Semenanjung Balkan – 23 Januari 2023
“Huh huh huh”, seorang gadis berlari dengan tubuh gontai, beberapa kali nyaris tersungkur pada tanah dan bebatuan. Meredam erat luka di bagian dada kanannya, ya untungnya dada bagian kanan, hingga ia masih memiliki nyawa dan sedikit kekuatan lebih lama.
Napasnya semakin lama semakin berat, tubuhnya berkeringat sebesar biji jagung, bibir pinknya berubah pucat dan bergetar. Bahkan matanya pun selalu ingin tertutup, namun kekuatan dari dalam dirinya memaksa harus tetap bangun dan membuka mata.
Dari tangan kanannya bercucuran darah segar yang entah sudah berapa cc terbuang percuma, membasahi Corner Shot 40mm Grenade Launcher yang dibawanya.
Jika manusia normal pada umumnya apalagi wanita pasti sudah tewas di tempat. Tapi berbeda dengan Carlotta Maldini, putri tunggal Ketua Organisasi Mafia Moisa yang terkenal kuat di Eropa.
Sesekali Carlotta menolehkan kepala kebelakang dengan napas yang kian melemah, ia tidak yakin bisa sampai ke markas utama Moisa yang jaraknya beberapa kilometer lagi.
“Sial kalau kondisiku terus seperti ini tidak akan sanggup mencapai markas.” Lirih Carlotta menahan sakit yang tidak biasa, bagaimana tidak peluru yang bersarang di dada kananya bukan jenis main-main, ia sangat tahu dan biasa menggunakan peluru itu untuk melumpuhkan musuh.
Tapi kali ini Peluru Jacketed Hollow Point itu bersarang di tubuh Carlotta. Salah satu jenis timah panas mematikan, memiliki lubang pada ujungnya dan melebar setelah berhasil menembus tubuh lawan, mengakibatkan luka parah yang meluas.
“Perempuan sialan itu masih belum mahir menggunakan mainannya.”
“Uhuk.....” Darah segar keluar dari mulut Carlotta, muncrat cukup banyak. Ia semakin tidak bisa menahan diri dari rasa sakit yang menjalar.
“ITU DIA, TANGKAP.” Perintah seorang wanita yang menembak Carlotta.
Langkah kaki Carlotta melemah, tubuhnya seakan melayang di udara tapi dengan sisa sedikit kesadaran dan kekuatan, sepasang anggota gerak pada tubuhnya itu tidak menyerah walau musuh berlari mengejarnya, bahkan hanya untuk menangkap wanita saja mereka sampai menggunakan sniper khusus.
“BRENGSEK CARLOTTA, kapan perempuan itu mati?.”
“Bawa dia padaku sekarang, jangan tembak dia, hanya aku yang boleh merenggut napas dan detak jantungnya." Bengis wanita cantik berambut hitam pekat ini.
Sementara beberapa pria bersenjata lengkap mengepung Carlotta yang sudah kepayahan, ia masih sanggup dan kuat mengokang senjatanya untuk melepaskan sisa peluru di dalam. Setidaknya tidak mati sia-sia, lebih baik menghamburkan peluru pada sekelompok pria pecundang ini.
“Maju kalian. Kalian pria tapi berani sekali melawan wanita yang sedang terluka, maju kalian, jangan pikir aku takut, hah." Tantang Carlotta.
Dor
Dor
Dor
Dor
Tidak percuma Luciano Maldini melatih keras putrinya, disaat kritis seperti ini saja Carlotta masih mampu menembak lawan tanpa meleset sedikitpun.
Peluru yang keluar dari laras panjangnya langsung membidik tepat pada kepala dan dada kiri, kini dataran yang dipenuhi bebatuan mengalir darah segar keempat pria itu.
Dengan insting kuat, Carlotta kembali melepaskan satu peluru, ya tepatnya penembak jitu sedang mengarahkan senjata laras panjang padanya, tapi berhasil digagalkan.
“Peluruku tinggal satu, sisa untuk bertahan”, gumam Carlotta yang mengeluarkan darah dari dalam mulutnya.
Suara helikopter menggangu pendengaran, terbang dengan jarak yang begitu dekat seperti akan menurunkan seseorang. Ya memang satu detik kemudian Carlotta melihat sosok cantik yang usianya tidak berbeda jauh tengah berdiri tegak di depannya.
“Masih tidak menyerah? Sebaiknya kau menyerahkan nyawamu suka rela, lakukan di depanku sekarang !!!." Menendang tubuh Carlotta sampai terjatuh membentur kerasnya tanah.
“Ayo bangun, cepat !!!!!! Hanya inikah kemampuan putri dari seorang Luciano Maldini? Kau tidak ada apa-apanya, tidak lebih hanya mengandalkan wajah jelekmu untuk merayu musuh, benar kan?."
“Berani sekali kau bicara hal kotor padaku, hah?." Sanggah Carlotta mencoba berdiri dengan berpegangan pada senjata api di tangannya.
“Sial, jalanku tertutup, dia memblokade semua, dia tahu bagaimana caraku melarikan diri." Kata hati Carlotta.
“Bersujud lah padaku Carlotta, mohon ampun dan cium kakiku bila perlu kau jilati !!!!.” Amarah berapi-api dari wanita yang berani melukai putri kesayangan Organisasi Mafia Moisa.
“Bersujud? Memang siapa dirimu? Kau tidak lebih dari sampah yang dipungut di pinggir jalan.” Sangar Carlotta masih tetap bertahan di napas beratnya.
“Sampah? Katamu aku sampah? Kurang ajar.”
PLAK
Menampar pipi kiri Carlotta , tidak hanya diam, masih dengan sisa tenaga yang ada Carlotta membalas pukulan yang lemah itu dengan menendang perut lawannya sampai terjungkal keras, dan pasti tubuh bagian belakangnya retak atau paling tidak lebam dan tidak bisa duduk selama berminggu-minggu.
“BERANI SEKALI KAU.” Teriaknya mengambil sebilah pisau dari balik punggung, namun lagi-lagi gagal dan mengenai dirinya sendiri, tapi otak liciknya mempersiapkan sesuatu. Sedikit gerakan tangan isyarat tertentu suara tembakan kembali terdengar
Dor......
Bruk
Carlotta jatuh di atas tanah keras, kedua lututnya tertekuk. Rupanya seorang sniper lain menembak bagian kakinya hingga ia tidak bisa berdiri lagi.
“HAHAHA”
“Tamatlah hidupmu, selamat jalan Carlotta Maldini”
Dor
Dor
Peluru terakhir Carlotta lepaskan bersamaan dengan dirinya yang tertembak.
“AKHH SIALAN CARLOTTA MASIH BERANI MELAWANKU." Teriaknya wanita berambut hitam pekat itu yang kesakitan pada bagian paha.
Napas Carlotta kian lemah dan menghilang, kedua matanya perlahan mengecil, pandangannya pun buram tidak jelas, pendengarannya tidak berfungsi dengan baik, telapak tangannya bergetar dan
KRAK
Seseorang menginjak pergelangan tangan Carlotta hingga patah.
Tidak ada lagi jerit kesakitan keluar dari bibirnya.
Tidak ada lagi perlawanan yang bisa ia lakukan.
“Papa, maafkan aku. Aku harap papa bisa hidup lebih baik setelah aku tiada, Carlotta sayang papa, aku mencintaimu pah."
Carlotta menutup mata untuk terkahir kalinya, kristal bening menetes dari sudut matanya.
Hidup di dunia mafia memang tidak mudah apalagi bagi seorang wanita sepertinya yang memiliki banyak musuh, dan janganlah menyimpan seluruh telur yang kau miliki pada satu keranjang sama, karena penyesalan dan rasa kecewa datang disaat terakhir setelah semua terjadi.
Indahnya surga, semua putih dan bersih, bersinar.
Angin ya angin ini segar tidak gersang, harum bunga menusuk pada siapapun yang berada di dekatnya.
Tunggu.....
Kalau ini surga kenapa suara tangis banyak orang terdengar jelas sekali di telinganya dan sangat mengganggu? Mereka menyebutkan satu nama asing.
Lalu.....
Suara apa yang begitu berat dan bergesekan ini? Apa sekarang rumah sakit menggunakan kayu untuk ranjang pasiennya?
Pikir Carlotta
Kelopak matanya mulai bergerak, netranya pun perlahan terbuka dan pemandangan aneh pertama kali Carlotta lihat, ukiran indah pada langit-langit.
“Langit-langit apa itu? Bangunan tua?." Pikir Carlotta
Kepalanya masih sangat pusing untuk bangun, apalagi tempat ini sangat sempit seperti peti mati.
“Apa peti mati? Aku masih hidup, lihat tanganku bergerak.” Carlotta menggerakkan tangannya.
Tepat saat peti jenazah akan ditutup, gadis cantik ini menjerit “JANGAN KUBUR AKU.”
Sontak semua orang menatapnya penuh arti dan tanda tanya, juga wajah yang menyiratkan rasa takut.
...TBC...
BRAK
Carlotta menendang penutup peti mati, tapi ada yang berbeda kali ini terasa begitu lemah dan kurang tenaga. Biasanya ia mampu menendang lawannya sampai terpental jauh, apalagi hanya kayu peti jenazah pasti melayang terbang entah kemana.
“Akibat luka tembak itu tubuhku jadi lemah dan kurus." Gumam Carlotta melompat turun dari kotak kayu berlapis timah ini. Ia berpikir bisa-bisanya Luciano ingin menguburnya hidup-hidup.
“Papa apa yang kau laku......" Kata-kata Carlotta terhenti di udara, ia kebingungan menatap tempat aneh dan orang-orang asing di depannya.
Pakaian mereka berwarna hitam senada dengan bordiran indah pada lapisan kain luarnya, dan satu lagi penampakan seperti ini seperti film yang sering menghiasi bioskop.
“Mereka semua menculikku.” Desis Carlotta.
Carlotta menelisik satu persatu dari mereka, tidak ada yang menunjukan penyerangan atau perlawanan, hanya tanpak beberapa prajurit berbaju besi membawa sebilah pedang di tangan masing-masing.
Bagi Carlotta lebih mirip panggung opera dan semacamnya, meskipun ia tidak tahu bagaimana itu opera karena selalu menolak ajakan Luciano.
Pandangan Carlotta terkunci pada wanita cantik yang diperkirakan usianya sekitar 20 tahun, gadis itu menggunakan pakaian mencolok dan paling berbeda dari yang lain.
Kain yang digunakannya sangat lembut mengkilat walaupun berwarna hitam, bordirnya yang menghiasi sangat indah dan rumit, pasti perlu waktu berbulan-bulan menyelesaikan pakaian itu. Jangan lupa mahkota terbuat dari rubi di atas kepala gadis itu.
“Tempat aneh, dan kau jelaskan ini dimana? Kalian menculikku hah?." Tunjuk Carlotta pada gadis cantik bermahkota itu.
“Sihir”
“Sihir”
Beberapa yang hadir berhamburan keluar ruangan, ketakutan setelah mendengar Carlotta bicara.
Seorang pelayan datang sembari menangis, Carlotta bisa melihat tatapan tulus dan kehilangan dari mata pelayan ini.
“Yang Mulia Tuan Putri silahkan ikuti saya." Ia pun gemetar takut, apa iya ada seseorang yang telah mati bisa hidup kembali. Tentu Carlotta mengikuti, tidak banyak tanya atau protes, toh drinya terbiasa dipanggil ‘Tuan Putri' di mansion Maldini.
Carlotta dibawa ke ruangan khusus lebih mirip penjara bawah tanah menurutnya, seorang dokter memeriksa tubuh Carlotta dan membaca mantra khusus.
Sontak pria di depannya terbelalak melihat Carlotta, dan tersenyum penuh arti lalu menggenggam kedua tangan gadis ini. “Kau datang dari jauh, ku harap menyukai tempat ini."
Lalu memerintahkan pelayan untuk memberi yang terbaik pada Carlotta.
Sungguh Carlotta bingung apa yang terjadi padanya karena tubuhnya jadi kurus dan kekurangan tenaga serta terdampar di kawasan aneh dengan orang-orang asing.
Dia meminta salah satu pelayan membawakan cermin untuknya, dan seketika Carlotta menjerit keras, suaranya terdengar keluar begitu kuat dan nyaring.
AAAKKKH
Para pelayan serta prajurit mendatangi ruangan lembab ini, semua bersiaga untuk melindungi Tuan Putri mereka.
“Kau katakan aku dimana dan wajah siapa ini?.”
Memaksa seorang pelayan menjelaskan apa yang terjadi padanya, perlahan tapi pasti semua didengar sangat baik dan Carlotta menggeleng kepala lemah seakan menolak apa yang terjadi padanya, bukankah ia terluka di Semenanjung Balkan dan kemana semua luka itu pergi?.
Apalagi pelayan mengatakan jika ia adalah Putri Helena, Putri Kedua Kerajaan Arandele.
“Hah nama siapa lagi itu? Aku tidak pernah mendengarnya. Ini pasti mimpi sebaiknya aku tidur ebih cepat.” Carlotta berusaha keluar ruangan namun dicegah oleh prajurit dengan alasan raja belum memberi perintah apapun untuk mengeluarkan Putri Helena dari penjara ini.
“Raja siapa hah? Katakan pada raja mu, jangan berbuat seenak jidat padaku.” Sikap arogan Carlotta yang tidak kenal takut.
Putri Helena diklaim kehilangan ingatan setelah siuman dan selamat dari kematian, tidak ada sihir apapun ditubuhnya, semua murni keajaiban dari Pemilik Alam Semesta.
Dokter kerajaan secara langsung menyampaikan pada keluarga kerajaan, dan memohon agar Putri Helena bisa menempati kamarnya di kastil bukan penjara bawah tanah.
Sementara Carlotta yang kesal harus berdiam diri dalam penjara kumuh dan lembab ini memaksa keluar, dengan keahliannya sebagai putri mafia, ia membongkar kunci hingga pintu terbuka tanpa meninggalkan kerusakan. Merobek gaun panjang yang sangat mengganggunya dan membebat pergelangan tangan.
Penjaga penjara dan prajurit khusus, menghadang Carlotta keluar, tapi tentu saja gadis cantik ini menanggapi sangat santai bahkan ia begitu mudah merebut pedang dari tangan prajurit.
“Apa lihat-lihat? Menyingkir kalian daripada ku tusuk.” Ancam Carlotta tidak main-main.
Dilihat dari tatapan mereka semua tidak ada yang berani melukainya, mungkin hanya menangkap dan mengembalikannya ke penjara.
BUGH
Walau sedikit kesakitan tapi Carlotta berhasil meruntuhkan dua orang prajurit sampai membentur jeruji besi yang berjejer rapi.
“MINGGIR.” Tatap tajam Carlotta
Gadis ini ingin minta penjelasan pada raja kenapa dirinya tetap dikurung, bukankah seharusnya menempati kamar putri.
“Oke Jika ini mimpi. Aku harus segera tidur dan bangun tentu dengan tempat yang nyaman bukan penjara.”
Carlotta masih berusaha berpikir positif.
Carlotta Maldini masuk ke dalam raga Putri Kedua Kerajaan Arandele, Putri Helena.
“Tapi bagaimana kalau ini kenyataan? Hah gadis gila kenapa bisa meninggalkan raganya sendiri?.” Gerutu Carlotta ia sungguh antara percaya dan tidak tentang transmigrasi jiwa, pasalnya dia hdup di zaman modern semua serba komputerisasi dan robot mulai berkembang.
Carlotta masuk dalam kastil megah nan kokoh itu, ia terpana dengan mahakarya indah luar biasa, tempat yang sangat memukau.
Matanya tidak salah memandang, kastil dari batu-batu kuat bergaya neo gotik, serta menara bagian sisi kanan dan kiri sebagai salah satu pertahanan kemanan dari kerajaan ini.
“Waw, dunia ini memang ada, tapi aku tidak mau hidup di sini, masalahku dengan perempuan sialan itu belum selesai.” Geram Carlotta.
“Aku harus membalas dendam, enak sekali dia setelah hidup enak selama belasan tahun dengan mudahnya berkhianat, benar-benar tidak tahu diri." Geram Carlotta.
Ia menemukan pintu besi tinggi dan ukiran ksatria memperindah pintu itu, dengan sekali dorong pintu terbuka. Aula sangat besar dan luas, mirip aula pertemuan di mansion Maldini.
Carlotta melihat pria sepuh duduk di singgasana, banyak penjaga disini, jadi dia harus bersikap baik dan manis kalau tidak nyawanya akan melayang sia-sia.
“Permisi Yang Mulia Raja, apa aku boleh menempati kamarku sekarang? ya jujur saja aku tidak suka tempat lembab dan kotor.” Ucap Carlotta langsung pada intinya.
“Baiklah kau bisa tidur di kamar mu." Jawab Raja Arandele
“Mana bisa seperti itu ayah, dia tidak sopan, tidak memberi hormat pada ayah dan aku." Marah seorang gadis bermahkota ruby. “Bisa saja dia penyusup yang dikirim penyihir hitam.”
PLAK
Memukul pipi Carlotta hingga memerah, lalu dengan cepat membalas perlakukan buruk Putri Arandele itu.
PLAK
PLAK
Carlotta memukul pipi kiri dan kanan Putri Hera, “Lancang sekali kau memukulku, hah? Wanita lemah sepertimu hanya mengandalkan kekuasaan, cih.” Lawan Carlotta tidak terima dirinya mendapat perlakuan buruk tanpa sebab.
...TBC...
Hari demi hari dijalani Carlotta dengan suram di kastil megah ini, pasalnya tidak ada yang bisa ia lakukan, tidak bebas lebih tepatnya. Putri Hera kakak dari Putri Helena selalu mengawasi gerak gerik Carlotta yang kini berada dalam tubuh Putri Helena.
“AKH, menyebalkan sekali kenapa gadis itu tidak kembali pada tubuhnya? Apa dia tidak tahu aku juga memiliki misi khusus, apa perlu menemui paranormal?.” Pikir Putri Helena (Carlotta).
Dia terus berpikir keras bagaimana caranya kembali ke masa depan, tidak mungkin terus diam dalam tubuh lemah dan kurus ini, sungguh memprihatinkan.
Kemana bentuk tubuhnya yang seperti atlet binaraga kelas women physique? Otot biceps, triceps dan perut sixpack menghilang, apalagi bagian bokong dan quadriceps yang menjadi kebanggaannya kini berganti dengan daging tipis tanpa lemak.
“Sebenarnya apa yang dia makan di kerajaan ini sampai tubuhnya jelek dan kering kerontang? Bukankan makanan disini sehat, bergizi apa dia terkena tekanan batin sampai sisa tulang?." Carlotta bicara pada dirinya sendiri.
Kepala gadis ini menengadah ke langit, cerahnya matahari di Kerajaan Arandele sampai cocok untuk berjemur dan menjadikan kulit eksotis.
Seolah bicara pada arwah Putri Helena yang entah dimana keberadaannya, Carlotta minta izin menggubah sedikit postur tubuh lemah ini. Kalau terus tidak memiliki kekuatan terutama fisik bagaimana dia akan melindungi diri sendiri dari bahaya yang ada.
Ya, selama beberapa hari hidup di kastil megah ini Carlotta memahami hidup menjadi Putri Helena tidak mudah, sama seperti dirinya yang hidup menjadi Putri Maldini Ketua Organisasi Moisa.
Putri Helena bersama seorang pelayan setia, berjalan mengelilingi kastil, ini hal biasa yang dilakukan Carlotta jika mengunjungi tempat baru.
Menatap kagum pada perkebunan anggur di bagian belakang, membentang sejauh mata memandang, hijau sangat menyegarkan. Sejenak gadis cantik ini rindu akan kebun anggur di Mansion Maldini, harum dari fermentasi gula pada anggur sangat kuat hingga Putri Helena tersadar dari lamunan.
“Yang Mulia Tuan Putri, anda dilarang memasuki area ini." Cegah seorang pelayan menahan tangan kecil Helena.
“Kenapa?”, tanya Carlotta dengan gaya khasnya.
“Ini arena latihan para ksatria, Tuan Putri tidak boleh kesini.”
Carlotta yang berjiwa ksatria sekaligus bangsawan dari ayahnya, penasaran apa yang berada di balik dinding batu kuat ini ya setara dengan beton. Pintu utama arena terbuka dan semua menunduk hormat pada Putri Helena, bagaimana bisa seorang darah suci mau menginjak tanah kotor tempat berlatih panglima dan prajuritnya.
“Whoaaaa." Mata Putri Helena berbinar melihat war hammer, jajaran pedang, mace dan arbalest. Ia kagum pada persenjataan milik kerajaan ini, jika di zamannya hanya menggunakan pisau atau senjata api, dan Carlotta mahir akan semua itu.
Ia penasaran ingin mencoba arbalest alat panah yang di modifikasi secara modern. Namun dilarang oleh para ksatria, tapi Carlotta tidak peduli, tidak ada yang berhak melarangnya.
Ia pun mulai meraih alat panah tersebut dan melepaskan dua anak panah sekaligus. “YES, rupanya mudah. Lain waktu aku berlatih bersama kalian.” Seru Carlotta.
Ia semakin penasaran dengan persenjataan yang dimiliki Arandele, kenapa alatnya cukup canggih ya karena tidak ada timah panas sebagai amunisinya maka dikatakan cukup canggih.
Padahal ia lihat kerajaan ini termasuk makmur dan kuat, untuk apa harus menempa pedang di bara api hingga berkali-kali.
“Ck orang zaman dulu memang menyusahkan, sebaiknya aku suruh mereka membuat senjata dari nuklir, hah tapi mana ada disini? Lupakan, sekarang aku harus menemukan cara agar Helena mau kembali pada tubuhnya.”
“Aku ingin berlatih, mulai besok siapkan aku pakaian outdoor ah maksudku pakaian untuk jalan-jalan bukan gaun kebesaran begini." Gerutu Carlotta.
“Besok setelah sarapan , pastikan para pelatih itu ada di tempat, aku akan mulai menggerakkan tubuhku lagi." Perintah Carlotta pada pelayan setianya.
Carlotta berjalan sangat riang tidak seperti biasanya, Putri Helena selau muram dan takut akan sesuatu. Untuk itu memerlukan pelayan setia yang mendampingi dikala susah dan senang.
Ia pun melanjutkan perjalanan ke sisi barat kastil, banyak binatang peliharaan disini tapi tentu pada akhirnya mereka berakhir dalam perut manusia, dan pemandangan Carlotta mengarah pada dua serigala putih terkurung jauh.
“Apa semua ini milik Raja Arandele? Ah maksudku ayah?.”
“Sial , pria seperti itu menjadi ayahku, yang benar saja. Dia bahkan tidak menyayangi anaknya." Desis Carlotta.
Lelah berkeliling sampai siang hari Carlotta kembali masuk ke dalam istana megan dan kokoh ini
Sepi......
Hanya itu yang terasa, tidak ada suara televisi atau speaker untuk mendengarkan musik, tentu saja teknologi mereka belum canggih.
“Ayah sebaiknya kita jodohkan Helena dengan Raja Magixion." Suara picik seorang wanita yang sangat Helena kenal.
“Ini demi tujuan kita ayah. Biar saja dia menikah, dan pastikan rencana kita akan berhasil."
Putri Helena menguping, kelebihannya memiliki indra pendengar begitu cukup dan bisa dibanggakan.
“Kurang ajar sekali mereka mengatur jodohku”.
“AKKKHHHH”
BRAK
“Siapa yang akan menikah siapa? Dia hah?." tunjuk Putri Helena pada Putri Hera. Sial sekali nasib Carlotta terperangkap dalam tubuh gadis lain, kesepian, keberadaannya sama sekali tidak diinginkan.
“Kau Helena, bulan depan adalah hari pernikahanmu dengan Raja Magixion, kau harus tinggal di istananya dan melaporkan hal-hal penting padaku."
“Waaah, picik juga otakmu itu Tuan. Kau menukar anakmu dengan informasi penting, licik sekali niat jahatmu ini." Kesal Helena.
Apa-apaan kenapa dia yang menikah? Kenapa bukan Putri Hera si angkuh itu saja atau jika untuk sebuah informasi, Arandele bisa mengirim mata-mata ke Magixion. Cara yang mudah kan?.
“Lama-lama aku bisa gila berada diantara ayah dan anak yang tidak sehat itu.”
“Hey, aku ingin berkuda, siapkan sekarang juga." Perintah Helena pada pelayannya sembari berjalan keluar.
Sementara dalam ruangan, Putri Hera masih syok melihat perubahan adiknya, benarkah dia lupa ingatan?.
Carlotta mendapat apa yang menjadi keinginannya, ya tidak ada motor, mobil apalagi long board, terpaksa menggunakan kuda sebagai kendaraannya.
Sekali lagi Carlotta terpana melihat indah dan gagahnya kuda putih di depannya ini, benar-benar ciptaan yang paling sempurna.
Kuda putih keturunan Heimdall itu merupakan raja dari para kuda lainnnya, bentuknya rupawan dan sangat gagah, menemani Carlotta menjelajahi area kerajaan ini.
Ia berkuda cukup jauh sampai pada tepi hutan yang terlihat gelap dari luar dan penasaran masuk kedalam, Carlotta terkejut karena pohon disini bergerak seolah hidup dan saling mengobrol satu sama lain, sampai dirinya terus berjalan memeluk keturunan Heimdall.
Terlalu fokus pada suara bisikan pohon sampai tidak sadar ada kuda yang berlari cepat kearahnya dan
BRUK
Gedebug
Kedua kuda itu bersuara sangat keras, kesakitan sudah pasti. Carlotta berdiri dan membersihkan sisa kotoran di pakaian, lalu membawa Heimdal pulang, tak diduga ia melihat sosok besar menggunakan topeng menatap tajam padanya.
“Kau harusnya minta maaf tikus kecil, berani masuk kawasan kerajaan kami." Seringai liciknya pada Carlotta.
“SIAPA KAU , hah?.” Jangan jadi pecundang karena menutupi wajah mu itu.
...TBC...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!