Namaku Santy umurku sekitar 22 tahun pada waktu itu. Tinggi badanku sekitar 156 cm dan berat badanku 48 kg. Tinggi dan langsing. kulitku tidak terlalu putih dan tidak juga hitam. Hidungku mancung seperti orang arab. Walau aku sebenarnya orang jawa.
Aku orang yang periang,ramah dan asik,rata-rata teman- temanku adalah cowok. Karena aku agak sedikit tomboi tapi karena memang anak laki-laki itu paling asik saat di ajak bercanda dan juga bercerita.
Aku asli keturunan jawa. Dan mama abaku merantau sejak aku masih kecil di kota ini.
Dalam hal ekonomi memang aku berada di bawah, dari mantan pacarku.
Dulu aku sering di bullynya dan aku hanya diam.
Aku sering di remehkannya, aku benar di salahkannya.
Dan lucunya aku hanya diam saat itu. entah itu sudah masuk pengaruh guna-gunanya atau bagaimana aku kurang tau.
Tapi seandainya sekarang pasti sudah ku semprot orang yang merendahkanku dan mengati'i ku itu.
Mungkin maksudnya bercanda atau apa, tapi itu bukan sebuah candaan.
Singkat cerita Ardi nama pacar pertamaku yang aku temui saat magang. Karena kebodohanku tnpa mengenal lebih jauh tentang dirinya. Aku langsung mau saat di ajak jadi pacarnya.
Pertimbanganku saat itu karena dia baik padaku, perlakuannya sopan dan dia lebih dewasa.
Karena tipe ku saat itu adalah laki-laki yang lebih tua dari ku.
Aku di santet oleh mantan pacarku.
Jadi ceritanya Pernah pada suatu malam sekitar jam 8 malam atau selesai sholat isya aku tertidur di kamar dengan suasana lampu yang remang-remang. Di antara tertidur atau tidak tapi aku masih mendengar suara kesibukkan ibu dan ayahku di luar kamar.
Ayah ibuku bekerja sebagai pedangang jadi saat itu beliau mempersiapkan barang untuk dijualnya besok.
Itulah kesibukan orang tuaku setiap hari.
malam itu di antara tersadar dan tertidur aku didatangi sosok kakek berbaju putih, bersorban putih dan berjanggut putih dengan wajah yang samar-samar terlihat.
Kakek itu berada persis berdiri didepan ku dengan sedikit melayang lebih tinggi dari ranjang tempat tidurku. tepat x di atas lemari kayu yang di atas ranjang itu.
Ranjang orang dulu terbuat dari kayu dan bagian di atas kepala pasti ada lemari tempat menyimpan baju.
Saat itu posisi tidurku terbalik, yang harusnya bagian lemari tempat kepala. Aku posisi kaki di atas lemari itu kalo dalam posisi tidur.
Seingatku kakek itu menyampaikan pesan bahwa "Dia itu tidak bersungguh-sungguh!" aku pun langsung terbangun dan binggung apa yang terjadi. Tiba-tiba hp ku bergetar tanda sms masuk. Ku lihat layar hp itu dan ternyata pacarku Ardi mengirimiku pesan.
Seperti kegiatan hari-hari kami adalah bekirim pesan untuk memberi kabar dan perhatian. Begitulah kalo orang lagi kasmaran di landa cinta.
"Ardi, Sedang apa." Itu isi sms yang Santy terima.
Aku memang menunggu sms darinya.
Aku pun membalas sms itu dan memjawab aku sedang mengerjakan tugas kuliah di kamar.
Dan tidak seperti biasanya kami selalu becanda gurau di sms tapi ini terlalu banyak pertanyaan yang di tanyakan Ardi malam itu. Seperti ada sesuatu hal yang tidak tersampaikan atau sengaja menghilangkan suatu masalah yang berat.
Setelah bekirim pesan Ardi menelponku, secara langsung dia mengajakku pergi ke sebuah bukit. Sekitar dua jam perjalanan menuju kesana.
Aku pun mengiyakan ajakannya untuk pergi besok.
Kami pergi naik motorku, disepanjang jalan aku merasa hp nya selalu bergetar sepeti orang yang menelpon.
Ku katakan pada Ardi kalo hpnya bergetar, tapi Ardi hanya bilang itu dari rekan kerja dan tetap melanjutkan mengendarai motor.
Hp Ardi terus begetar sampai kami tiba di bukit.
Aku terus menanyakan hpnya yang terus begetar.
Ardi lalu membuka hpnya dan mengatakan itu hanya sebuh sms.
Sambil duduk di sebuah kursi yang ada di bawah pohon.Entah kenapa tiba-tiba dari mulutku keluar kata-kata "Ardi, kamu seandainya selingkuh jangan harap untuk kembali lagi padaku". Ujar Santy
Aku mengeluarkan kata-kata itu secara spontan dan tanpa ada pikiran apa-apa. Seperti aku tau kalo Ardi menyembunyikan sesuatu.
Aku mungkin mudah di tipu tapi perasaanku selalu kuat. Aku tau karena pernah belajar psikolog.
Awal perkenalan ku dengan Ardi. Saat itu aku magang di sebuah hotel bintang 3 tempat Ardi bekerja.
Aku di tempatkan di bagian restoran.
Di sana dan Ardi di bagian dapur kitchen.
saat itu Ardi mengira aku anak SMK yang magang di situ karena aku tidak terlalu bisa berdandan seperti kebanyakkan orang yang sudah kuliah.
Aku magang berdua dengan sahabatku Lia. Lia berada di lokasi yang berbeda denganku, dia berada di bagian housekeeping. Walaupun begitu kami tetap satu kelompok dalam mencari nilai untuk membuat proposal nantinya.
Aku dan Lia sudah akrab dari jaman SMA. Dan sudah Hampir 1 bulan kami magang di sana kami bisa langsung dekat dengan semua karyawan dan pekerja yang ada di hotel tersebut.
Pekerja dan karyawan di hotel ini begitu menerima kedatangan kami di tempat mereka.Sehingga membuat kami begitu mudah akrab.
Mereka mengajariku dan Lia macam-macam untuk membantu kami mendapatkan nilai yang bagus. Dan sekaligus meringankan pekerjaan mereka kami suka membantu walau dalam bidang pekerjaan tidak sama.
Mempelajari istilah-istilah yang ada di perhotelan, bagaimana bersikap dengan tamu, melayani tamu, table manner, clear-up, set-up yang awalnya hanya sekedar teori di kampus.
Menjadi sangat menyenangkan saat dipraktekkan di lapangan.
Aku dan Ardi hanya bertemu di pergantian shiff, karena harus brifeng dulu. Untuk penyampaian pesan dari shiff tiga dan shiff satu.
di situ aku di suruh memperkenalkan diri oleh seniorku.
Aku tidak pernah berbicara dengan Ardy sebelumnya sampai saat aq masuk shiff 2 karena jam kerja dari 15.00-23.00wita.
Aku takut untuk pergi keloker wanita karena letaknya yang berada di ruangan belakang hotel dan banyak rumor yang mengatakan disitu dulunya kuburan.
Banyak mitos-mitos yang membuatku takut untuk mengambil tas dan berganti baju di loker itu.
Dan saat itulah Ardi menemaniku untuk pulang dan Dia sering membantuku dan mengantar ku sampai parkiran karyawan.
Ardi selalu mengajakku gobrol atau mengajariku sesuatu tentang kitchen.
Karenak kebaikkan Ardi dan perhatiannya selalu membuatku luluh akhirnya pun kami berpacaran.
Pebedaan usia ku dan Ardi berbeda 8 tahun. Aku menyukai laki-laki yang lebih tua dariku karena aku menganggap mereka sudah dewasa.
aku dan Ardi menikmati kebersaman kami.
walau selama pacaran aku tidak pernah di perkenalkan dengan orang tuanya. Atau keluarganya yang lain Aku merasa hal itu wajar karena kami baru saling mengenal .
Hari-hari terus terlewati aku tidak merasakkan kejanggalan apapun dari sikap Ardi yang ternyata aku adalah pacar keduanya.
Pacar pertama adalah Yuni. Ardi dan Yuni menjalin LDR . Yuni kuliah di jakarta dan Ardi sendiri di Kalimantan. aku masih belum mengetahui apapun tentang Ardi dan bagaimana orang tuanya. karena ku menganggap yang penting kami yang menjalani ini.
Aku terus bepikir positif tentang Ardi. Tanpa tau masalah kalo orang tuanya lebih setuju dia berhubungan dengan Yuni.
Bahkan ternyata Yuni tau semua tentang diriku. Tanpa aku tau tentang dirinya
Sore itu Ardi menceritakan tentang Yuni kepadaku.
Tanpa ragu Ardi memujinya. Terlihat dari semua cerita Ardi hanya menceritakan kebaikkan Yuni. Tidak sepertiku. yang begitu sederhana dari dandanan sampai bahkan keuangan.
Walaupun aku sederhana dalam keuangan, aku tidak segan untuk memakai uangku saat kami makan di luar.
Aku tidak pernah meminta barang apapun kepada Ardi saat kami pacaran. Bahkan motorku yang selalu di pakainya pun aku persilahkan untuk di bawanya.
Gadis cantik yang berjilbab lebar, taat dengan agama, ramah, pintar dan sopan. Pantaslah Yuni mudah dan sudah mendapat restu dari orang tuanya. Secara logika orang tua yang mencarikan pasangan hidup intuk anaknya, pastilah akan memilih Yuni.
hidup anaknya akan maju di masa depan jika bersama Yuni itulah garis besar tentang Yuni yang di ceritakan Ardi kepadaku. Dan kalo bersamaku pasti anaknya akan hidup susah karena aku tidak punya potensi apapun menurut mereka.
Itu adalah salah satu ciri mertua matre yang harus aku hindari.
Walau Yuni berasal dari kampung, dia orang yang berbakat dan pintar.
Dari desa pergi kekota untuk bekerja dan di tempat kerja Yuni satu Departemnt dengan Ardi. Karena ada peningkatan kwalitas karyawan di hotel Yuni pun mendapatkan beasiswa dari pemilik hotel untuk melanjutkan pendidikan S1 nya di bidang perhotelan di jakarta. Selama kurang lebih tiga tahun.Dan dari situlah awal Ardi dan Yuni LDR'an.
Hatiku berkecamuk sakit mendengar pengakuan dari Ardi. Dia begitu membanggakan Yuni tapi dia sendiri yang pura-pura meneteskan air mata. Mana mungkin ada laki-laki yang menolak wanita yang begitu berpontensi. Aku liat Ardi meneteskan air mata karena dia mengaku memilihku bukan Yuni. Tapi orang tuanya mengharuskannya untuk bersama dengan Yuni.
Aku menganggap semua itu kebohongan, karena selama ini dia sudah membohongiku.
Kejujuran yang di ucapkan Ardi sangat membuatku sakit, karena tanpa di ucapkkan aku hanya pelampiasan nafsu cinta dari Ardi.
Jadi status pacaran ku ini hanya untuk menemaninya.menunggu pacarnya Yuni yang tengah LDR'an datang kembali.
Ardi menangis meminta maaf kepadaku saat itu. Kalo kata orang air mata lelaki itu murni tapi tidak untukku. Aku menjadi orang ketiga di antara mereka dan itu suatu kesalahan.
Dan tangisan itu karena dia terjerat atas permainannya sendiri.
Aku memilih pergi dari hubungan ini dan menengaskan untuk meninggalkan Ardi. Walaupun Ardi memastikkan akan membujuk orang tuanya untuk merestui hubungan kami. Itu hanya mengulur-ngulur waktu bagiku agar aku lebih lama untuk menemani waktu sepinya.
Dengan sifat keras kepalaku. Aku tidak mau dibujuk Ardi untuk di jadikan yang kedua. Atau pun yang pertama.
perbuatannya sangat merugikan diriku dan mendengar dia yang begitu menyanjung Yuni.
buat apa aku ada disini. Nantinya Aku hanya di jadikan bahan perbandingan jika dia tidak menyukai salah satu sifatku.
Aku sempat bertanya kepada Ardi bagaimana Yuni bisa berkenalan dengan orang tuanya dan kenapa aku tidak di kenalkan.
Ternyata dulu Ardi pernah mengikat janji kepada Yuni. Bahwa dia serius menjalani hubungan dengan Yuni. Dan Ardi memberikan nomor telpon Yuni pada orang tuanya. Dan Yuni di telpon orang tua Ardi untuk meyakinkan hal itu.
Tapi di pertengahan jalan Ardi dan Yuni selalu bertengkar dan putus nyambung lalu disitu lah aku masuk.
mendengar ceritanya itu aku tetap memilih meninggalkan Ardi. Karena prinsipku sekali laki-laki itu berselingkuh pasti akan ada kedua dan ketiganya. Dan aku tidak mau menyiksa diriku sendiri.
Akupun pergi dari kehidupan Ardi dan Dari situ awal kehidupanku berubah.
Aku menjadi orang yang pendiam, aku banyak bepikir dan orang-orang melihatku seperti melamun dan linglung. Yang ku pikirkan saat itu hanya Ardi dan Ardi.
Ardi tiba-tiba risegn dan pindah keluar kota. Dan aku melanjutkan kehidupan sebagai seorang mahasiswa. Tapi anehnya pikiranku, emosiku dan khayalan selalu tertuju kepada Ardi apapun yang aku lakukan bayangan Ardi selalu muncul. Dan Aku jadi sering menangis sendiri karena mengingat Ardi.
Ketakutan tanpa sebab. Satu bulan dari kejadian pengakuan Ardi tentang Yuli benar-benar membuatku terpukul aku akan selalu ingat akan hal itu dan membuat aku yakin untuk tidak akan menemui Ardi lagi apapun yang terjadi.
Perubahan itu ternyata di rasakkan oleh orang tuaku. Saat mempertanyakan Ardi yang tidak pernah berkunjung kerumah lagi. Aku pun menjawab kalo hubungan kami telah berakhir. Ibuku diam dan memandang perubahan yang terjadi kepadaku, badanku yang semakin hari semakin kurus, raut wajahku yang tak lagi bersemangat dan bahkan orang tuaku sering memergoki aku saat melamun.
Aku sendiri tidak tau apa yang terjdi kepadaku. Apa aku begitu mencintai Ardi sampai-sampai hanya ada bayangan dan pikiran tentangnya. Aku bingung dan gundah saat itu. Ku bawa sholat malam serta berzikir dan aku selalu menangis di tengah sholatku. Aku benar-benar binggung apa yang terjadi pada diriku, aku hanya meminta petunjuk kepada Allah, Allahlah satu-satunya tempat aku mencurahkan emosiku dan hanya itu cara yang bisa ku lakukan.
Kesibukkan akan membuatku lupa akan Ardi itulah yang ku pikirkan. Aku mulai melakukan banyak kesibukkan di kampus dan ikut serta menjadi panita untuk lomba olahraga para wartawan yang di adakan di kotaku. Menjamu tamu dari sumatra barat membuatku lumayan sibuk tapi pikiran tentang Ardi tetap menghantuiku.
Aku selalu memakai logika ku ketika ingat akan Ardi. Apa yang telah dilakukannya cukup menyakitiku dan perkataannya yang selalu mengejek pekerjaan orang tuaku. Membuat aku yakin untuk tidak mencarinya dan bertemu dengannya.
Kadang logika ku hancur saat keinginan dan bayangan Ardi selalu muncul dihadapanku. Bahkan saat tertidur pun aku selalu bermimpi buruk. Seakan-akan aku kebingungan berada di depan rumah besar yang memiliki pagar besi yang cukup tinggi dengan suasana gelap dan sepi. Kadang aku bermimpi dikasihani oleh sosok kakek-kakek yang menangis saat memandangku dan aku pun selalu kebingungan saat mimpi serupa selalu datang. Di dalam hatiku aku selalu berdoa untuk meminta petunjuk kepada Allah. Apa yang sebenarnya terjadi kepadaku.
Mimpi-mimpi itu selalu datang setiap malam, bahkan di setiap aku tertidur. Seperti sebuah petunjuk yang tidak aku mengerti.
Seandainya aku bisa berpikir saat itu aku mungkin akan memikirkannya. Tapi kenyataannya tidak, aku hanya bisa merenungi nasibku saja. Tanpa bisa bertindak.
Hari-hari ku lalui seperti orang sakit, kapanpun dan di mana pun aku bisa menangis bila ingat Ardi.
Bahkan saking tidak kuatnya dengan rasa kangen dan rindu terhadapnya aku selalu lalu-lalang di depan rumah kontrakannya yang dulu.
Sekedar hanya ingin melihat dirinya di depan pintu pikirku.
Kadang saat aku sadar dengan kejadian yang sudah terjadi, aku menguatkan diriku bahwa disini aku adalah korban dan aku berdoa semoga Ardi mendapatkan balasan atas perbuatannya.
Di dalam doaku aku selalu bertanya "ada apa dengan diriku!" kenapa aku selalu mengingat Ardi bahwan aku sampai menangis karena rasa kangen yang tidak pernah kesampaian.
"Kenapa, kenapa, dan kenapa diriku ini. " Pikir Santy.
Setiap sujud di akhir sholatku aku menangis, meminta pertolongan Allah. Begitu lemah dan tak berdayanya aku selama ini.
Orang tua ku sangat prihatin akan kondisiku yang terus-terusan terlihat murung dan melamun. Kondisi fisikku juga memburuk berat badanku yang terus turun seperti tulang berbalut kulit. Tiada hari tanpa melamun dan sedih, bayangan Ardi yang selalu muncul di hadapanku.
Orang tuaku tau mungkin ini karena putus cinta. karena Ardi adalah pacar pertamaku dan laki-laki yang aku kenalkan dengan mama.
Semua bayangan tentang Ardi Membuatku seakan-akan menggila dan ingin mengejarnya, tapi dengan iman yang cukup kuat aku selalu berdoa kepada Tuhan. Aku selalu merasa lega saat membaca surah alfatihah, anas, kulhuwallah, dan surah yasin.
Zikir selalu ku ucapkkan untuk menenangkan hati dan pikiran ini.
Aku juga selalu merasa kurang fit lemas dan tidak bersemangat sehingga aku mengalami mesnstruasi yang berkepanjangan dan menurut dokter itu akibat aku terlalu stress.
Bagaimana aku tidak stress.kalo bayangan dan wajah Ardi selalu ada di mataku. Dan tidur malam ku yang selalu tidak tenang.
Mudah dan Seringnya kelelahan membuatku terbiasa menghabiskan sepanjang hari hanya untuk tidur di kamar. Apa lagi di waktu magrib menjelang isya kepalaku seperti berputar ringan. Tapi anehnya saat orang selesai solat isya pusing kepalaku hilang dengan sendirinya dan itu terjadi setiap malam.
Pernah pada malam sekitar jam 11 malam orang tua ku belum tidur mereka sibuk menyiapkan dagangan. Aku samar-samar mendengar percakapan mereka tentang diriku yang sering melamun dan sedih. Karena cinta yang tidak kesampaian ini.
Karena dulu pernah ada yang meramalku dan katanya aku ada ciri-ciri disakiti oleh cinta. Dan mamaku terpaut akan ramalan itu.
di dalam hatiku sebenarnya aku tidak terlalu cinta dengan Ardi,
Mendengar kekhawatiran dari ayah ibuku. Aku hanya bisa menangis dan berdoa saat itu kepada Allah. Sebenarnya aku tidak ingin mereka khawatir atau sedih tapi apalah dayaku, aku juga tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
Pagi minggu aku bersama tetanggaku Evi berencana untuk kepasar minggu. Evi tetangga sebelah rumahku sekaligus sahabatku. Kami sering bepergian berdua kemanapun.
Sekitar 20 menit berkendara untuk bisa sampai kesana. Karena pasarnya cuma diadakkan satu minggu sekali mungkin itu yang membuat pasar itu sangat ramai penuh sesak melebihi mall pada hari minggu. Saking ramainya orang, aku lalai dengan barang bawaanku dan saat itu HPku dicopet orang, Saat kami sibuk dengan barang pilihan kami yang ingin dibeli sehingga lupa untuk berhati-hati.
Evi yang aku beritahu kalo hpku hilang pun langsung kebingungan ketika mengetahuinya, dengan berusaha mencoba menelusuri jalan yang telah kami lewati, karena berharap hp itu terjatuh dan ada orang yang mengembalikkannya.kami terus berputar-putar di pasar tersebut. Harapan kami sia-sia satu jam pencarian tidak membuahkan hasil apapun, dan kami memutuskan untuk pulang kerumah.
Karena insident itu, Evi merasa bersalah karena dia yang mengajakku untuk pergi ke pasar pagi. tapi nasi sudah menjadi bubur dan tidak selamanya matahari mendung itu akan turun hujan. Itulah yang aku pikirkan pasti akan ada hal baik setelah ini.
Sore hari Evi mengajakku untuk pergi tanpa tahu tujuannya kemana, aku ikut saja. ternyata Evi membawaku kerumah kenalannya yang sering di subutnya "mamah" Orang tua angkat Evi.
Dengan suasana rumah yang sangat nyaman, banyak pepohonan menambah rasa tenang,sejuk dan damai. Ingin rasa nya untuk tinggal berlama-lama di rumah mamah. Rumah tetangga yang jaraknya tidak terlalu dekat. Seperti berada di desa, jauh dari kebisingan kendaraan, Rumah mamah memang berada jauh di ujung gang sempit jadi sangat jarang motor yang berlalu-lalang. Sesampainya di sana aku banyak diam karena aku memang tidak mengenal beliau, aku hanya mengikuti Evi dan duduk di sampingnya.
Aku mengamati sekelilingku. Kulihat banyak foto-foto anak kecil, mungkin itu foto cucu Mamah atau mungkin anak beliau. Mamah sendiri adalah seorang janda, yang tinggal sendiri di rumahnya, anak beliau semua sudah berumah tangga dan hidup masing-masing.
Sebagai orang tua yang tinggal sendiri di rumahnya, mamah merasa senang saat aku dan Evi berkunjung
Mamah bercerita banyak dengan Evi dan membiarkanku duduk sendiri di sofa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!