NovelToon NovelToon

Reincarnation Of S-Class Hero

BAB 1: S-CLASS HUNTER

Aku selalu memikirkan ini...

Mengapa aku terlalu lemah?

Itu, bahkan tuhan sekalipun tidak mengetahui alasannya. Dia hanya memberi kita kehidupan tanpa alasan dan karena itulah makna kehidupan kitalah yang harus mencarinya.

Bahkan sampai kita menderita di titik kematian mendekat.

Hari itu adalah hari terjadinya insiden besar yang terjadi di dunia. Langit menjadi berwarna merah kehitaman, tanah yang tandus dengan iluminasi coklat keemasan, di sertai aroma darah yang menyengat yang di hembuskan oleh angin.

Dan monster bemunculan keluar dari dalam gate dungeon.

Insiden pertama break dungeon S-Class yang membawa bencana di Kekaisaran terbesar, Lukedonia.

“Healer! Kita membutuhkan Healer!”

“Arah jam enam! Inferno Giant keluar dari dalam gate!”

“Tidak mungkin! Bahkan Hunter kelas top saja hanya bisa melawan satu, lalu bagaimana mereka bisa melawan lima sekaligus!”

Kepanikan melanda tempat perang yang pecah. Semua hunter tingkat atas dikerahkan untuk menyelesaikan break dungeon, namun, tidak hanya mereka di tekan, gelombang yang keluar dari dalam gate tidak kunjung berhenti dan semakin membawa bencana.

Itu di jelaskan saat monster raksasa dengan tangan banyak dan berkepala dengan api menyala seperti lava berjalan dan menghanguskan apa saja yang di lewatinya.

Hunter A-Class kemungkinan masih bisa memiliki daya tahan, tidak bagi Hunter Class di bawahnya. Mereka hangus tanpa melakukan perlawanan. Di situlah perbedaan besar di antara para Hunter dan monster.

Lalu disanalah simbol keajaiban muncul, yang disebut sebagai S-Class dari beberapa Kerajaan yang ikut serta dalam Raid battle.

“Benda berjalan itu. Seharusnya berada di gate A-Class ke atas sebagai Boss monster dan sekarang muncul di break dungeon ini seperti bencana berjalan. Bagaimana menurutmu, S-Class ternama?”

Wanita itu dikenal sebagai perisai dan pedang yang membawa keadilan bagi dunia. Wanita yang melambangkan kebajikan dengan selalu memprioritaskan atas nama menegakkan keadilan. Kapten Valkrye Guild, Bruite. Role Warrior.

“Aku tidak tahu. Jika mereka keluar sebagai Boss monster itu akan bagus karena jumlah kita sebagai S-Class sangat mencukupi melawan mereka. Akan tetapi kita masih belum tahu apa yang akan datang berikutnya dari dalam gate.”

Sebagai Hunter ternama yang dikenal di seluruh penjuruh tanah air di benua ini. Tidak ada yang tidak mengenal namanya. Bahkan jika ada sedikit fakta yang bocor dengan menggunakan inisial namanya, dunia akan tahu siapa yang sedang mereka bicarakan.

Yang paling hebat dari semua S-Class Hunter yang ada dan di kenal sebagai seseorang yang seharusnya menjadi Raja bagi para Hunter. Kapten Gehennah Guild, Otheo. Role Swordmaster.

“Seperti yang diharapkan dari pria terkuat dan tercerdas dalam strategi. Maukah jadi ayah dari anak-anakku?” ucap Bruite dengan tawa bercanda.

“Tidak, terima kasih.” dan itu langsung di jawab terang-terangan oleh Otheo.

“Lalu, apakah kita bisa menahan sampai gatenya tertutup, Kapten Gehennah?”

Di samping Otheo ada pria besar yang membawa kapak raksasa di satu tangannya seperti dia memegang ranting kayu. Pria yang hanya berisi otot-otot yang mengembang di lengannya meskipun dia memakai armor besi. Salah satu S-Class Hunter, Kapten Mormouth Guild, Draes. Role Tanker-Fighter.

“Aku tidak yakin, Kapten Mormouth. Setidaknya kita perlu antisipasi.”

Dengan tenang Otheo mencermati situasi medan perang.

“Uwah, berapa kalipun melihatnya aku tidak akan terbiasa.”

Terkadang ada tipe yang seperti ini juga. Dikatakan tipe orang yang memang normal dari semua Hunter. Pria yang selalu merasa bahwa dirinya lemah dan takut akan medan perang. Tidak hanya berpikir bahwa dia akan kalah namun dia juga tidak pernah berpikir akan menang meski dia menjelajahi dungeon C-Class.

Dia selalu gemetar dan berwajah pucat hanya menatap monster sebentar. Tidak lain pria yang tidak cocok menjadi seorang Hunter, namun dia di berkahi kekuatan yang besar dari semua Hunter dan menjadi S-Class di usianya yang masih muda. Wakil Kapten Hornet Guild, Antonio. Role Mage.

“Antonio, tenangkan dirimu. Cobalah untuk tidak terlalu berpikir berlebihan.”

Melihat sikap pesimis Antonio, pria ini menghela napas kecil dengan senyuman yang biasa memang terbiasa melihat Antonio seperti itu. Sayangnya begitulah cara dia menaklukan Antonio agar tidak terlalu tegang.

Tapi, di medan perang yang tidak tahu kapan kita mati maka tentu saja kadang kata-kata tidak terlalu berpengaruh. Akan tetapi berbeda dengan pria ini. Istimewanya karena setiap kata-katanya dia selalu tersenyum sangat positif dengan suara yang bisa membuat hati tenang. Kapten Hornet Guild, Kirsch Thoma.

Thoma, satu-satunya bangsawan kelas atas di Kekaisaran Lukedonia. Dan satu-satunya pria dengan role Mage-Healer.

“Bukankah begitu, Kapten Otheo?” tambah Thoma yang tiba-tiba saja membawa nama Otheo.

Otheo terkesiap sedikit saat namanya diikutsertakan dalam kata-katanya dan menoleh dengan wajah tidak puas.

“...Ya, bisa dibilang begitu.”

Kenapa Otheo seperti itu kepada Thoma? Ada alasannya.

Tetapi memikirkan kenapa Thoma membawa nama Otheo, itu bukan karena alasan tidak baik.

Alasannya karena Thoma menyukai Otheo karena dia adalah S-Class pertama yang patut di kagumi. Disitulah setiap Thoma memanggil namanya dengan penuh semangat, Otheo akan bergidik.

‘Seperti biasa aku tidak terbiasa dengan senyum Kapten Hornet.’

Apapun itu Otheo hanya ingin keluar dari situasi yang berhubungan dengan Thoma.

Seluruh pasukan keempat Guild besar sedang berkumpul di satu tempat. Jumlah mereka ada ratusan meski itu sudah di gabungkan secara keseluruhan dengan total Hunter yang tiba terlebih dahulu. Akan tetapi, jumlah monster yang terus bertambah melewati jumlah para Hunter tidak ada yang bisa menutupi perbedaan ini.

“Para Kapten akan mengurus Inferno Giant, sisanya urus yang lain.”

Dengan wajah serius Otheo memberi komando kepada keseluruhan pasukan garis depan. Para Kapten Guild setuju jika Otheo yang akan menjadi komandan penuh di raid battle kali ini.

“Kapten Hornet dan Wakilnya bantu dari belakang bersama para Hunter bertipe Mage. Para Warrior tetap dekat dengan Kapten Valkrye. Dan Kapten Draes tolong jaga garis depan dan tahan bahkan jika nyawa taruhannya.” tambah Otheo kemudian.

“Kau mengatakannya seakan kau ingin aku mati.” kata Draes dengan senyum kecut.

“Anggap saja begitu. Jika kau masih hidup aku akan mentraktirmu minum sampai puas.” jika itu yang terakhir maka itu menjadi janji manis palsu. Tetapi Draes sudah puas dengan ucapan Otheo ini.

“Ajak aku juga sayang.” dengan bersemangat Bruite masuk dengan pedang di atas bahunya dan mengedipkan satu matanya menggoda Otheo.

“Aku tidak tahu cara minum tapi aku akan ikut jika itu ajakan Komandan Otheo. Tapi lain kali tolong panggil namaku dengan akrab.” lalu disini ada pria yang tidak menyerah untuk tetap dekat dengan Otheo meski dia sudah jelas menjaga jarak. Thoma mengambil inisiatif untuk ikut.

Di samping Thoma, Antonio berjalan dengan kaki gemetar, sedekat mungkin dia menempel dengan Thoma seperti tidak mau di tinggal sendirian.

“Kalau begitu kita mulai.”

Otheo mencabut pedangnya dari tanah dan mengangkatnya. Pedang yang telah mengambil banyak nyawa ratusan monster dan membunuh mereka tanpa ampun. Sekali lagi pedang itu akan berlumuran darah dan sebentar lagi teriakan monster akan memenuhi wilayah kematian.

Otheo, Bruite dan juga Draes maju dan diikuti oleh para Hunter milik mereka. Lalu tidak terlambat beraksi, Thoma dan Antonio memberikan ketiganya elemen penguatan sebagai buff mereka.

Di awali dengan suara teriakan pertama yang menebas jarak garis utama adalah Otheo dengan pedangnya yang berdenging di atas semua nada yang ada dia dengan cepat menebas semua monster yang mencoba mengerumuninya.

Bruite yang lari di dekatnya terkagum.

“Seperti yang diharapkan dari seorang Swordmaster!” pedang serta perisainya mampu menahan dan mengoyak tubuh monster.

Lalu disaat kedua petarung itu sedang menggila untuk membuka ruang. Draes yang masuk di tengah pertempuran dan berdiri tepat di depan para Inferno Giant, segera memberi perintah.

“Pasukan bersiap!”

Pasukan Guild Mormouth bergerak bersamaan dengan mereka membawa perisai besar dan menutup setiap celah lalu membentuk sebuah garis pertahanan. Draes menghentak tanah dengan ujung kapaknya.

“Wall Fortress!”

GUUNG!

Pertahanan dinding kebiruan tercipta dan membentuk sebuah kubah yang besar yang mengurung mereka seperti di sebuah benteng yang tidak bisa di tembus. Inferno Giant menyadari itu dan mencoba memukul Wall Fortress, tapi itu berhasil di tahan.

“Mage!” teriak Draes.

Setelah penciptaan pertahanan selesai giliran penyerang utama bergerak.

“Blizzard!”

Thoma dan Antonio serta para role Mage melantunkan sihir yang sama untuk melakukan penyatuan yang seirama dengan begitu kekuatan mereka dalam sihir tersebut dapat dilipat gandakan.

“Salju?” Draes melihat adanya butir-butir berwarna putih dan langsung menyadarinya.

Detik itu juga angin kencang pembawa badai datang dari atas langit para Inferno Giant. Sebuah lingkaran sihir raksasa ada disitu. Kemudian badai salju turun menghujani para Inferno Giant kecepatan pembekuan yang tidak bisa di bayangkan. Dalam hitungan detik medan menjadi tanah di musim salju.

“Gila...” Draes tersenyum kecut melihat pemandangan yang bisa berubah dalam sekejap yang dilakukan oleh para Mage.

“Itu mudah.” ucap Thoma.

Dan dengan bukti ucapannya para Inferno Giant membeku di dalam batu es yang menyegel mereka untuk bergerak lagi. Sekarang mereka terlihat seperti di Petrification secara eternal.

“Ini tidak akan bertahan lama, kita serang mereka.” Draes maju dan keluar benteng bertahan.

Menyusul Draes. Kedua orang yang sudah membuka jalan untuknya agar tidak ada monster yang masuk menganggu mengejarnya. Otheo dan Bruite bergegas dari arah yang berlawanan.

“Reinforcement: Long Type: Breaking the Sea!” Pedang Otheo diimbuhi dengan sebuah hawa dingin yang mencekam, aura naik di setiap ujung bilahnya.

“Force: Berserk!” cahaya merah berdarah memenuhi pedang Bruite.

“Gladiator Slash!” Draes melompat tinggi di udara di hadapan salah satu Inferno Giant.

Mereka bertiga, di waktu yang bersamaan mengayunkan pedang mereka dengan alunan yang sama namun dengan gaya yang berbeda. Masing-masing senjata dengan penggunaan yang berbeda, tebasan yang membawa kehancuran, kegilaan, dan juga kerusakan.

BLAAR!

Batu es hancur dan tiga dari Inferno Giant di taklukan.

Lalu tersisa dua Inferno Giant yang berhasil lepas dari cangkang es. Mereka bertiga yang tidak mau kehilangan momentum ini berteriak bersamaan.

“Mage!”

Menjawab panggilan mereka, Thoma tersenyum seperti telah menunggu waktunya. Di bantu oleh Antonio yang mentranfer kekuatan sihirnya pada Thoma.

“Frost: Thorn Spear!”

Otheo, Bruite dan juga Draes melompat mundur sejauh mungkin begitu Thoma melantunkan kekuatannya. Mereka tidak mau ikut terlibat dampak serangan berbahaya itu.

DRAAAR!

Tanah berguncang dan dalam sekejap mata tombak berduri muncul dari dalam tanah yang sangat dingin dan menusuk tubuh Inferno Giant dengan mengerikan. Sampai duri es di lumuri oleh darah mereka.

BAB 2: BENCANA APOCALYPSE DRAGON

Waktu itu keberhasilan telah di raih oleh para Hunter dengan mencegah para Inferno Giant untuk tidak mengamuk. Itu semua berkat adanya para S-Class Hunter. Mereka dengan cepat menangani situasi dan membalikkan keadaan.

“Apakah kita berhasil?” tanya Draes.

Untuk sementara serangan gelombang monster berhasil di tahan, sejauh ini. Karena Boss monster dari A-Class dungeon sendiri sudah di kalahkan. Sekarang hanya perlu mengurus monster tipe massal terlebih dahulu dan itu mudah di bersihkan.

“Jika aku jadi kau aku tidak akan mengatakan itu, Kapten Mormouth.” anehnya itu yang dikatakan Thoma dengan senyum di wajahnya.

‘Pria ini, dia selalu bertingkah sopan di depan Otheo tapi tidak di depan orang lain.’ ujar Draes mengeluh dalam batinnya atas perlakuan yang berbeda pada mereka dari seorang Thoma.

Itulah Thoma dia akan tersenyum dengan sopan, namun kata-katanya berkebalikan dengan tata kramanya jika bukan pada Otheo.

“Aku tidak yakin. Tapi, entah kenapa aku punya firasat buruk.” ucap Otheo.

Dalam sejenak keadaan menjadi hening. Mereka semua berpikir jika sang S-Class pendekar pedang terhebat saja mengatakan memiliki firasat buruk. Biasanya itu akan terjadi dan terburuknya adalah kali ini mereka akan benar-benar menyaksikannya sendiri apakah itu fakta atau bukan.

Gate break dungeon tidak menutup atau menunjukkan tanda-tanda tertutup.

Lalu kemudian, tiba-tiba perasaan mencekam merasuk ke dalam tubuh semua orang yang ada di medan perang.

Itu adalah perasaan yang sangat mengerikan yang bisa membuat kaki hingga ujung kepala bergidik merinding tidak karuan.

Tidak lain, itu adalah insting bertahan hidup mereka.

“I-ini...” Antonio tidak bisa lagi mempertahankan dirinya agar tetap tegar dan kakinya langsung bergetar hebat, wajahnya sedemikian lebih pucat dan kelam dari biasanya.

Hawa keberadaan yang tidak enak dan mengerikan...

Semuanya langsung menoleh dan menatap ke arah gate yang masih berputar-putar yang menghasilkan aura mematikan. Sampai gambaran kematian bisa di perlihatkan hanya dengan memandangi gatenya.

CRACK!

Tiba-tiba suara retakan datang dari gate, saat semuanya mencoba menyipitkan mata mereka dan melihat dalam kejelasan. Tidak salah lagi jika gate itu terlihat seperti akan pecah.

“Semuanya mundur!” dan semua yang memiliki insting paling baik, Otheo langsung berteriak keras.

CTAR!

Gate pecah seperti cermin dan kemudian robek semakin besar di bagian lubangnya dan itu setinggi ukuran lebih tinggi dari Inferno Giant sebelumnya.

“Tidak mungkin, break dungeon dalam break dungeon? Apakah hal itu ada?” ucap Bruite yang merinding.

Semuanya menggigit gigi mereka masing-masing dan dalam kecemasan yang tidak bisa di tahan.

Lalu sebuah pesan aneh muncul di atas kepala Otheo.

[A---nda --- ti--dak d---apat - m-eng-hentikan g---elombang --- MONSTER!]

Pesan yang kacau yang menyiratkan ketidakberhasilannya. Otheo langsung memucat dan menggosok kedua matanya dengan pesan aneh yang muncul di depan matanya. Dia merasa mungkin itu halusinasi dan ternyata begitu selesai dia menggosok mata itu menghilang.

Otheo merasa itu mungkin perasaannya saja.

Tapi, gate yang hancur itu, sesuatu keluar dari dalam sana.

Dari ujung kepala, sebuah tanduk menjulang tinggi ke atas dahinya memiliki warna merah pekat dan keputihan.

Semua orang terbelalak dan mulut mereka jatuh ke bawah sampai wajah mereka seperti membeku dan terlihat bagaikan orang yang melihat fenomena mengerikan.

Moncong dengan rahang kuat dan gigi yang taring yang begitu tajam.

Tubuh yang kokoh bahkan jika pedang terkuat di dunia menyentuh kulitnya, keyakinan para ahli pedang akan runtuh begitu mereka yakin jika tidak akan pernah bisa merobek kulit dari makhluk itu.

“A-apa itu... Naga?”

Setiap langkah kakinya menggetarkan dunia, setiap hembusan napasnya langsung membuat kering tanah yang bermusim salju dari ulah para Mage.

Menelan ludah atau tidak berkedip menjadi kebiasaan yang tidak di sadari.

Itu nyata seekor naga raksasa.

Bukan mimpi. Otheo menggoyangkan matanya dan melihat di atas kepala naga itu.

[Apocalypse Dragon - Antares]

Itu adalah raja dari para naga.

“Graaaah!!!”

Naga kiamat meraung keras sampai ke atas angkasa dan raungannya menghasilkan tekanan yang menghancurkan setiap sel dalam tubuh. Membekukan tubuh. Bahkan sampai tidak mampu membuat tubuh bergerak atau bahkan bernapas dengan normal.

“Bagaimana kita menghadapi itu?”

“Apa S-Class Hunter bahkan bisa menyentuhnya?”

“M-mustahil... Kita akan mati!”

Sifat patriotisme para Hunter secara drastis jatuh pada skala tidak tertolong lagi. Seorang Thoma yang biasanya bisa membuat situasi menjadi tenang, sekarang dia sendiri tidak yakin apakah dia bisa mengucapkan sesuatu jika yang akan di lawan adalah makhluk seperti itu.

Thoma melirik Otheo yang juga dalam keadaan sepertinya. Akan tetapi Otheo tidak bergeming untuk tidak menatap langsung naga kiamat itu.

“Kita tidak bisa mundur...” gumaman datang dari bibir Otheo.

“Komandan...”

“Kita tidak bisa mundur! Jika kita mundur seluruh dunia akan hancur! Jika kita membiarkan naga kiamat lewat maka tidak akan ada yang tersisa! Baik manusia atau masa depan.” Teriakan Otheo memenuhi seluruh area medan perang.

Ucapannya tidaklah rasional, bahkan dia sendiri tahu. Tapi, jika dia juga menyerah maka, hanya dengan langkah naga kiamat dia yakin dunia bisa hancur.

Makhluk itu sudah bukan monster yang bisa di ukur dengan berdasarkan kategori Class lagi.

Semua orang menggenggam senjata mereka seperti mereka memeluknya untuk terakhir kalinya. Ketakutan ada di wajah mereka namun tidak ada dari mereka yang melangkah mundur.

Itu benar. Jika mereka mundur maka mereka akan mati juga jika naga kiamat berhasil lewat dan membumi hanguskan tanah ini.

Melawan atau mati. Keduanya adalah pilihan yang tidak bisa di pilih.

Otheo paham. Itulah takdir.

Dan kali ini, takdir mengatakan, bahwa makhluk di depan mereka itulah dewa kematian yang datang mengambil nyawa mereka.

Naga kiamat membuka mulutnya, percikan merah meledak-ledak seperti kembang api di dalam mulutnya.

“Draes!” teriak Otheo.

Berikutnya Draes langsung maju dan mengerti maksud Otheo dan pasukannya memasang perisai sekali lagi.

“Wall Fortress!”

Penciptaan dinding benteng membuat kubah yang besar yang menutupi bagian depan garis pertahanan para Hunter.

BWOSH!

Naga kiamat menghembuskan napas dari mulutnya dan api panas sepanas lahar gunung berapi atau bahkan lebih panas menembak kencang melewati dinding benteng Guild Mormouth.

“I-ini tidak bisa di tahan!” keluh mengerang Draes tidak tertahankan.

“Kugh! Semua menghindar!” bersama dengan pedangnya, Otheo menukik dan memukul tanah untuk menghindar sejauh mungkin.

Bahkan dengan kemampuan berpedangnya yang tinggi. Pemahamannya masih kalah jika harus mencoba melawan semburan api dengan tekniknya. Disini perbedaannya sudah terlihat.

Garis belakang lenyap, pancaran api panas dari naga kiamat melelehkan benteng bertahan Draes dan pasukannya musnah. Semburan api yang terhindarkan mendarat di tempat-tempat yang mampu membuat tanah menjadi lava yang mendidih. Medan sekarang malah seperti berada di perut gunung berapi sehingga asap menutupi langit yang merah.

“Apakah kau bisa membekukan naga itu?” tanya Otheo pada Thoma.

“Meski jika kau menjanjikanku sesuatu aku sendiri tidak yakin bisa melakukannya walau harus menguras kekuatan sihirku.” jawab Thoma, dia sendiri juga merasa kesal karena dia tahu ketidakmampuannya.

Bagaimana bisa membekukan naga kiamat yang ukurannya hampir mencapai langit. Itu mustahil.

Pertama kalinya Thoma kehilangan kepercayaan diri, itu juga disaksikan oleh Otheo.

“Cih!” Otheo pun mendecakkan lidahnya.

Bruite meliriknya. Bahkan untuk seorang Otheo sampai kesulitan mencari cara bagaimana melawan seekor naga. Itu tidak terelakan, bahkan dia sendiri tidak bisa mengatakan apapun.

“Kita kerahkan semuanya.” kata Otheo secara mengejutkan.

“Huh?” Bruite mendongka setelah mendengar omong kosong itu.

“Aku yang akan maju paling depan.” di tambah dengan kata-kata ini. Semua S-Class tidak merasa percaya diri bahkan jika untuk seorang Otheo sekalipun.

“Itu gila! Apa yang kau pikirkan?!”

Bruite tidak salah untuk memberikan pendapat berupa membentaknya. Kehilangan rasional di kala seperti ini, apalagi seorang Otheo yang jenius. Itu sama saja bunuh diri jika sampai dia yang maju di garis paling depan.

“Aku saja yang maju.” ujar Draes mengajukan diri, sementara dia sudah di penuhi luka bakar di tubuhnya dan pakaiannya hampir sepenuhnya meleleh.

“Kau tidak bisa.” jawab Otheo dengan tegas.

“Kalau begitu aku...” kali ini Thoma yang mengajukan diri.

“Jangan gila. Kau adalah mage disini, dalam situasi terburuk kau sangat di butuhkan bersama wakilmu.” sekali lagi jawaban sarkas dari mulut Otheo tanpa di duga.

Tidak dapat membantah. Bruite juga hendak mengajukan diri dan dalam sekali dia langsung di tatap dingin oleh Otheo.

Mereka tahu. Ah, inikah akhirnya.

“Aku punya rencana jadi dengarkan. Aku ingin Mage membekukannya sekali lagi, tidak perlu seluruh tubuhnya atau bahkan seluruh kakinya, satu kaki saja sudah cukup.”

“Apa maksudmu satu kaki dari makhluk itu? Apa akan berhasil?” Draes bertanya untuk tahap meyakinkan.

“Bisa. Untuk itulah kita harus bekerja sama. Aku membutuhkan Force milikmu Kapten Valkrye dan juga yang paling penting adalah Gladiator milikmu yang akan menjadi penentunya, Kapten Mormouth.”

Inilah komando akhir yang bisa di berikan seorang komandan di medan perang yang berbahaya yang tidak tahu apakah ada tingkat keberhasilan untuk meraih kemenangan atau tidak.

Tetapi, satu hal yang pasti. Ini harus di lakukan.

“Baiklah.”

Draes mengerti dan mengangguk. Bruite juga begitu dan menegakkan kepalanya. Tapi, bagaimana dengan Thoma? Thoma mencengkeram pergelangan Otheo.

“Aku tidak tahu apakah ini berhasil. Tapi, kembalilah dengan selamat. Kita akan minum, bukan?” dengan ekspresi yang semu, raut wajah yang tidak pernah di perlihatkan sebelumnya dari pria yang selalu positif. Thoma kali ini meminta.

“Tentu. Setelah ini selesai.” Otheo mengambil tangan Thoma dan menjabatnya.

“Senang bisa bekerja denganmu, Kapten Thoma.” tambah Otheo.

Pertama kalinya dalam hidup Thoma jika dia di panggil namanya di saat seperti ini. Di situasi hidup dan mati. Adakah yang lebih buruk dari ini? Dia ingin serakah dan ingin Otheo terus memanggil namanya agar mereka akrab.

Akan tetapi, situasi berkata lain.

Naga kiamat meraung sekali lagi dan mengguncang langit dan bumi.

“Groaaa!”

“Kita tidak punya waktu!”

Otheo, Dreas, dan Bruite langsung melesat maju ke depan sebelum naga kiamat menghembuskan napas api sekali lagi. Kecepatan lari mereka bertambah. Dengan menghunuskan pedang yang pertama maju adalah Otheo.

Disitu Thoma mengetahui sinyal dari Otheo yang menoleh padanya. Para mage bertindak.

“Blizzard!”

Lingkaran sihir hanya terfokus pada salah satu kaki belakang naga kiamat dan membekukannya. Thoma kesulitan menahannya.

Bruite menolak mundur lagi memasang kuda-kuda dan memukul perisainya dengan pedangnya, menghasilkan dengungan nada yang sumbang.

“Force: Berserk!”

Aura Bruite naik menjadi sangat tinggi. Dia mencapai tahap dimana dia mengeluarkan segalanya. Mengincar titik dimana dia bisa menempatkan serangan. Bruite menebas salah satu kaki depan bagian kanannya. Bruite menggila dan menebas secara brutal.

Naga kiamat nampak tidak bergeming namun dia terluka karena serangan Bruite menghasilkan dampak mengerikan pada lukanya.

“Dreas, dorong dia!”

Kaki naga kiamat pincang sebelah dan satu lagi terluka. Dia tidak bisa bergerak ke depan lagi dan tepat di belakangnya adalah gate yang masih terbuka.

Dreas melompat dan meraung keras, dia mengangkat kapaknya ke atas langit, setelah itu dia memukul tubuh bagian bawah leher naga kiamat dan mendorongnya ke belakang. Kaki naga kiamat terseret.

Thoma tidak bisa menahan lagi dan esnya pecah. Dreas terguling di tanah, butuh waktu untuk dia bangkit. Dan naga kiamat yang murka membuka mulutnya.

“Sial, kita akan mati.” Dreas yang tidak berdaya berusaha tetap membawa kapaknya dengan segenap tenaganya yang tersisa.

“Aku tidak bisa lagi memberikan dampak pada kulitnya yang keras.”

Begitu pula Bruite dan Thoma yang ada di belakang. Mereka berdua sudah pada batasnya.

Sekumpulan energi yang sangat besar berada di dalam kerongkongan naga kiamat. Kematian sudah ada di depan mereka. Bahkan jika mereka memasang barrier, itu percuma. Mereka hanya akan terbakar sia-sia.

Langkah kaki datang dari belakang Dreas. Pedangnya mulai berdenging sangat keras seperti akan meledak.

“Itu sudah cukup.”

Dia berjalan dan terus berjalan ke depan.

“Terima kasih Dreas, sekarang serahkan padaku.”

Dreas mematung disitu. Thoma. Juga Bruite. Mereka melihat Otheo berjalan sendiri tepat di depan naga kiamat yang membuka moncongnya. Pupil naga kiamat menusuk menatap Otheo dengan tajam.

Otheo menyeringai.

“Reinforcement: Low Type: Drill Wind!”

DUGUGU!

Otheo melompat. Bor angin tercipta ada bilah pedangnya dan menabrak bawah moncong naga kiamat. Membuatnya menutup mulut naga kiamat yang sudah hampir meledak. Naga kiamat membatalkan tembakannya dan api di kerongkongan meledak kecil membuatnya kesakitan.

Saat masih berada di udara, Otheo tidak berhenti mengatakan kemampuannya.

“Reinforcement: Long Type: Splitting the Sky!”

SRARAT!

Menebas ke depan, tebasannya mendorong naga kiamat mundur dengan kuat. Naga kiamat tahu dia terdorong dan menggunakan ekornya untuk bertahan.

“Reinforcement: Long Type: Breaking the Sea!”

SLASH!

Sekali lagi Otheo memberikan tebasan demi tebasan dengan skala besar dan mendorong naga kiamat terseret ke belakang meski sudah menggunakan ekornya.

“Splitting the Sky! Breaking the Sea!”

Otheo dengan sangat ganas terus menerus merapalkan kalimat yang sama hingga darah keluar dari mulut, hidung hingga matanya. Aura yang dia keluarkan di paksa untuk terus menopangnya.

Terakhir, dia berteriak.

“Reinforcement: Mastery Type: Heaven Tear!”

SWOSH!

Kilauan pedangnya di akhir sangat menyilaukan hingga tidak ada siapapun yang bisa melihat jelas apa yang sedang terjadi.

Naga kiamat kembali masuk ke dalam gate.

Tubuhnya di penuhi darah. Wajahnya bahkan tidak terlihat jelas karena banyak coretan berwarna merah gelap. Otheo menoleh ke belakang dengan pedangnya yang sudah hancur. Pedang kelas atas yang hanya ada satu di dunia. Di lepaskannya.

“Maaf.” dengan suara lembut penuh penyesalan, dengan senyum paling tulus untuk seseorang yang menginginkan permintaan maafnya diterima.

Thoma melihat dengan wajah hancur dalam hatinya.

“OTHEO!”

Otheo masuk bersama naga kiamat di dalam gate.

Perang telah berakhir. Kala itu, pahlawan yang mengakhiri dan mencegah bencana di dunia dinyatakan menghilang.

BAB 3: KELAHIRAN KEMBALI

“Groaaa!!”

Naga kiamat meraung keras karena dia di paksa masuk lagi ke dalam gate.

Pemandangan gate berubah drastis menjadi tempat penuh reruntuhan dengan langit abu dan ungu di dua sisi yang berbeda. Otheo terduduk di sana dengan keadaan mengerikan tak berdaya. Tangannya hanya tergeletak di atas tanah lembab.

Mendengar suara erangan, Otheo mendongak untuk melihat ke depan. Dia melihat dan kemudian dia terkekeh.

“Haha... Sialan. Jika kalian keluar maka dunia akan kiamat.”

Beberapa naga dan ratusan monster ada di hadapannya setelah dia mendorong naga kiamat.

Dia sudah tahu bahwa ini adalah akhir dari hidupnya karena itu dia tidak bisa lagi melakukan perlawanan.

Akan tetapi dia masih belum menyerah pada takdir.

“Aku tidak tahu ini apa tapi baiklah aku akan menerimanya. Karena bagaimanapun aku sudah mendapatkan biaya mukanya.”

Matanya melihat ke depan. Namun dia tidak melihat pada pemandangan mengerikan lautan monster di depannya melainkan suatu hal lain.

[Skill ‘Sealing Coffin’ telah di dapatkan!]

[Kemampuan untuk menyegel gate dari dalam maupun luar. Hanya dapat di gunakan sekali setelah batas waktu yang belum di tentukan.]

Ketika dia melihat deskripsi tersebut entah kenapa dia tidak bisa menahan bibirnya untuk tersenyum.

Dan lagi dia memahaminya, dia tidak bermimpi karena sebelumnya dia melihat pesan aneh seperti ini.

[Dewa akan turun ke dunia anda dan menghancurkan peradaban umat manusia!]

Sebelumnya dia mendapatkan pesan itu. Pesan peringatan bahwa dewa turun ke dunia ini melewati lintas dimensi dari gate. Kemungkinan naga kiamat adalah permulaan yang diberikan dewa.

[Dewa ‘⬛️⬛️⬛️’ senang dengan pilihan anda!]

[Dewa ‘⬛️⬛️⬛️’ berkata anda tidak akan menyesal memilihnya.]

[Dewa ‘⬛️⬛️⬛️’ memberkahi anda!]

Salah satu dewa yang tertarik dengannya. Otheo mendengus melihat pesan-pesan moral. Nyatanya itu tidak seperti dia bisa mentoleransinya karena pesan sebelumnya mengatakan fakta sebaliknya.

Dia tidak percaya.

“Kalau begitu sudahi omong kosong ini dan berikan semuanya padaku sialan. Jika aku mati, setidaknya aku bisa memukul wajahmu di akhirat sana.”

[Dewa ‘⬛️⬛️⬛️’ tersenyum kepada anda!]

“Ah, sialan.” Otheo mengutuk ketidakmampuannya dalam bertindak.

Dia bolak-balik melakukan kepalan tangan untuk merasakan sensasi akhir tubuhnya.

Kemudian, dia menatap langsung ke depan.

“Dewa atau apa aku tidak peduli. Jika aku bertemu kalian izinkan aku menempatkan tinjuku di wajah kalian.”

Waktu tidak berpihak padanya. Otheo memuntahkan darah.

Langkah naga kiamat dan naga lainnya mengguncang tanah. Monster seperti lautan mulai menandainya sebagai musuh. Gate masih terbuka. Jika mereka keluar maka tamat sudah peradaban di luar gate.

“Sealing Coffin!”

[Skill ‘Sealing Coffin’ diaktifkan!]

Rantai keluar dari punggung Otheo dan terus memanjang sampai dari ujung bawah gate hingga ke atasnya.

“Tutup gatenya!”

Otheo mendesah kuat dengan erangan yang menyakitkan. Rantai di punggungnya saling menarik untuk memaksakan menutup gate. Terasa berat dan sangat sulit seperti sesuatu memaksa untuk menolak di kunci dan sangat mengganjal.

Tetapi...

[Dewa ‘⬛️⬛️⬛️’ memberkahi anda!]

Rantai di punggungnya bersinar dan semakin membesar. Gate yang sulit tertutup dengan mudahnya di tarik dan menghilang tanpa bekas.

Yah, itulah akhirnya.

Sekarang monster-monster ini tidak akan bisa keluar untuk memporak-porandakan dunia.

“Aku lelah.”

Otheo tergeletak di tanah. Tubuhnya melemah, pelan dan pasti dia mulai menutup matanya. Otheo yang sekarat, sekarang sudah tidak bernapas.

[Anda memperoleh berkah dewa!]

SRARAH!

Ketika naga kiamat akan mendekati tubuh Otheo, semuanya tiba-tiba berhenti. Naga kiamat, tidak, semua monster tidak bergerak seperti waktu telah di hentikan.

[Dewa lain melihat anda!]

[Dewa lain meragukan keberadaan anda!]

[Dewa lain melihat anda penuh kecurigaan!]

[Dewa lain tertarik pada anda!]

Setelah pesan-pesan berkelit itu. Pesan lain datang sebagai bentuk peringatan dan kemarahan.

[Dewa ‘⬛️⬛️⬛️’ menatap para dewa dengan murka!]

Ada satu yang mencoba menjaga apa yang sudah menjadi miliknya.

[Dewa ‘⬛️⬛️⬛️’ mengatakan pada para dewa untuk tidak ikut campur!]

[Para dewa kesal pada tindakan Dewa ‘⬛️⬛️⬛️’!]

Langit bergemuruh dan mengeluarkan suara petir yang menggelegar seperti langit akan runtuh dan hancur. Percikan probabilitas tinggi menyerang satu sama lain dengan ganas. Sampai selain naga kiamat, monster lain di bawah langit tersambar petir dan musnah.

Perlahan guncangan badai perlahan berhenti dan percikan petir mereda.

Sepertinya ada hukum dan aturan dalam tatanan dewa yang menekan kekuatan mereka agar tidak merusak dunia.

[Dewa ‘⬛️⬛️⬛️’ menenangkan dirinya dari amarah.]

Terlihat semua telah di selesaikan meski bukan berarti itu akhir.

Perselisihan antar dewa memang terkadang terjadi. Jadi bukan hal yang lumrah jika tidak pernah ada kejadian seperti ini. Tapi, yang kita bicarakan adalah dewa. Kita tidak tahu apa yang bahkan mereka pikirkan sekarang.

Langit kembali seperti semula, tanpa ada badai.

Mayat Otheo tergeletak. Pesan tidak langsung turun kepadanya tanpa bisa dia saksikan.

[Dewa ‘⬛️⬛️⬛️’ menolak kematian anda.]

Percikan petir biru mengerumuni tubuh Otheo seperti jaring-jaring kacau.

[Para Dewa ‘Underworld’ terkejut dengan tindakan Dewa ‘⬛️⬛️⬛️’.]

Semuanya kembali dikejutkan oleh sesuatu tidak terduga yang dilakukan satu dewa anonim.

[Jiwa anda di tarik dari alam kematian!]

Bola jiwa api melayang-layang di udara tepat di atas mayat Otheo. Tapi, setiap kali jiwa api itu mencoba masuk ke dalam tubuhnya ada sesuatu yang menolaknya masuk.

Kehendaknya untuk hidup kembali sudah pudar.

Otheo tidak ingin hidup lagi.

[Dewa ‘⬛️⬛️⬛️’ menatap anda.]

Kemudian sebuah tangan mengambil jiwa api itu dengan hangat ke atas langit.

[Dewa ‘⬛️⬛️⬛️’ memberi pesan...]

Kejadian tidak terduga telah di mulai. Sepertinya dia lebih memilih melawan hukum dunia para dewa dan mengambil semua probabilitas yang ada sebagai hukuman ikut campur dalam kematian makhluk hidup yang memang sudah takdirnya.

Dengan gerakan kecil. Jiwa api itu di tiup oleh angin lembut.

Lalu suara dari pesan yang terakhir menjadi petunjuk jalannya jiwa api itu pergi.

[K⬛️⬛️️u ⬛️⬛️⬛️ t⬛️d⬛️k ⬛️ol⬛️eh m⬛️ti!]

[M⬛️s️ih b⬛️l⬛️m.]

Di antarkan oleh cahaya-cahaya yang menuntunnya. Jiwanya yang telah mengembara di sepanjang jalan benua ini tidak memiliki pilihan lain selain memasuki tubuh yang baru.

“Putraku.”

Ketika suara lembut dan hangat membuatnya membuka mata untuk pertama kalinya dalam hidupnya. Yah, sekali lagi.

***

Enam tahun kemudian.

Ini seperti kehidupan yang biasanya terjadi di dunia. Semuanya sangat damai dan hari-hari ceria selalu meramaikan kota. Tidak pernah terbayangkan jika dulu ada bencana yang akan menghancurkan kebahagiaan seperti ini.

Kehidupan itu sederhana dan juga pendek.

Meskipun mereka tahu itu, mereka hanya bisa bahagia pada akhirnya meski kehidupan penderitaan akan selalu terjadi.

“Setidaknya itu yang aku pelajari. Kali ini, kediaman ini ramai dengan hal-hal yang tidak berguna.” sedikit sentuhan kecil dari tangan seorang anak, dia menyentuh buku yang dia baca dan menutupnya.

Suara pintu terbuka, seseorang muncul dari bawah pintu. Tidak. Mereka hanya terlalu kecil untuk pintu itu.

“Ah, lagi-lagi kau disini. Arsene.”

Membaca buku memang menarik apalagi dia sekarang dalam masa harus benar-benar mengerti dan mendalami semua pengetahuan di usianya yang dini. Selalu dia menghabiskan waktu di perpustakaan yang tidak ada orangnya.

Arsene, laki-laki kecil ini menggerakan bola matanya menatap kepala anak-anak yang sedang menatapnya dengan mata dan raut menantang dan penuh kesombongan. Arsene menghela napas.

“Apalagi sekarang.” gumamnya dengan bosan.

“Hei, apa kau merendahkan kami. Apa kau tidak dengar apa yang kami katakan.”

“Aku dengar, kakak sepupuku tersayang.” jawab Arsene dengan senyum yang sengaja terlihat mengejek.

Anak-anak yang begitu angkuh itu kesal dan seperti akan meledak dengan wajah yang memerah.

“K-kau...”

Emosi seorang anak bisa di bilang belum cukup stabil dan aktif. Perasaan mereka sering langsung tergambar dari ucapan dan lewat ekspresi mereka.

“Kau! Padahal hanya anak dari kelas bawah! Beraninya bertingkah sombong dan tidak memberi hormat pada kami!”

Hormat?

Arsene mendengus.

“Jika paman mendengar ini apa yang akan dia katakan, huh. Aku rasa menyenangkan jika memberitahunya.” jawab Arsene turun dari kursinya. Meskipun tubuhnya kecil dia memilih menghadapi langsung musuhnya.

“K-Kau! Bajingan kecil!” anak ini mengangkat tangannya dengan kepalan yang hampir di layangkan di wajah Arsene.

“Pangeran? Apa yang kalian lakukan disini?” suara serak dan berat muncul dari balik pintu.

Pria berseragam. Tidak. Dengan pakaian tiga lapis yang melambangkan seorang pejabat tinggi dan kacamata satu lensa itu. Arsene menjaga sikapnya.

“P-perdana Menteri.”

Anak-anak langsung kaku di depan pria itu dan menghimpitkan jari mereka.

“Yang mulia mencari kalian. Sebaiknya kalian pergi.” ucap Perdana Menteri itu dengan nada kasual.

Anak-anak itu. Sepupu Arsene pergi meninggalkannya dan berlari melalui lorong setelah di temukan oleh Perdana Menteri. Pria yang paling dekat dengan Kaisar dan ahli strategi yang cerdik.

Perdana Menteri menatap Arsene yang masih di situ. Arsene menyadari tatapannya.

“Salam Perdana Menteri.” Arsene memilih memberikan salam karena terlambat.

“Pangeran Arsene, anda disini lagi. Apa anda suka dengan membaca buku?” tanya Perdana Menteri.

Itu pertanyaan aneh. Apa butuh alasan seseorang mendatangi perpustakaan royal dan menanyakan kenapa ada disini? Tentu saja Arsene masih memberikan jawaban dengan tenang.

“Aku ingin belajar dan membantu ayahku. Apa itu hal yang salah tuan Perdana Menteri?” bahkan dia tidak terlihat bergeming meski lawan bicaranya setingkat Perdana Menteri negeri ini.

Perdana Menteri menggelengkan kepalanya. “Tidak ada yang salah dengan itu. Apa tidak sebaiknya keluar dan berinteraksi dengan orang lain yang seumuran dan membuka sosialisasi di usia yang sekarang.”

Arsene sedikit merengut dengan jawaban yang seperti sebuah tatanan kausalitas bangsawan. Melawan perasaannya, Arsene menjawabnya dengan baik.

“Apa anda ingin aku bersosialisasi dengan sepupuku? Seperti yang anda lihat kami tidak bisa di bilang dekat.”

“Itu benar.” Perdana Menteri menerimanya dengan jelas dan menggosok dagunya. Itu tepat, jadi dia tidak menyanggahnya.

Sekali lagi Perdana Menteri mencermati Arsene seperti dia melihat dengan baik anak ini dan dia tersenyum.

“Kalau begitu silahkan lanjutkan aktivitas anda. Maaf jika mengganggu.” kata Perdana Menteri sembari memberikan hormat pada Arsene.

“Tidak. Selamat bertugas, Perdana Menteri.”

Biasanya ini akan menjadi perbincangan saling adu mulut. Namun, kali ini anehnya Perdana Menteri tidak begitu hari ini. Arsene pun merasa ada yang aneh dengan pria itu, karena itulah dia selalu waspada di depan Perdana Menteri.

Bagaimanapun pria itu dekat dengan Kaisar. Membawa kecurigaan tidaklah berarti dan akan menjadi kegagalannya.

“Hidup ini sungguh menyebalkan.”

Benar. Di kehidupannya yang kedua dia sangat hati-hati dan penuh perhitungan. Meski dulu dia juga begitu namun setidaknya dia bebas untuk mengepakkan sayapnya. Sekarang itu seperti mimpi.

Dulu dia adalah pria yang terlahir dari area yang kumuh dan warga biasa. Namun, dia di akui sebagai sosok yang membawa dunia menjauh dari kehancuran.

Sebagai Hunter pahlawan.

S-Class Swordmaster, Otheo.

Dan hidupnya kali ini...

Brak!

Arsene memukul meja.

“Dari sekian banyak kehidupan kenapa aku harus menjadi keturunan dari pria itu. Sekarang aku harus bagaimana. Katakan padaku, kakek! Tidak. Thoma!!!”

Dia terlahir kembali sebagai salah satu dari garis keturunan Kapten dari Guild Hornet, Kirsch Thoma.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!