Amora terkejut ketika mendengar jika Hansel akan membawanya kerumah besar.
"Apa!? Jadi...kau akan menikahiku?"
Amora langsung memeluknya dan menangis dalam dekapannya.
"Ya....aku akan menikahimu. Kau jangan cemas lagi. Nigar sudah mengijinkan kau dan aku untuk menikah,"
"Tapi....." Amora tertegun sesaat.
"Tapi aku terpaksa menjadi istri keduamu. Aku adalah cinta pertamamu. Dan dia adalah wanita yang tidak kau cintai yang tiba-tiba menjadi istrimu. Tapi dia bernasib lebih baik dariku. Dia istri pertamamu dan aku istri keduamu...."
Amora berkata dengan menatap hampa ke udara kosong di hadapannya.
Hansel menatap kekecewaan di wajah kekasihnya itu.
"Tidak masalah kau yang pertama atau yang kedua. Kita bisa hidup bersama dengan bahagia sejak sekarang,"
"Ayo kita kerumah. Kau akan tinggal disana,"
"Iya...."
Amora dan Hansel turun dari apartemen dan akan kerumah Hansel.
Dirumah Hansel, Nyonya Dave sudah mempersiapkan kemenangan nya dan akan menyambut Amora.
Saat ini Nyonya Dave sedang menatap kaca didepanya dan bicara pada dirinya sendiri dengan wajah puas.
"Aku sangat mengenal putraku. Aku tahu dimana kelemahan nya...."
Nyonya Dave tersenyum menyeringai.
Sementara Nigar sedang tertunduk lesu ditemani oleh ibunya.
"Nigar....pikirkan lagi. Berpoligami tidaklah mudah. Jarang sekali wanita mau menempuh jalan itu," Ibunya menasehati nya sangat terkejut karena Nigar mengijinkan suaminya menikahi wanita itu.
Padahal usia pernikahan mereka juga baru seumur jagung.
"Tidak papa bu. Ibu tenang saja. Aku pasti bisa menyesuaikan diri. Awalnya mungkin akan sulit, lama-lama akan terbiasa...."
Jawab Nigar sambil mengusap air matanya. Setelah dia mengatakan sanggup untuk berbagi suami, hatinya memang terasa sakit dan hancur. Tapi dia tidak punya pilihan lain lagi. Dia ingin hidup dengan tenang dan ibu mertuanya juga saat ini mau menerima dirinya setelah mengijinkan putranya menikah dengan wanita pilihannya.
"Ibu lihat tadi, mama begitu senang dan mulai menerima aku dan Briana. Tidak mengapa jika aku hanya memiliki setengah dirinya dan juga hatinya,"
"Jika memang ini keputusanmu, Ibu hanya berdoa agar suamimu bisa berlaku adil pada kedua istrinya,"
"Aku percaya padanya Bu..."
"Baiklah , jika itu yang kau putuskan....ibu hanya mengingatkanmu saja,"
.
Amora dan Hansel menikah dengan hanya di hadiri keluarga saja.
"Nigar tidak hadir?" tanya Amora ketika mereka sudah resmi menikah dan mengucapkan sumpah pernikahan.
"Tidak,"
Jawab Hansel dan menyalami beberapa keluarganya.
"Kenapa?"
"Karena aku tidak ingin dia merasa sedih,"
Deg.
Ketika mendengar Hansel mengatakan hal itu, entah kenapa hati Amora merasa tidak nyaman.
Aku mulai melihat kepedulian Hansel padanya dalam persepsi yang berbeda. Awalnya aku melihat dia bersikap dingin pada Nigar. Tapi kini aku melihat jendela hati yang terbuka. Semoga saja dia tidak berubah dan masih mencintaiku seperti sebelumnya, bisik Amora dalam hati.
Nyonya Dave melakukan video call dengan Nigar dan mengabarkan jika acara pernikahan sudah berjalan dengan lancar.
"Aku turut bahagia untuk mereka..." ucap Nigar dan membuat mata ibu mertuanya itu berbinar.
"Ya....kau sudah membuat keputusan yang benar dengan mengambil langkah ini,"
Hansel menoleh sekilas pada mamanya dan berjalan mendekatinya.
"Ma, bisa aku bicara dengan Nigar sebentar?"
"Tentu saja....bicaralah..."
Dave memberikan handphone itu pada putranya.
"Aku sudah menuruti keinginan mu...." ucap Hansel menatap sendu mata Nigar didalam layar itu.
"Bukan keinginanku. Tapi aku hanya ingin yang terbaik untuk kau, aku dan Amora,"
"Aku mengerti. Aku dan Amora akan berbulan madu ke Luar Negeri. Apakah kau keberatan?"
"Bulan madu?"
Nigar terkejut. Karena sejak awal dia tidak berfikir jika suaminya akan berbulan madu keluar negeri. Tapi sang ibu mertuanya lah yang sudah memberikan tiket bulan madu itu.
"Ya...mama memberikan tiket bulan madu. Atau jika tidak, bagaimana kalau kita pergi bersama saja?" Hansel menawarkan pada istrinya yang belum berbulan madu sejak mereka menikah.
"Apa!? Tidak Han. Kau pergilah bulan madu. Aku akan dirumah menjaga anak-anak saja..." jawab Nigar.
"Hem. Baiklah kalau begitu. Jaga dirimu baik-baik..."
Ucap Hansel dan diam-diam diperhatikan oleh Amora yang beberapa menit yang lalu sudah resmi menjadi istrinya.
Aku mulai melihat cinta dimata mu untuknya? Aku tidak yakin aku sanggup berbagi hati dengannya setelah ini. Tapi aku akan mencobanya, bisik hati Amora.
Nigar menutup teleponnya dan tersenyum pahit. Dia termenung dan kembali menguatkan hatinya jika dia pasti bisa menerima kenyataan ini.
"Mama....kenapa menangis?" tegur Briana dan datang memeluknya.
"Tidak papa sayang. Apakah kau bahagia papa Hansel bersama kita?"
"Iya mah. Aku senang dengannya. Setelah ayah meninggal, Papa Hansel adalah papa kita,"
Ucapnya polos dan apa yang ditanyakan putranya semakin memberikan kekuatan padanya dan merasa jika apa yang dia putuskan adalah yang paling benar saat ini.
Tidak tahu bagaimana nanti, tapi menurut nya ini sudah adil dalam cintanya.
"Tapi mah....Oma tidak suka pada kita...." ucap Briana ketika teringat akan sikap Nyonya Dave pada mereka dan bagaimana dia telah mengusir ibunya.
"Sekarang Oma sudah berubah. Oma akan menyayangimu mulai hari ini..." ucap Nigar sambil mencium rambut putranya.
"Benarkah?" seakan tak percaya pada ucapan mamanya, Briana menatap mata Nigar dengan sangat dalam.
"He em ..."
Nigar sudah menyetujui keinginan ibu mertuanya. Maka sekarang dia yakin sikap ibu mertuanya akan berubah menjadi lebih baik.
.
Sebelum pergi Hansel dan Amora pergi ke makan neneknya yang di kubur tidak jauh dari rumah besar itu.
Hansel berdiri lama di atas kuburnya dan bicara padanya.
Hansel meminta ijin padanya karena telah melanggar janjinya pada pernikahan yang dia satukan dengan Nigar.
"Kami berharap kau merestui kami berdua...."
Ucap Hansel tertunduk. Begitu juga Amora yang berdiri disampingnya dengan gaun putih elegan.
Dalam hati Amora bicara pada batu nisan itu.
"Karena kau, aku dan Hansel terpisah. Dan sekarang kami sudah resmi menjadi suami istri dan tidak akan terpisahkan sampai kapanpun!" Amora berkata lirih.
Hansel menoleh pada Amora seakan mendengar jika istrinya itu mengatakan sesuatu dengan lirih.
"Kau mengatakan sesuatu?" tanya Hansel.
"Ehm....tidak...." jawabnya.
Setelah dari kuburan, Hansel dan Amoraa pergi ke bandara.
Dengan jet pribadi mereka akan berbulan madu.
Dan sebelum pergi, Hansel sempat membuka handphonenya dan menatap wajah Nigar yang sedang tersenyum di layar itu.
"Apa yang kau lihat? Kau sudah mengganti fotoku dengan fotonya?"
Deg. Amora terkejut ketika melihat foto Nigar ditatap oleh Hansel dengan penuh cinta.
Hai readers 🥰
Terimakasih sudah membaca dan memberi dukungan untuk setiap karya "Mona Al"
Love love love 😘
Mereka sampai di suatu pulau dengan pemandangan yang sangat indah. Hamparan pasir terlihat memutih didepan sebuah villa dipinggir pantai.
Hansel dan Amora melihat dari jendela kamar yang terbuka. Mereka baru saja menyatu dalam hubungan suami istri yang lebih intim.
Kenapa aku tidak bisa melakukan hal ini dengan Nigar? Dia juga istriku. Tapi hingga saat ini aku hanya menyentuhnya sekali, dan itu dalam kondisi yang tidak terkendali? Ada apa denganku? Batin Hansel menatap Amora yang terkulai disampingnya.
Aku sudah berbuat tidak adil padanya....
Amora merasakan kebahagiaan yang tidak terhingga karena bisa mewujudkan impiannya untuk menikah dengan kekasihnya meskipun menjadi istri kedua.
.
Nigar sedang makan malam bersama Briana. Dan Briana melihat satu kursi kosong di meja itu.
"Papa mana? Kok ngga makan malam bersama kita?"
Nigar kaget dan melihat kursi kosong itu. Terbayang dalam benaknya jika saat ini suaminya tengah berbulan madu dengan Amora.
Meskipun berusaha tegar, tetap saja hatinya terasa sakit dan terluka.
"Papamu....sedang keluar kota,"
Briana pun terdiam. Briana percaya pada apa yang di katakan ibunya dan tidak bertanya lagi.
.
Satu Minggu kemudian, Hansel telah kembali dari bulan madunya.
Dave menyambut mereka dengan senyum ramah.
"Mama ..."
Amora memeluk ibu mertuanya itu.
"Terimakasih....karena dukunganmu kami bisa bersama dan kami sangat bahagia," ucapnya menatap sang ibu mertua.
"Aku tahu jika denganmu maka putraku akan bahagia...."
Hansel tersenyum lalu masuk kedalam.
Amora mengikutinya dan didalam kamar, Hansel tidak membongkar kopernya. Hansel justru terlihat akan pergi lagi.
"Han mau kemana?" Amora menegurnya dan tidak jadi ke kamar mandi.
"Aku akan ke rumah Nigar. Aku sudah pergi satu Minggu denganmu. Dan selanjutnya aku akan menginap dirumahnya," ucap Hansel berusaha berbagi waktu dengan adil.
"Menginaplah semalam lagi disini Han. Aku masih merindukanmu..." Amora bergelanyut di bahu Hansel suaminya, seakan dia enggan melepaskan dirinya.
"Setelah aku bertemu dengan Nigar, kita akan bertemu lagi..."
"Tapi Han..... bukankah kita masih berbulan madu....?"
"Kita sudah satu Minggu melakukan nya. Briana pasti akan merindukan aku..."
"Briana?" Tiba-tiba Amora tidak nyaman mendengarnya. Karena dia tahu jika itu anak Nigar dan bukan anak Hansel. Tapi Hansel seakan menerima mereka dengan tulus seakan memang Briana adalah darah dagingnya.
"Ya....aku pergi sayang...."
Hansel mengecup kening Amora lalu pergi untuk menemui Nigar.
Didepan pintu dia bertemu dengan ibunya, Nyonya Dave. Melihatnya akan keluar ketika baru saja datang, maka diapun menegurnya.
"Han....mau kemana?" tanyanya.
"Aku akan kerumah istriku. Kami sudah pergi selama satu Minggu. Dan sekarang aku akan menginap dirumahnya..." Sebagai suami Hansel berusaha bersikap adil pada dua istrinya. Satu tahun menikahi dua wanita, bukanlah impiannya.
Tapi jika sudah terjadi, maka dia harus berlaku adil pada keduanya.
"Tapi Han..." sang ibu nampaknya keberatan karena dalam hati dia ingin agar Hansel meninggalkan Nigar perlahan-lahan. Namun sepertinya tidak mudah memisahkan mereka berdua jika Hansel bersikap seperti ini.
"Mam...aku harus adil bukan?" Ucap Hansel seakan mengingatkan mamanya jika dia punya dua istri.
"Tapi kau dan Amora baru saja berbulan madu. Kau pasti lelah. Kau bisa kesana esok atau lusa," sang ibu masih berusaha menahan putranya.
"Tidak ma. Aku tidak lelah..." kilahnya.
Hansel tersenyum tipis lalu pergi dari rumah besar itu.
.
Nigar saat ini sedang memikirkan Hansel. Sejak Hansel berbulan madu selama satu Minggu, Nigar tidak bisa tidur dengan nyenyak setiap malam hari. Perasaan yang awalnya tidak muncul kini terus mengusiknya. Rasa yang tidak biasa mulai menghinggapi hatinya.
"Apakah aku mulai jatuh cinta padanya? Kenapa aku terus memikirkannya sepanjang waktu? Setiap malam tidurku gelisah dan setiap pagi aku tidak berselera makan," gumam Nigar sambil duduk termenung di ruang tamu sendirian.
Hansel dari luar melihat jika Nigar sedang duduk sendirian. Diapun berjalan mengendap-endap mendekatinya.
Tiba-tiba Hansel menutup kedua mata Nigar dari belakang dan membuat Nigar tersentak kaget.
Untuk pertama kalinya jantungnya berdebar sangat kencang. Dan debaran ini menunjukkan jika ada cinta yang perlahan tumbuh dihatinya untuk suaminya itu.
"Em....Hansel...." Tebak Nigar ketika satu tanganya menyentuh tangan Hansel yang menutup matanya.
"Kau sudah pulang?" ucap Bugar menerka.
Hansel melepaskan tangannya dan memeluk istrinya dari belakang dengan penuh kerinduan.
Diapun merasakan perasaan cinta yang perlahan tumbuh dihatinya untuk istri nya.
Hatinya berdebar saat berada didekatnya. Dan ini tidak terjadi sebelumnya. Bahkan ketika berbulan madu, dia dua kali memanggil Amora dengan nama Nigar.
"Aku merindukanmu.... bagaimana denganmu?" Hansel menatap mata Nigar dengan lembut.
Pipi Nigar memerah mendengar kata itu dari bibir Hansel.
"Eh....."
Kata rindu itu seakan menggelitik hatinya dan membuatnya salah tingkah.
"Ini tiket kita...kita akan pergi berbulan madu...." Hansel sengaja memberikan kejutan untuk Nigar. Mereka bahkan belum pernah berbulan madu.
Hansel menunjukkan beberapa tiket untuk dirinya dan Nigar serta anak-anaknya.
"Maksudmu...." Nigar berbunga namun dia takut jika dia salah mendengar apa yang baru saja di ucapkan Hansel sebagai kejutan untuknya.
"Sejak kita menikah, kita juga belum berbulan madu bukan? Jika aku berbulan madu dengan Amora, maka sekarang giliranmu. Aku harus bersikap adil pada kalian berdua bukan? Aku tidak yakin bisa benar-benar adil, tapi aku akan berusaha...." Hansel berjongkok di depan Nigar dan mengecup punggung tangannya.
Nigar menatap sendu mata Hansel dan tak percaya jika ternyata suaminya akan mengajaknya berbulan madu.
"Tapi aku dan Briana..."
"Ya, tentu saja kau dan Briana juga ibumu ikut semua. Di sana ada wahana untuk Briana bermain juga,"
"Ehm...baiklah. Kapan kita berangkat?"
"Hari ini. Bersiaplah. Kita akan pergi bersenang-senang"
"Hari ini!?" Nigar masih takjub dengan kejutan ini. Dadanya berdebar semakin tak karuan.
Apalagi saat tangan Hansel menggenggam jemarinya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Perasaannya menjadi terbang dan dirinya seperti menari di udara dengan bahagia.
.
Amora merasa bosan sendirian dirumah besar dan hanya berdua saja dengan mertuanya.
"Aku sangat bosan! Apa ini? Kita baru saja pulang bulan madu dan dia sudah pergi dariku?"
"Kenapa dia sangat peduli pada Nigar? Mereka tidak saling mencintai. Tapi Hansel...seperti mulai membagi cinta yang tadinya hanya untukku saja. Kenapa aku tidak bisa menerima jika cinta Hansel akan berkurang untukku? Aku merasa Nigar sebagai ancaman untukku!"
Amora menatap keluar jendela dan hanya melihat daun serta pepohonan yang bergoyang karena tertiup angin.
Hari menjelang sore. Amora merasa semakin bosan setelah seharian sendirian didalam kamarnya.
"Aku akan menyusulnya. Kenapa dia membiarkan aku sendirian malam ini?"
Amora ke rumah Nigar. Dan dia ditemui oleh satpam yang mengatakan jika Tuan dan Nyonya pergi untuk bertamasya.
"Apa!?"
"Mereka sudah berangkat sejak tadi pagi,"
"Mereka bertamasya?"
Amora langsung masuk kedalam mobil dan mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang penuh amarah dan rasa kecewa.
Sampai dirumah dia menemui ibu mertuanya.
"Ma...Hansel pergi bertamasya dengan Nigar. Kenapa dia tidak memberitahuku? Kenapa dia pergi sementara aku masih ingin bersamanya. Kita baru saja berbulan madu, tapi dia sudah pergi untuk bertamasya, itupun dengan Nigar...." Amora menahan airmatanya.
Hatinya merasa sakit dan belum bisa menerima kenyataan jika cinta dan waktu Hansel harus di bagi secara adil dan sama.
"Apa!?" Dave juga terkejut dan terpana.
Dia tidak menduga Hansel semakin akrab dan dekat dengan Nigar.
"Mah...ini tidak bisa di biarkan. Bagaimana jika Hansel mulai mencintai nya? Aku tidak ingin hal itu terjadi? Kau juga tidak menyukainya bukan? Wanita itu datang dengan anak orang lain. Briana bukan darah daging Hansel."
Dave juga terkejut dan berfikir sangat keras kali ini.
"Ada satu cara..." ucapnya perlahan.
"Kau harus segera hamil,"
Amora terpana dan menatap sang ibu mertua dengan mata takjub.
"Ya....mama benar. Jika aku hamil maka Hansel akan memberikan waktunya lebih banyak untukku..." pikir mereka berdua dan mulai membuat siasat baru lagi untuk memisahkan Hansel dan Nigar.
Tiga bulan mereka menjalani kehidupan secara poligami. Bagi Nigar, hal itu tidak terlalu sulit karena dia memang sudah mempersiapkan diri sejak awal.
Dia mencintai Hansel dan menghargai cintanya yang sudah tertanam untuk Amora sebelumnya. Namun tidak bagi Amora. Dia merasa cemas dan takut setiap hari jika Nigar akan merebut cinta di hati Hansel untuknya.
Semakin hari, Hansel semakin akrab dengan Briana anak Nigar dan juga terpikat dengan masakan Nigar. Dia bahkan kadang memujinya melalui pesan singkat.
Suatu waktu, Amora membuka dan membaca percakapan antara mereka.
Rasa cemas Amora semakin menjadi ketika sudah tiga bulan pernikahan mereka dan dia tidak hamil juga. Padahal kehamilan itu sangat ditunggu olehnya juga oleh Nyonya Dave.
Jika Amora dan Hansel punya anak dari hasil pernikahan nya maka hubungan mereka akan semakin kuat. Sedangkan anak yang ada bersama Nigar, bagi Nyonya Dave bukanlah cucunya. Sampai saat ini dia hanya pura-pura baik dan manis agar tidak kehilangan kepercayaan dari Hansel sendiri.
Bangun tidur, Amora langsung kekamar mandi dan melakukan tes pack. Dan hasilnya sangat membuatnya kecewa karena ternyata tetap hanya satu garis yang terlihat.
"Kenapa tidak kunjung berubah? Aku subur dan aku rasa Hansel juga subur. Tapi kenapa sudah tiga bulan kami menikah dan tidak kunjung mendapat kabar baik?"
Amora keluar dari kamarnya dengan wajah yang ditekuk.
Kemarin ibu mertuanya memberikan tespack itu untuk Amora saat dia mengatakan sudah satu minggu belum mendapatkan tamu bulanan.
"Mam...."
Amora menggelengkan kepalanya dengan lesu ketika berpapasan dengan ibu mertuanya di depan pintu.
"Kau bisa mencobanya bulan depan. Atau kalau perlu kalian bisa berbulan madu kembali...."
Sesaat Amora terpaku dengan ide ibu mertuanya.
Benar juga kata mama. Berbulan madu artinya aku dan Hansel akan menghabiskan waktu bersama. Dan tidak akan terganggu dengan Nigar.
Tiga bulan ini aku merasa jika berbagi suami itu tidaklah mudah. Lihat saja, teman-teman ku yang menikah dengan normal dan tidak perlu sepertiku berbagi suami, mereka hidupnya lebih bahagia. Seratus persen waktu suaminya hanya untuk mereka saja. Sedang kan, aku? Satu Minggu disana dan satu Minggu disini. Selain itu aku selalu cemas setiap saat, batin Amora dalam hati.
"Kenapa melamun? Kau ingin pergi dengan Hansel untuk berbulan madu kan? Biar kau cepat bisa punya anak. Aku menginginkan cucu dari darah daging putraku,"
"Ya mah. Aku mau...."
Jawab Amora dengan mantap dan yakin.
"Biar mama urus semuanya. Kau siap-siap saja,"
Saat ini Hansel sedang dalam perjalanan dari rumah Nigar kerumahnya. Dimana Amora dan mamanya tinggal bersama.
"Kau sudah sampai mana?" telepon Amora karena sudah tidak sabar untuk bertemu dengan suaminya.
"Aku dijalan. Sebentar lagi sampai...." ucap Hansel sambil menyetir.
"Cepatlah datang. Aku sudah sangat merindukan mu..."
"Iya. Aku mengerti...."
Telepon ditutup.
Amora terpaku menatap halaman dari jendela di lantai dua.
Satu minggu menunggu suaminya datang bukanlah hal yang mudah untuk di lewati. Rasa rindu dan kesepian setiap hari meronta dan mengoyak batinnya. Apalagi saat malam hari, dan hujan mulai mengguyur dengan derasnya, merasa kesepian dan memikirkan apa yang sedang di lakukan suaminya dan istri pertamanya membuat hatinya sakit dan ingin rasanya dia kesana dan memanggil suaminya pulang ke sisinya.
Namun ini adalah sebagian resiko yang harus dijalani. Berbagi suami tidaklah semudah yang dikatakan di awal pernikahan. Begitu banyak tantangan setelah pernikahan itu dilakukan dan waktu serta perhatian mulai terbagi. Butuh hati yang lebih kuat dan lebih tegar agar semuanya terasa ringan.
Tidak lama kemudian, sebuah mobil hitam mewah masuk ke halaman rumah besar itu.
Hansel turun perlahan dan dia melihat ke lantai dua. Istrinya Amora berada disana berdiri menatapnya. Senyum mengembang indah di bibirnya.
Cepatlah kemari, aku sangat merindukanmu...
Ucap Amora lirih.
Hansel menatapnya dan mengangguk lalu tersenyum tipis melihat istrinya yang sudah menahan kerinduan selama satu Minggu.
Hansel langsung naik tangga dan begitu sampai diatas, sebuah pelukan langsung menyambutnya.
"Kau lama sekali. Aku sangat merindukanmu..." Amora memeluknya dan tidak peduli jika saja mertuanya akan lewat dan melihatnya seperti itu.
"Aku tahu. Ayo kita kedalam...."
Hansel menggendongnya ke kamarnya dan menutup kamar mereka dari dalam.
Amora bergelanyut di dadanya dan kedua tanganya melingkar di leher suaminya.
"Tunggu dulu...." pinta Amora ketika Hansel akan merebahkannya di atas tempat tidur.
"Hem.... baiklah...."
"Apakah kau tidak ingat padaku ketika bersamanya?" ucapnya manja.
"Tentu aku ingat. Kau selalu aku ingat setiap saat,"
"Bohong! Apa buktinya jika kau ingat padaku?"
"Kau selalu menari dimataku dan senyummu yang indah itu membuatku ingin datang kemari..."
"Kenapa tidak datang?"
"Karena kita harus menunggu satu Minggu. Tidak mudah aku berbagi hati dan waktu. Tapi aku terus berusaha melakukan yang terbaik untuk kalian berdua,"
"Aku merasa kau mulai mencintai nya..." Amora masih merasa cemas akan posisinya di hati Hansel.
Berulang kali dia menanyakan dan meragukan cinta Hansel untuknya setiap kali bertemu. Dan berulang kali juga Hansel harus menjelaskan padanya jika dia mencintainya. Namun pernyataanya tidaklah cukup bagi Amora.
"Apa yang kau inginkan? Aku tidak mengerti..."
"Aku merasa sesak setiap kali kamu berada dirumahnya. Aku tahu aku salah. Tapi kau tahu...sebelumnya kau hanya kekasihku dan milikku seorang. Tapi kini aku harus berbagi dirimu dengan perempuan lain. Aku merasa hatiku sakit dan tersayat setiap kali membayangkan kau dikamar bersamanya...."
Amora mulai terisak dan menangis.
"Hem...kau selalu menangis setiap kali bertemu. Maafkan aku...apa yang harus aku lakukan untuk mengurangi deritamu?"
Hansel merebahkan pelan-pelan tubuh istrinya di atas kasur.
Dan dia tahu apa yang harus dia lakukan setiap kali Amora merajuk seperti itu.
Jika terus bicara maka akan menjadi badai besar. Dan yang harus dia lakukan adalah memeluknya dan memperlakukan dirinya dengan mesra.
Mencumbunya dengan lembut hingga dia lupa rasa sakit dihatinya.
Awalnya Amora akan menolaknya namun Hansel tidak menyerah begitu saja. Dia mulai memahami jika Amora tidaklah sekuat dan setegar Nigar.
Dengan Nigar semuanya terasa mudah, dia tidak pernah bertanya dan menanyakan apa yang di lakukanya dengan Amora.
Namun Amora akan terus bertanya padanya setiap hari, apa yang sedang dilakukannya dengan Nigar.
Butuh kesabaran ekstra dalam menghadapi sikap Amora.
"Sayang....kau cantik sekali hari ini..."
"Bohong...."
"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu...." ucap Hansel sambil mengecup berulang kali leher Amora.
Dan apa yang dilakukan Hansel membuatnya tak berdaya hingga dia lupa pada keraguan di hatinya.
"Ehm....." Amora melenguh dan membiarkan setiap kerinduannya terbayar saat ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!