NovelToon NovelToon

Kekasih Bayaran Tuan Muda

01. Pertemuan Membawa Masalah

"Mayuki Anggraini Putri. Nenek! Mayu berhasil masuk di Universitas Indonesia. Mayu sebentar lagi akan jadi pebisnis hebat nenek." seru mayu girang, begitu dia melihat ada namanya di daftar pengumuman hasil seleksi akhir Universitas Indonesia. Itu berarti sebentar lagi dia bisa kuliah di universitas ternama itu.

Mayu menyimpan kembali ponselnya. Mayu buru-buru merapikan dagangannya. Dia tidak sabar memberitahukan kabar baik ini pada nenek tercintanya.

Mayu mengangkat karung dagangannya dan membawanya ke tempat motor bututnya parkir.

Setelah karungnya terikat kuat, Mayu buru-buru menyalakan motornya.

Brak!

Mayu sangat terkejut begitu mendengar suara benda tabrakan.

Mayu menoleh pelan ke belakang. Tubuh Mayu seketika lemas begitu melihat motornya menabrak mobil yang sedang melintas.

Ini jelas salah Mayu. Mayu yang tidak melihat jalan terlebih dulu sebelum memundurkan motornya.

"Hai kamu! Mau bunuh saya kamu?" seru si pemilik mobil menatap marah Mayu.

Mayu menundukkan kepalanya dan memasang wajah memelasnya. Berharap semoga sipemilik mobil kasihan padanya dan tidak minta ganti rugi. Bisa gagal kuliah Mayu kalau uangnya harus dipakai untuk ganti rugi.

Mayu turun perlahan dari motornya dan menyatukan tangannya di dadanya. Mayu jalan menunduk menghampiri pemilik mobil itu.

"Maaf Mas, saya tidak sengaja. Saya buru-buru Mas. Nenek saya sakit. Kasihani lah saya Mas." ujar Mayu semelas mungkin.

'Maafkan Mayu nenek.' lanjut Mayu dalam hati. Terpaksa dia berbohong membawa nama neneknya supaya dikasihani.

"Maaf maaf! Kamu pikir dengan kamu minta maaf, penyok dan baret mobil saya bisa kembali lagi seperti semula? Tidak akan! Kamu harus ganti rugi! Dan ingat, saya tidak akan tertipu dengan wajah memelas palsu kamu itu." marah laki-laki 20 tahun itu.

Mayu seketika menegapkan tubuhnya dan mengerucutkan bibirnya. Dia sudah ketahuan. Apa acktingnya sejelek itu sehingga langsung ketahuan atau orang ini terlalu pintar dalam menilai ekspresi orang?

"Sepuluh juta." lanjutnya lagi.

Mata Mayu membola mendengarnya.

"Sepuluh juta!" seru Mayu dan menatap tidak terima. Mobilnya hanya penyok dan baret sedikit tapi minta ganti rugi sepuluh juta, ini tidak masuk akal sama sekali.

"Iya sepuluh juta. Ini mobil Audi R8 dan harganya 8 milyar. Walau hanya penyok dan baret sedikit, harga perbaikannya sudah pasti mahal. Masih untung saya hanya minta ganti rugi sepuluh juta, bukan seratus juta." seru laki-laki itu lagi.

Mayu mau pingsan mendengarnya. Mobilnya memang semahal itu.

Dapat uang dari mana dia sepuluh juta? Mau jual motor butut sama sisa dagangannya juga tidak akan dapat uang 10 juta. Dia hanya penjual kolor dan bh pinggir jalan.

'Mayu putar otak Mayu!' batin Mayu teriak.

"Mas ada Supermen pakai c*lana dalam di luar Mas!" teriak Mayu tiba-tiba dan menujuk arah belakang laki-laki tampan itu.

Laki-laki itu menoleh ke belakang.

Dengan gerakan cepat Mayu naik motornya dan langsung tancap gas.

Mayu tidak punya pilihan lain, kabur adalah jalan terbaik. Lagian laki-laki itu jelas-jelas orang kaya, tapi dia tega-teganya minta uang pada Mayu yang hidupnya serba pas-pasan. Benar-benar orang kaya pelit dan tidak punya hati. Harusnya dia bantu Mayu, bukannya malak Mayu.

"Hei jangan kabur kamu!" teriak laki-laki itu dan berusaha menarik motor Mayi. Sayangnya dia telat 1 detik, motor Mayu sudah keburu tancap gas.

Laki-laki bertubuh atletis itu tidak terima Mayu kabur, dia tidak bisa diam saja. Dia masuk cepat mobilnya dan mengejar Mayu.

Mayu bisa melihat dari kaca spion motornya, kalau mobil laki-laki sudah mendekatinya. Mayu kembali tancap gas. Walau motornya sudah butut tapi Mayu masih sanggup menjalankannya dengan kecepatan 60 km per jam.

Tin tin tin

"Minggir kamu!" teriak laki-laki tampan itu dari dalam mobilnya.

Mayu bukannya minggir tapi semakin tancap gas.

'Ya Allah, bantu Mayu ya Allah!' batin Mayu dan semakin tancap gas.

"Minggir kamu atau saya akan tabrak balik motor jelek kamu itu!" seru laki-laki itu lagi yang sudah menyamai kecepatan motor butut Mayu.

Mayu tidak menyerah, dia tetap menjalankan motornya secepat yang dia biasa.

Tin tin tin

Laki-laki itu kembali memencet kuat klakson mobilnya, dia semakin kesal pada Mayu. Bisa-bisa Mayu tidak mau menuruti perintahnya. Apa Mayu tidak tahu siapa dia? Dia adalah Alga Putra Pratama, putra dari Pratama pemilik salah satu mall terbesar di Indonesia dan pemilik banyak bisnis besar lainnya. Tidak ada yang bisa macam-macam sama Alga karena kalau Alga sudah marah, itu orang bisa langsung masuk penjara.

Mendengar suara klakson yang semakin menjadi, Mayu semakin berteriak dalam hatinya.

'Ya Allah tolonglah hambamu ini ya Allah. Hanya pada-Mu hamba meminta ya Allah.' batin Mayu meminta pertolongan.

Mayu tiba-tiba tersenyum penuh arti begitu melihat ada jalan jalur kiri.

Mayu semakin tancap gas dan Alga juga melakukan hal yang sama. Mayu kemudian belok kiri dengan cepat sedangkan mobil Alga jalan lurus.

Mayu menghentikan motornya, dia selamat, mobil Alga tidak bisa mengejarnya lagi. Alga tidak mungkin putar balik karena jalan itu memiliki pembatas jalan.

"Sialan!" kesal Alga dan memukul keras stirnya. Alga menatap kesal Mayu yang sedang bejoget senang di atas motornya.

"Selamat selamat. Terima kasih ya Allah, Engkau memang yang terbaik ya Allah. Mayu janji setelah ini Mayu akan lebih rajin lagi sholat ya Allah." gumam Mayu senang.

Mayu kembali menatap pada mobil Alga yang berhenti tidak jauh darinya.

"Bye bye pangeran tampan. Nanti ya Mayu akan ganti rugi kalau Mayu sudah jadi pengusaha sukses, emah." Mayu kiss bye dengan gaya lebaynya ke arah mobil Alga.

Mayu kemudian menjalankan motornya dengan kecepatan sedang. Dia tidak perlu takut lagi dikejar Alga.

Sementara itu dalam mobilnya Alga kembali memukul kesal stir mobilnya.

"Berani-beraninya dia bermain-main denganku, lihat saja aku pasti akan membalasnya! Tidak akan aku biarkan dia hidup dengan tenang!" kesal Alga kemudian mengambil ponselnya dan langsung menghubungi anak buahnya.

Tut tut

"Hallo Tuan Muda, ada apa?"

"Rangga, cepat datang ke rumah dan priksa dashcam mobil saya. Baru saja ada yang menabrak saya. Kamu haru mencari tahu siapa penabraknya. Orang itu harus diberi pelajaran." suruh Alga.

"Baik Tuan Muda."

Alga mematikan sambungan teleponnya dan kembali meletakkan ponselnya.

"Kamu salah nona sudah berani kabur dariku. Tunggu saja pembalasanku! Kita lihat saja nanti, sampai sejauh mana kamu akan bertahan." ujar Alga dengan penuh arti kemudian menjalankan kembali mobil mewahnya.

***

Mayu merasa lega akhirnya dia sampai di rumahnya dalam keadaan sehat dan tidak kurang suatu apapun.

Mayu mematikan mesin motornya dan turun dengan cepat. Mayu sudah tidak sabar memberitahukan kabar baik itu pada neneknya. Neneknya pasti senang Mayu diterima di Universitas Indonesia, karena itu tidak hanya menjadi impian Mayu, tapi impian neneknya juga. Sekalipun mereka hidupnya pas-pasan tapi nenek Mayu sangat berharap Mayu bisa kuliah.

Baru juga Mayu melangkah, langkahnya kembali terhenti begitu dia sadar ada banyak orang di sekitar rumah dan di dalam rumahnya.

Deg deg

Jantung Mayu tiba-tiba berdebar dengan cepatnya. Ada apa ini, kenapa ada banyak orang di rumahnya?

Pikiran Mayu langsung tertuju pada neneknya. Jangan-jangan terjadi sesuatu pada neneknya.

Mayu kembali melangkahkan cepat kakinya.

"Bibi Asih, ada apa ini? Kenapa banyak orang di rumah saya?" tanya Mayu pada salah satu tetangganya.

"Mayu, akhirnya kamu datang juga Mayu. Bibi dari tadi telepon kamu, tapi tidak diangkat-angkat." ujarnya menghampiri Mayu.

"Iya Bibi, saya sedang dalam perjalanan Bibi."

"Iya Mayu tidak apa-apa, yang penting sekarang kamu sudah sampai di rumah." ujarnya kemudian menusap lengan Mayu dan menatap sedih pada Mayu.

"Mayu kamu yang sabar ya Mayu," ujarnya pelan.

Deg deg

Jantung Mayu semakin berdebar dengan cepatnya. Berbagai pikiran negatif langsung berputar-putar dalam benaknya.

2. Rahasia Besar

"Iya Bibi, ada apa ya Bibi?" tanya Mayu pelan.

"Begini Mayu, tadi kami mendapati nenek Iroh jatuh di depan pintu rumah kontrakan kalian, tubuhnya susah digerakkan dan dia juga jadi sulit bicara, nafasnya juga lambat." jelas bibi Asih.

Tes

Air mata Mayu langsung jatuh tanpa bisa dia cegah.

"Nenek!" seru Mayu lirih dan langsung berlari masuk ke dalam rumahnya.

Mayu sangat takut kehilangan neneknya. Mayu belum siap. Mayu hanya punya neneknya. Jika neneknya pergi, Mayu sama siapa.

"Nenek hikss ...."

Tangis Mayu langsung pecah begitu melihat nenek Iroh, berbaring tidak berdaya di atas kasur lantainya.

Tatapan mata wanita 70 tahun itu terlihat kosong dan menatap ke atas, mulutnya terbuka dan sesekali menutup pelan. Dia juga sama sekali tidak ada respon saat Mayu memeluknya erat.

"Nenek, jangan tinggalkan Mayu Nenek, Mayu belum siap hikss ...."

Tangis Mayu semakin keras, rasa takutnya sudah sampai pada puncaknya. Pelukan Mayu juga semakin mengerat.

Para tetangga Mayu tidak tega melihatnya. Mereka sangat tahu bagaimana kehidupan Mayu dengan neneknya, dan bagaimana sayangnya Mayu pada neneknya, begitu juga sebaliknya.

"Mayu yang sabar ya Mayu, nenek Iroh tidak akan pergi meninggalkan kamu Mayu. Nenek Iroh kuat, dia pasti bisa melawan sakitnya." ujar budhe Sumi tetangga Mayu yang lain sambil mengusap lengan Mayu.

Mayu hanya terus menangis dan memeluk erat neneknya.

Budhe Sumi beralih pada tetangganya yang lain.

"Pakde Karman, apa Irpan sudah berhasil meminjam mobilnya?"

"Iya sudah Mbak, Irpan sedang dalam perjalanan menuju ke sini. Sebaiknya nenek Iroh juga kita bawa keluar saja, supaya begitu mobilnya sampai, kita bisa langsung berangkat ke rumah sakit!" ujarnya.

"Iya Pakde." uharnya dan kembali mengusap lengan Mayu.

"Mayu udah ya Mayu. Sebaiknya kamu ambil tas juga kartu BPJS nenek Iroh dulu. Budhe juga sudah menghubungi Siti, supaya begitu kita sampai rumah sakit, nenek Iroh bisa langsung ditangani." ujar Sumi pelan.

"Iya Budhe, terima kasih Budhe hikss,"

Mayu langsung mengambil tas dan kartu BPJS neneknya. Beberapa tetangga Mayu yang lain juga membantu Mayu mengambilkan selimut juga tikar.

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Mayu hanya menangis sambil menggenggam erat tangan neneknya.

Kabar bahagia yang tadinya ingin Mayu sampaikan malah berakhir dengan kabar yang sangat menyedihkan.

'Ya Allah, jangan dulu ambil nenek Iroh ya Allah. Mayu hanya punya nenek Iroh. Kemana lagi Mayu akan pulang kalau tidak ada nenek Iroh? Mayu rela tidak jadi masuk kuliah, asal nenek Iroh tetap bersama Mayu, ya Allah.' batin Mayu menangis.

Usapan di pungggungnya tidak lagi dirasakannya, Mayu terlalu sedih juga takut.

***

Mayu duduk di depan ruang UGD sambil menundukkan dalam kepalanya, air matanya juga masih terus menetes membasahi wajah cantiknya.

Mayu juga tidak perduli sama sekali dengan penampilannya yang sangat berantakan, yang Mayu perdulikan hanya nasib neneknya.

Budhe Sumi yang masih setia menemani Mayu, mengusap pelan punggung Mayu. Dia benar-benar tidak tega pada Mayu, dan dia bisa meresakan kesedihan Mayu.

"Sabar ya Mayu ya, Mayu sebaiknya berdoa saja supaya merasa lebih tenang. Budhe juga ikut berdoa demi kesembuhan nenek Iroh." ujar Sumi pelan.

"Iya Budhe, terima kasih Budhe hikss ...." lirih Mayu.

Mayu kemudian bangun perlahan dari duduknya. Dia ingin pergi sholat untuk mendoakan neneknya.

Di mushala, Mayu masih terus menangis. Mayu menyatukan kedua tangannya dan berdoa pada sang penciptanya.

"Ya Allah yang maha pengasih dan maha penyayang. Hanya padamu hamba meminta ya Allah, tolonglah beri kesembuhan pada nenek Iroh ya Allah. Angkat sakit penyakitnya ya Allah. Hamba belum siap kalau harus kehilangan nenek Iroh. Hamba masih ingin membahagian nenek Iroh. Berikanlah hamba kesempatan ya Allah hikss ...." Mayu menangis sambil berlutut di mushala rumah sakit.

"Hikss ... hikss,"

Mayu masih terus menangis. Tidak ada tempat Mayu bersandar dan menceritakan betapa sedih dan takutnya dia kecuali pada sang penciptanya.

"Mayu! Mayu!" panggil Irpan salah satu tetangga Mayu juga teman Mayu, dan dia juga seumuran dengan Mayu.

Mayu bangun dari berlututnya dan menghapus cepat air matanya.

"Ada apa Irpan hik hik?" tanya Mayu tersendu-sendu.

"Nenek Iroh sudah selesai diperiksa dan sudah mendapat perawatan Mayu. Sebaiknya kamu temui dokternya, biar dia sendiri yang akan menjelaskan bagaimana kondisi nenek Iroh." ujar Irpan menatap tidak tega pada temannya. Mata Mayu sampai bengkak karena kelamaan menangis.

"Iya Irpan, terima kasih Irpan." ujar Mayu sambil membuka mukenanya kemudian melipatnya.

"Sama-sama Mayu. Harus tetap kuat ya Mayu, dan harus tetap semangat juga. Nenek Iroh sangat butuh semangat kamu Mayu."

"Iya Irpan, sekali lagi terima kasih Irpan untuk semua bantuannya."

"Iya Mayu, santai saja dan enggak perlu berterima kasih terus."

Mayu mengaangguk. Dia kembali menyimpan mukena yang tadi dipakainya.

"Mayu tunggu!" ujar Irpan menahan Mayu.

Mayu menoleh.

"Ada apa Irpan?"

Irpan tersenyum tipis dan mengulurkan tangannya.

"Aku tahu ini bukan saat yang tepat Mayu, tapi aku tidak ingin menundanya. Selamat ya Mayu sudah diterima di Universitas Indonesia. Kamu memang hebat Mayu dan kamu sangat layak kuliah di universitas ternama itu. Jangan lupa beritahukan ini pada nenek Iroh. Nenek Iroh pasti sangat bangga pada kamu Mayu." ujar Irpan tulus dan terselip rasa perhatian di dalamnya.

Mayu menjabat tangan Irpan dan menganggukkan kepalanya. Irpan selalu saja tahu semua tentang dia.

"Iya Irpan, aku pasti akan segera memberitahukannya pada nenek." ujar Mayu tidak yakin.

Mayu yakin neneknya pasti akan senang begitu tahu kabar baik itu, tapi Mayu jadi ragu mengatakannya, karena di sisi lain mereka pasti butuh uang lebih untuk biaya mereka di rumah sakit. Ditambah lagi Mayu juga tidak mungkin jualan lagi salama neneknya dirawat. Dan mau tidak mau uang untuk Mayu kuliah harus mereka gunakan. Mayu tidak mau neneknya jadi merasa bersalah karena uang itu.

Saat ini yang paling penting bagi Mayu adalah kesehatan neneknya. Kalau pun dia tidak jadi kuliah, tidak apa-apa, asalkan neneknya bisa sehat kembali. Mayu masih 19 tahun, dia masih punya banyak waktu untuk bisa kuliah lagi. Jika tidak bisa tahun ini, masih ada tahun depan. Jika tidak bisa tahun depan masih ada tahun depannya lagi. Mayu yakin selama kita masih tetap berusaha, Tuhan juga pasti akan menunjukkan jalan.

***

"Permisi Dokter," ujar Mayu begitu dia masuk ruangan dokter yang memeriksa neneknya.

"Iya, silahkan duduk." ujar dokter Dodi mempersilahkan Mayu.

"Iya Dokter, terima kasih Dokter." ujar Mayu menatap dokter di depannya.

Dokter itu menganggukkan kepalanya.

"Saya adalah cucu dari nenek Iroh, Dokter. Bagaimana kondisi kesehatan nenek saya Dokter?" tanya Mayu sambil menggenggam kuat tangannya sendiri. Rahel takut mendengar diagnosis dokter tapi dia juga hurus tahu.

Dokter itu menatap Mayu dan menarik nafas pelan.

"Nenek kamu menderita stroke ringan. Sebagian dari tubuhnya mengalami kelumpuhan."

Tes air mata Mayu kembali jatuh mendengarnya, Mayu buru-buru mengusap air matanya. Perasaan Mayu benar-benar campur aduk mendengarnya. Dia merasa lega karena neneknya masih diberi umur, tapi dia benar-benar kasihan pada neneknya. Neneknya pasti akan kesulitan melakukan aktivitas.

"Apa nenek saya masih bisa sembuh Dokter?" tanya Rahel pelan.

"Jika pasien memiliki semangat sembuh yang tinggi, dia pasti bisa sembuh kembali. Hanya saja kamu juga jangan berharap terlalu banyak, mengingat pasien yang usianya sudah tidak muda lagi. Hal itu tentu sangat berpengaruh pada tenaga dan pikirannya." jelas dokternya.

"Iya Dokter, saya mengerti. Lalu apa yang bisa saya lakukan untuk membantu kesembuhan nenek saya Dokter?"

"Tentu saja dukungan serta semangat dari kamu sangat dibutuhkan oleh pasien. Selain itu yang jadi kunci utamanya baik kamu atau pasien, harus mau menerima dan beradaptasi dengan keadaan pasien, karena tidak jarang pasien yang mengalami stroke tidak bisa menerima keadaannya. Satu lagi pasien juga tidak boleh cengeng dan keluarga juga tidak boleh mengasihaninya. Bantu dia agar tetap bisa mandiri."

"Iya Dokter akan saya ingat selalu apa yang dikatakan Dokter. Terima kasih Banyak dokter."

"Sama-sama. Semoga nenek kamu bisa secepetanya sembuh."

"Iya Dokter."

***

Rahel masuk ruang perawatan pasien kelas 3, tempat dimana neneknya dirawat.

Mayu sekuat tenaga menahan air matanya agar tidak terjatuh. Dia ingat pesan dokter, dihadapan pasien dia tidak boleh menunjukkan kesedihannya. Dia harus tetap semangat walau rasanya sangat sulit.

"Nenek," panggil Mayu pelan begitu melihat neneknya menatap padanya. Tatapan neneknya sudah mulai berisi dan tidak sekosong sebelumnya.

"Ma-Mayu!" panggil nenek Iroh terbata.

"Iya Nenek, ini Mayu Nenek." ujar Mayu mendekati neneknya dan berusaha tersenyum pada neneknya.

"Ma-Mayu, a-ada se-suatu yang i-ngin Ne-nek sa-sam-paikan!" ujarnya terbata dan susah payah. Nenek Iroh takut umurnya tidak akan lama lagi. Olah karena itu dia memutuskan menyampaikan rahasia besar yang selama ini dia simpan rapat, pada Mayu. Mayu harus tahu rahasia besar itu.

03. Fakta Tentang Mayu

Mayu menggenggam erat tangan neneknya.

"Enggak Nenek, nanti saja Nenek. Nenek lebih baik istirahat saja!" ujar Mayu yang tidak tega melihat neneknya bicara dengan susah payah.

"E-enggak Ma-yu, ka-kamu ha-harus ta-hu se-se-karang. Ne-nek ta-takut ti-dak ba-bangun lagi." ujarnya lagi dengan susah payah dan menatap sayu Mayu.

Nayu menggelengkan cepat kepalanya.

"Enggak Nenek, Nenek jangan berkata seperti itu. Jangan tinggalkan Mayu, Nenek. Nenek harus tetap bersama Mayu, sampai Mayu sukses nanti. Ingan impian kita Nenek, kalau kita akan pergi naik pesawat bersama. Kita juga akan makan di restoran mewah, dan kita juga menginap di hotel mewah. Sebentar lagi, kita pasti bisa mewujudkan impian kita itu Nenek. Nenek harus tetap semangat ya Nenek. Nenek pasti bisa sembuh kembali Nenek." ujar Mayu berusaha keras menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Ne-nek pa-pasti a-kan be-be-rusaha se-sembuh Ma-yu, ta-tapi Ne-nek ha-rus me-mem-be-ri-tahukan i-ini. Ne-nek ta-takut te-lam-bat." ujar nenek Iroh bersikukuh. Dia benar-benar takut jika dia tidur dan tidak bangun lagi, maka rahasia besar itu akan dia bawa mati.

Dia tidak mau mati tanpa memberitahukan rahasia besar itu pada Mayu. Mayu harus tahu itu, karena rahasia besar itu ada hubungannya dengan Mayu dan tentunya sangat berarti untuk Mayu dan masa depan Mayu.

"Baiklah Nenek, Nenek boleh memberitahukannya pada Mayu, tapi Nenek janji setelah ini Nenek langsung tidur, ya Nenek! Nenek harus istirahat." ujar Mayu sambil mengusap pelan wajah neneknya yang sudah keriput.

"I-iya Ma-yu,"

"Sekarang Nenek bisa katakan semuanya!" ujar Mayu sambil mendekatkan wajahnya pada neneknya, supaya dia bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan neneknya.

"Ja-jadi be-begini Ma-yu, se-be-narnya a-yah ka-kandung ka-mu ma-sih hi-dup. Na-manya Da-David A-anto-nius, di-a ju-ga ting-gal di Ja-kar-ta. Di-a be-ker-ja se-ba-gai ta-ngan ka-nan Pe-ra-tama, pe-milik da-ri Pe-ra-tama group." ujarnya terbata. Ada kelegaan tersendiri di hatinya setelah dia berhasil mengungkapkan rahasia, yang dia simpan selama 19 belas tahun lamanya.

Deg deg

Jantung Mayu seketika berdebar dengan cepatnya. Mayu sangat terkejut. Akhirnya terjawab juga pertanyaan besar yang selama ini dia simpan rapat dalam benaknya.

Mayu tahu siapa ibunya, dan ibunya itu sudah meninggal sejak usia Mayu masih 9 tahun. Mayu masih ingat banget, dulu dia sering sekali bertanya pada ibunya, tentang ayahnya, tapi ibunya selalu marah. Mayu bahkan pernah dipukul mendiang ibunya karena masih saja menanyakan ayahnya. Sejak dipukul Mayu tidak pernah lagi berani bertanya tentang ayah kandungnya. Mayu bahkan menganggap ayah kandungnya sudah meninggal, dan sekarang terjawab sudah semua rasa penasarannya.

Mayu tidak tahu haruskah dia sedih atau bahagia mendengar kabar ini? Jika memang ayah kandungnya masih hidup, kenapa dia tidak pernah menemui Mayu? Apa salah Mayu?

"Ma-afkan Ne-nek Ma-yu. Ne-nek ba-ru me-ngung-kap-kannya se-ka-rang." ujar Nenek Iroh lagi.

Mayu menggelengkan kepalanya.

"Enggak Nenek, Nenek tidak perlu minta maaf. Nenek pasti punya alasan kenapa baru mengungkapkannya. Sekarang lebih baik nenek tidur ya. Bagi Mayu itu yang terpenting adalah kesehatan Nenek. Mayu ingin Nenek sembuh kembali. Mayu tidak butuh ayah kandung Mayu Nenek, yang Mayu butuhkan itu hanya Nenek. Mayu sayang sekali sama Nenek." ujar Mayu apa adanya dan itu adalah ungkapan hati terdalamnya.

Meski Mayu penasaran pada ayah kandungnya tapi bagi Mayu tetaplah nenek Iroh nomor satu.

"I-ya Ma-yu, te-rima ka-sih Ma-yu." ujar nenek Iroh. Dia kembali merasa lega. Mayu tidak marah padanya, dan benar kata Mayu, dia punya banyak sekali alasan kenapa baru sekarang dia mengatakan rahasia besar itu. Nenek Iroh masih sangat membenci laki-laki pengecut dan egois itu. Bahka jika bisa, sampai dia mati, dia tidak ingin bertemu dengan laki-laki itu lagi.

"Iya Nenek," ujar Mayu.

Mayu merapikan selimut neneknya dan mengusap pelan lengan neneknya.

"Cepat sembuh Nenek."

***

Mayu menatap neneknya yang sudah tidur dengan pulasnya. Mayu mengecup dalam kening neneknya. Mayu membawa tangan neneknya ke pipinya dan memejamkan matanya.

Hari ini Mayu seperti melalui perjalanan yang sangat panjang dan berliku. Mulai dari dia merasa senang karena diterima di Universitas Indonesia, tapi belum juga ada sejam merasa senang, dia sudah dapat masalah karena menabrak mobil orang. Selanjutnya dia juga mendapati neneknya jatuh sakit stroke ringan, dan yang terakhir dia mengetahui fakta baru tentang ayah kandungnya yang ternyata masih hidup. Perasaan Mayu benar-benar dibuat jungkir balik.

Mayu membuka matanya begitu teringat sesuatu. Mayu kemudian mengambil ponselnya dan membuka aplikasi google. Mayu mengetik kata Pratama group.

Mata Mayu membola begitu membaca fakta tentang Pratama Grop. Pratama group merupkan salah satu perusahaan konglomerat dan memiliki banyak anak perusahaan. Pendirinya adalah Pratama dan David Antonius menjabat sebagai CEO di salah satu anak perusahaan Peratama group.

'Jadi ayahku adalah seorang CEO perusahaan besar. Berarti dia sangat kaya?' batin Mayu. Mayu masih antara percaya dan tidak percaya tentang papa kandungnya.

Mayu kembali mencari tahu tentang siapa ayah kandungnya. Mayu menarik nafas pelan, tidak ada informasi tentang ayah kandungnya selain pertasi juga jasa dia terhadap perusahaan Pratama group. Tentang siapa dia, alamatnya dan keluarganya, itu sama sekali tidak ada informasinya.

Jika tidak ada informasi tentang ayah kandungnya, bagaimana Mayu bisa bertemu dengan dia? Mayu harus mencari kemana dia?

'Apa aku sebaiknya melamar kerja saja di perusahaan Pratama saja? Siapa tahu aku bisa dapat informasi tentang ayah.' batin Mayu.

Mayu tiba-tiba menggelengkan kepalanya. Mayu selama ini sudah menyusun banyak rencana untuk masa depannya. Mayu tidak mau semua rencananya jadi berantakan karena ingin bertemu ayah kandungnya. Mayu lebih baik fokus pada tujuan awalnya. Jika tahun ini dia gagal kuliah, maka Mayu akan mencobanya tahun depan. Keinginan Mayu untuk kuliah bahkan semakin besar. Mayu ingin menunjukkan pada ayah kandung itu kalau dia juga bisa tanpa ayah kandungnya.

Mayu beralih menatap neneknya.

"Terima kasih nenek sudah mau mengatakan semuanya pada Mayu. Pasti masalahnya dulu sangat besar ya Nenek, makanya Nenek menyimpan rapat rahasia itu, tapi apa pun masalahnya, satu hal yang harus nenek tahu, Mayu tidak akan pernah meninggalkan nenek. Makanya nenek jangan tinggalkan Mayu ya Nek. Nenek harus sambuh. Nenek harus melihat Mayu sukses. Kita pasti bisa nenek." ujar Mayu dan kembali membawa tangan neneknya ke pipinya.

Walau ayahnya sangat kaya dan sukses tapi bagi Mayu tetap neneknya lah yang terbaik. Neneknya tidak pernah meninggalkannya, tidak seperti ayah kandungnya yang tidak pernah perduli padanya.

***

Hari demi hari berlalu keadaan nenek Iroh semakin membaik. Bicaranya sudah mulai lancar dan tenaganya sudah mulai pulih. Walau sebagian tubuhnya masih sulit dia gerakkan.

Tentang ayah kandung Mayu, mereka tidak lagi pernah membahasnya. Mayu memang penasaran dan ada keinginan ingin bertemu dengan ayah kandungnya, tapi tidak sekarang. Nanti saja jika keadaannya dan nenek Iroh sudah lebih baik.

"Mayu!" panggil nenek Iroh pelan.

"Iya Nenek, kenapa? Nenek mau minum atau makan roti?" tanya Mayu perhatian.

"Tidak Mayu, Nenek tidak ingin makan apa-apa."

"Terus Nenek mau apa? Apa Nenek mau Mayu nyanyi, mana bunda mana bunda, ini bunda bunda Mayu." ujar Mayu dengan lebaynya. Mayu sudah mulai bisa bercanda lagi dengan neneknya.

Nenek Iroh tersenyum tipis. Cucu satu-satunya ini selalu saja bisa membuatnya tersenyum.

Mayu juga ikut tersenyum melihat senyum di wajah neneknya.

"Bukan Mayu, Nenek hanya mau tanya, bukankah pengumuman mahasiswa baru itu sudah keluar, gimana hasilnya? Kamu diterima kan Mayu?" tanyanya pelan.

Senyum di wajah Mayu seketika memudar. Apa yang harus dia katakan pada neneknya? Mayu memang diterima, tapi uang buat daftar ulang, sudah dia pakai sebagian untuk biayanya selama mereka di rumah sakit. Neneknya bisa sedih kalau tahu soal itu, dan yang paling Mayu takutkan neneknya drop lagi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!