sesuatu, Silyena langsung menghentikan dokter tersebut untuk tidak mengatakan diagnosanya pada sang ayah.
Dokter itu terkejut ketika sebuah tangan menarik jas putihnya, ia yang kebetulan sedang membelakangi Valia kini memutar kepalanya dan melihat kearah Valia.
Valia sendiri melihat bahwa sang dokter tengah menatap kearahnya, ia pun langsung membuat mata memohon dan menggelengkan kepalanya dengan pelan.
Sang dokter yang mengerti arti dari gelengan itu pun langsung menghela nafas dengan pelan, "dia baik-baik saja, kakak tidak perlu merasa khawatir, karena aku akan merawatnya dengan sepenuh hati" ucap sang dokter sambil tersenyum tipis.
Javier dan Nisia merasa lega, keduanya pun mengangguk dan tersenyum, mereka langsung keluar dari ruangan itu dan menyisakan sang dokter bersama Valia.
Melihat kedua orang itu keluar, sang dokter duduk di atas tempat tidur Valia "Jujur lah nak, kenapa kau ingin menyembunyikan nya dari kedua orang tua mu?" tanya sang dokter yang masih memiliki kekerabatan dengan Valia.
Valia tampak sedang memejamkan matanya sebentar dan ia langsung membukanya "Paman, aku tidak ingin mereka khawatir, mereka sudah memikul beban di dalam perusahaan, dan aku tidak ingin menambah beban mereka lagi. Aku yakin benar bahwa aku tidak bisa membohongi paman, tapi apa paman bisa menjaga rahasiaku dan apakah paman mau membantuku?" ucap Valia sambil menatap Xander.
Xander yang mendengar itu justru terkejut mendengar perkataan Valia, biasanya keponakannya itu tidak pernah berbicara sepanjang itu dengannya, ia sedikit merasa bahwa Valia yang ada didepannya sedikit berbeda dengan Valia yang dulu.
Tapi, Xander menampik pikirannya, ia pun sempat memikirkan perkataan Valia, dan Xander pun langsung menyetujuinya.
"Baiklah, paman akan menjaga rahasia ini dari ayah dan ibumu, tapi kau harus menceritakan semuanya pada paman, apa kau mengerti?" tanya Xander sambil menatap Valia dengan intens.
Silyena sudah melihat masa lalu Valia, ia sudah tidak terkejut melihat reaksi Xander yang biasa saja. karena Silyena tau bahwa Xander sangat menyayangi sang pemilik tubuh, lalu ia pun berpikir untuk mulai menyesuaikan diri dengan keadaan sekitarnya.
"Karena aku sudah berada di sini, aku berjanji akan menjadi dirimu dan membalaskan dendam mu. Tapi, aku tidak bisa berjanji untuk tetap menjaga sifat asliku" batin Silyena yang sudah berada didalam tubuh Valia.
Silyena yang dulu sangat haus akan kasih sayang, jadi ia menyimpan sendiri sifat aslinya, sehingga tidak ada seorangpun yang mengetahui sifat aslinya.
Jadi, karena dirinya tidak haus akan kasih sayang lagi, Silyena juga bertekad untuk melindungi pemilik tubuh, dan ia juga akan membalaskan dendam Valia.
Silyena yang ada di dalam tubuh Valia mulai menceritakan pada Xander apa yang tengah dialaminya selama berada di kampus dan juga ia menceritakan tentang kejadian beberapa hari yang lalu.
Xander yang mendengar perkataan itu benar-benar merasa sangat terkejut, ia bahkan mengeluarkan berbagai ekspresi.
Spontan saja, Xander yang tengah duduk di atas tempat tidur Valia, kini langsung berdiri dan menatap Valia.
"Kenapa kau tidak membicarakan ini pada ibumu Valia?!, bagaimana jika pada saat itu kau tidak bisa bertahan?, apa kau pikir kami tidak bisa melindungi mu?, bukankah kau tau bahwa keluarga kita cukup kaya untuk memberi mereka semua pelajaran?," tanya Xander dengan mata yang sudah melotot dengan sempurna lalu berdiri di samping tempat tidur Valia.
Silyena yang sudah di selimuti dengan dendam tidak ingin orang lain ikut campur dalam urusannya "Paman, dengarkan aku, aku ingin membalaskan dendam ini pada mereka, jadi, bisakah paman membantuku?" tanya ucap nya sambil melihat Xander yang tengah berdiri di samping tempat tidurnya.
Xander yang mendengar itu mulai mengernyitkan dahinya, ia pun menatap Valia dengan dalam, "Membalas dendam?, tidak!, paman tidak setuju!. Biarkan paman yang akan melakukannya, kau cukup duduk dan menonton saja!" ucap Xander dengan tegas.
Valia yang mendengar itu mulai menatap Xander dengan dingin "Bukankah paman sudah berjanji padaku?" tanya Valia dengan wajah datar.
Xander terkejut melihat perubahan wajah serta nada bicara Valia, biasanya gadis itu berkata lembut dan pikirannya selalu lurus, tapi kali ini sungguh berbeda, keponakannya itu justru memikirkan balas dendam serta ingin membalaskan dendam itu dengan tangannya sendiri. Perubahan Valia mampu membuat Xander merasa sesak.
"Apa kau masih Valia yang paman kenal?, bagaimana kau bisa berubah seperti ini Valia?" tanya Xander dengan sedih.
Valia mengalihkan pandangannya ke sembarang arah "Paman, aku tidak ingin basa basi, aku akan bertanya sekali lagi pada paman, apa paman bersedia membantuku?" tanya Valia lagi tanpa menjawab perkataan Xander.
Xander yang tidak mendapat jawaban itu mulai menghela nafas, "Baik, paman akan membantumu, semua ini paman lakukan karena kau adalah keponakan yang sangat paman sayangi. Dan pertama-tama paman harus membuat mu sembuh secepat mungkin" ucap Xander yang mulai bersemangat.
Walau didalam hati Xander memiliki banyak pertanyaan, tapi ia tidak ingin membuat keponakannya bersedih, setiap Valia terluka, kakak dan kakak iparnya selalu memanggil dirinya, ia bahkan mengetahui bekas luka itu, tapi Xander tidak memberitahunya pada kedua kakaknya, karena Xander sendiri ingin mendengar sendiri dari mulut Valia.
Dan ketika mendengar cerita yang keluar dari mulut Valia membuat Xander sangat marah, jadi mau tak mau, ia juga harus mendukung keputusan Valia.
Sejak diskusi itu berakhir, Xander berusaha keras membuat Valia bisa berjalan dengan normal, ia bahkan terus mengontrol keadaan keponakannya itu, lalu Xander membawa obat-obatan hasil temuannya dan memberikannya pada Valia.
Empat hari telah berlalu, berkat usaha keras Xander, kini Valia bisa berjalan dengan normal, bahkan bisa beraktivitas seperti biasa.
Xander mengurus Valia dengan baik, bahkan ia membawa keponakannya itu pergi ke salon untuk membenarkan rambut Valia.
Kini, Xander dan Valia berada di dalam mobil "Apa kau siap, Valia?" tanya Xander yang sedang duduk di kursi pengemudi.
Sedangkan Valia duduk di samping Xander "Tentu saja paman, ini adalah hal yang sangat aku tunggu-tunggu" ucap Valia sambil tertawa smirk.
Kini Xander membawa mobil itu dengan kecepatan sedang, kini mereka menuju ke kampus Valia.
"Universitas Yerpolian collage, aku datang. Kali ini aku telah membawa dendam besar di hatiku!" batin Valia sambil tersenyum smirk.
Xander sesekali melirik kearah Valia, ia kembali terkejut kerena melihat Valia tersenyum smirk sambil menatap lurus kedepan.
"Kenapa paman merasa bahwa kau bukanlah dirimu yang dulu, Valia. Apa karena perbuatan mereka yang membuatmu berubah menjadi seperti ini?" batin Xander sambil mengepalkan kedua tangannya yang tengah memegang stir mobil.
Xander pun menghentikan mobilnya di sebuah gerbang universitas, Valia yang melihat gerbang itu pun langsung turun dan tidak lupa mengucapkan sepatah atau dua patah kata pada Xander
"Paman, terima kasih sudah mengantarku, tapi paman tidak perlu merasa khawatir, karena mulai sekarang, aku akan selalu baik-baik saja" ucap Valia sambil tersenyum berbalik meninggalkan Xander yang tengah termenung.
"Semoga kau berhasil, lagipula paman akan selalu berada di belakangmu" ucap Xander sambil menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Valia kini masuk kedalam gerbang kampus, tapi saat kakinya melangkah, Valia bisa merasakan tatapan para mahasiswa lainnya yang tengah menatapnya dengan tatapan jijik.
Silyena yang sudah masuk kedalam tubuh Valia justru sudah mengingat orang-orang tengah berseteru dengannya.
Lalu Valia tetap berjalan masuk kedalam kelasnya dan bersikap acuh tak acuh, didalam kelas itu Valia juga bahkan mengingat siapa-siapa saja orang yang telah merundungnya.
Saat Valia memilih duduk di pojokan dan menatap keluar jendela, tiba-tiba saja, seorang langsung menduduki kursi kosong yang ada di samping Valia.
Brakkk
Orang itu langsung mengebrak meja dan mengeluarkan kata-kata yang begitu pedas pada Valia.
"Hei, wanita miskin!, berani sekali kau datang ke kampus ini lagi?!, apa pelajaran yang aku berikan itu masih kurang?, atau kau memang ingin aku melakukan hal yang lebih memalukan lagi padamu?" ucap wanita yang sedang duduk di sebelah Valia sambil menghentakkan satu jarinya di kepala Valia.
Awalnya Valia hanya tetap diam dan masih menatap ke luar jendela, lalu saat jari-jari wanita itu ingin meraih kepala Valia.
Valia justru langsung memegang jari itu lalu ia pun memegang tangan wanita itu dengan tangan lainnya dan Valia dengan cepat memutarnya dengan keras hingga terdengar bunyi suara yang begitu menyakitkan.
Kreekkk
Aarrgghhh
Silyena yang sudah berada di dalam tubuh Valia kini menatap wanita itu dengan tajam "berani sekali kau melakukan hal itu padaku?, Kau pikir siapa dirimu?!" tanya Valia sambil menatap wanita itu dengan tajam.
Bersambung ...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!