Siang itu awan biru berarak di bawah langit yang cerah. Sang mentari bersinar terang benderang hingga menyilaukan kedua mata. Siapa saja yang berlama-lama berdiam diri di bawahnya pasti akan meringis, sebab panasnya yang teramat menggigit kulit.
Seorang gadis bernama Mey, membolak balik tubuhnya di depan kipas angin butut berwarna putih tulang.
"Eish! apa bumi sedang tidak baik-baik saja?! mengapa panas sekali?," mengomel sendirian, gadis itu terlihat sangat tersiksa. Dengan sisa-sisa kekuatan yang ada, Mey menyeret tubuhnya melangkah ke kamar mandi"Semoga dengan mandi, aku bisa semangat saat bekerja," gumamnya lagi. Demi uranus dan neptunus, gadis itu kebagian jam kerja di siang hari, tepat saat matahari memancarkan sinar dengan gagahnya. Ckckck sungguh sebuah penderitaan bagi dirinya yang sangat benci udara panas.
"Byur!," sudut bibir gadis itu langsung terangkat naik. Guyuran pertama itu sukses memadamkan kobaran api yang tengah membakar isi dalam kepala"Wuh! segar!," serunya terdengar senang. Lekas gadis itu kembali membasuh seluruh badan. merasakan air dingin yang mampu mengusir hawa panas yang sangat di bencinya.
Usai dengan ritual di dalam kamar mandi, dia mulai melangkah kaki keluar. Tepat di saat itu Mey di buat terkejut, dengan suara seseorang yang kerap di buatnya kesal"Sudah akan bekerja?,"tanya Nida, muncul dengan tiba-tiba saat kaki kecil itu keluar dari kamar mandi.
"Nida! apa kau punya jurus terbang? tanpa suara sudah muncul di sini? atau jangan-jangan kau hanya arwahnya Nida?, tiba-tiba muncul tanpa suara?."
Nida melotot"Jurus apaan? otakmu itu harus di servis Mey, ku perhatikan kau gemar asal bicara" jemarinya berputar-putar tepat di hadapan Mey, gadis dengan kedua mata sipit, yang memang suka asal jika berbicara.
Gadis bernama Mey itu tertawa geli"Aku hanya bercanda, kau sendiri gemar sekali membuatku terkejut."
"Bercanda jenis apa itu? bawa-bawa arwah, jangan memancing bulu kuduk meremang ya Mey," Nida bergidik.
"Maaf," cengengesan, Mey menyentuh lengan Nida dengan ujung jemari"Btw kenapa kau bertanya tentang jadwal kerjaku?."
"Aku mau seblak, bisakah kau membelinya saat pulang nanti?," tanya Nida menepis tangan nakal Mey dari tubuhnya.
"Aku pulang jam 9 malam, bukankah kau sedang diet? tak mengapa menyantap seblak di jam segitu?."
"Hari sabtu aku bebas mau makan apa, dan di jam berapa," Nida berucap sambil menyodorkan uang.
Langsung menyambar uang dari tangan Nida"Hidup jangan kebanyakan gaya! diet pun ada jadwal liburnya, dasar kau ini.",
"Jangan banyak bicara! kau tidak lihat uang berwarna merah ini?," Nida menunjuk selembar uang yang sudah berpindah ke tangan Mey.
Gadis bernama Mey itu langsung menatap uang itu dengan lekat "Hehehe, ku pikir hanya 5000 Nid, apa kakek baru saja mengirimi mu uang? bagaimana jika kau mentraktir ku, tentu kau bersedia, bukan?," tertawa hingga hidungnya menyerngit, dasar Mey! tidak ada yang gratis di dunia ini apalagi menyita waktu miliknya.
Sudut bibir Nida mencibir"Dasar mata duitan, mau sampai kapan kau menjadi gadis yang gemar memeras uangku?."
"Hei onti muda, ingat tidak ada yang gratis di dunia ini, eek aja bayar, apalagi menitip untuk membeli makanan."
Dan Nida selalu kalah jika berdebat dengan Mey"Baiklah, tapi jangan di habiskan!," ujar Nida mewanti-wanti.
Mengangkat telapak tangan di atas alis"Siap tante muda!!," ujarnya dengan suara cempreng.
Nida lantas kembali melotot, sebelum jemarinya melancarkan serangan, Mey buru-buru pergi menyelamatkan diri.
"Dasar ponakan gila," gerutu Nida menahan kesal.
Usai sedikit berdandan, Mey pun segera berangkat menuju butik tempatnya bekerja, sambil mengibaskan lembaran uang 100 ribu itu"Lumayan, aku akan membeli seblak dua porsi, es krim dua kotak dan beberapa kue enak."
Tentang Nida...
Nida adalah keponakan dari nenek Mey, ayahnya adalah adik bungsu yang berdomisili di daerah pesisir. Meski lebih tua namun Nida sangat enggan di panggil tante oleh Mey, mereka seumuran, sangat aneh rasanya jika di sebut tante oleh Mey.
Sudah 1 tahunan dia tinggal bersama nenek Mey. Kuliah mengambil jurusan perikanan dengan niat akan menjadi peternak ikan saja di pesisir nanti.
Kembali kepada Mey...
Gadis itu bekerja di butik baju anak-anak dan dewasa. Sebenarnya dia bertugas di bagian baju anak-anak saja, tapi karena hari ini hari sabtu, Jadi mereka bekerja bebas di bagian manapun.
Saat sedang merapikan stan baju pria, Mey di kejutkan dengan suara seorang pelanggan....
"Mbak, apa baju di patung depan sana memiliki warna lain?."
Mey menjawab sembari berbalik, menoleh kepada si pelanggan"Ada, tapi hanya 3 pilihan war...."
"Oh Tuhan!!," jerit hati Mey, manik cantiknya menatap pelanggan itu dengan perasaan tak percaya.
"Mey!!!," ujar pelanggan itu tak kalah terkejutnya"Mey bukan? kau Meymey kan?," dia bertanya seolah tak percaya.
Mey gugup, tapi merasa bahagia. Bagaimana tidak, pelanggan itu adalah Fatur, cinta monyetnya. Saking bahagianya, Mey hanya bisa mengangguk menanggapi pertanyaan Fatur.
"Kamu kerja di sini Mey??," ujarnya bertanya sumringah sekali.
Lagi, Mey mengangguk saja.
"Aku nyariin kamu lho...," tambah Fatur.
"Nyariin aku? emang kamu mau ngapain?," cicit gadis itu malu-malu.
"Ehem...!!,"belum sempat Fatur menjawab pertanyaan Mey, salah seorang karyawan berdehem kepada mereka berdua.
"Kerja!! kerja!!, jangan ngobrol terus," ujar karyawan itu.
Mey menyadarkan diri"Nanti aja Tur kalo mau ngobrol, aku terlalu senang ketemu kamu lagi, sampai lupa tadi kamu nanyain kaos yang mana."
Seolah tak peduli dengan peringatan rekan kerja Mey, Fatur menarik rambut Mey dan membawanya ke sudut ruangan"Aku masih mau ngobrol," ucapnya setengah berbisik.
"Iya aku tau kok, tapi kapan-kapan aja ya. Sekarang buruan deh kamu mau baju kaus yg mana?," demi keamanan sumber penghasilan uang, Mey mendesak Fatur agar segera menyelesaikan pembeliannya.
Sedikit memberengut, Fatur kembali memilah kaos yang semula sempat dia lirik. Setelah Fatur mendapatkan kaos yang di inginkannya, sambil berjalan keluar dari butik dia terus berbicara pada Mey.
Bla bla bla, bisik-bisik para rekan kerjanya sunggung membuat lelah. Dirinya mulai merasa tidak nyaman dengan keadaan itu, di satu sisi dirinya sangat ingin melanjutkan obrolan bersama Fatur, di sisi lain ocehan dan tatapan rekan kerjanya membuat emosi naik turun.
"Besok malam deh jam 9 tunggu aku di depan," Mey berujar kepada Fatur.
Pria itu tersenyum, senang"Serius? berarti besok aku boleh ke sini lagi"ujar Fatur.
"Iya, Fatur," tukas Mey melempar senyuman.
Sebuah kesempatan yang langka, dan Fatur tak ingin kesempatan itu hilang begitu saja.
Terlampau senang, Fatur melenggang dengan senyuman yang mengembang sempurna. Dan bukan hanya Fatur, Mey pun sama, gadis itu tersenyum malu-malu mengiringi langkah Fatur meninggalkan area bekerjanya itu.
Begitulah cinta, kisah asam manis akan mengiringi perjalanan cinta Mey, Fatur, juga teman-teman mereka. kisah cinta nan manis yang kerap membuat tertawa, juga menangis.
To be continued,
Selamat membaca,
Januari 2023.
Pangkalanbun, tepian sungai arut, Kalimantan tengah.
Kriiinggg!!!....
Bel tanda usainya jam pelajaran pertama telah berbunyi"Ayo, kita ke warung pak Tono!," Kaila, meraih lengan Mey dan mengajaknya keluar kelas.
Hoaaaammmm!!! Mey terlihat menguap tanpa rasa malu"Aku mengantuk sekali, La" gadis itu kembali menguap, namun kali ini menutup mulutnya dengan telapak tangan.
"Kau begadang lagi? nonton drama korea lagi?," ujar Kaila melirik sang sahabat, dengan ekor matanya.
Mereka adalah sahabat kental, dan jelas saja dia sudah hapal betul dengan kebiasaan sahabatnya itu. Mey sangat-sangat suka menonton drama korea, bahkan sampai pagi sekalipun.
"Hehehhe, duhai sahabat sejatiku, apa sekarang kamu sudah menjadi cenayang? kau menebak dengan benar," ujar Mey mengacungkan kedua jempol pendeknya kearah Kaila. Sedangkan Kaila, hanya melengos menanggapi sikap sang sahabat.
"Mereka semua selalu tampan di mataku, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menonton mereka," celoteh Mey lagi. Matanya berbinar- binar bak kunang-kunang, jika sedang membicarakan perihal para aktor dari Korea itu.
Gadis bernama Mey itu kembali berceloteh"Matanya sipit-sipit menggemaskan!," semakin bersemangat, kedua mata gadis itu berkedip-kedip membayangkan wajah tampan para aktor tersebut.
Kaila hanya bisa menghela nafas kembali"Drama apa?," tanyanya sedikit terpaksa. Bukan tanpa sebab, jika sudah membahas para aktor itu, Kaila harus terlihat bersemangat, atau Mey akan merajuk karena merasa di abaikan. Setidaknya dia harus menunjukan reaksi usai mendengarkan ceritanya.
"Apakah sangat seru sekali?," tanya gadis itu lagi seperti orang yang sedang penasaran.
"Jelas saja! pemeran prianya pendiam, tapi sangat perhatian. Dia juga sangat mencintai pemeran wanita, tapi tidak menunjukan rasa cinta itu, mencintai dalam diam sepertinya sangat mendebarkan," Mey menceritakan drama itu dengan semangat yang menggebu-gebu. Dan Kaila mengangguk-angguk saja menanggapinya.
Bahkan sampai di tengah jalan pun dia masih menceritakan kisah itu kepada Kaila,"ku pikir mungkin karena gengsi, pria itu hanya memendam perasaan cintanya pada gadis itu," tukas Mey masih terus melanjutkan cerita.
Tiba tiba seorang cowok berkulit putih bergabung bersama mereka. Dia adalah Vino, anggota OSIS yang sangat gemar mengusili Mey.
"Oho! pria yang sangat romantis, seperti aku. Iya kan Mey?!," Vino menyerahkan seikat bunga putri malu yang sudah layu. Lengkap dengan rumput ilalang panjang yang berjuntaian"Nih, aku bawa bunga untukmu, kau pasti menyukainya, Mey."
Alih-alih senang, Mey justru terpekik, merasa geli dengan rerumputan yang menggelitik pergelangan tangannya"Awh!! ini bukan bunga, Vino! ini rumput layu!."
"Ayolah Mey yang cantik, ini namanya bunga putri malu. Aku sengaja memberikan bunga ini untukmu yang lembut dan pemalu ini."
"Aku tidak pemalu! kau ini kenapa gemar sekali mengganggu ku!," hardik Mey memelototi Vino, tapi bukannya menyeramkan, Mey justru terlihat comel dan lucu.
"Jangan melotot, kau tidak menyeramkan sama sekali. Lekas terima bunga ini, kau kan menyukai kisah romantis ala-ala putri, kau sangat cocok menerima bunga putri malu ini," begitu memaksa, dia terus menyodorkan bunga itu pada Mey.
"Hentikan Vino! gadis mana yang mau menerima bunga layu seperti ini!," Mey terus menepis bunga itu. Mey menjauhkan ujung rumput ilalang yang mengenai seragamnya"Aku serius Vin, rumput ini membuat tanganku gatal!."
Kehadiran Vino bagai negeri api yang mengacaukan kedamaian di negeri air. Kaila tak bisa menahan diri lagi, dia pun mendorong tubuh Vino sembari berucap"Sudahlah, Vino. Hentikan semua ini."
"Kaila, kau seharusnya membantuku merayu Mey, bukan membangun jarak di antara kami," memang menyebalkan, telinga Vino seakan tuli dengan penolakan yang di lakukan oleh Mey, juga Kaila.
Kaila berhenti, berjalan menyilangkan kedua tangannya di dada dengan telunjuk menopang dagu"Hemmm," dua bola matanya menatap Vino dari atas sampai bawah.
Pria tinggi itu merasa risih, mendapat pandangan lekat dari gadis itu"Kenapa kau memandangku seperti itu?."
"Ku perhatikan, kau terlalu suka mengganggu Mey. Tapi hari ini kau lebih memaksa dari hari biasanya, apa kau benar-benar menyukai Mey?."
Mendapat tatapan dari sepasang mata cantik itu, jantung Vino di buat berdebar tak karuan. Pria itu menjadi salah tingkah, menggaruk tengkuknya yang bahkan tak terasa gatal"Bunga ini untuk kau saja!. Tapi jangan besar kepala! aku hanya iseng memberikan bunga ini kepadamu," rona merah tiba-tiba muncul di wajah Vino, seperti ninja Vino melesat pergi usai memberikan dengan paksa bunga itu kepada Kaila, alih-alih kepada Mey.
Sementara Kaila, gadis itu di buat terdiam. Dan Mey yang melihat kejadian itu sedikit terkejut"Kaila, jangan-jangan dia menggangguku hanya untuk mendekati mu."
Kaila masih terdiam.
"La...?Kaila!," Mey mencubit pelan pipi mulus Kaila. Membuat Kaila akhirnya merespon kata-katanya dengan membalas tatapan sang sahabat.
"Cieeee, ternyata Vino naksir kamu, La," celotehnya tersenyum nakal.
"Dia hanya iseng! kau tahu kan dia gemar bertingkah aneh," Kaila menjawab begitu lugas. Tak ingin menanggapi ucapan Vino yang usil, hingga membuatnya tersipu malu.
Sementara Mey, gadis itu masih mentertawakannya hingga Kaila bergegas masuk ke warung pak de Tono"Pak de, sate 2 porsi," tak peduli dengan ledekan Mey, dia langsung memesan makanan.
"Kaila, bagaimana?," Mey masih saja menggoda Kaila, membuat Kaila menahan tawa di wajahnya.
"Cieee, hatimu berdebar tidak??," tanya Mey lagi menggoyangkan lengan gadis itu.
"Mey! kau sama usilnya dengan Vino," Kaila pun menggerutu.
Sementara Mey terus terkekeh melihat tingkah Kaila. Dan ternyata ada sepasang mata yang sedang memperhatikannya.
"Manis" ujarnya bergumam memandangi Mey, dia adalah Fatur Subroto.
"Iya, manis,"sahut Lian menyantap sate"Manis, gurih, tidak sia-sia kita ke sini sampai bolos sekolah. Sate Pak de memang sangat nikmat," tambahnya lagi.
Fatur tertawa menyadari Lian yang salah menerka. Fatur mengomentari sosok Mey yang terlihat cantik dan manis di matanya, dan Lian mengira dirinya berkata manis kepada sate yang tengah berada di hadapan mereka.
Katakan saja pria itu telah terpesona pada pandangan pertama, dia terus memperhatikan Mey dengan mengulum senyuman.
"Apa harus ku ajak berkenalan!," gumam Fatur lagi.
"Hah?siapa? kau ingin mengajak berkenalan satenya? apa pak de yang membuat sate ini?," Lian menoleh pada Fatur yang masih memandang Mey.
"Cewek Lian!, bukan sate, apalagi pak de yang bikin sate itu. Aku sedang membicarakan gadis itu," jemari Fatur mengatakan kepada Mey.
"Hilih, jadi yang manis itu cewek? ku kira sate," Lian baru dasar dan tanpa berpikir panjang dia langsung bicara kepada Mey.
"Sayyyy!," panggilnya tanpa rasa malu. Ini kali pertama mereka bertemu, namun Lian tidak peduli akan hal itu, melihat perempuan cantik sangat sayang untuk di lewatkan bagi Lian.
"PLAKKk!!!!" mendaratlah telapak tangan Fatur ke kening Lian"Kau pikir dia sayur, kau memanggilnya dengan sebutan say! aneh sekali."
Ternyata panggilan Lian terdengar oleh Mey.
"Saya??," dia menunjuk dirinya.
Lian memegangi kepalanya"Sakit Tur, eh...iya say," Lian menjawab ucapan Mey sambil memegangi keningnya.
Mey menghampiri Lian dan Fatur"Ada apa ya??,"tanya gadis itu dengan polosnya. Dia tidak tahu bahwa dengan diam saja sudah membuat hati seorang Fatur berdebar, apalagi jika di ajak bicara seperti sekarang.
"Bisa minta tolong kecapnya?," Lian dengan jurus ala abang bajai, dengan lihai ngeles demi mengajak bicara gadis manis itu.
"Kecap itu ada di depanmu, kau bisa mengambilnya sendiri,"sahut Mey.
"Hehehe, iya ya, kecapnya tidak terlihat, dari tadi terlalu fokus melihat kecantikan dirimu. Kalau boleh tahu siapa namanya ya?," Lian mengulurkan tangan kepada Mey, dan lagi-lagi tanpa rasa malu.
"Astaga! cowok ini hanya modus!," bisik hati Mey.
Kaila menghampiri mereka dan langsung berucap"Modus kamu basi say," Kaila menyela mereka sambil menjentikan jemarinya.
Lian terkekeh, kepergok hanya modus demi ingin berkenalan dengan gadis-gadis itu.
...To be continued....
...Selamat membaca....
...Januari 2023...
...Pangkalanbun, tepian sungai arut, Kalimantan tengah....
Pak Budiman wali kelas 9A melangkah menuju ruangan kelas dengan wajah masam.
Sesampainya di depan kelas beliau menyapukan seluruh kelas dengan pandangan tajam.
"Mana dua anak kucrut itu"dia bergumam geram. Sayangnya murid yang di cari-cari tidak berada di kelas, atau memang meniadakan diri di kelas??? hanya dua murid pintar sekalian nakal itu saja yang tahu.
"Haikal, Fatur sama Lian kemana??."
Haikal sebagai ketua kelas di rasa pak Budiman bertanggung jawab, jika ada murid yang tidak masuk sekolah.
"Belum hadir pak"jawab Haikal tegas.
"Kemarin juga tidak hadir. Apa tidak ada keterangan dari pihak keluarga?," tanya pak Budiman lagi.
Haikal memeriksa buku absen"Tidak ada pak."
Di saat Pak Budiman sedang mencari keberadaan mereka, Lian dengan santai masuk ke kelas"Morning gayssss," suara Lian tiba-tiba bervolume semakin pelan. Bagaimana tidak, mata pak Budiman seperti mau keluar menatapnya. Wajahnya yang sok kecakepan jadi berubah datar, oh! lebih tepatnya meringis.
"Ooo, ini dia sang artis yang sedang saya cari-cari. Kemarin tidak masuk sekolah, sekarang kesiangan. Kau pikir sekolahan ini punya bapak kau? ayo lekas ikut bapak ke kantor,"beliau berjalan sambil menarik lengan Lian.
Sambil menepuk keningnya Lian meringis"Oh my god, salah lagi aku."
"Kau pikir aku mencari kalian cuman mau temu kangen???," gerutu pak Budiman.
"Yaaaa, kalo bapak kangen sama saya kan bisa di omongin baik-baik pak, kita bisa saling curi pandang dulu gitu, biar romantis," sahutnya dengan langkah terserer.
"Lian!!!."
"Oke..., Lian akan diam deh," sahutnya lagi.
Seperginya Lian, anak-anak di kelas mulai membicarakan sang artis tersebut.
"Haduh! kena lagi ini? kenapa mereka suka membuat masalah sih, sekarang Fatur ada di mana, ya?," tanya Silla pada temannya.
"Aku melihatnya di kantin, tadi," sahut Rido.
"Orangnya ada di sini, itu," Haikal melirik pada Rido.
"Benar, bukan. Dia ada kok," Rido berkata lagi sambil menunjuk Fatur yang baru masuk ke kelas.
"Ada apa?," Fatur terlihat bingung karena menjadi pusat perhatian. Nyadar sih kalau dirinya cakep, tapi kenapa teman-teman cowok mandangin dia juga? jadi rada merinding deh. Dia meletakan tas sambil bersiap untuk duduk manis"Kenapa sih??."
"Lian di bawa ke kantor," ujar Silla"Kemarin jalan-jalan kemana kalian?."
"Ya elah! pagi amat diciduknya!!, pak Budiman ini nyambi jadi petugas satpol PP apa gimana sih?," alih-alih menjawab pertanyaan yang di lontarkan Silla, Fatur bergegas menyusul Lian ke kantor.
Seorang gadis bernama Acha menjentikkan jari"Setia! itu baru yang namanya teman setia. Dia langsung menyusul Lian ke kantor. Gantleman sekali."
"Puji saja terus, kau bahkan memuji Fatur saat dirinya melakukan kesalahan. Ternyata benar yang di katakan orang, cinta itu buta! juga tuli!," Silla mengomentari pujian Acha pada Fatur dengan ucapan yang cukup menampar.
Acha hanya diam menanggapi perkataan Silla. Memang benar, cintanya kepada Fatur bisa di katakan sebagai cinta yang buta. Meski sudah pernah menyatakan cinta, namun Fatur tak memberikan respon yang di harapkan Acha. Gadis itu pun kerap memberikan perhatian pada cowok itu, dan Fatur masih saja tak bersedia menerima cintanya. Seharusnya Acha mengambil langkah mundur, namun kenyataannya dirinya masih terus menghujani Fatur dengan cinta dan kasih yang sia-sia.
Pak Budiman menyodorkan surat peringatan pada Lian"Kemarin kalian ke sekolah lain kan," beliau langsung bicara pada poinnya.
hanya bisa pasrah"Iya Pak," jawab Lian.
"Fatur juga kan?," ucap Pak Budiman lagi sambil menarik selembar lagi surat peringatan.
"Berikan surat itu kepada orang tua kalian. Ingat! jangan di selewengkan!, surat itu harus sampai pada orang tua kalian!," berulang kalo Pak Budiman mewanti-wanti dua murid menggemaskan ini agar tak kembali berbuat masalah.
Saat itu Fatur tiba di muara pintu"Saya pak," ujarnya menunduk.
"Kemarilah, hebat ya kalian pagi-pagi sudah seperti orang penting. Dari saya sampai kepala sekolah mencari kalian," Pak Budiman bicara sambil terus berusaha sabar. Andai saja dia punya kuasa penuh untuk menjitak kening dua bocah ini! pasti sudah lama hal itu dia lakukan.
Fatur menerima surat itu sambil duduk di samping Lian.
"Siapa yang menyuruhmu duduk?kedepan kelas sana!, berdiri sambil angkat 1 kaki," begitulah hukuman yang selalu mereka terima, cuman bedanya kali ini mereka mendapatkan surat cinta yang harus di serahkan kepada orang tuanya di rumah.
"Kenapa kalian memilih bersekolah di sini?," Pak Budiman bertanya sambil menatap tajam mereka yang kini sudah berdiri dengan 1 kaki di depan pintu kelas.
"Sekolahnya bagus pak," jawab Lian.
"Iya pak, sekolahnya bagus," Fatur menimpali dengan jawaban yang sama.
"Tapi kenapa kalian sering bolos ke sekolah lain?," beliau lanjut bertanya"Kenapa tidak memilih pindah sekolah di sana saja?."
Mereka tertunduk.
"Kalian tidak bisa jawab??ya sudahlah. Sudah cukup pusing kepala saya ini. Pagi-pagi sudah di omelin pak Kepala gara-gara kelakuan kalian. Sampai jam pelajaran selesai kalian harus tetap di sini!," Pak Budiman meninggalkan mereka usai mengomel panjang lebar.
Lian menyikut Fatur"Gimana bro, kau sudah menelepon nya?," pertanyaan ini mengarah kepada Mey, si cantik yang katanya lebih banyak manisnya.
"Belum."
"Kenapa belum."
"Bingung, aku menelponnya untuk apa," sahut Fatur dengan santainya.
"Ya untuk pendekatan, Fatur!. Sebenarnya kau ini lelaki tulen apa bukan?, sebagai lelaki sangat wajah jika kita lebih agresif," sangat gemas, Lian ingin sekali merasuki tubuh Fatur dan menyatakan cinta kepada Mey, demi melancarkan jalan cinta sahabat nya ini. Ckckck sayangnya hal itu sangat mustahil untuk di lakukan.
"Cepat kau hubungi dia, ajak dia bicara banyak dengan mu," Lian menyodorkan gawainya kepada Fatur.
Lian memasukan kembali gawainya ke dalam saku, karena mendapat penolakan dari Fatur"Aku sudah banyak bertukar pesan dengannya, dia gadis yang mudah bergaul. Tidak seperti dirimu, sangat kaku seperti batang pohon mangga."
Panas, mendengar Lian kerap bertukar pesan dengan Mey membuat hati fatur memanas"Jadi kamu SMS an dengan Mey? bukan dengan Kaila saja?."
"Kaila jawab SMS ku singkat, padat, jelas, aku jadi tidak ada bahan untuk di bahas dengannya," ujar Lian"Berbeda kalau dengan Mey, bertukar pesan dengannya sangat menyenangkan, sampai tidak ingat waktu."
Dengan kesal Fatur menyenggol lutut Lian dan "BRUKK!!."
"Jangan berisik!!," ujar Pak Budiman dari dalam kelas.
"Iya pak, maaf," jawab Fatur.
Lian berdiri dan menatap tajam Fatur"Broooo, kalo suka lekas kejar dia. Jangan sampai kau menyesal setelah dia di ambil cowok lain.
Fatur tertunduk"Jariku tidak terbiasa SMS an terlalu lama."
"Hadeehh, alasanmu klasih sekali Tur!!," bisik Lian mencibir sang sahabat.
To be continued.
Selamat membaca.
Januari 2023
Pangkalanbun, tepian sungai arut, Kalimantan tengah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!