Ara, itulah namanya. Gadis muda berusia 22 tahun itu sibuk kesana kemari mencari pekerjaan baru.
Gadis itu sebatang kara, tidak ada orang tua, maupun sanak saudara. Selama ini dia diasuh oleh neneknya, tapi neneknya pun sudah tutup usia saat Ara kelas 2 SMA
Untuk memenuhi kebutuhannya, Ara bekerja paruh waktu di salah satu minimarket lokal. Terkadang gadis itu memungut sampah plastik dan juga menjadi pengamen.
Ia selalu menjauhi keramaian. Bukan tanpa sebab, ia memiliki kemampuan khusus untuk melihat masa lalu seseorang, hanya dengan sentuhan. Tidak selalu, karena lambat laun gadis itu sudah bisa mengontrol kemampuannya. Dia bisa melihat kilasan masa lalu seseorang itu hanya jika ia menginginkannya.
Ara baru saja mendapatkan pekerjaan baru sebagai petugas kebersihan di sebuah rumah sakit besar di Bandung. Gajinya lumayan besar, oleh karena itu ia menyanggupi. Lusa, ia akan segera mulai bekerja
*****
Sebelum azan subuh, Ara sudah terbangun. Dengan segera ia mandi dan bersiap siap. Setelah sholat, ia membuat mie instant untuk sarapan. Pukul 6 kurang, ia berangkat menaiki angkot menuju tempat kerjanya yang baru.
Rumah sakit itu sangat besar, masih ada beberapa bagian rumah sakit yang merupakan bangunan tua. Dan beberapa sudah di renovasi. Dengan menaiki angkot sekitar 10 menit, gadis itu sudah sampai.
Ia masuk ke area belakang, dan bertemu dengan Kaluna. Kaluna adalah seorang petugas kebersihan juga. Dari jauh kaluna sudah melambaikan tangannya
"Ara" sapa kaluna
"Teteh!!" Ara melambaikan tangannya dan menghampiri kaluna
"Sudah siap buat hari pertama kerja?" tanya Kaluna
"Insya allah siap teh" Ara tersenyum.
"Ayo, aku anter ketemu bu Leni" kata Kaluna lagi
Mereka berjalan memasuki bangunan tua.
"Teteh, udah lama ya disini?" tanya Ara ingin tahu
"Udah 2 tahun" jawab Kaluna
"Ada kejadian yang aneh aneh ga??"
Kaluna tertawa dan menghentikan langkahnya
"Banyak! apalagi awal masuk di tempatin di ruang otopsi" jawab Kaluna
"waduh.. saya nanti di tempatin dimana ya teh?" tanya Ara cemas
"Biasanya anak baru disuruh di ruang otopsi, itung itung ngelatih mental" jawab Kaluna terkikik
"Jangan dong teh... aku kan penakut" sahut Ara pelan
"Ga apa apa Ara, nanti lama lama juga kamu biasa." lanjut kaluna santai
Di dalam ruangan petugas kebersihan, mereka menemui bu Leni.
bu Leni menyuruh mereka masuk
"Ara sudah siap?" tanya bu Leni
"Insya allah bu" kata gadis itu pelan.
"Karena baru pertama masuk, kamu akan di tempatkan di ruang otopsi ya" kata bu Leni tajam
"I..yaa iyaa.. bu" Ara mulai berdebar debar
"Ga usah takut, ga ada mayat kok di sana. Mungkin sesekali akan ada, jika sedang terjadi suatu kasus. Biasanya mayat mayat akan di otopsi, tapi ngga lama kok, karena setelahnya akan dibawa langsung ke kamar mayat" jelas bu leni lagi
"Iya bu.." Ara merasa tidak enak
"Ganti baju kamu dengan seragam di loker, Nanti Kaluna yang akan mengantar kamu kesana. Tugas kamu membuang sampah, mengepel, mengelap jendela, membersihkan kamar mandi dan wastafel di ruang autopsi. Kamu lakukan 2 kali, pagi jam 8 dan sore jam 3. Jika ada kegiatan otopsi, kamu harus menunggu sampai selesai dan kemudian membersihkannya. Paham Ara?" jelas bu Leni panjang lebar
"Iya bu paham" jawab Ara
"Ya sudah, sana mulai bekerja. Saya ucapkan selamat datang" bu Leni menutup percakapan
" Baik bu" sahut Ara lalu keluar ruangan diikuti oleh Kaluna
*****
"Nah ini ruang otopsi" kata Kaluna menunjukkan ruang yang cukup besar
"Di depan sini bagian untuk mengurus dokumen, alias bagian administrasi. Nah pintu besar yang di belakang itu ruangan yang isinya frezeer pendingin untuk menyimpan mayat. Di dalam sana ada pintu lagi ke ruangan berikutnya, yakni ruang tempat otopsi dilakukan" jelas Kaluna
"Tenang aja, gada mayatnya sekarang. Aman" Kaluna menggoda Ara
Ara terlihat pucat pasi mendengar penjelasan Kaluna. gadis itu menelan ludah perlahan
*****
Sepeninggal kaluna, Ara mulai membersikan ruang administrasi. Ada meja besar dengan 2 buah kursi di depannya. di atas meja itu terdapat komputer. Disamping meja ada lemari arsip yang cukup besar. Banyak huruf alphabet tertempel di bagian luar laci. Di sudut sebelah kiri ada seperangkat sofa. Ara mulai mngelap meja dan menyapu ruang itu. Setelah selesai ia pindah ke ruang berikutnya.
Ia membuka pintu, tampak jejeran laci laci besi besar seukuran tubuh manusia di sisi kanannya. Total ada 6 laci. Ara bergidik melihatnya. Secepat kilat ia menyapu dan mengepel bagian itu.
Pekerjaannya belumlah usai. Ia masuk ke ruangan paling dalam. Segala peralatan untuk otopsi berjejer disana. Sarung tangan, masker, baju berwarna hijau, tutup kepala, sampai deretan pisau bedah yang Ara tidak tau apa fungsinya. Ada pula alat serupa gergaji, semua di taruh di lemari berpintu kaca.
Di tengah tengah ruangan ada dua buah bak stainless besar yang lagi lagi seukuran manusia. Wastafel 3 buah berjejer di sebelah kanannya. Dan di ujung ruangan ada satu pintu. Kamar mandi.
Perasaan Ara bertambah tidak enak. Secepat mungkin ia membereskan pekerjaannya dan keluar ruangan
"Peduli ah, biarin ga bersih juga. Aku takut" batin Ara
Saat Ara membuka pintu ke ruang administrasi, sudah ada 3 orang pria disana. Ara menganggukkan kepala dan mereka membalasnya dengan senyuman.
"Baru ya teh?" tanya salah satu dari mereka yang bertubuh tinggi dan berambut lurus
"Yoga.. petugas otopsi" Ara membaca name tag yang tergantung di dadanya
"Iya pak" sahut Ara sambil membereskan peralatannya
"Nah!! teteh beruntung" kata seorang pria yang sedang duduk di sebelah yoga
"Sebentar lagi, polisi mau ngirim mayat baru kesini, korban bunuh diri" lanjutnya lagi
Pria satunya yang membelakangi Ara memutar kepalanya
"Jadi teteh harus nunggu disini sampe proses otopsi selesai" katanya
"Kenapa pak?" tanya Ara mulai cemas
"Kan teteh nanti yang beresin" lanjut pria itu
"Saya?" tanya Ara seperti orang bodoh
"Lah iya siapa lagi" jawab Yoga tertawa
"Biasanya kalo otopsi itu, keadaannya sangat kacau di dalam. darah dan serpihan daging dimana mana" lanjut pria itu tanpa ampun
Mereka bertiga tertawa. salah satu dari mereka menatap Ara
"Ngga teh, becanda, ga sebegitunya" sahutnya cepat saat melihat Ara hampir menangis.
Ara melihat nametagnya. Daffa. dan satu lagi Abidzar
"Oh iya" sahut Ara pelan
"Saya keluar dulu pak" katanya. Ketiga pria itu mengangguk dan melambaikan tangannya.
*****
"Siapa yang mengajukan otopsi?" tanya Yoga kepada rekannya
"Cucu korban, namanya Cyril" sahut Daffa membaca dokumen di tangannya
" Kesimpulan awal, korban meninggal karena bunuh diri menggunakan racun sianida"
Yoga terdiam
"Ada yang aneh" sahut Daffa lagi
"Keluarga yang lain menentang proses otopsi, hanya cucunya itu yang mengajukan proses otopsi"
Abidzar buka suara
"Ya sudah nanti kita lihat, apa penyebab korban meninggal. Prof Helmi kapan datang?" tanyanya
"Dalam setengah jam, beliau sudah dijalan" sahut Yoga menutup pembicaraan
Prof Helmi memasuki ruang otopsi. Dengan segera ia memerintahkan untuk menyiapkan peralatan. Beliau duduk di sofa dan membaca dokumen atas nama Seruni
Tidak berapa lama, mayat Seruni sudah sampai di rumah sakit. Beberapa orang polisi tak berseragam datang mengantar. Dalam hitungan menit, Prof Helmi sudah siap
Yoga dan Daffa bertugas sebagai asisten Prof Helmi dalam autopsi kali ini. Mereka berdua sudah siap di dalam. Jenasah Seruni sudah terbujur di atas bak stainless.
Abidzar memegang kamera dan mulai mendokumentasikan keadaan mayat.
Lebam mulai muncul di tubuh bagian belakang mayat. Hal itu terjadi karena aliran darah tertumpuk disana. Lebam berwarna merah itu salah satu indikasi bahwa mayat keracunan sianida.
Prof Helmi mulai melakukan pembedahan berbentuk huruf Y. Dari atas tulang dada hingga ke bagian perut bagian bawah. Dengan menggunakan alat capitan, sayatan itu di buka dan ditahan ke samping sehingga bagian organ dalam bisa terlihat dengan jelas
Prof itu meneliti jantung, hati dan organ endokrin. Sistem pencernaan yang meliputi usus dan lambung. Ginjal, kandung kemih dan organ kelamin tidak luput dari pengamatan pria tersebut
Ia juga mengambil beberapa sampel kecil organ dalam untuk kemudian di teliti di laboratorium. Pada kasus kematian karena sianida, hampir tidak menyisakan sisa racun di lambung. Oleh karena itu harus ada pemeriksaan lanjutan.
Tidak terlihat ada tanda tanda kekerasan pada mayat.
Setelah cukup, Prof Helmi menyuruh asistennya untuk menutup luka dan menjahitnya. Kesimpulannya, Seruni meninggal karena racun sianida.
*****
Jenasah Seruni masih di ruang otopsi. Menunggu berkas selesai untuk kemudian dibawa oleh pihak keluarga. Cucu korban sedang menunggu di sofa saat Ara masuk.
Pandangan mereka berdua bertemu. Entah kenapa ada sesuatu yang terasa berbeda, saat ara memandang pria itu.
"Ara!" Yoga memanggil Ara
Ara menghampiri Yoga
"Kenapa pak?" tanya Ara
"Wastafel di dalam bocor, tolong di pel ya" sahut pria itu
Tidak lama, Daffa terlihat keluar dari ruang dalam. Pria itu melepas maskernya
"Iya Ra, tadi saya hampir kepeleset" sahut Daffa
Ara memasuki ruang otopsi dan membeku setelah melihat sesosok jenasah yang terbaring di meja autopsi. Hatinya berkata untuk kabur. Tapi otaknya menyuruhnya untuk masuk
"Ara, ini baru hari pertama kerja, masa udah mau nyerah" sahut gadis itu di dalam hati
Ara pun masuk setelah sebelumnya berucap pelan
"Permisi, saya cuma mau bersih bersih"
Gadis itu buru buru masuk dan mengepel bagian yang tergenang, butuh beberapa kali sampai lantai benar benar kering. Selama mengepel, matanya tidak bisa lepas dari jenasah yang di tutupi kain putih tersebut.
Karena ingin buru buru keluar, kakinya tidak sengaja menginjak ujung pel yang basah. Hal itu menyebabkan ia kehilangan keseimbangan dan jatuh terjerembab
Malangnya, ia menimpa jenasah yang ditutupi kain putih tersebut.
Panik, gadis itu berusaha bangkit. Tanpa sengaja ia memegang tangan yang dingin dan kaku
Pl****assshh!!
Kilatan kejadian terbayang di matanya
Seruni baru saja meminta sarapannya di antar ke kamar. Seorang wanita mengantarkan sarapannya. Awalnya mereka berdua mengobrol biasa. Lama lama keduanya beradu kata kata. Seruni terlihat marah dan membentak wanita itu.
Wanita di hadapan Seruni terlihat tidak bisa menahan diri. Dengan kasar wanita itu memaksa seruni untuk menelan makanannya. Seruni melawan dan berteriak, tapi wanita itu jauh lebih kuat. Dengan kasar ia memasukkan makanan ke mulut Seruni
Seruni hampir kehabisan nafas. Tangannya mencakar wanita itu. Lambat laut berontakan Seruni kian melemah setelah menelan makanan. Wanita tua itu kejang kejang sedangkan wanita di hadapannya menyeringai. Dalam hitungan menit, Seruni merasa tercekik, matanya melotot hampir keluar dan badannya kesakitan. Hampir dua menit wanita itu merasakan kesakitan yang amat sangat. Ia menyadari bahwa wanita di hadapannya sudah mencampurkan makanannya dengan racun
Wanita di depan Seruni tertawa saat melihat Seruni merenggang nyawa. Setelah beberapa saat, ia yakin bahwa Seruni sudah meninggal. Wanita itu menggunakan sarung tangan dan membuat bahwa seolah olah wanita itu bunuh diri. Dengan santai ia meninggalkan Seruni yang sudah tidak bernyawa
"Tidaaaak" Ara berteriak kencang
Kilatan kejadian membayang lagi dimatanya. Membuatnya muntah dan menguras habis isi lambungnya. Yoga, Daffa dan semua orang berlarian memghampirinya
Seketika Ara kehilangan kendali
Gadis itu berteriak teriak histeris
"Dibunuh!!! Wanita ini dibunuh!!!!" teriaknya sambil menangis.
Yoga memegangnya dari belakang, berusaha menenangkan
"Ara, tenang!!" ucap pria itu
"Pak Yoga!! wanita ini dibunuh, dia dibunuh!!!!" teriak Ara lagi
Cyril ikut masuk ke dalam ruangan. Wajah pemuda itu luar biasa kaget
Prof Helmi masuk untuk melihat keributan apa yang terjadi. Begitu juga dengan polisi
Sedangkan Ara masih histeris
"Wanita ini dibunuh!!! dia bahkan sempat mencakar pembunuhnya!!!!"
"Dia tidak bunuh diri!!! dia dibunuh!!!!!" Ara berteriak lagi sambil menangis.
Yoga dan Abidzar membawa paksa Ara keluar ruangan. Gadis itu masih memberontak, menjerit dan juga menangis.
*****
Prof Helmi berpikir tentang sesuatu, ada kata kata gadis bernama Ara itu yang mengganggu pikirannya. Segera ia berbicara pada Cyril tentang otopsi ulang neneknya. Setelah itu ia meminta ijin kepada pihak kepolisian. Polisi dan juga Cyril membolehkan hal tersebut.
Prof Helmi meneliti tangan jenasah itu, terlihat ada serpihan kulit, ia meminta Daffa mengambilkan tempat sampel. Dengan hati hati ia memasukkan serpihan tersebut ke dalam tabung kecil dan menyuruh Daffa membawanya ke laboratorium. Ia meminta untuk dilakukannya tes dna.
Ara terduduk di ruang ganti dengan ditemani Kaluna. Pandangan gadis itu terlihat kosong. Kaluna memberinya teh manis panas.
"Minum dulu tehnya" sahut Kaluna
Gadis itu menurut
Teh panas membuat kerongkongannya hangat. Kehangatan itu menyebar ke seluruh tubuhnya. Perlahan lahan ia merasa nyaman.
tok tok tok!
Wajah Cyril menyembul di pintu
"Bisa bicara sebentar" sahut pria muda itu menatap Ara dan Kaluna
Kaluna mengangguk mengerti dan bangun meninggalkan mereka berdua. Cyril duduk di sebelah Ara
"Aku Cyril.. cucu dari mayat di dalam tadi" pria itu mulai berkata kata
"Polisi berkata bahwa sementara, kasus ini akan dianggap bunuh diri, tapi entah kenapa aku ngga percaya kalo nenek aku memang bunuh diri"
Ara menatap pria itu
"Berkat kamu tadi, mereka sekarang sedang melakukan lagi proses otopsi" Cyril memandang gadis itu lembut
"Boleh nanya satu hal?" tanyanya lagi
Ara mengangguk.
"Kamu yakin sekali kalau nenek aku dibunuh?"
"100%" jawab Ara
"Terima kasih Ara" jawab pria itu
"Aku ga pernah mau percaya kalo nenek aku bunuh diri. Beliau bukan orang seperti itu" jawab Cyril
Pria itu tersenyum dan berdiri. Ia melangkah meninggalkan Ara seorang diri
Hasil otopsi Seruni sudah keluar. Seruni memang meninggal karena racun sianida. Racun itu melumpuhkan sistem pernapasan dan juga pencernaannya.
Untuk serpihan kulit di bawah kuku Seruni pun hasilnya sudah ada. Polisi melakukan penyelidikan atas permintaan keluarga korban. Oleh karena itu, polisi memerintahkan setiap orang di rumah Seruni untuk melakukan tes dna. Dengan begitu akan ketahuan, serpihan kulit siapakah itu.
Seruni tinggal bersama dengan orang tua Cyril. Ibu Cyril adalah anak kedua Seruni. Anak pertama Seruni tewas dalam kecelakaan dan istrinya tetap tinggal di rumah. Anak bungsu seruni adalah seorang wanita berumur 40 tahun yang masih lajang.
Wanita itu jarang pulang kerumah karena pekerjaannya. Selain itu ada 3 Orang pembantu, 2 orang supir dan 2 orang tukang kebun yang tidak datang setiap hari. Mereka semua tidak luput dari tes dna
*****
Ara bekerja seperti biasa. Hingga suatu hari, ia diminta untuk menghadap prof Helmi
tok tok tok
"Masuk" terdengar seruan dari dalam ruangan
Ara memasuki kantor prof Helmi dan melihat pria tua itu tenggelam dalam berkas kertas di mejanya. Kacamatanya melorot di hidungnya. Mata tuanya melihat Ara dan menyuruh gadis itu duduk
"Namamu Ara kan?" kata prof itu sambil melepas kacamatanya.
"Iya prof, saya Ara" sahut gadis itu
"Ara, kamu membuat saya sibuk akhir akhir ini karena kasus Seruni" pria itu melanjutkan
Ara tertunduk
"Maaf prof" jawabnya
"Tidak, tidak perlu meminta maaf. Bahkan sejujurnya, saya harus berterima kasih" kata prof Helmi
"Kamu punya kemampuan yang orang biasa tidak punya. Kamu bisa menggunakannya untuk membantu pihak pihak yang membutuhkan" lanjut pria itu
"Maksudnya prof?" Ara memandang tidak mengerti
prof Helmi menyandarkan tubuhnya.
"Kamu hebat, bisa mengetahui bahwa Seruni meninggal karena di bunuh" ucapnya
"Dibunuh?" ara bertanya
"Ya, dan kemungkinan pembunuhnya meninggalkan jejak" kata prof itu tersenyum
"Kalau tidak keberatan, saya ingin menguji kamu?"
Ara masih bingung dengan ucapan prof itu
"Bagaimana caranya prof?" tanya gadis itu
Pria tua itu menegakkan punggungnya
"Dalam beberapa jam akan ada mayat baru, polisi bilang wanita muda itu korban bunuh diri karena ditemukan tenggelam di danau sebuah kampus" jelas prof Helmi
"Kita akan liat, seberapa besar kemampuan kamu melihat masa lalu gadis ini"
Ara terbelalak. Kejadian Seruni masih teringat jelas di pikirannya. Dan sekarang profesor tua ini ingin mengujinya dengan mayat baru
"Tapi saya takut prof" ucap Ara
Prof tersenyum
"Tidak perlu takut, kami semua akan menemanimu. Saya akan memanggilmu apabila saatnya tiba"
Ara mengangguk pelan, merasa tidak dapat menolak keinginan pria tua itu
****
Keluarga Seruni sudah melakukan tes dna, hasilnya akan keluar beberapa hari lagi. Polisi mengatakan bahwa kemungkinan besar, pelaku pembunuhan adalah seseorang yang tinggal di rumah itu.
Pihak kepolisian pun sudah mengajukan pertanyaan pada masing masing orang di rumah itu. Hampir semua orang memiliki alibi yang kuat.
Orang tua Cyril sedang di luar kota saat Seruni meninggal, begitupun dengan Erry, anak bungsu. sedangkan istri dari putra pertama mengaku sedang ada di dapur dengan para pembantu. Supir yang berjumlah 2 orang sedang mengantar orang tua Cyril dan Erry keluar kota. Sedangkan para tukang kebun, terus berada di taman. Alibi mereka saling menguatkan
Selama beberapa hari polisi kebingungan menemukan motif dari kasus ini. Ditambah orang orang di sekitar Seruni mempunyai alibi yang kuat saat pembunuhan itu terjadi. Salah seorang polisi yang menyaksikan Ara histeris di ruang otopsi mulai menyangsikan kata kata gadis itu. Ya, polisi harus mendapatkan bukti yang kuat, tidak bisa mengandalkan sesuatu yang sifatnya supranatural.
*****
Sesudah jam makan siang, prof Helmi memanggil Ara ke ruang otopsi. Saat ia masuk, Daffa, Yoga dan Abidzar menyeringai kepadanya. Di hadapan mereka terbujur seorang gadis yang berusia sepantar Ara. Seluruh tubuhnya kebiruan. Tubuh mayat itu membengkak dan berair. Korban tenggelam. Ada luka di kepala samping kiri. Mungkin terantuk batu saat ia melompat masuk ke dalam air.
"Ara kesini" panggil prof Helmi
Ara menghampiri sambil berusaha keras mengalihkan matanya dari mayat yang membujur kaku.
Abidzar terlihat sedang memotret keadaan mayat sebelum dilaksanakannya otopsi
Ara kini berdiri di sebelah prof. Pria itu menyuruh Ara menyentuh mayat itu. Ara ragu ragu, kakinya ingin berlari pergi jauh dari ruangan ini. Pemandangan di hadapannya tidak bisa di bilang bagus
"Se... se.. karang p.. prof..?" tanya Ara terbata bata
Prof itu menganggukan kepalanya. Ara perlahan mendekatkan tangannya ke tangan mayat itu. Ia pun memejamkan matanya
PLAASSHH!!
Wanita muda itu bernama Zia, ia baru saja selesai kuliah dan duduk di sisi danau. Wajahnya merona, sesekali ia mengetikkan pesan di ponselnya. Wajah cantiknya di sinari sinar matahari yang tenggelam. Angin semilir menerbangkan helaian rambut di wajah cantiknya. Dari belakang seorang pria menghampiri
"Udah lama?" tanya pria itu tersenyum
Wanita itu merengut, pura pura marah
"Lama banget sih?!" ucapnya ketus
Pria di sebelahnya duduk dan berkata
"Maaf Zia, tadi ketemu sama dosen dulu sebentar" kata pria itu yang bernama Dimas
Zia masih saja terdiam
Dimas tertawa dan mencubit pipinya pelan
"Kamu kalo lagi ngambek, gemesin" ucap pria itu
Zia menoleh dan ikut tersenyum. pipinya merah tersipu
"Kita pergi sekarang?" tanya Dimas lagi.
Gadis itu mengangguk dan berdiri. Berdua mereka berjalan menuju tempat parkir dimana Dimas menaruh mobilnya. Selama berjalan, keduanya bergandengan tangan
PLASSHH!
Tubuh telanjang gadis itu ditutupi selimut. Dimas di sebelahnya duduk dan menyalakan rokok. Perlahan gadis itu membuka matanya dan tersenyum
"Udah bangun Zia?" kata Dimas.
Gadis itu tersenyum dan duduk. Ia ikut menyalakan sebatang rokok. Keduanya berbincang sambil merokok. Terkadang keduanya tertawa. Sesaat kemudian, nafsu mereka berdua kembali meninggi, Dimas mengangkat gadis itu, membuatnya menduduki tubuhnya
Dengan gerakan yang stagnan, mereka berdua menikmati rasa yang membuat mereka ketagihan. Gerakan Zia makin kencang seiring dengan desahannya yang semakin keras, dengan tubuh yang berpeluh keringat, mereka meraih kenikmatan mereka bersama sama
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!