NovelToon NovelToon

Cinta Sepihak

eps 01

Arsita atau lebih di kenal Tita, parasnya cantik, hidung mancubg,dan badan yang lumayan bagus. Ia bersekolah di kota A tidak jauh dari rumahnya sekarang. Meski ia berparas menawan, tapi sayang dia tak begitu pandai dalam semua mata pelajaran. Bisa di katakan kalau dia banyak kesulitan dalam mencerna materi sekolahan.

Namanya manusia pasti ada lebih ada kurangnya.

Di sekolah ada satu lelaki yang ia sukai dari sejak 2 tahun yang lalu, Alan Aji Saputra. Siswa paling terkrnal di sekolah. Tidak hanya tampan, tapi dia pandai dalam segala mata pelajaran, berbanding terbalik dengan Tita.

Alan terbilang sosok laki laki angkuh ,dingin, dan cuek. Banyak anak perempuan mengejar cintanya, tapi ia tak mengjiraukan mereka sama sekali. Maklum dia bisa di bilang sempurna dalam semua hal.

"Kak Alan kira kira udah datang belum ya..." Ucap Tita sambil melihat lihat keberadaan sang pujaan hati.

Mereka berada di kelas berbeda. Tita duduk di kelas biasa, sedangkan Alan berada di kelas unggulan. Kelas unggulan hanya di huni siswa siswi dangan kecerdasan luar biasa yang mampu masuk dalam kelas unggulan tersebut.

kringggggg, kringgggg, kringgggg.....!!!

Suara bunyi bel pulang sekolah sudah berbunyi. Semua siswa siswi berbondong bondong keluar kelas masing masing. Hanya tinggal Tita yang masih memasukkan buku dan alat lainnya ke dalam tas ransel miliknya. Usai beekemas ia berjalan keluar kelas dangan membawa buku yang sengaja dia bawa untuk mengerjakan tugas dari pak Rio. Kalau sudah menyangkut pelajaran bahasa inggris otak bisa meladak. Pelajaran paling membingungkan yang banyak di benci.

"Setiap kali mata pelajaran pak Rio, pasti selalu ada tugas. Aduh, pusing deh kalau udah menyangkut soal bahasa inggris" decak kesal Tita saat mengingat tugas sekolah segudang.

Sesampainya di parkiran sekolah, Tita gusar menunggu lelaki yang sangat ingin ia lihat. Walau pun hanya sekedar melihat tapi membuatnya bahagia sekali. Remaja puber sepertinya pasti selalu mencari cara demi bertemu sang pujaan.

"Mengapa hari ini aku tidak bertemu sama kak Alan ya, biasanya dia sering kumpul di parkiran sekolah" lirihnya sembari berjelan perlahan.

Setelah menunggu hampir sepuluh menit, tetap saja laki laki itu tak muncul juga. Akhirnya Tita langsung meninggalkan parkiran sekolah sambil menundukkan kepala. Sehingga dia tidak menyadari keberadaan Mia di sampingnya. Melihat sabahat baiknya melamun, Mia langsung menepuk bahu tita "Hei lihat itu kak Alan...." seketika Tita terkejut dan mencari cari keberadaan lelaki tercintanya itu.

Namun, ternyata dia hanya di kerjai oleh Mia.

"Mia.....sialan Lo bikin jantung gua mau copot aja. Gua kira ada kak Alan beneran..." Sambil memegang dada. Baru mendengar nama si laki laki itu saja jantung Tita berdetak kencang, bagai gemuruh ombak lautan menghantam batu karang.

Mia tertawa melihat tingkah lucu sahabatnya itu, lalu Mia menjitak kening Tita "Lo itu kalo masalah kak Alan emang paling cepet. Coba kalo Lo di suruh ngerjain tugas dari pak Rio pasti Lo ogah" Ujar Mia sambil tertawa kecil.

Dengan muka malu bercampur marah Tita langsung mencubit sahabatnya lalu berlari "Hidup gua cuma fokus sama kak Alan aja, titik. wekkkkkkk"

Mia geleng kepala saat sahabatnya begitu mencintai lelaki dingin nan angkuh juga tak berprasaan macam kak Alan itu. Memang sih pesona Alan sangat luar biasa, tapi sikap dinginnya membuat Mia merasa kesal.

"Apa sih hebatnya si Alan itu? sampai Tita mati matian mencintai dia. Idih....kalau gua udah cari yang lain deh. Laki laki sedingin es kok di kagumi, bisa ikut beku hatinya nanti" guman mia.

Tita terus berlari dengan senyum di bibirnya, sebab ia puas mencubit sahabatnya tersebut. Di saat Tita berlarian bersama dengan Mia, tiba tiba ia melihat sosok Alan tengah bersam seseorang. Melihat pemandaan itu sontak Tita menghentikan langkah.

(Siapa cewek yang bersama kak Alan itu?)dia bertanya dalam hati. Melihat Alan bersama wanita lain, tentu membuatnya sakit hati, Bagai tersambar petir di siang bolong. Untuk sesaat dia melihat lebih dekat lagi, Siapa gerangan wanita yang bersama pujaan hatinya.

Alan tengah asik berbincang dangan Nina menyadari bahwa dirinya tengah di perhatikan oleh seseorang "Nin, hari ini lu cantik banget" sambil menyibakkan beberepa helai rambul Nina yang terurai berantakan.

Seketika muka Nina memerah dan tersenyum tipis "Setiap hari aku cantik loh, masa kamu baru sadar sih. Tapi makasih udah bilang aku cantik"

Tita hanya bisa menahan sakit melihat kedekatan mereka. Saat ini Tita berdiri tidak jauh dari mereka. Hati bagai tersayat tajamnya belati, saking sakitnya sampai dia langsung berlari sambil menangis.

Hik, hik....

"Kenapa mencintaimu bisa sesakit ini kak. Aku sakit saat melihat kemesraan kalian berdua" gumam Tita sambil terus berlari.

Mia yang sedari tadi melihat sahabatnya yg tengah berlari langsung menyusulnya

"Tita tunggu......"

Setelah lebih dekat akhirnya Mia langsung meraih tangan Tita "Sudahlah Ta Lo gak usah nangis, laki laki macam dianggak pantas lo tangisin. Di luar sana banyak laki laki baik dan jauh lebih segalanya dari pada kak Alan itu"

Tita menangis dan langsung memeluk erat sahabatnya "Kenapa mencintai itu sesakit ini"

Alan yang dengan sengaja membuat cemburu tertawa puas(Biar Lo sadar kalo Lo gak layak buat gua) Meski hati berusaha keras menolak Tita, tapi entah kenapa hati Alan ada rasa sesak sedikit yang entah dia sendiri tak dapat menjelaskan

"Lan, lan, ALAN...." teriak Nina

"Eh iya Nin ada apa? sorry tadi gue...."

Nina melihat apa yang sedang di lihat Alan saat ini"Lo ngapain liatin cewek gila itu? aku nggak suka, aku cemburu tau" ujar Nina dengan wajah cemberut.

Cuppppp...!!

Bibir Alan mencium kening Nina

"Udah lah ngapain juga cemburu sama tuh cewek, mending kita pulang yukkk..."

ajak Alan

Nina mengangguk dan tersenyum manis

lalu menggandeng lengan Alan "Oke, kita pukang sekarang. Tapi, kita mampir dulu ke supermarket ya beli minum"

"Oke, nggak masalah. Yuk naik" Mereka langsung pergi. Mereka pulang dengan mengendarai sepeda motor. Ketika lewat depan Tita, sengaja Nina memeluk erat pinggang Alan.

"Dah cupu...." Ucap Nina saat melintas depan Tita dan Mia.

"Sabar Ta, orang kaya mereka nggak usah di pikirin" Mia berusaha menguatkan sahabatnya tersebut.

"Iya, aku baik baik saja kok" Ucap Tita sambil memaksa senyum.

Di perjalanan pulang tita dan Mia hanya saling terdiam. Mia tidak mau jika dia salah bicara dan menambah sakit hati Tita. Sebab, sifat Tita yang cengeng membuatnya enggan melihat air mata sahabatnya jatuh.

"Tita, gua pulang ya " hanya kata itu yang mampu Mia loloskan dari mulutnya

Tita mengangguk tanpa melihat sahabatnya, yang mulai berjalan menjauh dari dirinya.

"Aku harus bagaimana biar kamu bisa mencintai aku kak.." mengingat kejadian tadi yang membuat tita kembali meneteskan air mata.

"Memang Nina jauh lebih pintar dan cantik dari aku, tapi masalah cinta aku jauh lebih mencintai kamu. Kenapa kamu tidak melihat cinta ini...."

eps 02

Sesampainya di rumah Tita langsung membuka pintu dan menghela nafas panjang. Seperti biasa rumah nampak sepi seolah tak berpenghubi. Lagi lagi kedua orang tuanya tak ada di rumah.

"Lagi lagi seperti ini. Huhhhh..."Kesal Tita saat memasuki rumah. Rasa sedih dan sakit kian bertambah kala mengingat ayah dan bunda yang terus menerus tak kunjung pulang dari luar kota.

Kedua orang tua Tita bekerja di sebuah perusahaan yang sama di kota x, jauh dari tempat tinggalnya Tita saat ini. Keadaan mengharuskan mereka jauh dari anak, demi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tita berasal dari keluarga menengah kebawah, jadi orang tuanya harus kerja mati matian demi menghidupi Tita dan masa depannya kelak.

Clik...

Titq membuka pintu kamar. Setelah itu ia langsung berbaring "Gini amat nasibku, usah nggak bisa dapatin kak Alan, terus jauh dari orang tua. Emang nasib belum berpihak" memegang kening seolah frustasi dengan keadaannya saat ini. Kalah dalam bercinta juga kalah masalah kasing sayang orang tua.

Tak berapa lama setelah rebahan, ia bergegas mengirim pesan pada lelaki yang dia cintai itu, meski dia baru saja merasa di sakiti. Namun apa daya memang antara mereka tidak ada hubungan dekat, seperti pacaran. Meski kerap mendapat penolakan bahkan perlakuan kurang baik dari Alan, tapi Tita tetap berusaha meluluhkan hati Alan.

Cinta memang bodoh. Meski di sakiti rasa cinta tetap mangalir seperti sungai. Arus kerap membawa kita dalam gulungan ombak, terkadang di bawa menjauh, terkadang pula di dekatkan. Setiap orang pasti mengalami patah hati dalam cinta. Rasanya sangat sakit, bagai berdiri di ujung duri.

(Kak Alan....) Tita mengirim pesan sibgkat kepada Alan. Harap harap cemas ia menunggu belasan. Sampai tangan gemetaran dan dingin "Semoga kali ini kak Alan mau membalas pesanku"

Semenit, setengah jam, sampai Satu jam telah berlalu, akan tetapi Tita tidak kunjung mendapat balasan "Coba sekali lagi...." Beberapa pesan singkat pun ia kirim kembali, berharap ada respon.

Kalau cinta tak teebalas maka jangan sampai kita mengemis, sajatinya dia tidak pantas menetima kehormatan dari cinta kita.

Alan merasa kesal dengan semua pesan singkat yang di kirim Tita untuknya. Puluhan pesan singkat memenuhi layar ponselnya "Dasar cewek nggak tau malu, udah di diemin masih aja berusaha keras. Emang Cewek gila tuh anak, ngapain sih dia kejar gua terus. Udah tau dia itu nggak cocok sama gua masih aja. Ihhhhh....sebel gua" banyaknya pesan dari Tita yang masuk, namun tak satu pun yang dia balas.

Bahkan Alan enggan untuk membacanya. Melihat saja tidak sudi apalagi sampai membalasnya.

Krukkkk....

Suara bunyi perut Alan.

"Sial, gua sampai lupa belum makan" Segera meletakkan kembali ponsel lalu berjalan keluar kamar "Mam aku laper...."Teriak Alan.

"Iya, sayangnya mami. Ini mami sudah siapkan makanan kesukaan kamu, nak" Sahut sang ibu dari dapur.

Alan pun menghampiri sang ibu "Wah aromanya bikin perut keroncongan" Sambil tersenyum ia melihat sang ibu yang tengah memasak untuknya.

"Jelas dong masakan siapa dulu? masakan mami gitu lho" Ujar beliau sembari mengaduk sayur dalam panci "Ya sudah kamu duduk dulu biar mami siapkan makanannya"

"Oke, mamku sayang" Alan segera berjalan ke meja makan.

Tak berapa lama sang ibu datang membawa semangkuk sup ayam kesukaan Alan "Makan yang banyak biar kenyang" Sambil meletakkan semangkuk sup "Mau makan sama nasi atau ini saja?"

"Em.....ini saja, Mam. Kalau ada boleh lah minta tambah kentang rebus" Alan paling suka makanan ringan seperti sayur mayur. Tapi dia juga makan nasi meski tidak begitu suka, paling banyak sehari dua kali makan nasi putih.

"Mami ambilkan dulu ya, masih di kukus soalnya"

"Gampamg mam, aku makan sup dulu aja" tanpa tunggu lama Alan langsung melahap sup tersebut.

Di sisi lain Tita tengah cemas menunggu jawaban dari Alan yang tak kunjung di dapatkan.

(Kak Alan, kenapa sih kamu tidak pernah mau membalas pesanku? memangnta aku salah apa sampai kakak acih kaya begini. Aku itu sangat mengharap kakak mau membalas pesanku ini) tulis Tita. Saking kesal ia pun melempar ponsel ke samping tempat tidurnya, lalu keluar kamar "Kenapa sih dia tidak melihatku sama sekali. Padahal aku sangat mencintanya" Air mata Tita kembali tumpah.

Hik, hik, hik.....

Tangis Tita pecah saat hati merasakan sakit yang amat teramat sakit. Untuk sesaat ia menghela nafas dengan perlahan dan menutup matanya sejenak. Itulan salah satu cara Tita untuk mengurangi rasa sedihnya.

Beberapa saat kemudian, ia kembali ke kamar sambil membawa segelas air putih. Kembali ia melihat layar ponsel yang tak ada satu pesan pun dari kak Alan

( Mia gua gak sanggup terus di cuekin Ama kak Alan...salah gua apa, gua kurang apa? jujur gua hati gua sakit banget)Tita hanya mampu bersandar pada sahabat sejatinya. Sebab, hanya Mia yang selama ini mengerti kesedihannya. Kehadiran Mia seolah menjadi obat kerinduan terhadap keluarga.

Mia dengan malasnya membuka mata saat mendengar bunyi ponsel "Siapa sih ganggu waktu tidur gua aja"

"Astaga, Tuhan. Kenapa banyak sekali penderitaan yg kamu alami Ta..." sigap Mia membalas pesan singkat Tita "Gua ke runah lo sekarang. Jangan kemana mana, oke?) Segera Mia bergegas menuju rumah Tita.

Pesan yang ia kirin tidak mendapat jawaban dari tita sama sekali. Mia semakin khawatir dengam keselamatan Tita. Segera Mia memakai jaket, lalu mengambil kunci di atas meja kamarnya "Dia lagi butuh gua sekarang" dengan cemas Mia mengendarai motor dan pikirannya selalu tertuju pada Tita

Tok tok tok.....

"Assalammualaikum, Tita"

Tok tok.....

Kembali Mia menggedor pintu tapi tidak ada respon sedikit pun dari dalam rumah. Mia kebingungan harus bagaimana

lalu dia bergegas menghubungi Bagas. Bagas adalah kakak kandung Tita yang tinggal Tidak jauh dari rumah itu.

"Hallo bang gua di depan rumah adik Lo tp dia gk keluar dari tadi, gua takut dia kenapa napa, bang. Abang mending langsung ke sini deh"

"Hehhhh ada apa sama adek gua,Mia? kenapa adik gua? apa kalian bertengkar ?"jawab bang Bagas dengan nada cemas. Saking sayangnya sama adik perempuan, ia langsung menuju ke rumah Tita.

"Panjang bang ceritanya nanti aja aku ceritain. Pokoknya Abang buruan kesini" Nada suara Mia terlihat begitu cemas.

"Oke, oke, gua kesana tunggu 15 menit ya. Ini gua udah di jalan kok"

Tut Tut Tut

Bang Bagas mengacak rambutnya hingga terlihat seperti orang bangun tidur

Sesampainya di depan rumah bang bagas menghampiri Mia yg sedari tadi mondar mandir tidak karuan.

"Mia bagaimana Tita sudah keluar belum?" Tanya Bagas 0anik. Segera ia memegang tangan Mia yg sudah dingin karna ketakutan "Jawab, Mia"

"Belum ada respon bang , Sampai tangan gua jadi bengkak kek tangan gajah, karena sakit gendor tu pintu"

Plakkkk....

Bagas menjitak kepala Mia "Bego Lo, mana ada gajah punya tangan "

"Hehehe.... becanda bang. Oh iya Tita gimana bang"dengan cemas Mia menarik Bagas untuk segera membuka pintu yang terkunci dari dalam

Brakkkkkkk....

Akhirnya pintu di dobrak oleh lelaki kekar dan tampan itu.

eps 03

Setelah pintu berhasil di buka, mereka lalu mencari Tita di setiap sudut ruangan, tapi tidak di temukan.

"TITA....."

Bagas memeluk tubuh adiknya yang terkulai lemas di lantai kamar.

Mia segera berlari menuju arah suara"Ya Tuhan, apa yang terjadi..."Lirih Mia sembari berlari menuju kamar Tita "Tita? ya ampun bang Tita kenapa ini?" Segera menghampiri Tita, lalu menghuyung pelan suapay Tita tersadar "Ta bangun lo kenapa? jangan buat kita cemas kaya gini dong, Ta. Ayolah bangun jangan bercanda begitu, nggak lucu tau Ta"

Bagus pun tidak tinggal diam, ia langsung memapah sang adik sampai ke tempat tidur "Ya Tuhan.....Tita bangun. Abang tidak suka ya kamu main prank kaya gini, buruan ayo bangun" Bagas berharap adiknya hanya pura pura saja. Jujur dia paling tidak bisa melihat adiknya sakit, bahkan sedikit saja melihat air matanya jatuh, pasti Bagas langsung bertindak.

hik hik hik..

Mia menangis sejadinya.

"Mia, gua minya Lo tenang dulu. Sepertinya Tita pingsan, tolong bantu ambilikan minyak kayu putih di atas meja depan tv"

Mia mengangguk lalu berlari mengambil minyak tersebut.

"Aduh, di mana sih minyak angin itu berada...." Mencari setiap sudut meja tapi tidak ada benda tersebut. Lalu Mia membuka laci bawah tv "Nah ini dia ketemu juga" Meraih minyak angin kemudian kembali berlari ke dalam kamar Tita.

"Ini bang minyaknya..." Memberikan pada Bagas. Setelah mengusap minya pada bagian hidung dan pelipis tapi Tita masih belum reaksi.

"Mia, gua titip Tita bentar ya, gua mau hubungi pak Gunawan dokter keluarga gua dulu" Ucap Bagas sembari berjalan ke luar.

Mia mengangguk "Baik, bang"

"Tita, kenapa kamu bisa seperti ini? hanya karena laki laki macam Alan, sampe lo kaya begini, bego Lo ta, bego. Lo tau gak dia gak pantes dapetin cewek setulus Lo"

Mia menemani Tita dengan rasa cemas. Bagi Mia sahabat terbaik dalam hidupnya hanya Tita seorang. Dia selalu ada dalam susah dan senang, dalam terang dan gelap.

"Duh sakit...."Perlahan Tita membuka mata. Ia mengeluh sakit di bagian kepala "Gua kenapa, Mia?"

"Lo udah sadar, Ta? syukurlah gua cemas lihat lo kaya tadi"

"Itu muta Lo kenapa Mia? merah kaya abis di cium badut" Memaksakan senyum di bibir.

Mia mengerutkan alis sembari melipat kedua tangan "Gila Lo, Ta. Gua hampir mati ketakutan gara gara liat lo kaya tadi. Bisa bisanya lo ketawa kaya gitu. Gua takut Lo patah hati terus bunuh diri, minum racun tikus gitu"

"Lo kira gua doyan yang kek gitu. Sorry, masalah cinta nggak sampe kirban nyawa juga kali. Gua punya otak juga kali" Jawab Tita santai. Herannya Mia itu kok Tita masih bisa tersenyu. di saat dia baru sjaa bangun dari pingsan.

Mia yang jengkel dengan sikap sok kuatnya Tita hanya mendengus kesal "Huf....kamu bikin jantung mau copot saja"

"Sebelah sini, Dok" Bagas dgn cemas menunjukkan jalan menuju kamar Tita. Ketika pintu kamar baru saja terbuka, sontak Bagas terkejut bujan main "Tita" Sekarang Bagas bisa bernafas dengan lega.

"Abang....." Tita langsung menyambut pelukan sang kakak sambil menangis terisak.

"Ya ampun dek hampir saja abangmu ini mati di tempat, melihat kamu kaya tadi. Sebenarnya kamu ini kenapa kok bisa sampai tidak sadarkan diri seperti tadi? apa kamu sakit?"

Tita menyeka air mata "Tidak, bang. Tita baik baik saja, cuma lagi banyak pikiran saja" Jawab Tita sembari melebarkan senyum palsu.

"Memang apa yang menbuat kamu sampai kepikiran seperti ini? kamu punya masalah bilang abang, biar abang bantu selesaikan" Membelai manja wajah sang adik. Mereka berdua adik kakak terbaik. Bisa saling melengkapi mesti tidak selalu bersama. Meski tidak satu rumah tapi mereka tetap saudara kandung.

"Em.....itu bang kepikiran sama Tugas bahasa inggris, susah banget soalnya" dusta Tita. Ia tidak mau kalau sampai kakaknya tau inti beban pikirannya.

Menyentuh ujung kepala "Kamu itu suka banget bikin Abang jantungan, kalau cuma masalah tugas sekolah serahin sama mbah google, pasti semua beres" Ujar Bagas.

"Idih bang Bagas ini gimana malah ngajarin adeknya belajar sama mesin? harusnya abang dong yang ngajarin" Sambung Mia.

Tita tersenyum "Abang gua mana ngerti bahasa inggris, bahasa sehari hari saja blepotan"

Melihat senyum di bibir Tita membuat hati Bagas tenang "Lain kali kalau ada apa apa bilang sama abang, masalah tugas sekolah mulai besok kamu ikut les bahasa inggris saja, masalah uang nanti kita bicarakan sama ayah dan bunda" Ucap Bagas sembari mengusap kepala Tita dengan lembut, penuh kasih sayang.

"Terima kasih banyak, bang. Selama ini abang selalu ada untuk Tita" memeluk erat abangnya.

"Ehem....ini jadinya gimana ya, mas? jadi di periksa tidak?" Tiba tiba pak Dokter membuka suara. Sejak tadi pak Dokter terpaku melihat drama kakak beradik tengah saling sayang.

" Oh iya Dok saya sampai lupa. Kalau begitu tolong periksa adik saya ya, dok"

Pak Dokter mengangguk seraya berjalan mendekati ranjang, di mana Tita kini berada.

"Maaf ya saya periksa dulu...." Tak berapa lama pak Dokter memeriksa kendisi Tita.

Bagas mendekat "Bagaimana kondisi adik saya, Dok? apakah ada faktir lain yang membuat adik saya pingsan seperti tadi?"

Pak Dokter tersenyum "Keseluruhan pasien baik baik saja, kemungkinan besar pasien bisa pingsan karena di sebabkan banyaknya pikiran dan telat makan. Selebihnya tidak ada masalah yang perlu di khawatirkan" Jelas pak Dokter.

"Untuk mbak Tita tolong di jaga pola makan dan juga kesehatannya. Jangan terlalu tres, banyak istirahat, dan jangan lupa di minum vitaminnya"

"Baik, Dok. Terima kasih"

Setelah memeriksaan selesai pak Dokter pun langsung pergi.

"Kamu istirahat saja dulu. Abang sama Mia juga mau pulang" Dari tatapan mata Bagas terlihat ada hal yang ingin dia tau. Mia labgsung tanggap "Lo istirahat dulu saja nanti gua datang lagi jenguk lo"

Tita menggenggam tangan Mia "Terima kasih ya, Mia. Cuma kamu sahabat terbaik ku"

"Iya, sama sama. Tapi jangan ulangin lagi, nanti gua marah sama lo"

"Ya sudah kita keluar yuk, biar Tita bisa istirahat" Ajar Bagas. Tidak beberala lama mereka langsung keluar kamar.

"Gua minta lo cerita semua masalah Tita. Alasan Tita tidak masuk akal, lo harus cetita semuanya" Ucap Bagas.

Tanpa keraguan sedeikit pun Mia menceritakan akar dari masalah Tita.

"Begitu bang cerita sebenarnya" Ujar Mia berterus terang.

"Kurang ajar berani sekali dia menyakiti Tita" Sambil memukul telapak tangannya sendiri.

Dua hari kemudian. Sejak dua hari lalu Alan tidak lagi melihat Tita di sekitar sekolah

"Tumben si cewek gila itu nggak ganggu gua lagi. Di kelasnya tadi juga kagak ada. Kira kira kemana tu bocah?" Lirih Alan sambil terus berjalan menuju ruang kelas unggulan.

Ketika berjalan tiba tiba ia melihat Mia melintas depannya "Eh....kemana temen Lo itu?"

Mia hanya melirik tanpa menjawab pertanyaan Alan. Melihat saja membuatnya muak apa lagi harus bertutur sapa, ogah.

"Eh.... budek Lo ya" Ketus Alan.

Seketika saja Mia mulai terusik "He.... emangnya kenapa kalo gua budek masalah buat Lo? terus ngapain Lo cari Tita, setelah Lo sakitin dia dan lo buat dia menderita, masih punya nyali buat tanya dia dimana??"

"Nggak usah nyolot dong, Lo. Gua cuma gak biasa aja si cewek gila itu gak buntutin gua, tapi syukur deh gua jadi gak muak liat muka dia setiap hari.....hahahaha"gelak tawa Alan menusuk telinga Mia

plakkkkkk.....

Tamparan keras mendarat tepat di pipi kiri Alan. Kencangnya tamparan tangan Mia menyisakan tanda merah "Berani banget lo tampar gua...." Alan pun mulai murka.

Tanpa gentar Mia berkata "Kenapa? lo nggak terima? Dia sakit gara gara Lo, dan Lo masih bisa ketawa, emang dasar brengs** Lo"Mia pergi meninggalkan Alan yang masih memegang pipi yang terasa panas karna tamparan Mia tadi.

Mendengar kata kata Mia tadi membuat Alan kaget "Oh Tuhan, jadi Tita sakit? apa benar semua karena aku? Apa sebesar itu cinta dia sampe dia bisa jatuh sakit karena pesannya tidak gua balas" Segera Alan mengeluarkan ponsel dari dalam tas.

(Hai..)Alan mengirim pesan singkat kepada Tita. Namun, tidak di jawab olah Tita.

(Ta, maafin gua ya) satu lagi pesan singkat tak berbalas "Ayolah bales pesannya"

Lagi dan lagi Alan mengirim pesan singkat hingga 12 pesan. Tapi Tita tak menjawab pesan tersebut

(Ternyata begini rasanya kalo pesan kita di abaikan tanpa di baca ataupun di balas )seketika Alan menunduk sedih.

"Woyyyyyyy ,kenapa muka Lo kaya baju belum di setrika gitu,kusut banget " celetuk Leo sahabat Alan.

"Hemmmm" Alan terus berjalan menuju parkiran motor dengan di ikuti Leo

"Kenapa sih Lo, bro??"Tanya Leo heran. Tidak biasnaya Alan murung sepeeti itu. Meski dia nampak dingin di luar tapi sebenarnya dia orang yang baik.

"Tita, gua sudah bikin Tita sakit"

"Apa? Tita sakit?" Tanya Leo dengan sedikit menekan.

"Iya"

"Hahahahaha, siapa Lo bilang? tita. Cewek cupu kelas C itu? yang suka ngikutin lo diam diam? sejak kapan lo perduli sama dia, atau jangan jangan Lo demam lagi...." leo menyentuh kening Alan

"Apaan sih, gua sehat kali" Menepis tangan Leo. Alan merasa heran kenapa mood dia hari ini hancur gara gara satu cewek yang paling menyebalkan dalam hidupnya itu. Namun entah kenapa selama dua hari tidak melihatnya serasa ada yang hilang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!