NovelToon NovelToon

Book 2 : Bertahan Di Dunia Lain Dari Nol

Chapter 01 : Awalan Setengah Baik

Benua utama memiliki tiga kerajaan besar di dalamnya yaitu Lyndon sebagai kerajaan manusia, Arvensia sebagai kerajaan demi-human dan Prista kerajaan Elf, sejak dulu ketiga kerajaan ini telah berada dalam konflik peperangan berkepanjangan meski demikian Lyndon yang merupakan kerajaan manusia tidak benar-benar mempermasalahkan apa yang dilakukan kerajaan lain.

Di bawah kepemimpinan ratu baru ia mengizinkan setiap ras untuk bisa tinggal di dalamnya tak terkecuali kota Georginia sendiri, karena itulah meski peperangan terjadi, entah mereka berasal dari ras apapun semuanya diterima baik di kota ini .

Di guild Crimson Opera yang belakangan ini lebih damai, kelompok Ardhi sedang memilah-milah quest yang mereka akan ambil sekarang.

Nisa secara otomatis memilih quest yang tidak terlalu jauh dari kota dan terkesan hanya berguna untuk menghabiskan hari.

"Kita pilih yang ini saja, kita sudah punya uang yang banyak jadi kita tidak perlu memilih pekerjaan sulit nyan."

Uang yang dimaksud olehnya adalah uang yang mereka dapat dari markas bandit yang mereka rampas belakangan ini.

Perkataan itu dibalas dengan tatapan sinis Mery dan juga Latifa.

"Kenapa kalian menatapku begitu nyan?"

"Dengar Nisa, kita ini petualang peringkat B sekarang, jika kita mengambil quest lebih rendah ataupun paling bawah itu melukai harga diri kita sebagai petualang."

"Ugh."

"Yang dikatakan Latifa benar, mari cari yang sedikit sulit."

Ardhi hanya bersikap netral jadi dia tidak terlalu memikirkannya, tak lama kemudian Purin muncul hingga membuat kehebohan.

Para petualang mengerumuninya selagi melontarkan beberapa pertanyaan untuknya yang ia jawab seadanya sebelum melanjutkan langkah kakinya.

"Maaf, nanti saja yah.. aku mau menyelesaikan urusanku dulu."

"Baik nona Purin."

Purin adalah seorang penyihir yang pandai menghibur seseorang dengan nyanyian dan tarian, jika disebut penyihir mungkin dia lebih pantas disebut seorang idol juga, ia memiliki rambut merah muda panjang serta mengenakan gaun berbentuk bunga yang menghilangkan fungsi pakaian sesungguhnya.

Lebih dari itu dia hanya seorang loli sama seperti Yumi, dia melompat pada Ardhi namun dihalangi Latifa sehingga wajahnya hanya menempel di dada milik Latifa.

"Hmm lembutnya, ah Latifa."

"Meski kau memutuskan tinggal di kota ini, aku tidak akan membiarkanmu seenaknya memeluk Ardhi."

"Memangnya kau ini siapanya Ardhi?"

"Aku anggota partynya."

Purin menatapnya sekilas sebelum turun dari tubuh Latifa. Dia tersenyum senang.

"Heh?"

"Apa maksudnya?"

"Latifa tenangkan dirimu, jadi kenapa kau ada di sini Purin?" Ardhi memotong.

"Aku ingin meminta kalian menjadi pengawalku, sebenarnya aku memiliki pertunjukan di kota bawah tanah Arfadius, aku lebih nyaman jika kalian yang melakukannya."

"Kota itu sangat jauh nyan, wajar jika kau memerlukan pengawal."

Latifa mengerutkan keningnya.

"Bukannya kau penyihir, sebuah perjalanan seperti itu tidak akan mempengaruhimuz bahkan kau yang ditangkap oleh bandit adalah sesuatu yang mustahil."

"Setiap orang punya kelemahannya Latifa, aku hanya penyihir di peringkat C, lagipula jika diserang dengan jumlah sangat banyak hal itu wajar kan."

Latifa jelas kalah dan mengalihkan keputusan pada Ardhi sebagai ketua kelompok.

"Kita masih belum menangkap pemimpin Skull Darkness tidak aneh jika mereka juga menunggu Purin di sana, kami mengerti kami akan menerima permintaannya."

"Terima kasih banyak, tiga hari lagi kita berangkat, aku akan mengajukannya secara resmi pada guild."

Purin berjalan ke depan loket dan di sana entah Cathy atau dirinya saling menatap satu sama lain dengan permusuhan. Sekilas mereka seperti kucing yang saling menggerakan cakarnya.

"Ada apa dengan kedua orang itu nyan?"

"Persaingan," potong Mery, dia paling sedikit berbicara di kelompok ini.

"Jadi Ardhi quest seperti apa yang akan kita ambil?"

"Aku rasa yang ini saja."

Mereka mengambil quest perburuan yang termasuk quest umum, siapapun bisa melakukannya tanpa melihat peringkat.

Chapter 02 : Restoran Keluarga

Mery menggunakan perisainya untuk membenturkannya ke arah seekor lebah raksasa, ketika lebah itu terdorong Ardhi telah menyelinap ke belakang kemudian menebasnya melalui tebasan ganda.

Lebah ini kerap muncul secara mendadak kemudian menyerang manusia, walau anggota kelompoknya tidak berniat memburu mereka, tetap saja mereka akan menyerang.

Nisa bergerak dengan kecepatan tinggi dalam pola zig-zag, menjatuhkan beberapa lebah sebelum melompat untuk menancapkan dua belatinya menembus kepala tengkorak musuhnya, sementara di sisi lain Latifa memberikan serangan lewat pedang cahaya.

Itu menjadi pertarungan mudah akan tetapi memakan waktu cukup lama. Semua orang mulai membedah tubuh mereka dan hanya mengambil bagian mata serta bagian penyengatnya.

Mereka paling tidak memiliki harga 5 koin perunggu untuk masing-masing bagian.

"Aku dapat banyak nyan, Latifa masukan ini juga."

"Baik."

Berkat koneksi Latifa pada gereja ibukota mereka mampu membeli tas penyimpanan dari sana, karena itulah seberapa banyak barang yang mereka bawa semuanya telah terkendali.

Pemburuan dilanjutkan dengan mengalahkan monster kelinci dan serigala, menjelang sore hari mereka telah berada di sebuah restoran keluarga bernama Sanguan.

Di sini terdapat beberapa makanan yang asing bagi penduduk dari dunia ini meski demikian setiap makanan tentunya masih diterima dengan baik.

Milim seorang pemilik muncul untuk menuliskan pesanan mereka.

"Senang melihat kalian semua baik-baik saja, kalian mulai jarang berkunjung... Aku khawatir dengan keadaan kalian."

"Kami banyak mengambil quest belakangan ini dan kurasa aku tidak akan sering datang kemari karena memiliki pelayan sendiri juga di rumah."

"Ah begitu, para pelayanmu pasti selalu ingin memanjakanmu kau harus bersikap baik pada mereka, jadi apa yang kalian ingin pesan?"

"Kami pesan kari."

"Oke, ditunggu."

Tepat saat mereka selesai memesan beberapa orang menerobos masuk ke dalam restoran, mereka memprotes bagaimana tempat ini buruk sesuai makanannya.

Max yang selama ini di dapur muncul untuk menemui mereka yang semuanya empat orang.

"Apa kalian ingin membuat keributan di sini?" katanya.

"Aku hanya mengatakan sejujurnya, lagipula semua makanan di sini aneh, aku sarankan jika kalian ingin membeli makanan belilah dari restoran di seberang jalan, mereka jauh lebih enak."

Milim berbisik ke telinga Ardhi.

"Mereka sepertinya suruhan restoran yang belakangan ini buka, sudah sekian kali mereka mencoba membuat pelanggan kami tidak nyaman."

"Jadi begitu, biar aku mengatasinya."

Ardhi bangkit dan berjalan di dekat Max.

"Kalian tidak makan di sini, tapi kalian bilang bahwa makanan di sini tidak enak, apa kalian masih sehat?"

Latifa terlihat bersemangat dengan mata berbinar.

"Ini adalah versi jahat Ardhi, aku suka yang biasanya tapi ini juga bagus."

"Latifa bersihkan mulutmu... ilermu menetes nyan."

"Jangan ganggu aku."

"Apa aku harus bertindak juga?"

"Kau hanya akan menghantamkan perisai ke wajah mereka bukan."

"Ide awalnya seperti itu."

Mery terlalu bar-bar dalam menyelesaikan masalah.

Atas pernyataan Ardhi mereka berempat mengerenyitkan alisnya lalu duduk di kursi tersebut.

"Kami sudah mendengar dari orang-orang, tapi akan kami buktikan kebenarannya, berikan makanan terbaikmu."

Ardhi melirik ke arah Max yang menyetujuinya.

"Tidak masalah."

"Paman Max, bukannya mereka bisa berbohong... percuma saja membuatkan makanan untuk mereka."

"Tak apa, tugasku hanya menyediakan makanan bagi siapapun yang lapar aku tidak peduli dengan hal semacam ini," katanya menunjuk dirinya sendiri dengan ibu jari tangan.

"Baiklah."

Ardhi kembali duduk bersama yang lainnya, pesanan mereka datang di waktu yang sama dengan pesanan para pengganggu.

Chapter 03 : Penyelesaian

Yang disajikan pada para pengganggu adalah sebuah nasi goreng yang diletakan di atas piring besar seluas meja mereka.

Para pengunjung lain terlihat takjub bagaimana itu disajikan dengan luar biasa.

Nasi goreng tersebut berwarna kuning emas dengan potongan daging super mewah yang akan meleleh jika kau menggigitnya, serta potongan buah seperti nanas dan lainnya diletakan dengan rapih beserta udang, kerang kepiting serta olahan bulu babi yang diguyur dengan saos merah mempesona.

Tak hanya itu bumbu yang dihasilkan memberikan nuansa harum luar biasa dari sebuah taman terlarang.

"Ini menu baru yang dikatakan akan menjadi legenda kerajaan kita."

"Tak kusangka aku bisa melihat sejarah munculnya masakan legenda di kota ini dengan mata kepalaku sendiri."

Mereka para penonton jelas memberikan tanggapan berlebihan.

Latifa berbisik ke arah Ardhi.

"Apa menu itu Ardhi yang buat?"

"Tidak, itu sepenuhnya hasil kreasi paman Max."

"Itu benar-benar terlihat lezat."

"Ngomong-ngomong di mana Nisa?"

Mery menunjuk kursi para pengganggu dan dia ada di sana duduk bersama dengan mereka layaknya seorang teman.

"Selamat makan," katanya polos.

Jelas tidak ada yang benar-benar ingin menegurnya.

"Enak."

Para pengganggu juga tak ingin ketinggalan untuk menikmati makanan tersebut dan dalam sekejap wajah mereka jatuh dalam kebahagiaan dengan bintang-bintang bertebaran dari punggung mereka.

Untuk sekilas ada sayap di punggung mereka.

"Sensasi rasa ini, sangat luar biasa."

"Benar aku tidak bisa berhenti memakannya."

Pemilik restoran ini hanya tersenyum dengan bangga selagi mengacungkan jempol penuh kemenangan.

"Dengan makanannya bahkan mampu membuat seseorang berkata jujur, soal rasa, lidah tak bisa bohong," ucap Latifa demikian.

Ardhi merasa pernah mendengar itu dari suatu iklan tertentu tapi dia tidak ingin memikirkannya lebih jauh.

Setelah itu para pengganggu hanya duduk berseiza selagi meminta maaf hingga mengakui kesalahannya, adapun orang yang tidak memperhatikan semua itu adalah Nisa yang terbaring di lantai dengan perut membuncit.

Mery bahkan sengaja menusuk-nusuk perutnya dengan jari hingga memunculkan efek boing-boing.

"Ini sangat sulit, aku tidak mungkin membuat mereka bangkrut. Apa ada sesuatu yang bisa membuat mereka tetap di sini dan menjalankan bisnis?"

Pemilik restoran ini terlalu baik, tapi Ardhi tidak membenci sifat seperti itu.

"Kalau begitu serahkan padaku, aku punya sesuatu untuk mereka juga."

Ardhi maupun kelompok petualangnya mengunjungi toko seberang jalan dan melihat bagaimana tempat itu begitu sepi, pemiliknya adalah suami istri yang tampak lesu di dekat konter penerimaan tamu.

Melihat kedatangan mereka bersama para pengganggu, mereka hendak melarikan diri namun Ardhi mengirimkan dua pedangnya terbang lalu menancap di jalan pelarian mereka hingga keduanya berlutut.

"Tolong jangan bunuh kami, kami minta maaf."

"Aku datang kemari tidak untuk melakukan itu, kalian juga menjalankan bisnis di kota ini bukan? Memang benar sepertinya di sini sangat sepi tapi tidak harus kalian melakukan hal kotor."

"Kami hanya putus asa," jawab sang istri.

Ardhi menghela nafas panjang lalu melanjutkan.

"Pinjam dapurnya, aku akan memasak sesuatu."

"Apa yang ingin kau lakukan?"

"Lihat saja."

Ditatap banyak mata yang penasaran, Ardhi mengabaikan semua itu dan mulai memasak.

Dia tidak memiliki skill memasak yang diberikan dewi padanya, itu semua murni hasil pelatihannya sejak kecil.

Setelah selesai dia menghidangkan semuanya pada orang yang hadir.

Itu hanya sebuah bubur yang diberikan kaldu special serta irisan daging.

"Bubur, bukannya ini makanan sederhana?"

"Cobalah, aku berniat memberikan resepnya pada kalian jadi kalian masih bisa membuka tempat ini seperti biasanya."

Ketika mereka semua bersamaan menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, mereka menjatuhkan air mata.

"Cita rasa ini."

"Rasanya aku sedang terbang di langit."

"Enak sekali nyan... perutku sudah tidak bisa memakannya, bisa dibawa pulang."

"Ardhi sangat pandai memasak," ucap Latifa.

"Setuju," tambah Mery.

"Aku juga akan memberikan beberapa tambahan menu juga nantinya."

"Berapa yang harus kami bayar untuk resepnya?"

"Gratis."

"Terima kasih banyak."

Ardhi pikir dia juga tidak akan menerima uang lagi dari restoran Sanguan sebagai royalti, ini agar kedua belah pihak adil.

Sejak itu dua restoran menjadi pembicaraan di kerajaan, pertama restoran Sanguan dan satu lagi restoran Bubur dan tanpa disadari sedikit demi sedikit para pelancong singgah ke kota ini hingga menaikan taraf hidup penduduknya yang melakukan bisnis berbeda seperti penginapan dan lain-lain.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!