NovelToon NovelToon

Dunia Fantasi

Liburan

Berlibur ke daerah pedesaan memang bukan yang pertama kalinya untuk Azura. Namun kali ini ia sangat bersemangat sebab ia tidak berlibur bersama orang tuanya, melainkan bersama teman-temannya.

Butuh beberapa hari untuk meyakinkan kedua orang tuanya bahwa Azura akan pergi bersama sahabat-sahabatnya.

Ya, orang tua Azura takut jika anaknya berlibur dnegan seorang lelaki. Mereka takut jika Azura akan melakukan hal-hal terlarang bersama seorang lelaki.

Namun, pada saat Asyifa, Felly dan Widya meyakinkan kepada kedua orang tua Azura, akhirnya kedua orang tua Azura percaya dan memperbolehkan Azura pergi berlibur bersama sahabat-sahabatnya.

Dan tepat pada hari ini, akhirnya mereka pergi menuju sebuah desa. Alasan Azura mengajak sahabat-sahabatnya pergi ke desa karena pemandangan di desa indah, begitupun udaranya sangat segar.

Jika dibandingkan dengan perkotaan, tentu sangat jauh beda. Di perkotaan banyak sekali polusi, sedangkan di desa tidak terlalu. Karena tidak banyak orang disana yang menggunakan kendaraan seperti motor dan mobil. Kebanyakan orang di desa lebih suka menggunakan sepeda, karena sepeda tidak menimbulkan polusi.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 4 jam, akhirnya mereka telah sampai di desa Asri.

Saat mereka turun dari mobil, mereka disambut pemilik rumah. ia memberikan kunci rumah.

"Selamat datang di desa Asri," kata penyewa rumah yang bernama Pak Surya.

Kami berempat hanya tersenyum kepada pemilik rumah.

Pak Surya menjelaskan peraturan-peraturan yang tidak boleh dilakukan. Ia memberitahu bahwa seseorang yang datang ke desa ini tidak boleh berkata kasar dan juga tidak boleh melakukan perbuatan asusila.

"Nanti kalau sudah menjelang malam, kalian tidak boleh ke taman belakang," kata Pak Surya.

"Kenapa tidak boleh, Pak?" tanya Felly.

"Soalnya taman belakang rumah angker," jelas Pak Surya.

Azura, Asyifa, Felly dan Widya menatap satu sama lain. Mereka antara percaya dan tidak percaya mendengar ucapan Pak Surya.

"Tapi kalian tenang aja. Selama kalian turuti aturan, kalian gak akan diganggu oleh penunggu taman kok," jelas Pak Surya.

"Kita berempat gak akan pergi ke taman malam hari kok, Pak." Asyifa menyakinkan.

"Baiklah, kalau begitu saya pergi dulu. Dan ini kunci rumah ini, semoga kalian nyaman ya disini," kata Pak Surya.

Sesudah memberikan kunci itu pada Azura, Pak Surya langsung pergi.

Azura membuka pintu rumah. Kemudian, ia dan sahabat-sahabatnya masuk kedalam rumah tersebut.

"Ra, harusnya kamu pilih tempat sewa yang nyaman dong," kata Widya.

Azura melihat-lihat ke sekitar rumah. "Ini nyaman loh rumahnya"

"Rumahnya emang nyaman, tapi suasananya yang enggak," kata Felly.

Azura, Asyifa, Felly dan Widya kembali keluar untuk mengambil koper masing-masing. Sesudah memasukan koper kedalam rumah, mereka duduk di sofa karena mereka sangat kelelahan.

"Guys! bisa aja pemilik rumahnya bohong soal itu," ujar Asyifa.

"Gak mungkin bohong lah! kan dia pemilik rumahnya, jadi dia pasti tahu keadaan di taman belakang," kata Widya.

"Ya kan siapa tahu di taman dia sembunyikan harta karun, makanya dia ngelarang kita kesana," ujar Asyifa.

Azura memikirkan perkataan Pak Surya. Ia terheran-heran, mengapa mereka tidak diperbolehkan ke taman.

"Tapi kenapa melarangnya cuma dimalam hari ya?"

"Karena waktu pagi sampai sore, dia menyembunyikan harta karun ditempat lain. Sedangkan kalau malam, dia sembunyikan harta karun nya di taman," ujar Asyifa.

"Emangnya yakin sembunyikan harta karun?" tanya Widya.

Lalu Asyifa hanya menggelengkan kepalanya seraya menjawab tidak tahu.

"Kalau ternyata dia sembunyikan mayat gimana?" kata Widya.

"Widya! lo kok malah nambah nakutin kita sih," kesal Felly.

"Udah jangan pada takut, lagian kan kita berempat," kata Azura.

Karena mereka berempat ingin segera beristirahat, akhirnya mereka membereskan barang-barangnya di kamar.

"Kira-kira disini ada supermarket gak?" tanya Asyifa.

Azura menatap datar kearah Asyifa. Ia tak habis pikir, bagaimana mungkin didaerah pedesaan seperti ini terdapat supermarket.

"Gak ada ya?" tanya Asyifa lagi.

"Gak ada. Disini cuma ada warung."

Tiba-tiba Felly datang dan ia melihat kesekitar.

Azura dan Asyifa bingung dengan tingkah laku Felly. "Ada apa?"

"Tadinya mau tukeran kamar, soalnya disana ada sarang laba-laba. Tapi ternyata, disini juga ada sarang laba-laba," kata Felly.

"Laba-laba gak gigit, kan?" tanya Asyifa.

"Enggak lah! lagipula laba-laba nya kecil."

Azura mengambil sapu dan ia membersihkan sarang laba-laba di kamarnya. Karena ia ingin tidurnya menjadi lebih nyaman.

"Nanti jangan lupa bersihkan sarang di kamar aku ya," canda Felly.

"Bersihkan saja sendiri!"

Setelah dirasa sudah tidak ada lagi sarang laba-laba, akhirnya Azura memutuskan untuk tiduran di kasur.

"Widya lagi apa?"

"Dia lagi nonton film," kata Felly.

"Keluar yuk!" ajak Asyifa, karena ia merasa bosan di rumah.

"Nanti aja jalan-jalan keluarnya, soalnya capek banget," kata Felly.

...****************...

Malam hari

Azura, Asyifa, Felly dan Widya sedang menikmati makan malam yang dibuat oleh Asyifa. Karena memang diantara kami berempat, hanya Asyifa yang jago memasak.

Azura memanggil ketiga sahabatnya, lalu ketiga sahabatnya menoleh kearah Azura. "Aku kok jadi penasaran ya."

"Penasaran tentang apa?" bingung Asyifa.

"Tentang taman yang ada dibelakang rumah."

"Ya ampun, Ra! udah jangan dibahas lagi, gue takut!" kata Felly.

Melihat raut wajah Felly yang seakan marah, membuat Azura berhenti membahas tentang hal itu.

Skip

Waktu menunjukkan pukul dua belas malam. Dan mereka berempat pergi menuju kamarnya. Dalam satu kamar terdapat dua orang, Azura tidur bersama Asyifa, sedangkan Felly tidur bersama Widya.

Mereka berempat memang sering insomnia, maka tak heran jika jam segini mereka baru mengantuk.

Disaat Azura akan tidur, tiba-tiba ia mendengar suara dari belakang rumah. Ketika bertanya pada Asyifa, dia malah tidak mendengar suara apapun.

"Aku mendengar suara orang dibelakang rumah."

"Jangan nakut-nakutin deh!" kesal Asyifa.

"Aku gak nakut-nakutin kamu kok, tapi aku memang mendengar suara."

"Udah ah! aku ingin tidur." Asyifa menutup kedua matanya.

Dikarenakan Azura kehausan, jadi ia pergi menuju dapur untuk mengambil segelas air.

Ketika berada di dapur, Azura kembali mendengar suara, bahkan kali ini suaranya terdengar lebih jelas.

Berulangkali Azura menepuk-nepuk telinganya untuk memastikan apakah ia salah dengar atau tidak.

"Kayaknya aku gak salah denger deh," batin Azura.

Rasa penasaran Azura semakin menjadi-jadi. Ia mengintip melalui jendela.

Namun pada saat Azura melihat keluar, ia tidak melihat siapapun. Yang ia lihat hanya makhluk kecil yang bercahaya.

Seketika suara yang Azura dengar tadi tidak ada. Akhirnya ia kembali menutup gorden jendela.

Sesudah meminum segelas air, Azura kembali ke kamar dan langsung tidur karena ia sangat kelelahan.

Makhluk kecil bercahaya

Azura pergi menuju taman dibelakang rumah, karena ia penasaran dengan taman itu. Ia ingin tahu seberapa menakutkannya taman itu, sampai-sampai pemilik rumah membicarakannya.

Setelah diamati, taman itu tidak menyeramkan. Bahkan taman tersebut sangat indah, hingga membuat mata Azura berbinar-binar karena terpesona akan keindahannya.

Azura terus berjalan lurus dan entah kenapa semakin ia berjalan, ia merasa pohon-pohon disekitarnya semakin besar.

"Berhenti!" teriak seseorang.

Tubuh Azura mematung sejenak karena ia sangat terkejut karena kehadiran seseorang. Setelah itu, ia menengok kebelakang untuk melihat siap orang yang menyuruhnya untuk berhenti.

Seseorang berwajah rupawan menghampiri Azura. Saking tampannya, Azura sampai tidak berkedip.

Mata, hidung, bibirnya begitu indah. Hingga Azura berkata didalam hati, apakah ia sedang ada di surga atau tidak.

Baru kali ini Azura bertemu dengan lelaki tampan seperti orang yang dihadapannya sekarang.

"Ada tujuan apa datang kesini?" tanya lelaki itu.

Sorot matanya begitu mengintimidasi Azura, sehingga Azura sedikit takut kepadanya.

"Jawab!" bentak lelaki itu.

"Aku cuma mau lihat-lihat taman doang," jawab Azura.

"Ini wilayah kami! manusia tidak boleh datang kesini!"

"Kenapa gak boleh?"

Lelaki bermata sipit itu terus mengatakan bahwa wilayah ini miliknya. Begitupun sebaliknya, Azura menjelaskan bahwa taman milik bersama.

"Tidak! ini milik kami!" murka lelaki itu.

"Kalau aku gak mau pergi gimana?" tantang Azura.

"Kalau kamu tidak mau pergi, kami akan membunuhmu."

Azura tertawa terbahak-bahak mendengar ucapannya. Bagaimana bisa dia membunuh Azura hanya karena Azura datang ke taman.

"Kamu lucu."

"Saya sedang tidak bercanda!" lelaki itu menarik tangan Azura.

Azura melihat punggung lelaki itu. "Itu apa yang ada dipunggung kamu?"

Lelaki itu tidak menjawab perkataan Azura, ia hanya berjalan lurus kedepan.

Setelah sampai diperbatasan, orang itu berhenti berjalan.

"Kamu jalan lurus kesana dan kamu harus menutup matamu. Nanti setelah kamu merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhmu, kamu boleh membuka mata," perintah lelaki itu.

"Kalau nanti aku tertabrak sesuatu bagaimana?"

"Tidak akan!"

Azura agak ragu menuruti perintah lelaki itu. Pasalnya ia takut lelaki itu hanya menjahilinya.

"Turuti saja perintahku!"

Melihat ekspresinya yang seolah sedang tidak bercanda, membuat Azura menuruti perintahnya.

...****************...

"Azura!"

Teriakan Asyifa membuat Azura terbangun dari mimpi anehnya.

Azura menghela nafasnya. "Ternyata cuma mimpi."

"Cepet mandi!" perintah Asyifa.

Asyifa memang terlalu cerewet. Seharusnya ia mengerti bahwa Azura baru saja bangun, tetapi dia malah menyuruh Azura untuk mandi.

Dibandingkan yang lainnya, Azura memang yang paling lama dalam urusan mandi. Jadi mungkin itu alasan Asyifa menyuruhnya mandi, karena sepertinya sahabat-sahabatnya yang lain tidak sabar ingin sarapan pagi.

Azura mengambil handuk dan pakaiannya, lalu ia segera mandi. Karena jika kelamaan, ia takut sahabat-sahabatnya marah.

Skip

Sesudah mandi, Azura menghampiri sahabat-sahabatnya yang sedang sarapan. Azura berpikir bahwa mereka akan menunggunya, tetapi mereka malah menikmati makanan lebih dulu.

Karena perut Azura terus berbunyi, ia segera memakan makanannya.

"Guys! tadi aku mimpi aneh." Azura memulai pembicaraan.

"Mimpi apaan?" tanya Felly.

"Mimpi ketemu cowok, tapi cowok itu punya sayap."

"Mungkin itu pertanda kalau kamu akan punya pacar kali," kata Felly.

Azura menyangkalnya perkataan Felly. Karena ia merasa yakin bahwa mimpi itu pertanda bahwa di taman itu memang ada sesuatu yang aneh.

"Udah jangan bahas taman lagi, udah tahu gue takut," kata Widya.

"Gimana kalau nanti habis makan kita ke taman belakang," ajak Azura.

"Gak mau!" ujar Asyifa, Felly, dan Widya bersamaan.

Azura menatap datar kearah ketiga sahabatnya. "Dasar penakut!"

Terlintas dipikiran Azura tentang lelaki yang ada dalam mimpinya. Tanpa sadar, ia tersenyum karena lelaki itu merupakan tipe idealnya.

"Kenapa senyum-senyum kayak gitu?" tanya Felly.

"Soalnya aku keinget cowok dalam mimpi, pokoknya cowok itu ganteng banget dan dimimpi itu dia pegang tangan aku."

"Efek kelamaan jomblo, jadi mimpi kayak gitu," kata Widya.

Asyifa dan Felly tertawa mendengar perkataan Widya. Pasalnya Azura memang sudah lama menjomblo.

"Ra, mantan lo udah punya pacar loh," kata Widya.

Azura bersikap bodo amat dengan perkataan Widya. Jujur ia kesal karena mereka bertiga mengira kalau Azura belum move on. Padahal sebenarnya Azura tidak pacaran lagi karena ia sudah cukup bahagia tanpa seorang pacar.

"Kamu gak ada niatan pacaran lagi gitu?" tanya Asyifa.

"Gak ada!"

Felly menyuruh Azura untuk move on dan itu membuatnya sedikit kesal. Karena Azura sudah berkali-kali berkata sudah move on kepada sahabat-sahabatnya, namun ketiga sahabatnya masih mengira Azura belum move on.

"Kenapa milih nge-jomblo mulu?" tanya Asyifa.

"Soalnya lebih enak jomblo. Gak akan ada yang ngatur."

"Tapi kamu pasti kesepian, kan?" tanya Asyifa lagi.

"Enggak kok. Kan ada kalian, jadi aku gak akan merasa kesepian."

Lain di mulut, lain dihati. Ya, Azura sebenarnya ingin sekali mempunyai pacar. Tetapi sayangnya untuk sekarang ia masih bingung memilih lelaki yang tepat untuknya.

"Kalau gak ada kita bertiga berarti kamu kesepian ya?" tanya Asyifa.

"Enggak juga sih." Azura tertawa kecil, padahal sebenarnya ia pasti akan kesepian bila tidak ada ketiga sahabatnya.

Trining! Trining!

Ponsel Widya berbunyi, spontan semuanya melirik kearah ponsel Widya yang berada di meja makan.

"Siapa itu?" tanya Felly, padahal sebenarnya ia tahu bahwa panggilan telepon tersebut dari pacarnya Widya.

"Guys, aku keluar dulu ya. Soalnya kalau disini takutnya gak kedengaran," kata Widya sambil pergi keluar rumah.

"Emangnya suara kita bertiga sangat berisik?" sinis Felly.

"Kalau aku sama Azura gak berisik. Cuma kalau kamu emang berisik," canda Asyifa sambil tertawa.

Felly menatap datar kearah Asyifa, karena ia merasa bahwa suara Asyifa jauh lebih berisik daripada suara dirinya.

"Azura, menurut kamu siapa yang lebih berisik? aku atau Asyifa?" tanya Felly.

Azura menatap kearah Felly, lalu ia menatap kearah Asyifa. Ia bingung menentukan, karena Felly dan Asyifa sama-sama berisik.

"Aku gak tahu."

"Pasti kamu mau jawab Felly, kan? cuma kamu takut dia marah," kata Asyifa.

"Bukan! aku gak jawab karena kalian berdua sama-sama berisik." Azura tertawa.

Felly dan Asyifa menatap datar kearah Azura. Mereka kira Azura akan menjawab salah satu diantara mereka.

"Gak apa-apa berisik, yang penting kita berdua punya pacar," ledek Felly.

"Ya gak apa-apa."

"Udah cukup! kasihan Azura jadi sedih," ujar Asyifa sambil tertawa.

"Siapa juga yang sedih, malah aku senang kok sekarang."

Widya kembali masuk rumah dan ia menghampiri Azura, Felly dan Asyifa.

"Azura, kenal Andreas gak?" tanya Widya.

"Kenal. Emang kenapa?"

"Dia itu teman pacar aku. Dan dia katanya minta nomer telepon kamu. Aku kasih jangan nomer teleponnya?" tanya Widya. Lalu, Azura menolak, karena Andreas sama sekali bukan tipenya.

Bukan manusia

Azura merasa aneh karena taman yang ia lihat sekarang persis dengan taman yang berada didalam mimpinya. Padahal ia baru sekarang mengunjungi taman ini.

Ia merasa bahwa mimpinya benar. Pasti ada sesuatu di taman ini, sehingga pemilik rumah ini melarang Azura dan sahabatnya pergi ke taman.

Azura berjalan lurus kedepan. Ia melihat kesekitar, yang mana tidak ada satupun orang di taman.

Azura berteriak. "Apa ada orang disini?"

"Apa mungkin mereka hanya datang di malam hari?" batin Azura.

Karena tidak mendapatkan sesuatu yang aneh, akhirnya Azura kembali ke rumah.

"Felly sama Widya kemana?"

"Mereka lagi ke warung, katanya sih pingin beli beberapa snack dan minuman dingin," jawab Asyifa.

Azura mendekat kearah Asyifa. "Ifa, aku mau bilang sesuatu."

"Pasti soal taman lagi, kan?" tebak Asyifa, lalu Azura mengangguk.

Asyifa menggelengkan kepalanya, ia heran dengan Azura yang terus membicarakan taman dibelakang rumah.

Sudah berkali-kali Azura berbicara tentang hal itu, sampai-sampai membuat Asyifa merasa jengkel.

"Kayaknya kamu kebanyakan nonton film deh, makanya jadi kayak gini," kata Asyifa.

"Tapi serius loh! aku kan tadi ke taman dan tamannya persis sama yang ada didalam mimpi aku. Padahal kan aku baru pertama kali lihat tamannya," jelas Azura.

Asyifa terdiam, karena sepertinya Azura tidak berbohong tentang hal itu.

"Mimpi bisa aja benar, kan?"

"Iya bisa."

"Terus kenapa kamu gak percaya sama perkataan aku?"

Asyifa menjelaskan bahwa mimpi Azura sangat aneh. Azura juga berkata bahwa ada manusia bersayap, jadi karena itu Asyifa tidak percaya dengan Azura.

Selain itu, Azura juga menjelaskan bahwa lelaki itu bukan manusia.

"Dia beneran bukan manusia?" tanya Asyifa.

"Bukan. Soalnya waktu aku kesana, dia berkata bahwa manusia tidak boleh datang kesini," jelas Azura sambil mencontohkan ucapan lelaki yang ada dimimpinya.

Bukannya menanggapi perkataan Azura dengan serius, Asyifa malah menertawakannya dan itu membuat Azura sangat kesal.

"Ifa, kok lo ketawa sih" kesal Azura.

"Habisnya lucu aja dengernya," ujar Asyifa.

"Kalau mimpi memang sebagian ada yang benar, tapi kalau soal mimpi kamu kayaknya itu cuma kebetulan aja."

"Jadi kamu gak percaya sama gue?" tanya Azura, lalu Asyifa menjawab bahwa dia tidak mempercayainya.

Untuk membuktikan bahwa ucapan Azura benar, akhirnya Azura mengajak Asyifa untuk pergi ke taman pada jam dua belas malam. Tetapi sayangnya, Asyifa menolak ajakan Azura.

"Please, sekali aja turutin perkataan aku," mohon Azura.

Melihat Azura memohon-mohon seperti itu, membuat Asyifa merasa kasihan.

"Ya udah iya. Tapi kalau terbukti gak ada apa-apa, nanti pulang dari sini kamu harus traktir aku."

"Iya, nanti aku akan traktir kamu."

...****************...

Malam hari

Azura pergi menuju kamar Felly dan Widya untuk memeriksa apakah mereka sudah tidur atau belum. Dan setelah dicek, ternyata keduanya sudah tidur dengan pulas.

Kemudian Azura kembali menghampiri Asyifa. "Ya udah ayo ke taman."

"Ra, kenapa mesti mengendap-endap kayak gini sih?" bingung Asyifa.

"Soalnya mereka berdua gak percaya sama aku," ujar Azura, padahal Asyifa sendiri juga tidak terlalu mempercayai perkataan Azura.

"Kamu takut mereka menertawakan kamu ya?" tebak Asyifa.

"Enggak kok."

Tak ingin berlama-lama, Azura mengajak Asyifa pergi menuju taman.

Entah bagaimana lampu-lampu taman bisa menyala. Padahal saat tadi Azura kesini, tak ada satupun lampu yang menyala.

"Bagus juga ya tamannya," kata Asyifa.

"Iya, tamannya emang bagus."

"Terus kita mau ngapain disini?"

"Kita tunggu sampai dia datang."

Perkataan Azura membuat Asyifa kebingungan. Lantaran Asyifa tidak tahu siapa orang yang ditunggu oleh Azura di taman ini.

15 menit kemudian...

"Ra, udah lima belas menit nih," keluh Asyifa.

"Sabar, nanti juga dia datang."

"Ra, lebih baik kita tidur aja. Lagian udah malam."

"Aku belum ngantuk."

Karena Asyifa sangat mengantuk, akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke rumah.

"Ya udah kalau gitu aku tidur ya."

"Katanya mau ditraktir."

"Gak jadi deh. Aku lebih baik tidur aja daripada menghabiskan waktu yang sia-sia." Asyifa kembali ke rumah.

"Kenapa sih pada gak percaya sama aku," batin Azura.

Azura mengingat kembali mimpi kemarin. Ia baru sadar bahwa dimimpi itu, ia harus menutup kedua matanya saat memasuki dunia yang ada dimimpinya.

Untuk membuktikannya, akhirnya Azura menutup matanya sambil berjalan lurus. Setelah lama berjalan, akhirnya Azura membuka kedua matanya, sebab ia mendengar suara.

Azura terkejut saat melihat ke sekelilingnya. "Wah! akhirnya aku sampai juga ditempat ini."

Serentak semuanya menatap kearah Azura dan mereka berbisik sambil menatap Azura dengan tatapan aneh.

Tiba-tiba, seseorang menarik tangan Azura. "Kamu siapa? kenapa kamu tidak memiliki sayap dipunggung?"

Pertanyaan macam apa itu? baru kali ini Azura mendapatkan pertanyaan aneh dari seseorang yang bahkan ia tidak kenal.

"Dia adalah temanku." Lelaki itu memegang pergelangan tangan Azura.

Ya, lelaki itu sama persis seperti lelaki yang bertemu Azura dimimpi.

"Kenapa dia tidak mempunyai sayap seperti kita?" orang itu kembali bertanya.

"Karena dia cacat," ujar lelaki yang ada dalam mimpi Azura.

"Enak aja aku dibilang cacat!" kesal Azura.

Baru kali ini Azura dikatai cacat oleh seseorang. Padahal yang seharusnya dikatai cacat adalah mereka, karena telinga mereka sangat panjang.

Semua orang menatap tajam kearah Azura. Dan itu membuat Azura menunduk karena ia sangat takut.

"Semoga suatu saat nanti kamu bisa terbang seperti kami," ujar seorang perempuan.

Tanpa aba-aba, Azura digendong oleh lelaki yang ada dimimpinya.

"Kamu kenapa gendong aku?"

"Diam! jangan banyak bicara," bisik lelaki itu.

Lelaki itu terbang sambil menggendong Azura. Dan Azura tak bisa berkata-kata, karena baru kali ini Azura merasakan yang namanya terbang.

Ketampanannya lelaki itu berlipat ganda jika dilihat dari jarak dekat. Bahkan saat ini, Azura terus memandanginya wajahnya.

Azura baru sadar bahwa lelaki itu terus terbang membawa Azura. Entah kemana dia membawa Azura, tetapi Azura percaya bahwa lelaki itu tidak akan berniat jahat kepada Azura.

"Kita mau kemana?"

"Ke rumahku," jawab lelaki itu.

"Mau ngapain ke rumah kamu?"

"Mau membunuhmu."

Seketika jantung Azura ingin copot. Ia menyesal karena telah mengikuti lelaki ini. Seharusnya ia kembali saja ke rumah bersama Asyifa.

"Tolong!" teriak Azura. Karena dengan berteriak, siapa tahu ada orang yang menolongnya.

"Diam!" kata lelaki itu.

Azura menangis, karena sepertinya ia akan mati hari ini. Andai saja ia menuruti perkataan Asyifa, mungkin sekarang ia tidak akan mati.

"Jangan menangis," ujar lelaki itu dengan nada lembut.

Bukannya berhenti menangis, justru tangisan Azura semakin kencang. Ia terus berdoa dan berharap agar lelaki itu tidak membunuhnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!