"Plis, Noona. Ada apa denganmu hari ini?" Tanya seorang pria yang berada di balik meja rekaman.
"I'm sorry, Ki. Pikiranku sedang tak ada disini, " Kata Ae Ri dengan jujur.
Perempuan itu melepaskan air phone dari kepalanya lalu berjalan keluar dari studio rekaman. Hari ini, Lee Ae Ri atau wanita yang mendapatkan nama panggung Ailee itu benar-benar sedang tidak fokus. Kepalanya terus tertuju pada kesehatan papanya.
Ya kemarin dia mendapatkan panggilan dari kepala pelayan dan mengatakan bahwa papanya jatuh sakit. Tapi, Ae ri tetap tak bisa pulang karena jadwal rekamannya harus sesuai schedule.
Ae ri, seorang penyanyi terkenal papan atas di Korea sekaligus model terbaik yang memiliki biaya paling mahal merupakan salah satu anak pebisnis hebat di Negara Ginseng. Keluarganya yang kaya raya dan terpandang sudah sangat memenuhi majalah bisnis.
Namun, Ae ri bukan seorang perempuan manja yang hanya mau duduk diam. Dia tetap bekerja dan mencari uang sendiri karena ingin membuktikan pada dunia bahwa dia tak semanja dan ketergantungan dengan uang keluarganya.
"Minumlah dulu, Noona," Kata seorang perempuan memberikan sebotol air mineral.
Ae ri duduk di kursi panjang. Dirinya memejamkan matanya sesaat untuk menghilangkan pikirannya ini. Jujur dirinya benar-benar tak bisa fokus apapun tapi mau bagaimana lagi. Izinnya tak bisa dia dapatkan karena jadwal rekaman ini.
"Aku ingin pulang, Seri! " Kata Ae ri dengan membuka matanya.
Dia menerima botol air itu lalu meminumnya untuk mendinginkan kepalanya yang rasanya mulai sakit. Wajahnya sudah sangat terlihat frustasi dan itu membuat Seri yang merupakan salah satu asisten Ae ri merasa kasihan pada artisnya itu.
"Maafkan aku, Eonni. Aku tak bisa melakukan apapun. Manager bisa marah kalau kita kembali kabur, " Bisik Seri dengan jujur.
Ae ri hanya bisa menghembuskan nafas berat. Apa yang dikatakan oleh asistennya memang benar. Kali ini dirinya benar-benar tak bisa kemanapun. Sampai akhirnya dia mulai pasrah.
Saat Ae ri mengatakan pada Seri bahwa dia ingin tidur sebentar untuk menenangkan pikirannya. Tiba-tiba suara pria terdengar memanggilnya dan membuat Ae ri membatalkan keinginannya.
"Ada apa, Ki? "
"Ada telepon untukmu, Noona!" Kata Hyun Ki menyerahkan ponselnya.
Ae ri segera mengambil ponsel Hyun Ki dan mendekatkan di telinganya.
"Halo? " Sapa Ae ri langsung.
"Nona ini saya, Mr. Park, " Kata pria yang merupakan bodyguard Ae ri yang ia perintahkan menjaga papanya.
"Ada apa? " Tanya Ae ri dengan jantung yang mulai berdetak kencang.
"Keadaan Tuan besar menurun, Nona. Pulanglah! " Kata Mr. Park seperti petir yang menyambar.
Hampir saja Ae ri terjatuh jika saja Hyun Ki dengan sigap menangkapnya.
"Aku akan pulang sekarang!"
Akhirnya Ae ri tak peduli apapun. Di matanya saat ini kondisi ayahnya yang utama. Dia segera meraih tasnya dan berlari keluar dari gedung rekaman. Kali ini tak ada yang melarangnya. Sepertinya Mr. Park sudah mengatakan pada Hyun Ki dan managernya tentang kondisi ayahnya itu.
Ae ri mengemudikan kendaraannya dengan cepat. Tak peduli apapun. Dia hanya ingin segera sampai di rumahnya. Wanita itu segera melempar tasnya ke sofa dan berlari ke kamar papanya.
Ae ri benar-benar mengebut. Dia tak peduli apapun selain ingin segera memeluk papanya.
"Appa," Ucap Ae ri lalu segera berjalan ke arah ranjang.
Disana, Lee Jin yang merupakan ayah kandung Ae ri terlihat terbaring lemah di atas ranjang dengan alat bantu pernapasan. Matanya tengah terpejam dan itu membuat Ae ri ketakutan.
"Appa, " Panggil Ae ri lagi lalu meraih telapak tangan yang terasa dingin itu.
Air matanya mengalir dan dengan lembut Ae ri mencium punggung tangan ayahnya itu.
"Kamu datang, Nak? " Ucap Lee Jin dan membuka matanya.
Ae ri mendongakkan kepalanya. Dia segera memeluk ayahnya dengan pelan dan memberikan kecupan di keningnya.
"Iya, Appa. Ae ri disini, " Katanya dengan menghapus air mata yang mengalir.
Lee Jin berusaha membuka alat bantu nafasnya. Dokter yang berada di dekat ranjang Lee Jin membantunya.
"Kenapa Appa membukanya? "
"Appa ingin meminta sesuatu padamu, Ae ri," Kata Lee Jin dengan nafasnya yang terasa berat.
"Tapi Appa harus memakai alat itu dulu. Lihatlah! Nafas Appa sesak, 'kan? "
Lee Jin menolak. Dia perlahan menggerakkan tangannya dan meraih telapak tangan putrinya itu.
"Appa ingin kamu menikah, Ae ri, " Ujar Lee Jin membuka pembicaraan.
Ae ri terkejut. Bahkan matanya terbelalak tak percaya. Dia menatap ayahnya dengan pandangan bingung.
"Ae ri tak mau menikah Appa. Ae ri ingin menjaga Appa disini! "
"Tapi Appa ingin melihat kamu bahagia, Nak. Appa sudah tak bisa terus menjagamu, " Kata Lee Jin yang membuat hati Ae ri sakit.
"Appa gak bakal ninggalin Ae ri. Appa akan terus disini bersama Ae ri, " Kata Ae ri dengan ketakutan yang besar.
"Appa mohon yah. Ini permintaan Appa yang terakhir. Menikahlah dengan anak sahabat Appa agar Appa tenang jika suatu hari nanti harus pergi, meninggalkanmu, " Kata Lee Jin dengan tatapan penuh harap.
Ae ri adalah anak penurut. Dia paling tak bisa melihat ayahnya memohon. Akhirnya meski hatinya menolak untuk menikah. Perlahan dia menganggukkan kepalanya. Ae ri terpaksa menerima perjodohan ini hanya demi kesehatan ayahnya.
"Bagaimana? "
"Iya, Appa. Ae ri menerimanya, " Jawab Ae ri dengan lemah.
***
"Cepat suruh anak itu keluar sekarang atau aku akan mendobrak pintu itu! " Seru seorang pria paruh baya dengan emosi yang membara.
"Tapi, Tuan… ".
Jeon Joon Wo yang mulai tak sabar akhirnya menerobos asisten putranya itu. Dia membuka pintu itu dengan kasar dan ternyata tak dikunci.
"Joon? " Teriak Jeon Joon Wo, ayah kandung Ye Joon.
"Appa! " Pekik Ye Joo terkejut.
"Apa yang kau lakukan? " Seru Joon Wo dengan marah.
Disana, putra pertamanya tengah asyik bermesraan dengan kekasihnya di ruang kerja. Hal itu tentu membuat Joon Wo semakin resah dengan tingkah anaknya itu.
"Apa yang Appa lakukan disini? " Tanya Ye Joon dengan berjalan ke arah ayahnya.
"Seorang Appa datang ke kantornya sendiri apa harus memakai alasan, Joon? " Seru Joon Wo dengan marah. "Atau kau hanya tak ingin Appa tak tau kelakuanmu dengan wanita murahan ini disini? "
"Appa! Yuna adalah kekasihku! "
"Appa tak pernah setuju dengan hubungan kalian! " Seru Joon Wo dengan menunjuk wajah putranya. "Dan kau, pergi dari sini! "
Joon Wo mengusir Yuna. Jika sudah begini, Ye Joon tak bisa melakukan apapun. Akhirnya dia mengantar kekasihnya yang berwajah masam dan marah itu sampai di pintu masuk ruangannya.
"Apa kau akan terus seperti ini, Joon?"
"Apa salah Ye Joon, Appa? " Tanya Ye joon yang benar-benar frustasi dengan ayahnya itu.
"Appa memintamu menikah dan kau terus menolak?"
"Yuna belum siap untuk menikah. Jadi… "
"Siapa yang memintamu menikah dengan wanita murahan itu? " Seru Joon Wo secara langsung. "Appa sendiri tak mau memiliki menantu sepertinya! "
Ye Joon menatap ayahnya dengan terkejut. Lalu jika bukan dengan Yuna. Apa maksud Ayahnya meminta dia menikah.
"Appa akan menjodohkanmu dengan anak sahabat Appa! Dan kau tak ada alasan untuk menolak! " Seru Joon Wo dengan serius.
"No, Appa. Ye Joon punya pacar. Ye Joon hanya mau menikah dengan Yuna!"
"Appa tak menerima alasan apapun. Kau menolak, maka semua fasilitas dari perusahaan, villa, mobil, kartu debit dan semuanya akan Appa sita! " Seru Joon Wo dengan tegas pada putranya itu.
~Bersambung
Hai Hai ceritaa Ye Joon dan Ae ri aku pindah ke baru soalnya mau ku rapikan beberapa babnya yah. Jumlah katanya mau aku press.
Selamat membaca.
Ye Joon tak bisa melakukan apapun. Dia hanya bisa mengepalkan kedua tangannya dan menahan emosi dalam dirinya. Bagaimanapun dia sadar diri bahwa semua yang ia miliki sekarang bukan miliknya.
Lebih tepatnya sang ayah akan memberikan semua fasilitas atas namanya ketika dia sudah menikah. Ya, karena itulah Ye joon mengajak Yuna sang kekasih menikah. Sebelum dia tahu bahwa ayahnya menginginkan dia bersatu dengan putri sahabatnya.
"Bagaimana? " Tanya Jeon Joon Wo pada putranya.
"Ya. Ye Joon menerimanya, " Jawabnya dengan lesu.
Pria itu benar-benar tak bisa melakukan apapun untuk sekarang.
"Bagus. Good boy! " Kata Joon Wo menepuk pundak putranya itu.
"Berikan Ye Joon alamat wanita itu, " Ujarnya langsung yang membuat Joon Wo menatap putranya. "Ye Joon ingin mengajaknya bertemu. "
"Bagus. Lebih cepat lebih baik. Kalian akan saling mengenal dan itu awal yang baik untuk pengenalan, " Kata Joon Wo sambil mulai mengatakan dimana rumah sahabatnya itu.
Dia meminta kertas dan menuliskan alamat yang tak pernah Ye Joon datangi. Dirinya juga baru tahu bahwa ayahnya memiliki sahabat disini. Entah dirinya yang terlalu sibuk dan tak peduli dengan orang sekitar ayahnya atau ayahnya yang memang tak pernah mengajak sahabatnya ke rumah.
"Cepatlah temui dia. Appa akan pulang! " Kata Joon Wo lalu segera meninggalkan ruangan putranya.
Sepeninggal ayahnya. Ye Joon langsung berjalan ke arah meja kerjanya. Dirinya mengambil sebuah kertas dan menulis sesuatu di atas kertas putih yang dia ambil di atas mejanya. Setelah selesai, dia menekan panggilan untuk memanggil asistennya.
"Ya, Tuan? "
"Siapkan surat perjanjian sebelum menikah, Dae! " Kata Ye Joon dengan aura dinginnya kembali ke luar.
Ye Joon adalah pemimpin yang cuek dan dingin. Dia hanya bersikap hangat kepada keluarga dan kekasihnya. Tak akan ada seseorang yang bisa melihat senyumannya jika dia sudah mode begini.
"Baik, Tuan! " Sahut Dae dengan serius.
Dae Jung, asisten Ye Joon yang sikapnya sebelas dua belas dengannya. Pria dingin dan selalu gila kerja. Namun, hanya satu orang yang tak bisa Dae abaikan yaitu Joon Wo. Ayah kandung Ye Joon karena Dae Jung sebenarnya anak panti yang diangkat dan dididik oleh Joon Wo sendiri untuk menemani Ye Joon.
"Tulis semuanya dengan lengkap seperti apa yang aku inginkan di kertas ini! " Ujar Ye Joon memberikan kertas itu pada Dae Jung.
"Baik, Tuan. "
***
"Appa harus makan yang banyak. Appa harus sembuh, " Kata Ae Ri sambil menyuapi Lee Jin dengan penuh perhatian.
Ya sejak tadi siang Ae ri mengatakan menerima perjodohan. Seakan jawaban itu menjadi semangat untuk ayahnya. Lee Jin bisa duduk dan melepaskan alat bantu pernapasan dari hidungnya.
Pria paruh baya itu mengangguk. Dia menerima suap demi suap yang diberikan putrinya.
"Ae ri, " Panggil Lee Jin yang membuat gadis itu mendongak.
"Ya, Appa? "
"Jika kamu bertemu dengan Ye Joon dan mengetahui sikapnya. Bertahanlah sebentar ya, Nak," Kata Lee Jin yang membuat Ae ri mengerutkan keningnya.
Dia mulai bingung dan penasaran dengan apa yang dikatakan oleh ayahnya ini. Sikap apa yang dimaksud ayahnya dan membuatnya harus bertahan.
"Ae ri. Berjanjilah untuk bertahan yah? "
Tak mau membuat kesehatan ayahnya menurun lagi. Ae Ri akhirnya mengangguk. Dia menahan untuk bertanya karena menurutnya nanti dirinya akan melihatnya sendiri jika bertemu.
"Sekarang paling penting, Appa makan dulu terus minum obat, " Ujar Ae ri lalu meletakkan piring di atas meja dan mengambilkan gelas yang berisi air putih dan obat.
"Maaf, Tuan, Nona. Ada tamu datang, " Kata Mr. Park yang merupakan bodyguard sekaligus orang yang sangat berjasa untuk melindungi Ae ri.
Ae ri lekas menoleh. "Siapa, Park? "
"Tuan Yee Joon, " Ujarnya yang membuat tubuh Ae ri menegang.
Gadis itu lekas menoleh ke arah ayahnya. Lee Jin disana mengangguk dan mengusap tangan putrinya.
"Temuilah, Nak! "
"Tapi Appa belum minum obat, " Kata Ae ri yang sebenarnya belum siap menemui pria yang akan dijodohkan olehnya.
"Appa akan minum dengan suster. Sudah temui Ye Joon. Jangan biarkan dia menunggu lama, " Kata Lee Jin yang membuat Ae ri tak bisa mengelak lagi.
Akhirnya dia segera keluar dengan penampilannya yang sederhana. Dress rumahan selutut dengan rambut yang dikuncir kuda. Jantungnya terus berdegup kencang hingga akhirnya dia bisa melihat punggung tegap pria yang akan ia temui.
"Hai, " Sapa Ae ri dengan kaku saat dia baru saja sampai di ruang tamu.
Ye Joon lekas beranjak berdiri dan menatap Ae ri sekilas.
"Aku ingin mengajakmu keluar! " Kata Ye Joon tanpa basa-basi.
"Tapi… "
Ye Joon lekas menatap Ae ri tajam yang membuat jantung perempuan itu seakan berdegup kencang. Mata tajam itu seakan mengulitinya dan membuat Ae ri tak bisa berkutik.
"Ada yang ingin aku bahas tentang kita berdua, " Kata Ye Joon dengan tegas.
Akhirnya Ae ri tak mengatakan apapun lagi. Dirinya juga berasa aura Ye Joon begitu berwibawa dan dingin. Apalagi saat wajah dan rahang tegas itu menatap ke arahnya dengan lekat dan tanpa senyuman. Hal itu begitu membuatnya takut.
"Aku titip Appa, Park. Jika terjadi sesuatu, segera hubungi aku, " Kata Ae ri pada Mr. Park yang ada di depan pintu utama.
"Baik, Nona."
Ae ri lekas masuk ke dalam mobil Ye Joon tanpa dibukakan pintu. Wanita itu tak bermasalah. Dia duduk tepat disamping pria itu dengan berusaha bersikap tenang.
"Berangkat, Dae! "
Dae Jung segera mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Mereka akan pergi makan bersama di sebuah restoran yang sudah Ye Joon persiapkan.
Pria itu benar-benar ingin mengatakan hal penting pada Ae ri dan membuatnya harus mengajak perempuan itu keluar dari rumahnya.
Ye Joon benar-benar tak memandang Ae ri lebih dari tiga detik. Bahkan mata wanita itu sama sekali tak dia lihat. Ketegangan di dalam mobil itu sangat terasa. Tak ada pembicaraan apapun sampai mereka sampai di restoran.
Ye Joon segera turun dengan pintu yang dibukakan oleh Dae Jung dan hal iu membuat Ae ri bisa bernafas lega.
"Akhirnya satu mobil dengannya membuat kepalaku sakit, " Kata Ae ri dengan pelan.
Dia lekas membuka pintu sendiri lalu menyusul langkah kaki Ye Joon. Ae ri menunduk karena dia takut ada orang yang melihatnya.
"Silahkan duduk! " Kata Ye Joon dengan begitu formalnya.
Ae ri pun menurut. Dia duduk lalu mulai menatap ke arah pria yang ia yakini jika itu adalah tangan kanan Jungkook.
"Berikan berkas itu padanya, Dae! " Kata Ye Joon tanpa basa basi.
Keduanya bahkan belum memesan makanan tapi Ye Joon langsung mengatakan maksud tujuannya.
"Berkas apa? " Kata Ae ri dengan pelan.
Dae Jung membuka tas yang ia bawa kalau mengambil berkas yang diberi map hitam. Disana pria itu lekas memberikan pada Ae ri.
"Baca! " Kata Ye Joon yang membuat Ae ri lekas membukanya.
Pihak pertama : Ye Joon
Pihak kedua : Ae ri
Surat Perjanjian Pernikahan
Pihak pertama dan pihak kedua tidur terpisah.
Pihak kedua tidak diperbolehkan mencampuri urusan pihak pertama tentang pekerjaan atau apapun kegiatan pihak pertama.
Pihak kedua bersikaplah seperti istri sesungguhnya ketika ada di depan keluarga.
Pernikahan antara pihak pertama dan pihak kedua hanya berlangsung selama satu tahun. Setelah itu kedua pihak bercerai dan pihak pertama akan memberikan imbalan pada pihak kedua.
Jantung Ae ri mencelos. Dia menatap berkas itu lagi dan menatap ke arah Ye Joon.
"Tandatangani perjanjian itu dan kau bisa pulang! "
Ae ri baru menyadari satu hal. Sikap yang dimaksud ayahnya tadi apa ini. Jika iya, dia benar-benar tak menyangka dengan sikap Ye Joon yang sekejam ini.
"Apa aku masih bisa bekerja setelah menikah? " Tanya Ae ri yang akhirnya menanyakan tentang pekerjaannya.
Model dan menyanyi adalah impiannya sejak kecil. Meninggalkan dunia itu saat ini. Dirinya belum siap.
"Kau bisa melakukan apapun. Aku tak peduli tapi ingat! Jangan pernah membuat hal yang bisa mempermalukanku! "
~Bersambung
"Apa? " Seru suara seorang wanita dengan mata memerah menahan amarah.
Dia menatap lelaki yang berdiri di depannya ini dengan perasaan kacau.
"Kau bilang akan menikahinya? " Serunya dengan suara yang tak terima. "Lalu bagaimana dengan hubungan kita? Bagaimana dengan aku, Ye? "
Yuna, perempuan yang merupakan kekasih Ye Joon itu menatap ke arah pria yang dia cintai dengan air mata mengalir. Dia tak menyangka jika kekasihnya itu akan membawa berita se menyakitkan ini.
"Kau tau, aku bertahan ketika Appamu tak merestui hubungan kita. Aku berjuang untuk mendapatkan restunya meski gagal dan sekarang! Sekarang kau mematuhi perintahnya untuk menikah dengan putri sahabatnya? " Seru Yuna dengan perasaan yang sangat sakit.
Ye Joon yang berdiri di dekat jendela perlahan berbalik. Sejak dulu dia tak suka melihat kekasihnya menangis. Yuna adalah satu-satunya wanita yang dia punya.
Tak ada wanita lain yang mampu membuatnya jatuh cinta sebelum kehadiran Yuna. Wanita sederhana yang menarik perhatiannya.
"Maafkan aku, Yuna. Tapi ini kemauan Appa. Aku tak bisa menolaknya atau… " Kata Ye lalu berbalik dan menatap wanita yang ia cintai itu dengan pandangan yang sama-sama terluka.
"Atau apa? " Sela Yuna dengan tak sabaran.
"Semua fasilitas yang kupunya akan disita dan diambil alih oleh Appa lagi! "
"Jadi kau merelakan hubungan ini demi hartamu, hah? " Seru Yuna dengan tertawa kecil. "Sebesar itu cintamu padaku, Ye? "
"Bukan! "
Yuna mengulurkan tangannya ke depan. Dia menolak Ye Joon mendekatinya. Wanita itu telah sakit hati dengan pilihan Ye Joon. Dia benar-benar tak menerima kabar yang begitu mengejutkannya ini.
"Berikan aku waktu untuk menerima semuanya. Pergi dari apartemenku! " Kata Yuna mengusir kekasihnya itu.
Hubungan mereka memang sudah sangat lama. Cinta antara Yuna dan Ye Joon begitu dalam dan tulus. Hanya saja karena status Yuna yang membuat Joon Wo tidak menerima hubungan putranya dengan wanita itu.
Cinta yang kuat tanpa restu memang sulit disatukan dan itu terjadi pada keduanya.
Ya, Yuna adalah seorang wanita yang bekerja di bar. Dia adalah seorang DJ terbaik di bar terkenal. Cap jelek tentu menimpa dirinya meski sampai saat ini dia tak pernah menjajakan tubuhnya pada siapapun.
"Sayang," Kata Ye berusaha merayu.
"Keluar! " Seru Yuna dengan pandangan yang dipenuhi kekecewaan.
Jika sudah begini. Ye Joon tak bisa melakukan apapun. Dia sangat tahu kekasihnya itu seperti apa. Yuna selalu butuh waktu sendiri ketika dia marah dan kecewa. Wanita itu selalu diam ketika masalah menimpanya hingga membuat Ye Joon akhirnya keluar dari apartemen Yuna dengan penyesalan yang besar.
Dia segera kembali ke dalam mobilnya. Ye Joon mengemudi mobilnya sendiri karena dia meminta Dae mengantar calon istrinya tadi. Dia juga yang meminta supir di rumahnya mengantar mobil untuknya.
"Aghhh! " Teriak Ye dengan memukul setir kemudinya.
Dia marah pada takdir. Dia marah pada keadaan yang tak bisa membuatnya berkutik dan menolak keinginan ayahnya. Semua ini benar-benar terjadi karena wanita itu. Wanita yang tak pernah ia kenal dan datang menghancurkan hubungannya dengan Yuna.
"Aku pastikan kau tak akan bahagia dengan pernikahan ini! " Kata Ye Joon dengan hatinya yang marah.
Kedua tangannya mencengkram stir kemudi dengan kuat. Matanya yang tajam menatap ke depan.
"Akan kubuat kau menderita dan meminta pergi dari kehidupanku ini! "
***
"Bagaimana, Nak? " Tanya Lee Jin, Ayah Ae Ri saya melihat putrinya masuk ke dalam kamarnya dengan pakaian yang sudah berbeda. "Kenapa cepat sekali?"
"Apa yang harus dibuat lama, Appa. Bahkan dia mengajakku keluar hanya ingin mengatakan tentang perjanjian gila itu! " Gumam Ae ri yang hanya bisa dia katakan dalam hatinya.
"Ye Joon harus kembali bekerja, Appa. Jadi dia hanya ingin bertemu denganku sebentar untuk berkenalan," Kata Ae ri berbohong.
Dia tak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya. Dia tak mau membuat ayahnya berpikir tentang dirinya. Kesehatan ayahnya saat ini yang lebih penting dan membuat Ae ri akan menjaga rahasia ini sekuat mungkin.
"Bagaimana perkenalan kalian tadi. Apa ada kesamaan di antara kalian? " Tanya Lee Jin dengan begitu antusias.
Ae ri tertawa lirih. Dia bingung harus menjawab apa. Namun, perempuan itu tak mau membuat ayahnya curiga.
"Ada. Kita sama-sama suka bekerja, Appa! "
"Astaga! " Ae ri tertawa begitu receh.
Dia memang sengaja menjawab pertanyaan ayahnya seperti itu agar bisa melihat ayahnya tertawa. Di dunia ini, dia hanya memiliki Lee Jin seorang. Hidupnya hanya tentang ayah dan karirnya selama ini. Maka dari itu, apapun hasilnya nanti. Dia akan terus berjuang membuat ayahnya bahagia.
"Bercanda, Appa, " Kata Ae ri melingkarkan tangannya di lengan Lee Jin dan menikmati kebersamaan dengan ayahnya itu. "Ye Joon orangnya baik kok. "
"Bahkan dia sangat baik sampai membuat surat pranikah yang isinya benar-benar gila, " Lanjut Ae ri dalam hati.
Lee Jin tersenyum. Dia mengusap kepala putrinya dengan sayang dan memeluknya dari samping.
"Kau tau, Nak," Kata Lee Jin memulai cerita. "Dulu Appa dan Eomma menikah juga sama sepertimu dijodohkan. "
Ae ri diam. Dia menunggu cerita lanjutan Appanya ini.
"Tapi sepertinya takdir tak berpihak pada kami, " Lanjutnya yang membuat Ae ri mengangkat kepalanya.
"Jangan mengingat wanita itu lagi, Appa. Itu terlalu menyakitkan, " Kata Ae ri dengan lirih.
"Kau harus mendengarkan ini untuk bekalmu menikah nanti, " Kata Lee Jin dengan pelan.
Pria paruh baya itu terlihat menarik nafasnya begitu dalam. Suaranya begitu sesak saat harus mengingat kejadian masa lalu yang begitu mengecewakan.
"Appa ingin kamu mengambil cerminan pernikahan Appa dan Eomma sebagai motivasi, Ae ri. Jangan sampai pernikahanmu sama seperti Appa. "
Jantung Ae ri mencelos. Air mata mengalir di kedua matanya saat dia mengingat surat pranikah dengan Ye Joon.
Pernikahan ini hanya berlangsung selama satu tahun.
"Apapun masalahnya, bertahanlah di sisi Ye Joon. Perbedaan itu pasti ada tapi berusahalah mengambil hati suamimu, Nak. "
"Mungkin sekarang kalian belum saling mencintai. Tapi Appa yakin seiring berjalannya waktu rasa suka itu akan hadir di antara kalian. "
"Kebersamaan yang ada akan membuat kalian dekat. "
"Bagaimana jika di antara kami ada yang menginginkan perpisahan? " Tanya Ae ri menatap ayahnya.
Lee Jin tersenyum. Dia mengusap kepala anaknya dengan sayang.
"Buat dia jatuh cinta. Buat dia membalas perasaanmu agar pernikahan kalian bertahan, " Ujar Lee Jin yang membuat Ae ri seakan tertampar.
Perempuan itu menundukkan pandangannya. Dia menatap ke depan. Matanya menerawang tentang perasaaan dan pertemuan mereka.
Jujur Ae ri tak berbohong. Ye Joon adalah pria tampan yang baru kali ini dia lihat. Pria yang bisa membuat dirinya gugup dan malu dibalik sikap kejamnya.
Pria yang untuk pertama kalinya datang ke rumah dan mengajaknya keluar. Bagaimanapun selama ini Ae ri hanya fokus akan pekerjaannya. Dia tak pernah memberikan siapapun pria ruang untuk mendekatinya.
"Ingat, Nak. Pernikahan itu sakral. Jika kamu bisa, menikahlah sekali seumur hidup dan berjuanglah untuk mempertahankan apa yang seharusnya menjadi milikmu. "
~Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!