"Maaf aku telat" ucapku yang segera menarik kursi dan duduk berhadap-hadapan dengan suamiku.
Setelah duduk aku segera meletakkan tas kecil yang kubawa di sebelah piring
Malam ini rencananya kami merayakan anniversary pernikahan kami yang kesepuluh. Dan suamiku siang tadi telah memberitahuku jika dia ingin bertemu dengan ku di tempat yang telah di reservasinya
Aku bahagia karena akhirnya kami bisa bersama melewati begitu banyak rintangan, hingga akhirnya kami bisa terus bertahan hingga sekarang
Kulihat wajah suamiku datar tanpa ekspresi, biasanya dia akan marah jika aku telat datang
"Sudah lama sayang ya nunggunya?" lanjut ku berusaha membuatnya tersenyum
Kulihat suamiku melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya
"Tadi kita janjinya jam berapa?"
Senyum ramah ku berubah menjadi senyum kaku, dan dadaku mulai deg-degan
"Iya maaf, soalnya anak-anak tadi susah mau ditinggal, harus usaha keras buat merayu mereka dulu, kamu tahulah tiap aku akan pergi selalu banyak drama"
Kulihat suamiku hanya tersenyum sinis dan melengos
"Maaf... ya?"
Suamiku, Agung, masih seperti tadi, tetap cuek
"Ah iya lupa, aku ada kado kecil untuk kamu" ucapku sambil meraih tas yang tadi ku letakkan, berusa untuk mengalihkan perhatiannya.
Lalu aku membuka tas dan mengambil sebuah bungkusan kecil yang telah aku persiapkan dari jauh hari
"Maaf jika tidak berkenan, tapi hanya ini yang bisa aku kasih" ucapku kembali memasang senyum dan memberikan kado tersebut pada suamiku
Dan masih dengan cueknya Agung mengambil kado yang diulurkan istrinya
Aku kembali memasang senyum manis melihat hadiah dariku diterima suamiku
"Buka sekarang juga nggak apa-apa" masih aku berkata dengan nada ceria
"Aku mengajakmu dinner bukan ingin merayakan anniversary kita, tapi ada hal penting yang harus aku sampaikan"
Kembali senyum di wajahku hilang ketika mendengar suara dingin suamiku, dan aku kembali serius menatap wajahnya.
"Ini..." ucap suamiku memberikan sebuah amplop putih besar padaku
Aku segera meraih amplop yang tidak di lem tersebut dan langsung mengambil isinya
Dengan cepat aku membuka surat tersebut dan tulang belulang ku rasanya lepas semua dari persendian ku
"Surat talak???"
Suaraku bergetar saat mengucapkan kalimat tersebut dan air mataku telah berhamburan keluar
Degup jantungku rasanya berhenti berdetak dan aku menatap lekat sosok lelaki yang ada di depanku yang detik ini bukan lagi suamiku
"Apa kesalahan yang telah aku lakukan sampai kamu tega mentalak ku?" tanyaku bingung
Aku meletakkan kertas talak yang tadi ku pegang, menutup wajahku sambil menggeleng tak mengerti
"Sepuluh tahun Agung aku menjadi istrimu, dan selama ini apa aku ada melakukan kesalahan fatal sampai kau menceraikan ku?"
"Katakan padaku apa salahku?"
Agung diam, wajahnya masih datar tanpa ekspresi melihat Linda yang semakin terisak di depannya
"Jangan kau tanyakan apa alasannya, karena mulai detik ini kau bukan lagi istriku"
Sakit sekali rasanya hatiku, remuk redam jantungku mendengar ucapan santai dari mulut manis lelaki yang selama sepuluh tahun ini berstatus sebagai suamiku
"Jika sudah selesai, kamu bisa pergi dari sini!"
Aku langsung menoleh kebelakang, kearah sumber suara di belakangku
"Hendri?" aku menatap sepupu Agung yang sedang berjalan kearah kami
Lelaki bertubuh besar dan berisi, berambut gondrong, dan juga terkenal kaya raya
"Kamu sekarang ikut aku!" ucap Hendri dingin begitu dia berdiri di sebelahku
Aku yang duduk menatap bingung kearahnya dan juga kearah Agung
"Ini maksudnya apa?"
Hendri mengeluarkan amplop dalam saku jaketnya dan meletakkan amplop tersebut di depan ku
Perasaanku makin tak enak ketika amplop putih itu tergeletak di depanku
Dengan tangan gemetar aku membuka amplop itu dan membaca isinya
Dan kembali nafasku sesak dan pandanganku kabur dengan air mata yang kembali menggenang di pelupuk mataku
"Apalagi ini Agung?" tanya ku dengan nafas yang terputus-putus
Hendri segera mengambil surat yang ada di tanganku dan langsung mencengkeram kuat tanganku
"Sekarang kamu ikut aku!"
Aku menggeleng kuat dan berusaha melepaskan tanganku dari cengkeramannya
"Perjanjian gila apa yang telah kalian berdua sepakati?, aku bukan barang yang bisa kalian barter dan kalian jadikan jaminan!!!" teriakku histeris
Agung diam dan hanya memandangku tanpa berkedip
"Aku mohon Agung, kamu boleh menceraikan aku, tapi aku mohon jangan kamu jadikan aku sebagai jaminan hutangmu pada sepupumu ini"
Hendri menyeringai dan makin kuat mencengkeram tanganku
"Lepas Hen, aku kakak iparmu, bukan budakmu!!!!" teriakku sambil berusaha menarik paksa tanganku
Hendri kembali tersenyum menyeringai
"Kamu bacakan tadi apa isi surat yang telah mantan suamimu tanda tangani?"
"Dia menyerahkan mu padaku sebagai jaminan hutangnya padaku, dan dia memberikan kebebasan padaku untuk melakukan apapun padamu"
"Dan kamu pasti juga baca di kalimat terakhir isi surat perjanjian tadi, kamu menjadi istri kontrakku dan harus memberikan aku anak lelaki, jika kamu belum memberiku anak lelaki, maka perjanjian ini akan terus berlanjut sampai aku mendapatkan anak lelaki darimu"
Aku sudah tak bisa berkata apa-apa lagi, air mataku telah berhamburan keluar dan aku merasa tak ada harganya lagi di mata dua lelaki yang saat ini menatap sinis padaku
"Aku mohon Hen, jangan kau jadikan aku budak **** mu, aku rela melakukan apa saja, tapi tolong jangan meminta anak dari ku"
"Kamu sudah punya istri yang cantik dan juga kamu sudah ada tiga anak perempuan yang juga cantik-cantik"
"Tolong Hen, kasihani aku"
"Agung...!!!! teriakku histeris ketika Hendri menarik ku berdiri
"Kamu sekarang menjadi milikku, bukan milik pecundang itu lagi!" ucap Hendri sambil menatap sinis Agung
Aku terus berusaha melepaskan tanganku yang masih dicengkeram kuat Hendri dan memandang marah kearah Agung yang masih duduk santai melihatku bersusah payah melepaskan diri dari Hendri
"Istighfar Hen!" teriakku kencang ketika Hendri makin kasar berusaha menarik ku
"Jangan paksa aku berbuat kasar sama kamu!!!!" bentak Hendri
Aku tidak perduli, aku terus berusaha melepaskan cengkeramannya dan menggigit kuat pergelangan tangannya yang membuatnya terpekik
Setelah cengkeraman tangan Hendri lepas, aku segera berlari meninggalkan mereka berdua
Dengan sigap Hendri berlari mengejar ku, begitupun dengan Agung. Dua lelaki itu mengejar ku di belakang. Aku yang memakai heels agak kesusahan berlari.
Sambil berlari dengan ketakutan aku berusaha melepaskan heels dari kakiku
"Mau kemana kamu, hah?!"
Aku hanya bisa menjerit tertahan ketika tanganku kembali dicekal Hendri
Wajahku telah basah oleh air mata dan aku hanya bisa memandang kearah Hendri dengan wajah memohon belas kasihan
"Please Hen..."
"Kamu cuma dikontrak setahun Lin, setelah itu kamu kembali lagi sama aku"
Aku menggeleng mendengar ucapan Agung
"Jangankan setahun, sehari saja aku tidak sudi!!" teriakku
"Tidak usah teriak, semakin cepat kamu memberiku anak lelaki, semakin cepat pula kamu aku lepaskan"
Aku menatap marah kearah Hendri
"Lepas, aku nggak mau..."
PLAAAAKKKKK....
Aku memejamkan mataku ketika tamparan keras melayang ke wajahku.
"Kamu harus nurut, kamu harus bantu aku. Hutang aku menumpuk pada Hendri, dan jalan satu-satunya agar semua hutang itu lunas adalah aku memberikan kamu sama dia!!!" teriak Agung
Aku mengusap wajahku yang terasa sakit sambil menatap marah pada Agung yang berteriak di depanku
"Jahanam kamu!!!" ucapku lantang sambil mendorong tubuhnya keras
"Tolong kerja samanya Lin, aku terpaksa"
Aku tak perduli apapun alasan Agung, aku terus berteriak marah dan terus mendorong kasar tubuhnya
"Stop dramanya, sekarang kamu ikut aku!!"
Aku menghentikan aksiku mendorong tubuh Agung ketika kembali dengan cepat Hendri menarik kasar tangan ku
"Nggak mau!!!!" teriakku
Tampaknya Hendri tak memperdulikan teriakan ku, dia terus menyerat kasar aku menuju ke parkiran dan langsung mendorongku masuk kedalam mobilnya
Dengan kasar dibantingnya pintu mobil dan aku kian berteriak histeris ketika dia menjalankan mobil dengan ngebut
"Turunkan aku, aku mau pulang!!!"
Hendri bergeming, dia tak memperdulikan teriakan Linda, dia terus saja menjalan mobil dengan kecepatan tinggi
Aku terus menangis terisak di sebelah Hendri yang menjalankan mobil seperti kesetanan
Di sebuah apotek dia menghentikan mobilnya dan tanpa basa basi dia keluar dan kembali menutup kencang pintu mobil
Aku yang duduk di dalam terlonjak kaget dan hanya bisa menoleh kearahnya yang berjalan menjauhi mobil
Aku memegang pipiku yang tadi bekas ditampar Agung, terasa masih sakit yang membuatku meringis, belum lagi pergelangan tanganku yang juga terasa sakit akibat dicengkeram kuat beberapa kali oleh Hendri
Aku buru-buru menghapus air mataku ketika Hendri membuka pintu mobil dan melemparkan kantong kresek di sebelahku
Aku hanya melirik sekilas kearah kantong kresek tersebut dan kembali diam menatap ke depan
Perlahan dan pasti mobil kembali berjalan dan aku masih terus terisak. Hendri tanpa sepatah katapun berkata, dia hanya melirik sesekali kearah Linda
Tatapannya dingin dengan raut wajah yang sangat kesal
"Kamu mau bawa aku kemana?"
Tak ada jawaban, aku yang terus terisak memberanikan diri menoleh kearah Hendri yang fokus menyetir
"Tolong kembalikan aku ke rumah kami, kamu kan tahu rumah kami di mana"
Masih tak ada sahutan, kali ini kembali Hendri menjalankan mobil dengan ngebut
Dan harus membuatku berpegangan kuat pada kursi yang ku duduki
"Pakai seat belt!"
Aku tak menjawab, degup jantungku sudah berkecamuk tak karuan
"Pakai seat belt!!!" kembali Hendri membentak
Dengan gugup aku memakai seat belt dengan kesusahan. Melihat Linda yang tangannya gemetar memakai seat belt, Hendri meminggirkan mobilnya dan masih dengan wajah dingin ditariknya seat belt yang sejak tadi aku usahakan untuk terpasang di pinggangku
"Masang ini saja nggak bisa!" ucapnya dingin sambil memasangkan seat belt di pinggang ku
Aku hanya bisa diam ketika wajahnya begitu dekat dengan wajahku.
Dapat aku cium aroma wangi dari rambut gondrongnya
Tanpa menoleh, Hendri yang telah selesai memasangkan seat belt di pinggangku kembali melajukan mobilnya dengan ngebut
"Hen, kamu mau aku kemana?"
Hendri masih diam tak menjawab dan aku yang telah pasrah akan bagaimana nasibku setelah ini hanya bisa menangis terdiam
Kakiku kian lemas ketika Hendri memasukkan mobilnya ke area sebuah hotel
"Ya Rabb mati aku..." batinku pilu
Setelah mobil berhenti diparkiran khusus pengunjung hotel, Hendri segera melepas seat belt di pinggangnya dan menoleh ke arahku
Aku diam tak bergerak, degup jantungku kian berdebar kencang, pikiran buruk mulai berkelebatan di kepalaku
Aku sudah bisa menduga hal buruk apa yang akan terjadi padaku beberapa menit dari sekarang
Hendri membawaku ke hotel, dan bisa jadi dia akan langsung mengeksekusi ku untuk membuatkannya anak lelaki sesuai dengan surat perjanjian yang telah dia dan Agung sepakati
Hendri tak memperdulikan Linda yang diam terpaku, dia segera mengambil kantong kresek yang tadi dilemparkannya di sebelah Linda, lalu dia turun
Sebelum dia menutup pintu mobil, kembali dia melihat kearah Linda yang masih duduk terpaku dengan mata nanar dan terlihat sangat kacau dan ketakutan
Tangan wanita itu bergetar dan dia menggigit bibirnya dengan gelisah. Matanya telah berair dan wajahnya yang putih semakin terlihat pucat, belum lagi rambut hitam kecoklatan nya yang sedikit berantakan
"Ayo turun!"
Aku diam tak menjawab, aku benar-benar sangat ketakutan
"Turun!!!"
Aku menoleh dengan takut pada Hendri sambil menggelengkan kepalaku
"Tolong..." lirihku
Hendri yang berdiri di luar mobil segera memutar badannya memutari mobil dan membuka pintu mobil tempatku duduk
"Turun!!!" ucapnya dengan suara penuh penekanan menahan marah
"Tolong Hen, jangan...."
Hendri yang sudah terlihat kesal segera melepas paksa seat belt yang melingkar di pinggang Linda lalu menarik tangan wanita itu untuk segera turun
Aku yang tidak memakai alas kaki lagi begitu ditarik Hendri turun langsung membenarkan dress maroon selutut yang kupakai
Aku menyingkir sedikit ketika Hendri kembali melongok kan badannya mengambil heels ku
"Pakai!!!"
Aku menurut, segera kupakai heels yang dilemparkannya kasar di dekat kakiku
Dengan tangan gemetar dan gugup aku memakai heels, dan begitu selesai aku langsung membenarkan posisi berdiri ku
"Ikut aku!"
Aku menarik nafas panjang ketika mendengar Hendri mengucapkan kalimat itu
Sekuat tenaga aku menahan air mataku agar tidak kembali jatuh, dan menarik nafas panjang sebelum akhirnya aku berjalan mengekor di belakang Hendri
Hendri memperlambat langkahnya ketika disadarinya jika Linda agak tertinggal di belakangnya
Aku yang melihat Hendri memperlambat langkahnya kian ketakutan, terlebih ketika dia benar-benar berhenti dan menoleh kebelakang
"Cepat sedikit!"
Aku tak menjawab melainkan menuruti katanya
Ketika aku sudah berdiri di dekatnya kembali dengan kuat Hendri mencekal pergelangan tanganku
"Sakit...." lirihku
"Sakit ini akan terus kamu rasakan jika kamu tidak mau menuruti perintahku!" geramnya
Hatiku kian tercekat mendengar kata-katanya, dan karena tak ada pilihan lain aku hanya menurut ketika ditariknya berjalan di sebelahnya
"Wajahnya jangan seperti itu!"
Aku kembali tercekat dan terburu menghapus sisa air mata yang masih mengalir di wajahku
Hendri menghentikan langkahnya dan menoleh ke arahku sambil melepaskan tangannya dari tanganku
"Rapihkan rambut dan wajah kamu!"
Aku menarik nafas panjang dan menuruti perintahnya. Segera aku mengusap wajahku dengan kedua tanganku, menghapus sisa air mata yang masih terus mengalir tak berhenti, dan merapihkan seadanya rambutku dengan jari-jari tanganku
Setelah selesai aku menatap takut kearahnya
"Sudah" ucapku pelan
Hendri kembali mencekal tangan kiriku dan membawaku masuk kedalam hotel
Langkah kakiku kian terasa berat ketika dia mengajakku naik melewati tangga
Tepat di depan sebuah kamar, Hendri mengeluarkan kunci dari saku celana jeansnya lalu membuka kunci pintu
Setelah pintu terbuka, didorongnya pintu tersebut hingga terbuka lebar. Lalu Hendri menoleh ke arahku
Aku kembali menggeleng berkali-kali dan kian menatap takut kearahnya yang menatap tajam ke arahku
"Masuk!!!" bentaknya
Aku menggeleng kuat
"Aku bilang masuk, atau kamu mau aku paksa?"
Nafasku kembali terasa sesak mendengar ancamannya
"Tolong Hen, kamu sadar, aku kakak iparmu, Hen..."
Hendri menyeringai dan kembali mencekal kuat pergelangan tangan Linda dan menariknya masuk
Dengan cepat dia menutup pintu dan menguncinya
Aku kian ketakutan melihat dia mengunci pintu dan mengantongi kembali kuncinya
Hendri tak memperdulikan ketakutan di mata Linda, dia terus masuk dan kembali melemparkan kantong kresek yang tadi dibawanya ke atas meja yang ada di dekat ranjang
Aku masih berdiri di dekat pintu dengan menundukkan kepalaku
"Kali ini tamat sudah riwayat ku" batinku pilu
Hendri yang melihat Linda masih berdiri di dekat pintu hanya menarik nafas kesal
"Kamu hanya mau berdiri di sana saja semalaman ini?"
Aku diam tak menjawab pertanyaannya, aku terus menundukkan kepalaku sambil sesekali menghapus air mata yang kembali mengalir di pipiku
Hendri segera bangkit dan berjalan kearah Linda. Melihat Hendri berjalan ke arahku, aku segera mengangkat kepalaku dan menggeleng kuat kearahnya
"Aku mohon jangan Hen... tolong Hen jangan, aku mohon....." isak ku sambil menghindarinya dengan melangkah mundur
Hendri tak menggubris permohonan Linda, dia terus berjalan mengikuti wanita itu yang berjalan mundur menghindarinya
Sampai akhirnya kakiku tertumbuk tembok yang membuatku kembali harus berkelit ketika dengan sigap Hendri kembali menarik tanganku
"Tidak Hen, jangan....." isak ku
Hendri tak perduli, dia terus menarik paksa Linda, membawanya ke dekat ranjang dan mendudukkan kasar Linda di sana
Kakiku kian gemetar ketika Hendri mendudukkan kasar tubuhku di ranjang, dan aku berusaha untuk berdiri ketika kembali dengan kuat dia menekan pundak ku untuk memaksaku terus duduk
Aku yang sudah terisak kian ketakutan ketika Hendri menarik wajahku dan mendongakkan nya sedikit keatas
Degup jantungku kian keras dan rasanya jantungku akan melompat dari tempatnya saking ketakutannya aku
Hendri menggerak-gerakkan wajah Linda ke kanan dan ke kiri seperti memeriksa sesuatu
Tak lama dilepaskannya tangannya dari wajah Linda yang membuat wanita itu menarik nafas lega
Hendri mengambil kantong kresek yang tadi dilemparkannya keatas meja, mengambil sebuah botol lalu dengan kasar dibukanya botol tersebut, menuangkan isinya keatas kapas yang juga dibukanya dengan kasar
Aku yang melihat perbuatannya hanya memandang takut tanpa berani bergerak sedikitpun
Masih seperti tadi, Hendri kembali mengangkat kasar wajahku hingga kembali mendongak, dan mulai menempelkan kapas yang telah dituangkannya dengan cairan keatas wajahku yang tadi terkena tamparan kasar Agung
Aku meringis kesakitan ketika kapas yang terasa dingin akibat cairan alkohol itu menempel di wajahku
"Tahan..." ucapnya dingin
Aku hanya bisa menelan ludahku dengan takut tanpa berani bersuara.
Sekitar semenit Hendri mengompres wajahku yang sakit bekas tamparan Agung lalu melempar sisa kapasnya ke sembarang tempat
Aku menarik nafas lega ketika dia selesai dengan yang dilakukannya. Tapi lega ku hanya bertahan sedetik karena detik berikutnya mata Hendri telah menatap tajam ke arahku
Hendri memajukan wajahnya hingga wajahnya dan wajah Linda hanya berjarak beberapa centi saja
Hendri menatap dalam mata coklat yang penuh air mata itu. Aku telah menelan ludah beberapa kali saking ketakutannya
Hendri dapat melihat jelas ketakutan di mata itu, terlebih pada bibir tipis yang juga terlihat bergetar. Wajah pucat pasi dan nafas yang tak teratur
"Kamu takut?"
Aku diam tak menjawab, karena pertanyaannya tak membutuhkan jawabanku
Hendri menurunkan tatapannya kearah bawah, kearah leher Linda yang terekspos akibat dia memakai dress neck V, walau leher itu tertutup sedikit rambutnya yang menjuntai, tapi Hendri dapat melihat jelas betapa putih dan mulusnya leher itu
Aku yang melihat tatapan liar Hendri semakin ketakutan dan berusaha menarik dress agar menutupi lututku dan juga berusaha menarik rambutku agar menutupi leherku
Hendri tersenyum menyeringai melihat aksi Linda, dia membuang wajahnya sambil mendengus
"Persiapkan diri kamu!" ucapnya dingin sambil berdiri
Aku segera menangkap tangannya yang membuatnya menunduk menatapku
"Tolong, jangan Hen...." isak ku
Hendri menepis tanganku lalu berjongkok menatapku dengan tajam
"Apapun bebas aku lakukan sama kamu, karena sekarang kamu milikku!"
Aku menggeleng berkali-kali sambil terus berusaha menyadarkannya
"Tolong Hen, aku kakak iparmu, jangan lakukan hal terkutuk itu padaku"
Kembali Hendri menyeringai dan membetulkan posisi berdirinya
"Kamu bukan kakak iparku lagi, kamu itu sekarang calon ibu dari anak lelakiku"
Aku menggelengkan kepalaku dan segera menjatuhkan tubuhku di kaki Hendri, memeluk kakinya sambil menangis kencang
"Tolong Hen, jangan lakukan ini. Aku rela seumur hidupku menjadi kacungmu tapi tolong jangan merendahkan aku dengan cara begini"
Hendri berjongkok dan kembali menarik kasar wajahku
"Aku adalah majikanmu, dan sekarang kau adalah budakku, apapun yang akan aku lakukan padamu itu adalah bukti pengabdianmu padaku"
Walau rahangku terasa sakit akibat di cengkeramnya kuat aku tak perduli, aku terus memohon agar dia sadar
"Sadar Hen...." ucapku tertahan karena kuatnya cengkeramannya pada rahangku
Kembali Hendri membuang kasar wajahku
"Hen, sadarlah,kamu punya tiga anak perempuan, ingat, apa yang saat ini kamu lakukan padaku, bisa jadi nanti akan menimpa salah satu dari anakmu"
Hendri kembali menarik kasar tanganku dan memaksaku berdiri. Dengan wajah yang kembali menunduk aku berdiri di hadapannya
Masih dengan kasar Hendri kembali menarik wajahku
"Jika kamu tidak mau menuruti kata-kataku, aku akan menculik ketiga anakmu dan bisa ku pastikan jika anak perempuanmu akan menggantikan posisimu menjadi budakku"
Aku kembali menggeleng cepat
"Jangan, jangan lakukan apapun pada ketiga anakku. Urusanmu pada Agung bukan pada kami, terlebih pada ketiga anakku"
Hendri kembali tersenyum menyeringai dan kembali membuang wajahku
"Jika kamu ingin ketiga anakmu selamat, maka kamu harus menuruti perintahku"
Aku terduduk lemas di lantai, menangis kencang dengan meletakkan kepalaku di pinggiran ranjang
Sedikitpun hati Hendri tak tergerak melihat kepiluan yang Linda rasakan
"Tega kamu Hen, Agung yang berhutang padamu, tetapi aku yang kalian jadikan jaminan"
"Urusan hutang piutang diantara kalian harusnya bisa kalian selesaikan dengan cara baik-baik, bukan dengan cara menjadikanku sebagai jaminan"
Hendri langsung naik pitam mendengar ucapan Linda. Dengan cepat ditariknya bahu Linda hingga wanita yang sejak tadi menempelkan wajahnya yang basah oleh air mata ke pinggiran ranjang terpaksa menatap mata marah Hendri
"Cara baik-baik kamu bilang?"
Aku diam
"Apa kamu tidak tahu berapa ratus juta hutang suamiku itu padaku?, berapa lama dia menunggak, dan berapa banyak aku menanggung rugi akibat perbuatan suami bajinganmu itu?"
"Kamu bilang harusnya kami selesaikan dengan cara baik-baik, iya??!!" bentaknya yang membuatku harus memalingkan wajahku karena teriakannya
"Tidak ada cara baik-baik untuk menyelesaikan masalah ini. Mantan suami bajinganmu itu harusnya mendekam di penjara, bukan bebas seperti sekarang!!!"
"Harusnya kamu bersyukur aku hanya menjadikanmu istri kontrakku selama kamu bisa memberi ku anak lelaki, bukan dengan membunuh kalian semua!!!"
Aku menelan ludahku
"Bekerja samalah denganku jika ingin nyawa ketiga anakmu selamat!"
Mataku yang sembab langsung terbelalak, aku menggeleng kuat
"Jangan apa-apakan ketiga anakku, mereka tidak tahu menahu urusan ini. Bahkan aku sendiri juga tidak tahu, jadi tolong jangan libat kan mereka"
Hendri duduk di atas ranjang dan membenarkan rambut gondrongnya, menatap sekilas pada Linda yang terlihat pasrah
"Baik, aku tidak akan melibatkan ketiga anakmu, asal kamu bisa diajak bekerja sama"
Aku diam tak menjawab, karena percuma saja jika aku menolak, karena menerima atau menolak akan sama menyakitkannya untukku
"Aku sudah menyiapkan draf perjanjian kerja sama yang harus kamu setujui" sambil berkata begitu Hendri merogoh saku jaketnya
Mengeluarkan sebuah amplop dan memberikannya padaku
Tak ada pilihan untukku selain menerima amplop yang diberikannya
Air mataku kembali bercucuran ketika membaca draf perjanjian yang tertera di atas kertas putih itu
Aku harus suka rela menjadi istri kontrak Hendri sampai aku memberikannya anak lelaki, jika tidak, maka ketiga anakku akan menanggung akibatnya
Jika aku bisa memberinya anak lelaki, maka secara otomatis perjanjian ini berakhir
Jika aku tidak atau belum memberinya anak lelaki, maka perpanjangan kawin kontrak ini akan terus berlanjut sampai anak lelaki yang diinginkan Hendri lahir
Ketika aku sudah memberinya anak lelaki, maka ketika aku akan pergi dari kehidupannya, Hendri akan memberikan uang sebanyak satu milyar padaku
Aku segera meletakkan kertas perjanjian itu di sebelah Hendri dengan hati hancur
"Bagaimana, kalau kamu setuju, kamu bisa tanda tangani surat ini"
Aku hanya bisa menarik nafas panjang dengan tatapan kosong
"Atau Agung akan aku masukkan ke penjara, dan anak perempuanmu yang berumur sembilan tahun itu akan aku ambil, nanti ketika dia dewasa dia akan aku jadikan istriku, atau kedua anak lelakimu itu akan aku culik dan bisa ku pastikan jika seumur hidupmu kamu tidak akan pernah bertemu mereka bertiga lagi"
Kembali aku memeluk kaki Hendri dengan menangis kencang
"Aku mohon Hen, jangan lakukan apapun pada ketiga anakku, terlebih pada anak perempuanku" teriakku histeris
"Bunuh saja aku Hen, aku lebih rela mati dari pada kamu mencelakai ketiga anakku"
Hendri tersenyum menyeringai dan menatap sinis kearah Linda yang kembali memeluk kakinya
"Kamu pasti akan aku bunuh, tapi nanti setelah kamu melahirkan penerusku" jawabnya dingin sambil berdiri berjalan keluar dari dalam kamar
Sepeninggal Hendri aku kembali menangis kencang. Menelungkupkan kepalaku seperti tadi di atas ranjang dengan tubuhku di lantai
"Dosa apa yang telah aku lakukan ya Alloh sampai aku merasakan pahitnya hidup ini?" isak ku pilu
Tak lama Hendri masuk lagi, dan masih dilihatnya Linda menangis sesenggukan
Aku yang tahu jika Hendri masuk lagi tak memperdulikannya, aku terus saja menangis
"Mana hp kamu?" tanyanya dingin
Aku tak menjawab, aku terus saja terisak
Hendri segera menarik tas kecil yang ada di dekat tanganku dan membukanya
Melihat Hendri mengambil tasku dan membukanya aku mengangkat kepalaku
"Mau apa kamu?"
Hendri tak menjawab, diambilnya handphone milik Linda. Dibukanya dan dilihatnya wallpapers gambar ketiga anak Linda
Senyumnya menyeringai kearah Linda yang menatapnya tajam
"Ketiga anakmu..." ucap Hendri sinis sambil memamerkan hp kearah Linda
Aku menggeleng kuat
"Jangan Hen, aku sudah bilang jangan libatkan mereka"
"Jika kamu tidak ingin aku mencelakai mereka, cepat kau tanda tangani surat itu!"
Aku segera menoleh keatas ranjang dimana kertas perjanjian dari Hendri yang tadi aku letakkan
Dengan cepat aku mengambil kertas tersebut dan dengan tangan gemetar aku menandatanganinya
Senyum licik Hendri mengembang ketika dilihatnya Linda menandatangani kertas perjanjian yang telah disiapkannya
Lalu dengan cepat ditariknya kertas tersebut ketika Linda selesai menandatanganinya
Hingga tanpa diduga, hp Linda yang sejak tadi dipegangnya dia banting dengan keras kelantai hingga hancur berkeping-keping
Mataku melotot tak percaya melihat hp satu-satunya milikku hancur tak berbentuk dan sekarang sedang diinjak kasar dengan Hendri yang menatap dingin ke arahku
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!