NovelToon NovelToon

Dendam Dan Cinta

tragedi malam itu

Cahya Kirana kehidupannya berubah setelah seluruh keluarganya dimusnahkan oleh pesaing bisnis keluarganya, iapun membalas dendam lewat putra keluarga itu yang tak lain adalah kekasihnya gimana kelanjutannya apakah cinta atau dendam yang akan menang,

Inilah kisah kehidupan seorang gadis kecil berusia 7 thn, yang harus menjalani kegetiran hidup, setelah seluruh keluarganya dihabisi di depan matanya,,

Malam itu hujan sangat lebat bercampur dengan angin yang cukup kencang disertai kilatan petir yang menyambar nyambar menggetarkan hati siapa saja yang mendengarnya, kebanyakan orang hanya berdiam diri dirumah, mencari ketenangan dan ketentraman dari hujan angin ini dan enggan beraktifitas seperti biasa, hingga kota yang biasanya ramai nampak sepi bagaikan kuburan

Disebuah rumah mewah nan indah dan megah bak istana yang dipenuhi dengan tanaman bunga mawar di ditaman depan dan belakang rumah memanjakan siapa saja yang melihatnya, aneka warna mawar dan harumnya semerbak mewangi menyebar diseluruh rumah itu

Diruang utama keluarga candraningrat nampak beberapa bodyguard menyeret mayat para pelayan, sopir,dan security rumah ini, dilantai dekat sofa tergeletak tiga orang yang tak berdaya, tubuh mereka banyak sekali luka akibat siksaan dari para b* jing* n itu,

dan tak jauh dari mereka seorang wanita yang sedang mengandung 2 bulan harus menahan kepedihan dan keperihan hati dan fisiknya,

Ia harus merelakan tubuhnya agar suami dan orang tuanya tetap hidup, walaupun ia harus mengorbankan segalanya, kehormatan, nyawanya bahkan calon anaknya,,

Hanya airmata yang mengiringi tiap desah nafasnya,,

Bahkan kedua orang tuanya tak bisa menolongnya karena terikat, hanya airmata dan umpatan yang bisa keluar dari mulut mereka menyuarakan sakit dan perihnya hati mereka saat ini

"Kenapa tidak kau bunuh saja kami b* ngs* t, dasar b* jing*n,,, aku tak kan pernah maafkanmu, aku pasti akan membalas setiap luka dan sakit hati yang kalian torehkan,,,!!" Candra mengumpat umpat mereka semua, suaranya bergetar menahan amarah dan sakit hatinya

" Ha,,, ha,, ha,,, dasar tua bangka, tak tau terima kasih, sudah diberi kesempatan hidup mau mati rupanya, dengar kami tak segan segan membunuhmu bahkan menghabisi seluruh keluarga candraningrat, !!" bentak Leo dengan suara lantangnya yang menggema diseluruh ruangan itu

" Nikmati saja penderitaan putri dan menantu kesayanganmu ini karena yang patutnya disalahkan dalam hal ini adalah kau, tua bangka!" Kenapa Kinan dinikahkan dengan Naga padahal ia kekasihku,,,jawab,,, kau telah menggoreskan luka ditubuh singa ini, maka rasakan amarah dari singa ini!!"" suara leo penuh dengan penekanan disetiap katanya yang menyiutkan hati semua orang

" Le,,, leo,,,!"" suara lirih Kinan terdengar begitu menyiksa,,, ma,, maafkan orang tuaku dan suamiku, biarkan mereka hidup, jika kamu belum puas lampiaskan kemarahanmu padaku, insya Allah kuikhlas, jangan simpan dendam dihatimu karena itu menyiksa, lepaskan semua agar kau bahagia, jika kematianku bisa membuatmu lepas dari rasa dendam itu aku rela, mungkin ini takdirku, maafkan aku dan keluargaku Leo,,," Kinan menatap sendu pada mantan kekasihnya itu

"Ha,,, ha,,, ha,,, enak saja kau bilang, melepaskan mereka yang membuat kita terpisah, jika kau mati merekapun akan mati, jadi bertahanlah untuk hidup, sayang,,,!!!" Leo berbisik ditelinga Kinan yang terkulai lemah,

darah mengalir diselangkanya, melihat itu Leo terkejut, karena ulahnya Kinan mengalami pendarahan hebat,

" Kinan,, kau kenapa,, kenapa begitu banyak darah, aku kan membawamu kerumah sakit, bertahanlah,,, kau tak boleh mati,, ini perintahku!!"" leo mengambil selimut untuk menutupi tubuh Kinan namun sayang ia bersikeras tak mau

"Le,, gak usah repot repot, percuma saja biarkan aku menemui suamiku, ini permintaan terakhirku, ku sudah tak kuat lagi, ijinkan aku, le,,," bisik Kinan di telinga Leo dengan tatapan yang penuh harap, perlahan direbahkan lagi wanita yang pernah mengisi hidupnya itu dan yang telah dihancurkan ya dalam sekejap mata, ia berdiri membelakangi Kinan sekilas airmata jatuh namun segera diusapnya, ia tak boleh lemah untuk menuntaskan dendamnya, dan berjalan menjauh dari Kinan menyadarkan naga dari pingsannya,

Guyuran air yang menyiramnya membangunkan naga dari pingsannya, dikumpulkan sisa sisa tenaganya merangkak menuju tempat istrinya yang tergeletak lemah tak berdaya

"sa,, sayang,,,!!"" naga mendekap tubuh istrinya, mencium kening dan perut Kinan,,, kau harus kuat sayang demi aku dan anak kita,!" tatapan mereka beradu, airmata keduanya terus mengalir membasahi lantai yang penuh dengan darah mereka berdua,

" Maafkan aku tak bisa menepati janjiku, maafkan karena kutak mampu menjagamu,,, maaf,,, kau harus menderita dan menanggung semua ini, tetaplah bertahan dan jangan tinggalkan aku, kita sudah berjanji suka duka, hidup mati kan selalu bersama,,,sayang,,," naga mengusap airmata istrinya

" Sa,, sayang,,, maafkan aku tak bisa tepati janjiku,,, dengan nafas yang berat dan terbata menahan sakitnya Kinan mencium kening suaminya dan membelai pipi naga sedang tangannya yang lain menggenggam erat tangan suaminya itu,

" Hiduplah dengan baik, berjanjilah padaku, kumohon ikhlaskan kami sayang,,, aku mencintaimu,, terima kasih telah menjadi suami terbaikku,, dikehidupan berikutnya kumau dan berharap bisa jadi istrimu dan ibu dari anak anakmu,,, sa,, sayang,,, maaf,,, ijinkan kami pergi,, Allah,,, Al,,Allah,," dengan senyuman menghias dibibirnya Kinan menutup mata diperlukan suaminya dan tangannya pun terkulai jatuh ke pangkuan naga.

Tubuh Naga bergetar menahan tangisnya, luka hatinya tak dapat diukirkan dengan kata kata, tubuhnya memaku, tatapannya kosong seakan nyawanya telah ikut bersama orang yang dicintainya itu, diambilnya pistol yang tergeletak tak jauh dari istrinya berada, pistol Leo yang tertinggal saat mengangkat tubuh Kinan tadi, diarahkannya pistol itu pada Leo dan

" Door,,, doorr,,!!""

" Sa,, sayang,, kita akan bertemu diakhirat nanti, tunggu aku sayang,, Allah,,!!"" tubuh Naga terjatuh ke lantai bersimbah darah karena dua peluru bersarang di jantung dan ulu hatinya masih memeluk tubuh Kinan dengan eratnya, senyuman tersungging dibibirnya

" Kinan,,, Naga,,,!!"" teriak Candra dan istrinya, karena tak kuasa menahan sakit dan kepedihan hatinya dada mereka terasa sesak dan jatuh kelantai menutup mata selamanya karena serangan jantung.

Hujan angin diluar jadi saksi hancurnya sebuah keluarga yang cukup berpengaruh dikota J, kini hanyalah tinggal kenangan, setelah hujan reda mereka meninggalkan rumah itu.

" Urus jasad mereka, makamkan dihalaman belakang dan tutupi dengan tanaman bunga mawar, untuk jasad Kinan tutupi dengan mawar pink,,,!!" Leo menyuruh bodyguard nya lalu melangkahkan kakinya keluar rumah dan pergi meninggalkan rumah mewah itu disusul dengan yang lain.

Setelah semuanya pergi meninggalkan rumah keluarga candradiningrat, tak berapa lama kemudian muncullah seorang gadis berusia 7 thn dan seorang wanita paruh baya keluar dari tempat persembunyiannya,

Buliran bening jatuh dipelupuk mata mereka, wajahnya yang sembab karena terlalu lama menangis, dipandanginya seluruh ruangan itu, tempat keluarganya meregang nyawa,

tangannya terkepal tubuhnya bergetar menahan amarah dan kesedihan, tatapan matanya tajam bagai singa kelaparan yang bisa memangsa siapa saja, setelah membawa sedikit pakaian dan semua perhiasan yang ada dirumah itu, akhirnya

Cahya kirana meninggalkan rumah yang penuh dengan kenangan manis dan pahit itu, ditemani pengasuhnya mereka menyusuri jalanan kota J, ditengah derasnya hujan dengan payung sebagai pelindung mereka berjalan ditrotoar menuju stasiun kereta, karena tak ada satu pun angkutan umum yang lewat, satu jam kemudian mereka sampai di stasiun dan memesan tiket menuju kota S, setelah itu mereka masuk ke dalam kereta, sepuluh menit kemudian kereta melaju meninggalkan stasiun kota J,

"Selamat tinggal mama, papa,kakak, kakak ipar dan calon keponakanku, semoga kalian bahagia dialam sana, doakan aku bisa membalas mereka semua, ku janji mereka akan membayar yang setimpal dengan perbuatan mereka!!!" Cahya bersumpah dalam hatinya membalas dendam keluarganya, inilah tujuan hidupnya karena itu ia tegar sekokoh karang walaupun batinnya perih tertusuk ribuan sembilu,,,

Bersambung,

Author:" ini adalah karya pertamaku, mohon kritik dan sarannya para raiders semua, terima kasih ku ucapkan bagi readers semua,,

bab2 panti asuhan

Sepuluh tahun kemudian, nampak seorang gadis yang cantik, kulitnya putih bersih, rambutnya panjang hitam bergelombang, bibirnya yang tipis, serta mata yang indah, tatapannya begitu teduh menentramkan hati siapa saja yang melihatnya, tutur katanya halus dan lemah lembut, sikapnya penuh dengan sopan santun mencerminkan sikap wanita di panti asuhan ini, Cahya kirana,,, sesuai namanya ia seperti rembulan yang menyejukkan hati semua orang, semua penghuni dipanti asuhan ini dari anak anak sampai orang dewasa semua mengagumi dan menyayanginya, ia jadi primadona di panti ini, walaupun memiliki kesempurnaan fisik dan akal dibilang cukup jenius namun ia tak sombong, bahkan dengan senang hati ditularkan dan diwariskan pada siapa saja yang mau belajar.

Setiap sore habis Maghrib ia mengajar anak anak panti dan juga anak disekitaran kompleks panti mengaji, dengan sabar dan telaten ia mengajari mereka, tidak hanya mengaji tapi juga menjadi guru privat untuk anak SD, karenanya banyak warga sekitar panti yang mengenalnya dan memanggil dengan sebutan guru cilik (gulik),

Hari ini panti begitu sibuk, banyak orang bersih bersih dihalaman dan ruang tamu serta aula, besok pagi ada donatur utama akan datang ke panti secara langsung beserta dengan donatur yang lainnya.

Dan Cahya diberi tugas menyiapkan jamuan besok.

Hari ini begitu melelahkan bagi Cahya, setelah bersih bersih ia membantu Bu Aini menyiapkan makan malam untuk semua penghuni panti, setelah makan malam usai dan bersih bersih, ia masuk kedalam kamarnya, direbahkan tubuh letihnya diatas kasur, matanya menatap langit langit kamarnya, mengingat masa yang indah bersama keluarganya, hatinya terasa perih bagai disayat sayat ribuan sembilu, bulir bening pun jatuh dari sudut matanya, sesak didada membuatnya tersedu meluapkan semua rasa sakit, pedih dan perihnya, sungguh ia sangat rapuh dan begitu merindukan orang orang yang dicintainya, matanya terpejam membayangkan wajah wajah yang sangat dirindukannya.

" Cahya sayang,,,kami sangat merindukanmu nak, jagalah dirimu baik baik, percayalah kami selalu bersamamu disetiap desah nafasmu, kami bahagia disini maka kau juga harus bahagia sayang,,, kami mencintaimu,,," dilihatnya orang tuanya, Naga dan Kinan yang menggendong bayi memeluk tubuhnya bergantian

" Kak Kinan,,, apakah ini debay?" Kinan mengangguk,,, tampan sekali kak,,, boleh kugendong,,," Cahya berniat menggendong debay dari pelukan Kinan, tapi dilarang

" Tidak boleh sayang,, nanti kalau debay nangis gimana, dia sedang tertidur lelap tak mau diganggu!" Kinan menyentuh pipi Cahya dan tersenyum

" Sayang,,, kamu cantik sekali, buanglah dendam dihatimu, hiduplah dengan baik, kamu berhak bahagia sayang,,,ingatlah sayang,,, kami sangat mencintaimu,,, kebahagiaanmu adalah kebahagiaan kami,, kesedihanmu adalah kesedihan kami,,,jagalah dirimu baik baik,,,!!"" Kinan memeluk Cahya begitu erat bergantian mama dan papanya, senyuman tersungging diwajah mereka dan menghilang disapu kabut putih yang amat tebal

" Papa,,, mama,,, kak Kinan,,, kak naga,,, debay,,,!!"" teriak Cahya memecah kesunyian malam, sontak ia bangun terpaku dengan posisi memeluk kedua kakinya yang ditekuk, peluh membasahi bajunya, tatapannya kosong menatap dinding kamarnya, tubuhnya menggigil merasakan dingin menjalar disetiap pembuluh darahnya, menahan sedih dan amarahnya,, buliran bening jatuh dari matanya, kristal kristal itupun pecah dipergelangan tangannya

"Mama,, papa,,, kakak,,, kenapa begitu cepat kalian pergi, aku masih merindukan kalian,,, hiks,,,hiks,,, percayalah kukan bahagia demi

kalian,,,aku janji,,, istirahatlah yang tenang disyurga sana,,, ma,, pa,, kak,,,!!"" bisik Cahya dalam hatinya

" Tok,, tok,, tok,,!!" suara pintu diketuk, Cahya pun turun dari ranjang dan membuka pintu, tampak Bu Aisyah pemilik panti ini

" Cahya,, kamu tidak apa apa sayang?" ucapnya seraya masuk dan duduk ditepi ranjang,

" Iya,, Cahya gak pa pa kok, bunda,,, tadi cuma mimpi buruk lagi,,,dan sekarang sudah lebih baikan,,, kenapa bunda belum tidur?" Cahya

duduk ditepi ranjang di depan Bu Aisyah

" Bunda tadi udah tidur, tapi terbangun karena mendengar teriakanmu tadi, kenapa sayang,,,apa kamu mimpi yang sama lagi,,, sayang,,, ikhlaskan mereka, percayalah dialam sana mereka sudah bahagia,,, kamu tak boleh terpuruk dan bersedih terus, jadilah Srikandi untuk keluargamu, hukum mereka yang bersalah tegakkan keadilan untuk keluargamu sayang,,,kuatkan hatimu, ingatlah tujuan hidupmu,, jangan berlarut larut dalam kesedihan, sekarang saatnya kamu bangkit nak,,, bunda akan selalu mendukungmu,,, seperti janji bunda pada mendiang kakak bunda, mbk isma, karena sebelum ajalnya ia menitipkan mu pada bunda,, hapus airmatamu, berjanjilah mata indah ini tak akan mengeluarkannya lagi, tetaplah tersenyum dan bahagia, karena wajah cantik ini tak pantas untuk bersedih,,!!"" bunda menakupkan kedua tangannya dipipi Cahya, lalu mencium keningnya dan tersenyum

" Sudah cepatlah tidur, besok kita butuh tenaga extra, maka cas energimu biar besok kau sudah kuat untuk tujuanmu,,, ok sayang!!"

" Iya ,, bunda,,, aku hampir lupa besok adalah hari istimewa, ok,, bunda,,," Cahya tersenyum secerah matahari terbit, lalu mengambil selimut dan tidur, Bu Aisyah keluar kamar setelah memastikan Cahya tidur dengan pulas

" Kamu harus kuat sayang agar tujuanmu tercapai, semoga yang kuasa membantumu dan menjagamu nak!"

Mentari mulai muncul dari tempat persembunyiannya, cahaya nya begitu redup karena tertutup awan, angin sepoi sepoi berhembus menerpa lembut pada apa saja yang diterpanya, semua orang dipanti sudah sibuk menghias panggung kecil diaula, tempat diadakannya pertunjukan untuk menghibur donatur yang akan datang, kursi dan meja pun sudah tertata rapi, sound sistempun sudah siap lengkap dengan alat musiknya, walaupun cuma pertunjukan kecil dari anak panti tapi semua dipersiapkan dengan baik, sebagian anak melakukan gladi resik untuk pentas nanti.

Sedang sebagian dari para gadis membantu menyiapkan makanan dan minuman untuk dihidangkan diacara nanti, begitu pun juga Cahya.

" Dengar dengar nanti donatur yang datang adalah pemilik perusahaan terbesar di negeri ini, dan katanya putra satu satunya akan ikut kemari, menurut kabar yang kudengar orangnya sungguh tampan, badannya atletis, jadi rebutan para wanita, tapi sayang sikapnya dingin dan kejam, aku sungguh penasaran,, gimana ya tampannya dia, diusia muda sudah jadi Presdir di perusahaan terbesar di Asia,, andai aku jadi kekasihnya,,, oh,,, indahnya dunia,,, !!"" kata Aira panjang lebar dan terkadang senyum senyum sendiri

" Eh,,, Cahya,,, apa kamu gak penasaran dengan Presdir tampan itu,, ntar ikut gue liat ya,,, jangan ngumpet kayak biasanya,, siapa tau kalian berjodoh,,," cetus Aira yang memang ceplas ceplos kalo ngomong

" Entahlah ,,,Ra,,, gue males soalnya, ini kalo gak dapat tugas dari bunda mungkin kulebih memilih ngajar anak anak daripada ikut acara ini,,gue gak mau ngecewain bunda,,, tuturnya

" Ayolah Cahya,,, kali ini saja ya,, ayolah,,, please,,,!!" Aira menarik narik tangannya seperti anak kecil yang merengek minta mainan

" Iya,,, iya,,, ntar gue temenin,,," ucapnya jengah

" Makasih ya gulik,,, eh,,, cantik,,, ntar gue jemput, sekarang gue mau dandan yang cantik dulu,, bye,,,Cahya,,," dengan genit Aira keluar dari dapur sedang Cahya hanya menggeleng gelengkan kepalanya saja.

Jam sepuluh tepat rombongan donatur itu pun sampai dipanti, ada empat mobil mewah yang memasuki halaman panti diikuti beberapa mobil lainnya, dari mobil pertama turunlah seorang seorang pria berusia 40 tahunan diikuti pria muda yang tampan berbadan atletis, kulitnya putih bersih dan berhidung mancung usianya sekitar 25thn, disebelahnya ada nenek tua sekitar 60 thn, walaupun begitu guratan kecantikan masih terpancar diwajahnya,, setelah itu diikuti mobil yang lain, semua penumpangnya turun,

Bunda Aisyah diikuti sesepuh panti pun menyambut kedatangan mereka, anak anak yang diberi tugas memberikan mawar pink pun membawa bunga itu dan menyerahkan pada bunda Aisyah untuk diberikan pada donatur, dan mempersilahkan duduk diaula,

Sedang Aira sudah menyeret Cahya untuk ikut menyambut kedatangan para donatur tadi, seketika tubuh Cahya mematung menyaksikan siapa yang datang, hatinya tak bisa dikuasainya, tangannya mengepal, tatapannya nanar memandang tajam satu persatu pria yang jadi donatur dipantinya, bibirnya tersenyum sinis dan dengan tubuh yang bergetar hebat ditinggalkannya aula itu,,.

bersambung,,

bab3 Siapa dia

Dengan sedikit berlari Cahya menyusuri jalan yang menuju ke kamarnya, ia tak menghiraukan siapa saja yang memanggilnya, hatinya terluka lagi seakan kejadian sepuluh tahun lalu terlihat nyata, potongan potongan kejadian itu sungguh seperti sebuah film yang diputar kembali, sesampai dikamarnya dibenamkan wajahnya dibantal dan berteriak sekeras kerasnya meluapkan semua rasa yang ada dihatinya saat ini,

"Arghh,,, kenapa mereka muncul disini, saat aku belum siap menata hatiku, ya,, Allah,, ampuni hamba mu ini yang harus menyakiti hambamu yang lain, sungguh ku hanya menuntut keadilan untuk keluargaku saja ya Allah,,, karena mereka mengambil semua kebahagiaanku, hamba hanya ingin mereka merasakan hal yang sama seperti kurasa, salahkah hamba ya Allah dengan dendam ini,

kumohon ridhoi jalan yang hamba pilih ini ya Robbi,,, karena ku tak ingin ada Cahya Cahya yang lain karena ulah mereka,, kuatkan hati hamba yang akan menghukum mereka, jangan pernah lemahkan lagi,,, !" Cahya bangun dari tidurnya, kemudian ke kamar mandi mencuci mukanya agar tak terlihat habis menangis

Setelah merapikan rambut dan memakai bedak tipis dan lipgloss , diambilnya sebuah hijab berwarna pink yang menambah kecantikannya, sungguh hari ini Cahya begitu anggun dengan hijabnya, tatapan mata singanya berubah seperti biasanya, mata teduh dan berbinar yang menyejukkan.

Setelah itu ia ikut membantu mengantarkan makanan dan minuman untuk para donatur itu, semua yang melihatnya terkejut dengan penampilan Cahya yang beda dari biasanya, sungguh cantik bagai bidadari.

" Cahya,,, loe cantik banget, gue pangling sama loe, jujur loe beda banget, persis bidadari,,!!" Aira memandang dan mengitari tubuh Cahya dari atas sampai bawah dan berdecak kagum akan keindahan ciptaan Tuhan

" Dasar lebay,,, emangnya loe pernah ketemu sama bidadari?" Udah ah,,, jangan ngaco ntar bunda marah kalo kita terlambat!" Cahya mengambil nampan dan ditatanya dengan rapi gelas minuman berisikan kopi dan teh manis, lalu mengantarnya ke ruang tamu, karena keluarga Hadiningrat ada disana, sepanjang jalan ia berdoa agar hatinya kuat dan bisa menahan amarahnya.

" Assalamualaikum,,,?" sapanya sebelum masuk ke dalam ruang tamu yang tidak terlalu besar, disana cuma ada lima buah sofa yang berjajar dan disetiap sofa ada meja didepannya.

"Wa'alaikum salam,,!" jawab semuanya

Cahya dan Aira meletakkan minuman sesuai dengan pesanan mereka dimeja masing masing, lalu mengucap salam dan pergi meninggalkan tempat itu, belum sempat Cahya keluar ruangan ia dihentikan oleh nyonya besar.

" Tunggu nak,, yang memakai hijab pink bisakah kemari sebentar?" dada Cahya serasa berhenti berdetak, sesaat dia mematung, apakah mereka mengenalinya, itu yang ada dipikirannya saat ini, hingga tangan Aini menyenggolnya, membuyarkan lamunannya dan melangkah kearah Oma itu.

Semua yang ada di ruangan terkejut saat Oma memanggil gadis panti ini, dan mereka fokus pada sosok yang dituju, memang cantik dan anggun Dengan balutan hijabnya, semua memang terpana tapi bagi mereka tetap saja tidak level dengan status keluarga mereka.

Cahya menunduk hormat saat dihadapan nenek itu, dan beliau menyuruhnya mendekat dan duduk disebelahnya sambil menepuk sofa, Cahya mengangguk dan duduk bersebelahan dengan nenek itu, walaupun dadanya serasa mau keluar, takut kalo orang orang itu mengenalinya.

" Namamu siapa nak,,, berapa usiamu sekarang,,, masih sekolah atau sudah kuliah?" tanya Oma lembut seraya menatap wajah Cahya penuh dengan kasih.

" Saya cahya nek, usia saya 17 thn dan masih kelas 3 SMA,," jawabnya sambil tersenyum manis penuh kesopanan.

" Sayang,,, panggil saja saya Oma, sama seperti cucu saya ini,,, menunjuk pada seorang pria muda disampingnya yang tak bergeming dari menatap ponselnya mengecek kerjaannya,,

' Iya,,, Oma,,," wajahnya tampak memerah karena malu dan menunduk agar tak ketauan.

" Kenapa kau menunduk sayang,, jangan malu,,, sambil mengangkat wajah Cahya dan merekapun saling bertatapan .

" Sejak kapan kamu tinggal disini, karena tiap kali ku kesini tak pernah liat kamu." sambil mengusap kepala Cahya lembut dan membelai pipinya.

"Saya sudah sepuluh tahun disini Oma,,, memang saya gak pernah ikut acara seperti ini sebelumnya, karena harus sekolah,,, maaf kalo telah menyinggung Oma,,, bukan acaranya tak penting, tapi tiap kali ada acara saya ada ulangan disekolah, harus masuk kalo tidak bea siswa saya bisa dicabut, Oma,,, maaf untuk sebelumnya,,,sambil menakupkan kedua tangan didadanya memohon maaf.

" Kenapa minta maaf kalo kamu tidak salah, sekolah memang yang terpenting, Oma salut sama kamu nak,,oh ya,, apa kamu sudah punya pacar?" tanyanya lembut

" Belum Oma,, kan saya masih sekolah Oma,, gak beranilah mikir yang macem macem, ntar bunda marah lagi, he,,he,,," sambil tersenyum menatap bunda Aisyah

" Memang bunda Aisyah gak ngijinin anak asuhnya pacaran?" dengan semangat Oma menginterogasinya

" He,,he,, nggak lah Oma, mana mungkin bunda ngijinin hal gituan, toh itu juga demi kebaikan Cahya, kan lelaki sekarang banyak yang buaya Oma,,, habis manis sepah dibuang, bahkan tak segan segan mengambil yang bukan haknya, iya kan Oma?" kata buaya sedikit dikeraskan dan ditekankan, dengan senyuman polosnya yang tanpa dosa,

Sontak pria pria yang ada di dalam ruangan itu menatap padanya dengan sinis, namun Cahya berpura pura tak tau dan cuek saja memasang muka polosnya.

" Iya,,, sayang bener apa yang kamu bilang, memang jaman sekarang banyak buaya daratnya, jadi kamu gak usah nyari diluaran, gimana kalo sama cucu Oma aja, dia baik

kok?" tutur Oma ceplas ceplos

Saat itu Leon sedang meminum tehnya karena terkejut dengan omongan Omanya iapun memuncratkan teh itu keluar.

" Bruurk"

" Oma apa apaan sih, kenapa Leon diikut ikutkan, Leon bisa cari sendiri, Oma gak perlu repot repot, ini hidup Leon, Oma?!!" dengan marah Leon bangkit dari duduknya mau keluar namun ditahan oleh Omanya.

" Duduk Leon!!"" bentaknya

" Jangan kurang ajar kamu, inikah hasil belajarmu jauh jauh ke luar negri, berani pada orang yang lebih tua,, duduk kamu?!" Oma marah besar

Semua yang ada di ruangan itupun terdiam, tak ada satupun yang bersuara, suasana jadi hening sejenak, Leon pun kembali duduk dengan menahan amarahnya, wajahnya nampak memerah, sekilas ditatapnya Cahya.

" Dasar gadis kampung, awas kau!! Tunggu saja pembalasanku!!!"" dengan senyum menyeringai seperti binatang yang siap memangsa buruannya.

Dalam hati Cahya bersorak gembira melihat kemarahan Oma, " ini baru awal liat saja apa yang akan kulakukan untuk keluarga kalian!" senyum tipis sempat menghiasai bibir tipis yang merona itu.

" Oma,,, sudah,,, jangan marah marah terus nanti lekas muda lo, Oma! Bisa bisa Cahya kalah cantik nanti,,, trus banyak cowok yang naksir sama Oma, Cahya gimana nanti kalo gak kebagian,,,he,,,he,,," dengan senyum manisnya menggoda Oma.

" Kamu bisa aja, Oma ngerasa lebih 20 thn lebih muda he,,, he,,, kamu itu

memang pinter ngerayu Oma, sambil mengusap kepala Cahya dan mencium keningnya, sedangkan yang lain menatap kedekatan mereka dengan wajah jengah.Leo pun mengakhiri pembicaraan keduanya.

" Ibu, sudah kita ke aula saja sekarang, waktuku sudah tak banyak lagi, ada meeting penting dengan klien nanti sore nanti. Leo pun melangkah keluar diikuti yang lain, Oma pun menggandeng tangan Cahya dan tetap bersenda gurau sepanjang jalan, pemandangan itu membuat semua orang heran, mereka seperti nenek dan cucu kandungnya sendiri,Leon yang berada dibelakang mereka sesekali tersenyum tipis jika ada kelakuan keduanya yang lucu.

"Gadis kampung, sebenarnya loe cantik juga, lucu lagi,, kenapa dengan aku ini, sadar Leon dia hanya benalu yang harus kau singkirkan, tapi kenapa hatiku berdebar seperti ini, senyumannya indah sekali,, bibir tipisnya itu ingin sekali kucicipi,, Leon,,, dasar gila loe, itu cuma gadis kampung gak selevel denganmu,,," disepanjang jalan Leon bergulat sendiri dengan pemikirannya, dan tiba tiba

" Sreett,,, bugkh,,,"

" Aw,,, !" Cahya terpeleset karena asyiknya ngobrol dengan Oma hingga menginjak kulit pisang, namun ia tak terjatuh ke lantai karna Leon menahan tubuhnya, tangan Leon menyangga pinggang Cahya, sedangkan kedua tangan gadis itu mencengkram lengan Leon, tatapan kornea mereka saling beradu, seakan saling menyelami keindahan ciptaan Tuhan, dada mereka serasa berdetak dengan kencangnya, cukup lama mereka diposisi itu hingga jadi tontonan yang lain.

Tiba tiba saja sebuah tamparan melayang dipipi Leon.

" Plaakk,,!"

Semua terkejut dan,,,,

bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!