Suara berisik guyuran air dari arah kamar mandi membangunkan seorang wanita yang tengah berbaring di atas tempat tidur. Kedua mata si wanita mengerjap karena silau oleh cahaya lampu, apalagi suara keras seseorang menggerutu membuatnya seketika bangun.
"Dasar wanita brengsek! Kenapa juga kamu membawanya kembali ke rumah setelah dia keluar dari penjara. Dia yang menyebabkan kakimu menjadi seperti ini, kamu bahkan adalah seorang ketua skuadron harus berada di kursi roda selama beberapa bulan ini! Bahkan wanita itu tak berhak lagi menjadi istrimu!"
"Biarkan dia Mah, aku ingin menyiksanya disini. Penjara terlalu ringan untuknya."
Diatas ranjang wanita itu menggeliat, dia memegang kepalanya yang terasa sakit. Dimana ini? Api! Gue terbakar! Rumah terbakar!
"Ahhhh... selamatkan diri luh Amber! Tolong... tubuhku terbakar!"
Brakk! Pintu kamar mandi terbuka.
Seorang wanita paruh baya menaruh kedua tangan nya dipinggang, "Hei wanita sialan! Kenapa berteriak! Urus suamimu, baru pulang malah enak-enakan tidur!" bentaknya.
Suami? Weh gue masih perawan oiii! Kenapa juga bentak-bentak gue?
Lalu terdengar suara seretan tubuh keluar dari kamar mandi, seorang pria bertubuh atletis berkulit kecoklatan menonjolkan otot-otot di seluruh bagian tubuhnya, hanya bagian bawah lelaki itu yang tertutup kain handuk.
"Katlin, kau baru kembali tapi sudah membuat kerusuhan. Apa maumu? Kenapa kau teriak-teriak!" bentak pria yang terbaring di lantai itu.
"Siapa kau?" tanya Amber bingung.
"Apa kau sedang berpura-pura? Kau tanya siapa aku? Mah, bantu aku duduk di kursi roda."
Sang Ibu membantu mengangkat tubuh berat putranya, "Kau kesini, bantu suamimu duduk."
Tapi Eric tak sudi harus dibantu oleh istri yang dibencinya, dia mengangkat tubuhnya dengan kedua tangan bertumpu pada lantai.
Hufff! Akhirnya Eric berhasil duduk ke atas kursi roda, tapi pria itu tak sadar handuknya tersingkap dan memamerkan betis kekar dan si alat tempur yang mengintip keluar dari dalam handuknya.
"Aaaaaaaaaa, mata suci gue!" seketika Amber menutup mata dengan kedua tangan.
Eric terkejut dia menatap ke arah bawah, wajahnya menghangat karena malu. Apalagi kini mereka berdua terasa seperti orang asing tidak lagi seperti sepasang suami istri.
"Kenapa kau menutup wajahmu melihat milik suamimu sendiri?! Kau sudah gila? Dan bahasa apa itu keluar dari mulutmu?" sang mertua semakin kesal melihat kelakuan menantunya.
Akhirnya Amber tersadar, suami!
Wanita yang sedang kebingungan itu lompat dari atas ranjang, menatap pantulan dirinya di cermin besar. Siapa wanita ini?
Amber meraba setiap organ di wajahnya, berbalik ke kiri dan ke kanan memperhatikan tubuh wanita yang tak dikenalnya. Dia akhhirnya paham, dia sudah mati dalam kebakaran besar yang akhirnya merenggut nyawanya.
Sekarang roh-nya masuk ke dalam tubuh wanita ini! Omaygattt! Dia berbalik menatap pria yang duduk di kursi roda. Pria di kursi roda itu suami si pemilik tubuhku ini? Tapi kenapa pria itu menatap benci pada tubuh ini?
Tubuh Amber mundur saat lelaki itu memajukan kursi rodanya mendekat, " Katlin, wanita sepertimu pantas mati!" geram Eric. "Kau keluar penjara dengan selamat, tapi di rumah ini siksaan sebenarnya sudah menunggu mu! Kau mendorongku sampai aku lumpuh, kini giliranmu merasakan neraka di rumah ini!"
Sial! Gue mati di tangan tunangan dan sahabat gue sendiri, kini Roh gue malah kesasar masuk ke tubuh wanita yang dibenci suaminya sendiri!
Apa ada hal yang lebih mengenaskan lagi?!
"Urus suamimu, setelah itu turun dan masak untuk makan malam kami." ucap sang Mertua lalu wanita paruh baya itu keluar meninggalkan pria setengah telanjang dengan si roh wanita perawan.
Apa mending gue mati lagi? Bunuh di ri dengan tubuh ini?
Apa mending gue mati lagi? Bunuh di ri dengan tubuh ini?
Atau gue pake tubuh ini buat balas dendam sama si bajingan Carl dan si jal4ng Betrix! Ah, benar! Ayo, balas dendam!
"Katlin! Kamu jangan menguji kesabaranku. Ambil pakaianku lalu pergilah ke ke dapur." Eric kesal melihat istrinya malah melamun. Saat tadi siang dia datang ke penjara ingin membawa istrinya kembali ke rumah, tubuh istrinya tiba-tiba terjengkang pingsan di depannya. Dia memang mendapat laporan jika di penjara istrinya terlalu sering pingsan dan tubuhnya terlihat lemah.
"D-dimana bajunya?" tanya Amber.
"Kau tidak lihat di sampingmu!"
Mata Amber berputar ke samping, "Ah..." dia membuka lemari mencari pakaian untuk dipakai pria yang mengaku suaminya itu. Kebetulan dia adalah seorang desainer pakaian dan perhiasan. Dia memadukan baju atasan warna biru gelap dan celana bahan panjang hitam. Sebentar! Bukankah pria ini lumpuh, apa harus pakai celana pendek?
"Kamu ingin pakai celana pendek atau panjang?"
"Panjang!"
"Ok." Amber menarik celana panjang yang tadi sudah dia pilih. Setelah dirasa puas dengan pilihan nya, dia mendekati pria di kursi roda. "Ini."
Eric menyambar pakaian nya, dia memajukan kursi rodanya masuk ke ruang ganti. "Kamu pergilah, mama bilang masak untuk semua. Ayah sebentar lagi akan pulang dari Perusahaan."
Masak? Gue? Mati dah!
Amber melangkahkan kakinya keluar kamar dengan ragu, dia melirik ke arah kanan mencoba berjalan ke arah sana. "Kenapa nih rumah mesti gede sih? Mana coba dapurnya?"
"Nyonya, sedang apa?"
Amber terlonjak kanget, "A-anu, mau ke dapur."
"Mungkin Nyonya sudah lama gak datang ke rumah ini, apa lupa dimana dapur nya?" tanya sang asisten rumah tangga.
Amber mengangguk.
"Lewat ruang tamu, lalu belok ke kanan."
"Ah... Ok. Tuan-mu di kamar, eh suamiku apa akan makan bersama di meja makan nanti?"
"Oh, Tuan Eric. Biasanya Tuan Eric selalu berada di camp tentara, tapi semenjak kaki Tuan lumpuh dia sering makan disini dan bergabung bersama keluarga lain."
Jadi dia seorang tentara, namanya Eric.
"Katanya aku yang mendorong dia sampai lumpuh, apa benar?"
Sang assisten rumah mengerenyitkan dahinya, "Apa Anda lupa, Nyonya? 8 bulan lalu Anda terbukti mendorong suami Anda dari atas tangga."
"Hanya mencoba mengingat kembali, terima kasih." Amber pergi berjalan lurus melewati ruang tamu lalu berbelok ke kanan, disana wanita paruh baya tadi yang membentaknya sedang berdiri di depan sayuran dan bahan-bahan lain. Dia sedang mencincang bawang di talenan.
"M-mah, aku datang." Amber ragu memanggil sebutan Mama tapi sepertinya pria lumpuh itu juga memanggil mama.
Keth berbalik, "Bersihkan sayuran ini. Lalu masaklah, suami dan putra bungsuku juga putriku akan segera pulang dari Perusahaan."
Sial! Yang gue bisa cuma masak telor sama roti panggang! Sayur? Uh!
"Kenapa masih bengong?"
"Mah, bukan nya ada assisten rumah ya. Kenapa nggak mereka aja yang masak?"
"Kau pura-pura nggak ingat! Ayah mertuamu gak suka makanan hasil olahan pembantu, harus kita yang masak!"
Ribet banget punya Ayah mertua manja! Hello, masakan tetep masakan, apalagi gue udah biasa dimasakin assisten di rumah. Ini, suruh masak! Amber terus menggerutu dalam hatinya.
"Mah, malam ini biar aku yang masak semua. Mama mending siap-siap dandan, nanti pas Papa mertua datang mama udah cantik." Mulut manisnya mulai keluar.
"Benarkah? Apa Mama masih cantik?"
"Uh... sangat cantik. Hati-hati loh Mah, kalau jarang berdandan nanti Papa mertua kepincut perempuan sexy diluar sana."
"Husss! Mulutmu itu! Ya udah, mama pasrahin ini semua sama kamu."
"Ya."
Sang Mama mertua melenggang pergi dari dalam dapur, Amber berjalan keluar dapur celingak-celinguk mencari assisten rumah tadi. Saat sudah menemukan nya dia menarik assisten itu dan menyuruhnya mulai memasak. "Aku bayar 10 dolar, ok," tawar si wanita banyak akal itu.
Si assisten mengangguk tersenyum dan mulai memasak dengan cepat.
"Ingat, diam! Bilang aku yang masak.. stttt!" Amber menaruh satu telunjuk di bibirnya.
Tanpa Amber ketahui, Eric sedang mengintipnya dari balik tembok. "Ada apa dengannya? Dulu dia sangat pintar sekali memasak?"
Eric memijit tombol kursi roda, dengan cepat pergi dari dapur kembali ke kamar. Dia membuka pintu kamar dan menutupnya kembali lalu menguncinya.
Setelah terkunci, dia berdiri dari kursi rodanya. Berjalan ke arah ruangan rahasia, memijit serangkaian kode membuat pintu rahasia terbuka.
Pria Militer yang sebenarnya adalah Agen rahasia khusus itu membuka kotak kayu segi panjang. Di dalam nya ada 6 kalung militer milik anak buahnya yang mati saat menjalankan misi khusus, termasuk kalung sang kekasih, Erren.
"Aku takkan pernah melupakan kalian, tenang lah kami masih mencari para bajingan itu sampai kami bisa membalas kematian kalian," matanya tertuju pada kalung militer milik kekasihnya, "Erren."
Eric menutup kembali kotak kayu itu menaruh di tempatnya, dia mengambil Cctv mini dari sebuah kotak hitam. "Aku harus memperhatikan gerak-gerik Katlin, entah kenapa wanita itu terasa berbeda. Meskipun kami belum pernah berhubungan layaknya suami istri, tapi aku mengenal sikapnya."
Pria Agen Khusus itu menggenggam Cctv mini itu di telapak tangan, lalu berjalan keluar dan menutup pintu rahasia menguncinya kembali.
Dengan cepat dia memasang Cctv mini itu di sudut yang tepat di dalam kamar, setelah memeriksa dari Tab-nya dia mengangguk puas. Dia duduk kembali di atas kursi roda dan membuka kunci pintu kamar.
Di dapur akhirnya makanan selesai, Amber berjingkrak-jingkrak senang. "Nanti aku bayar, sekarang pergilah. Ah lupa... namamu siapa?"
"Zeze, Nyonya."
"Ok, pergilah."
Saat waktu telah menunjukkan 7.40 malam, benar saja seketika rumah ramai.
"Mah, kakak iparku kabarnya sudah keluar dari penjara? Dibawa pulang kesini sama kak Eric?" tanya adik perempuan Eric, Fania.
"Dia ada di dapur sejak tadi, coba kamu lihat."
Fania masih berpakaian lengkap baju bekerja menghampiri kakak iparnya di dapur. "Kak Katlin?"
Amber belum sadar dirinya dipanggil, dia sedang mencicipi masakan. Perutnya sangat keroncongan, mencuri makanan sebelum di hidangkan.
"Kak Katlin." Panggil Fania sekali lagi.
Akhirnya Amber berbalik, "Aku? Ah iya, maaf. Kamu siapa?"
"Ada apa dengan mu kak, apa di dalam penjara kamu hilang ingatan? Ini aku, adik iparmu Fania."
"Ah, Fania. Mungkin di dalam penjara aku kekurangan nutrisi karena otakku akan merespon jika banyak makanan, di dalam sana aku kekurangan gizi membuatku menjadi bodoh," canda Amber seraya nyengir.
"Xixixi... sikapmu juga berubah. Dulu jangankan menjawab panjang lebar ucapan ku, bahkan kau sering berwajah muram tidak seperti saat ini." Fania menggeleng.
"Benarkah? Bukankah aku menjadi lebih baik sekarang? Menjadi wanita ceria, tadaaaa..."
"Kenapa kalian berdua, Papamu sudah menunggu di meja makan. Cepat bawa makananan nya." Keth menggerutu melihat putri dan menantunya malah bercanda di dapur.
Amber mendorong makanan di atas trolley ke dalam ruang makan, sesekali dia melirik wajah sang Ayah mertua juga seorang pria seumuran dirinya, mungkin itu adalah adik suami dari si pemilik tubuh ini.
"Sekarang, bawa suamimu kesini." Perintah si Ibu mertua.
Amber mengangguk, dia berjalan ke arah kamarnya. Dia mengetuk pintu tak ingin mata sucinya ternoda kembali takut saat pintu terbuka matanya melihat hal yang mengejutkan jantung dan hasratnya lagi seperti kejadian tadi. Hasrat? Sial Amber! Sejak kapan otakmu berpikir hal mesum!
"Masuk."
Amber mendorong pintu kamar sampai terbuka, "Ayo, semua orang sudah menunggu."
"Dorong," perintah Eric padahal itu adalah kursi roda modern.
Amber tak ingin banyak bicara, dia segera mendorong kursi roda suami si wanita pemilik tubuh keluar kamar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!