NovelToon NovelToon

CINTA TAPI GENGSI

Satu

“Yee, lo ngusir gue,” omel Dira.

“Sudah, Bevan kamu sama Dira aja,” Perintah Bu Berta, “kalau kamu mau deket deket Luna, kan dia ada di belakang kamu.”

“Cie, Bevan terlibat Jove at the first sight nih ceritanya,” goda Gio.

“Cieeeee,”

“WAH, ADA APA NIH,”

Mendengar suara yang hampir menyerupai teriakan itu, semuanya serempak menoleh ke Pintu kelas, melihat dua cowok yang baru saja muncul kembali setelah berapa menit menghilang dari kelas. Keenan dengan seragam yang rapi, sementara Sagara dengan kemeja yang sudah keluar dari celana. Si Manis dan si Tampan, duo kembar tak serupa yang dimiliki oleh XII IPS 1.

“Kalian dari mana aja,” Bu Berta, sang Wali Kelas berucap.

“Abis dihukum, Bu, disuruh bersihin toilet,” jawab Keenan.

“Setahu saya yang telat tadi itu cuma Sagara, kenapa kamu ikut ikutan dihukum,” Bu Berta memicingkan matanya.

“Sebagai seorang sahabat yang memiliki jiwa solidaritas tinggi, saya rela nemenin Sagara yang lagi kesusahan, Bu.” Keenan mulai mendramaitisir.

“Lebay, lebay semuanya bersorak ricuh dan ada Pula yang tertawa.

Keenan sudah biasa disorak seperti itu. Dirinya yang dikenal humoris dan sering mengeluarkan jokes-jokes receh selalu mendatangkan kebahagiaan bagi orang-orang di sekitarnya. la mendekati wajahnya ke telinga Sagara.

" Ternyata dia anak baru di kelas kita, Bro, bukan adek kelas.”

Sagara yang sedari tadi tak berekspresi itu, kini berjalan ke bangkunya dan duduk di sana. Matanya melirik cewek yang baru saja mengisi bangku kosong di sebelahnya. Setelah berbulan-bulan duduk sendirian, akhirnya Sagara tidak kesepian lagi. Bukannya senang, ia malah sebaliknya.Yee, lo ngusir gue,” omel Dira.

“Sudah, Bevan kamu sama Dira aja,” Perintah Bu Berta, “kalau kamu mau deket deket Luna, kan dia ada di belakang kamu.”

“Cie, Bevan terlibat Jove at the first sight nih ceritanya,” goda Gio.

“Cieeeee,”

“WAH, ADA APA NIH,”

Mendengar suara yang hampir menyerupai teriakan itu, semuanya serempak menoleh ke Pintu kelas, melihat dua cowok yang baru saja muncul kembali setelah berapa menit menghilang dari kelas. Keenan dengan seragam yang rapi, sementara Sagara dengan kemeja yang sudah keluar dari celana. Si Manis dan si Tampan, duo kembar tak serupa yang dimiliki oleh XII IPS 1.

“Kalian dari mana aja,” Bu Berta, sang Wali Kelas berucap.

“Abis dihukum, Bu, disuruh bersihin toilet,” jawab Keenan.

“Setahu saya yang telat tadi itu cuma Sagara, kenapa kamu ikut ikutan dihukum,” Bu Berta memicingkan matanya.

“Sebagai seorang sahabat yang memiliki jiwa solidaritas tinggi, saya rela nemenin Sagara yang lagi kesusahan, Bu.” Keenan mulai mendramaitisir.

“Lebay, lebay semuanya bersorak ricuh dan ada Pula yang tertawa.

Keenan sudah biasa disorak seperti itu. Dirinya yang dikenal humoris dan sering mengeluarkan jokes-jokes receh selalu mendatangkan kebahagiaan bagi orang-orang di sekitarnya. la mendekati wajahnya ke telinga Sagara.

" Ternyata dia anak baru di kelas kita, Bro, bukan adek kelas.”

Sagara yang sedari tadi tak berekspresi itu, kini berjalan ke bangkunya dan duduk di sana. Matanya melirik cewek yang baru saja mengisi bangku kosong di sebelahnya. Setelah berbulan-bulan duduk sendirian, akhirnya Sagara tidak kesepian lagi. Bukannya senang, ia malah sebalikie, Sagara Nggak jomblo lagi,” ejekan itu berasal dari teman-tSagara Nggak jomblo lagi,” ejekan itu berasal dari teman-temannya.

Dua

lima Puluh sama dengan, sampe hasilnya bener,”

“Nggak ah, mau tidur aja.” Luna kembali menyandarkan kepalanya di lipatan tangannya, lalu terdengar suara mendengkur dari lipatan tangannya. Sagara menahan amarahnya, lalu menarik tubuh Luna ke dekatnya. Luna lantas terkejut dan melotot.

“Aduh, sakit ih Main tarik aja,

“Mau diajarin Nggak,” Sagara menatap Luna Penuh sabar.

Luna Pun tersenyum manis. “Mau.”

...•••••...

Jam istirahat tiba. Sebagian besar murid di kelas ini bergegas keluar dan tentu saja Pikiran utama mereka ke kantin. Tidak seperti Luna, ia masih betah duduk di kursinya. Ada beberapa faktor yang membuat Luna tak bergerak dari tempatnya, yaitu:

...1. Ia tak tahu harus berbuat apa....

...2. Mau ke kantin tetapi nggak tahu letaknya di mana....

...2 . Dan ia belum menemukan teman baru...

“ Luna ikut kami, yuk," ajak Natasha yang membawa dua Pasukannya Rana dan Clara.

“Jangan mau,” celetuk Sagara mengganggu Natasha. Ya, dia memang masih di kelas, masih duduk di kursinya, sambil sibuk merapikan buku buku yang berserakan di atas meja.

“Apaan sih, Sagara,” sentak Natasha.

“ Sagara, ayo kantin,” seru Keenan yang sudah berdiri di ambang Pintu kelas.

“Ayo, Luna, ke kantin juga,” Natasha menarik Pergelangan tangan Luna Saat ia hendak melangkah, tiba-tiba Keenan menghentikan langkahnya.

“ Luna, bareng gue sama Sagara aja,” ucap Keenan dengan lantang.

" Kalian tuh cowok kami cewek Jadi Luna itu lebih Pantes jalan bareng kami,” balas Natasha.

" Nat, lo mau caper ya sama gue kan,” Sagara menatap Natasha dengan tatapan menuduh.

“Dih, Pede amat,” Natasha melotot.

“Kan lo suka sama gue dari kelas sepuluh, tapi gue nya Pura-pura nggak tahu, ya kan,” Sagara tertawa, diikuti Keenan. “Makanya, Punya sikap tuh dijaga Siapa cowok yang nggak geli liat tingkah lo. Sok cantik, banyak gaya, tapi otak kosong.”

“Sagara” tegur Clara.

Melihat wajah Natasha yang memucat, Sagara Pun beranjak dari tempat, meninggalkan mereka semua termasuk Luna. Setelah Sagara menghilang dari kelas bersama Keenan, bahu Natasha mulai bergetar. Tangannya yang semula memegang tangan Luna, kini terlepas. ia menutup wajah dengan kedua telapak tangannya, menyembunyikan isakan tangis yang keluar dari mulutnya.

“Sst, jangan nangis....” Rana mengusap bahu Natasha dengan iba.

" Gue kan Udah bilang ke lo dari awal, buat berhenti kejar Sagara, karena lo tahu sendiri kan, Sagara itu gimana...,” ucap Clara.

Luna menggigit bibir bawahnya dan memainkan jemari tangannya. Bingung harus melakukan apa. Ia terlihat seperti anak hilang dalam kerumunan orang. Akhirnya Luna bangkit dari kursinya dan berlari keluar kelas. la melangkah ke mana Pun kakinya melangkah, sampai tibalah ia di ujung lorong lantai dua. ia tidak hafal letak-letak sekolah ini, lagi Pula sekolah ini terlalu besar.

“Kantin di mana ya....” Luna bergumam. Niatnya ingin mencari Sagara dan Keenan, tetapi ia tak melihat dua sosok itu di sekitar sini. Sepertinya dua cowok itu sudah menghilang ke kantin.

“ Luna,” seseorang memanggil. Luna menoleh, mendapati Keenan yang baru saja keluar dari toilet cowok yang kebetulan terletak tak jauh dari tempat Luna berdiri.

Luna lantas menghampiri Keenan.

“ Sagara mana,”

“Tuh,” Keenan menunjuk ke Pintu toilet, ke arah Luna yang baru muncul sambil merapikan rambutnya yang kini terlihat messy.

“Sagara,” Panggil Luna “Sini,”

Keenan menatap Luna dengan alis yang terangkat satu.

“Kenapa,”

“Mau ngomong sama Sagara,” ucap Luna

“Apa,” Sagara bertanya dengan nada sengit yang sering ia gunakan sehari-hari.

“Parah banget sih, cewek yang tadi itu nangis tahu,” serbu Luna, “Pasti dia sedih banget dibilang kayak gitu sama kamu. Kamu Nggak tahu ya, cewek itu Punya Perasaan yang lebih sensitif dibanding cowok. Kamu seharusnya nggak sekasar itu sama dia! Kalau kamu tahu dia suka sama kamu, jangan frontalin begitu. Dianya jadi malu, tahu,”

Sagara melipat kedua tangannya di depan dada sembari bersandar Pada tembok.

“Terus, urusannya sama lo apa,”

“Sebagai sesama cewek, wajar kalau aku bela dia,” celetuk Luna, “aku Nggak suka, ada cowok yang nindas cewek kayak yang kamu lakuin tadi,”

Sagara Paham maksud dan tujuan Luna berucap sampai berapi-api seperti itu Padanya. Sagara berjalan mendekati Luna, mempersempit jarak di antara mereka dan kini ia menatap kedua bola mata Luna hingga membuat Pipi cewek itu mulai memanas.

" Lo tahu Nggak Gue Paling Nggak suka orang lain ikut campur urusan gue,”

Luna sempat takut dengan tatapan tajam yang Sagara tunjukkan Padanya. Tetapi, secepat kilat Luna membuang muka.

" Aku Nggak suka aja sama cara kamu ngomong sekasar itu ke cewek,”

“Gue itu tipe orang yang langsung ungkapin apa pun yang ada di Pikiran gue,” balas Sagara, “Gue itu bukan tipe manusia kepo dan ribet kayak lo.”

“Aku enggak kepo, aku cuma kesel aja liat kamu gituin cewek tadi,” Luna berkacak Pinggang. “Ya Udah, aku mau balik ke kelas aja. Males liat muka kamu.”

“Pergi aja sana, jangan salahin gue kalau nyasar.” Sagara tertawa jahat.

Baru saja Luna berjalan dua langkah, langkahnya terhenti setelah ia dengar ucapan Sagara. Luna Pun berbalik badan, dan menatap dua cowok tadi. Dengan melas, Alana berkata Pada Keenan,

" Keenan, temenin ke kelas ....”

...•••••...

Tiga

ia kembali menatap cowok tersebut Neng Luna katanya,” jawab Pak Satpam.

Luna seketika mengernyit.

“Temen,”

Segera Luna berlari kecil ke rumahnya dengan was-was, Luna melirik ke dalam rumah, tepatnya ke ruang tamu. Ada seseorang sedang duduk di sofa membelakangi dirinya. Perasaan Luna tiba-tiba jadi tidak enak.

“Kamu siapa,”

Suara Luna membuat dia lantas menengadah kepalanya yang sudah menunduk dan menoleh ke arah Luna. Pupil matanya membesar, menandakan ia terkejut akan kehadiran si Pemilik rumah di s masuk.” Regan berucap jujur. “Soalnya dia kan, kenal a Luna memicing, tak suka akan kehadiran cowok itu di rumahgapain ke sinu ketemu kamu.” Regan maju satu langkah ke Luna, dan Luna mundur lagi. Dengan risih, Luna berkata,sah dekat-dekat. Aku benci bau alkohol Luna berhasil membuat Regan tak berkutik. Ia mundur, sedikit menjauh dan kemudian mengusap wajahnya. Ia membasahi bibirnya yang menghitam akibat sentuhan rokok. Matanya yang bagus itu sekarang terlihat sedikit memerah dan tak enke sini buat ketemu kamu, Na Aku kangen.” Regan mendekat ke Luna lagi, bahkan kini jarak mereka hanya sebatas satu jengkal. Refleks, Luna mendorong dada Regan agar cowok itu menjauh.

“Aku bilang jangan deket-deket aku Regan,” Luna marah.

“Aku nggak suka,"

“ Luna ..... "

" Kamu Pergi sekarang Regan sebelum aku Panggiilin satpam buat usir kamu,” Luna histeris. Tanpa Peduli dengan sekitarnya, ia langsung berlari ke lantai dua di mana kamarnya berada. Ia masuk ke kamar, lalu membanting Pintu hingga terdengar bunyi yang keras sekali sampai ke sudut rumKemunculan Regan membuat suasana hatinya memburuk. Luna sudah hampir bahagia karena Regan menghilang dari hidupnya. Tetapi, cowok itu malah datang lagi dan membuat Luna mengingat kembali akan luka lama yang Pernah ia toreh Padanya. Luna membenci momen dimana ia harus merasakan serbuk Pahitnya kejadian impir saja Luna menangis bila ia tidak menahannya.

...•• mereka daKeenan langsung menarik napas dalam dalam. “Yang lo bilang buruk itu mungkin tipe Pacar yang dikit dikit ngajak jalan, ngajak keluar malem, ngajak main di kamar, dan bikin lo lupa sama yang namanya belajar.” Keenan langsung melanjutkan. “Makanya, cari cewek yang Pengertian.”...

“Au ah,” dengus Sagara “ gue lagi Pusing mikirin geografi, nggak usah dibikin tambah Pusing sama omongan lo deh.”

Yang terjadi setelah Sagara berkata seperti itu adalah hening.

Sagara memang sama sekali belum Pernah merasakan apa itu cinta, apa rasanya Pacaran, dan sejenisnya. Hidupnya terlalu terpaku pada Pendidikan dan masa depannya. Prinsipnya adalah ingin membahagiakan orangtuanya dengan cara memiliki segudang Prestasi masuk ke Perguruan tinggi negeri yang bergengsi, dan sukses. Pacar ? Urutan itu ada jauh di belakang. Entah sampai kapan Prinsip itu tetap melekat Pada diri Sagara.

...••••...

Luna keluar dari kamar mandi dengan handuk membungkus rambutnya yang basah. ia berjalan mendekati kasur, lalu duduk di tepi kasur sambil mengembus napas berat. Wajahnya yang semula kusam, seketika segar kembali setelah mandi. Luna meraih Ponselnya yang tergeletak di kasur saat ia melihat layarnya menyala. Ada Pesan dari Mamanya.

...Mama...

...Kamu mau makan apa, Na...

Senyuman Luna melebar, ia sangat suka bila mamanya bertanya soal itu. Dengan gerakan cepat, Luna membalas Pesan mama dan menyebut beberapa menu makanan yang ada di restoran berlambang huruf ‘W’ terbalik.

Usai mengirim Pesan, Luna melirik jam yang terpampang di layar Ponselnya. Jam setengah lima. Ia selalu bosan bila mamanya kerja. Nggak ada temen, nggak ada yang bisa diajak ngobrol. Ditambah lagi Luna baru Pindah satu bulan yang lalu dan belum menemukan teman sebaya yang Pas untuknya.

Sebenarnya Luna Pindah tak begitu jauh dari rumah lamanya. Tetap berada di daerah yang sama, namun keadaannya jauh lebih baik dan terhindar dari Para tetangga yang hobi bergosip.

Kring ..... kring.....

Ponsel Luna kembali berbunyi. la langsung melihat benda Pipih tersebut, berpikir itu adalah mamanya. Tetapi ternyata, bukan.

...Regan...

...Aku masih di sini. Aku kangen kamu, Na....

Wajah Luna seketika memanas. Emosinya Perlahan meluap dan ia segera menggeram. Segera ia membuka daftar kontak di Ponsel dan menelepon seseorang. Butuh waktu lima detik sampai akhirnya Panggilan telepon dari Luna tersambung.

“Halo,” ucap Luna ketika Panggilannya telah diterima.

“Iya, Neng," salut orang di seberang sana.

“Pak, tolong itu cowok yang ada di ruang tamu disuruh keluar aja, kalau dia nggak mau, Paksa aja. Luna lagi nggak mau ketemu Regan soalnya.” Alana berucap. “Cepetan ya, Pak. Makasih,"

...•••••...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!