NovelToon NovelToon

Penjara Hati Sang CEO

CEO Tampan dan Arogan

Selamat membaca!

Suatu hari di rumah sakit, Adrian terlihat sangat panik karena harus mempertanggung jawabkan segala perbuatannya, walau ia tidak sengaja melakukannya.

Kecelakaan itu membuat seorang Nenek, harus dibawa ke rumah sakit dan saat ini kondisinya sedang kritis, karena tertabrak mobil yang dikemudikan oleh Adrian.

"Pak, saya tidak sengaja menabraknya, tiba-tiba Nenek itu muncul di depan jalan saya, saya sudah berusaha untuk mengeremnya tapi terlambat, Tuan," tutur Adrian menceritakan sambil menyatukan tangannya untuk meminta belas kasihan dari seorang laki-laki yang terlihat tampan, namun sangat arogan.

Laki-laki itu menyibakkan tangan Adrian dan menghempaskan tubuhnya. Adrian tersungkur hingga wajahnya terbentur lantai. Adrian hanya dapat mengaduh tanpa dapat membalas perbuatan laki-laki itu.

"Laki-laki sombong itu, seperti tidak punya perasaan sama sekali," gerutu Adrian di dalam hatinya.

Adrian bangkit dengan payah, ia lalu menyatukan kedua tangannya kembali memohon belas kasihan kepada laki-laki itu. Namun semakin ia bersuara, laki-laki itu semakin murka menatapnya.

"Jika sampai Nenekku kenapa-kenapa apalagi sampai meninggal, lihat sendiri akibat yang akan kamu terima," ancam laki-laki itu.

🍁🍁🍁

Laki-laki itu bernama Raymond Weil, usianya sekitar 34 tahun. Ia udah mewarisi jabatan CEO yang ditinggalkan oleh Nicholas Weil, Ayahnya.

Semenjak Raymond menjabat sebagai CEO, Perusahaan MANGO yang di pimpinnya menjadi salah satu Perusahaan yang sangat maju perkembangannya bahkan saat ini sudah masuk dalam kategori 50 Perusahaan tersukses di dunia.

Perusahan MANGO adalah sebuah perusahaan multinasional yang bergerak dalam bidang perancangan, pengembangan dan penjualan barang-barang yang meliputi elektronik konsumen, perangkat lunak komputer, serta komputer pribadi.

Kepintaran Raymond sudah terlihat saat ia sukses menjadi lulusan terbaik di Universitas Oxford di London pada tahunnya. Saat itu ia berhasil lulus S3 dengan nilai yang begitu sempurna, kepintarannya dalam mengembangkan dan menciptakan teknologi begitu membuat decak kagum di dunia Internasional.

🍁🍁🍁

Dokter datang menghampiri Raymond yang masih geram menatap Adrian.

"Pak Raymond, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, Nenek Anda tidak bisa kami selamatkan, kami turut berduka cita, atas meninggalnya beliau," ungkap Dokter itu dengan rasa dukanya.

Raymond mencengkram kerah baju Adrian, dengan menautkan kedua alisnya ia terlihat sangat murka menatap Adrian.

"Kamu harus mempertanggung jawabkan semua perbuatan kamu, karena kamu telah membuatku kehilangan Nenek yang paling aku cintai," geram Raymond lalu menghempaskan tubuh Adrian dengan keras.

Adrian begitu takut dengan ancaman Raymond, ia sadar betul dengan posisinya saat ini, walau ia menjelaskan semua kronologisnya Raymond tetap mengacuhkannya dan tidak mempedulikan semua perkataannya.

Adrian akhirnya pasrah menerima segala hukuman yang akan ia dapatkan. Adrian lalu mengambil ponsel dari saku jaketnya, ia terlihat mengetik sebuah pesan dan mengirimkannya kepada Anak pertamanya.

"Segera jebloskan laki-laki ini ke dalam penjara, buat ia sampai membusuk di dalam penjara dengan hukuman seumur hidup," ujar Raymond memberi perintah kepada Polisi, yang sudah datang untuk menangani kasus kecelakaan ini.

Adrian tersentak kaget, ketika dua orang polisi langsung menyeretnya, dengan begitu kasar untuk membawanya ke dalam mobil.

"Jangan main-main dengan keluarga Weil, karena siapapun bisa ku buat untuk menuruti segala perintahku!" seru Raymond menyombongkan kedudukannya.

Raymond melangkah dengan rasa sedih di hatinya untuk menemui jasad Neneknya. Ia hanya dapat mematung di depan jasad Neneknya dengan air mata yang sedikit menetes dari kedua bola matanya.

"Aku tidak pernah menangis seumur hidupku, ini kali pertama aku menangisi sesuatu, semua karena laki-laki itu, aku tidak akan begitu saja melepaskannya, tidak cukup dengan hanya memenjarakannya, aku akan membuat seluruh keluarganya merasakan kehilangan yang membuat hidup mereka menderita," kecam Raymond sambil menggertakkan giginya hingga membuat dahinya mengernyit menahan amarahnya.

Raymond beranjak pergi meninggalkan rumah sakit dan memerintahkan Elliot untuk mengurus segala keperluan pemakaman Neneknya.

Mobil Raymond sudah tiba di lobi rumah sakit, Albert turun lalu membukakan pintu mobil untuk Raymond masuk.

Albert adalah sopir pribadi yang sudah bekerja 10 tahun untuk keluarga Weil. Awal ia bekerja karena ia diminta oleh John Ayahnya, untuk menggantikan posisinya yang sudah pensiun, memang ia tidak kerasan dengan perlakuan yang sering ia terima dari Raymond, namun semakin lama ia mulai terbiasa dengan suara bentakan dan terkadang perintah yang di luar pekerjaannya.

Mobil yang dikendarai Albert pun melaju meninggalkan rumah sakit.

"Tuan, tujuan kita sekarang mau kemana?" tanya Albert yang hati-hati berucap karena ia melihat raut wajah tak enak dari Tuannya.

Raymond hanya mengesah dengan ekspresi wajahnya yang muram.

Mendengar Raymond mengesah, Albert tidak berani untuk bertanya kembali. Ia tetap melajukan mobilnya lurus ke depan dengan kecepatan sedang, sambil menunggu Raymond untuk memberi perintah.

"Hai, Albert apa kau belum makan hingga tidak memiliki tenaga untuk menginjak gasnya lebih dalam lagi? Supir macam apa kau ini, yang tidak berani mengebut?" bentak Raymond menghardik Albert, membuat Albert yang mendengarnya sontak kaget, hingga ia langsung menambahkan kecepatannya untuk menghindari amarah yang lebih besar dari Raymond.

"Dasar Tuan berotak dangkal, aku menanyakan mau kemana tidak ia jawab, sengaja aku memelankan mobil ini untuk menunggu perintahnya, tapi ia malah menghardikku seenaknya saja," umpat Albert yang geram terhadap Tuannya.

Tanpa sengaja karena begitu kesalnya, Albert menghentakkan tangan pada kemudinya, membuat suara itu terdengar di telinga Raymond.

"Berhenti di sini!" titah Raymond dengan bentakannya.

Albert langsung menepikan mobilnya. Nafasnya kembali berdesir menahan rasa takutnya, jantungnya memacu dengan begitu cepat mendengar suara bentakan Raymond.

"Sekarang kamu turun dan kembali ke rumah dengan jalan kaki, ingat kalau sampai aku tahu kamu naik kendaraan, aku tidak akan segan-segan untuk memecat kamu," kecam Raymond dengan menajamkan pandangan matanya kepada Albert.

Albert langsung turun dari mobil, namun ia tetap membuka dan menutup pintu mobil untuk Raymond.

Raymond tidak memikirkan saat itu berapa jarak yang harus ditempuh oleh Albert.

"Untung jarak dari sini ke rumah tidak terlalu jauh, hanya 8 km, coba kalau ratusan km, jadi apa kakiku ini," keluh Albert yang merasa lega mengetahui jarak yang harus ia tempuh dengan berjalan kaki menuju rumah Tuannya tidak terlalu jauh.

Albert menapaki jalanan ditemani sinar matahari yang menyongsong begitu terik. Beberapa kali ia mengusir lelahnya dengan menendang sesuatu yang ada di sekitarnya. Hingga langkahnya terhenti ketika ada seorang wanita yang menawarinya tumpangan.

"Hi, apakah kamu butuh tumpangan?" tanya wanita itu menawarkan.

Wanita itu bernama Alice Tara Adrian, wanita cantik yang saat ini berusia 25 tahun. Alice membantu Ayahnya untuk mengurus restauran keluarga. Hidupnya tergolong biasa saja, namun ia sangat bahagia dengan apa yang dimilikinya saat ini.

Alice mempunyai 1 orang Adik perempuan yang bernama Ainsley Tara Adrian yang usianya tidak terlalu jauh darinya, mereka hanya selisih 2 tahun.

Albert terdiam memikirkannya. Namun di saat ia ingin menerima tawaran dari Alice, terlintas dalam benaknya, ancaman Raymond yang begitu nyata. Albert pun menolak tawaran Alice dan memutuskan untuk kembali berjalan.

🍁🍁🍁

Bersambung✍️

Ayo beri dukungan kalian ya, biar Author tambah semangat berkarya 🤗

Patricia Datang

Selamat membaca!

Raymond telah sampai di rumahnya yang super megah.

Mobil memasuki gerbang yang di bukakan oleh Chris, dengan membungkukkan tubuhnya Chris menyapa Raymond yang memasuki halaman rumah.

Setelah memarkirkan mobilnya sembarangan Raymond keluar dengan membanting pintu mobil tanda ia begitu kesal dengan apa yang menimpanya hari ini.

Raymond masuk ke dalam rumah dengan matanya yang merah. Langkahnya terhenti saat ia melihat di teras rumahnya, Patricia sudah terduduk menunggu kepulangannya.

Patricia Aquetta adalah model cantik yang berusia 27 tahun. Ia sudah berpacaran dengan Raymond selama 4 tahun, namun hubungannya yang sudah berlangsung lama, masih belum mendapat lampu hijau dari Neneknya Raymond yang sangat tidak setuju dengan Patricia. Penolakan itu membuat Nicolas Weil ikut tidak merestui hubungan Raymond dengan Patricia.

Patricia langsung berlari kecil menghampiri Raymond. Namun ia dibuat sedikit kaget melihat mata Raymond memerah seperti habis menangis.

"Kamu kenapa Ray?" tanya Patricia seraya mengaitkan tangannya di leher Raymond.

"Nenekku meninggal," jawab Raymond lirih namun masih terdengar arogan.

"Artinya sudah tidak ada lagi yang akan mengganggu hubungan kita," gumam Patricia dengan memicing senyum kecil di wajahnya.

Sekejap Patricia langsung merubah raut wajahnya menjadi begitu sedih, tanda ia ikut merasa kehilangan akan berita yang Raymond sampaikan.

"Kamu yang sabar ya sayang, masih ada aku yang tidak akan pernah meninggalkanmu," seloroh Patricia berusaha memenangkan hati Raymond.

Patricia berjinjit mendekatkan wajahnya, hingga kedua hidung mereka saling beradu. Saat bibir mereka saling memagut mesra, tiba-tiba suara yang keras terdengar mengacaukan keintiman mereka yang saat itu sudah menjadi tontonan Chris dari tempatnya berjaga.

"Patricia! Sudah jangan ganggu Raymond dulu, biarkan dia masuk, ada yang ingin aku bicarakan dengan Raymond," celutuk Nicholas mengganggu kemesraan Anaknya.

"Sudah, sebentar! Aku juga harus membicarakan masalah Nenekku, kamu tunggu saja di kamarku," ujar Raymond seraya menepikan tubuh Patricia agar jalannya terbuka untuk menyusul Ayahnya yang tadi memanggilnya.

Patricia merelakan Raymond yang pergi berlalu meninggalkannya, ia lalu masuk namun dengan arah yang berbeda dengan Raymond, untuk menuju kamar Raymond.

"Dasar tua bangka, selalu saja mengganggu waktuku saat sedang bersama Raymond," geram Patricia yang saat ini harus menahan gejolaknya.

Raymond sudah duduk di ruang keluarga bersama Nicholas Ayahnya.

"Aku sangat sedih dengan kematian Ibuku," tutur Nicholas terlihat wajahnya mulai merah padam, matanya terlihat sembab, namun air matanya tampak tertahan di depan Anaknya.

"Aku sudah memenjarakan orang itu yang sudah menabrak Nenek," geram Raymond mengingat kejadian itu.

"Bagaimana ceritanya bisa seperti itu?" tanya Nicholas penasaran dengan apa yang menimpa Ibunya.

"Aku tidak mendengar ceritanya, tapi kau tahulah Dad, namanya orang bersalah pasti selalu saja mengelak dari kesalahannya dengan mengarang cerita untuk membenarkannya," tutur Raymond kesal sambil mengepalkan tangannya, lalu menghentakannya ke tepi sofa yang ia duduki.

"Sudah biarkan hukum yang berjalan, sebaiknya kita mulai menerima kenyataan dan belajar mengikhlaskan," tutur Nicholas menasihati Raymond agar tidak menaruh dendam yang berlebihan, walau memang si penabrak salah, namun Nicholas tahu, tidak ada pengendara mobil yang dengan sengaja, menabrakkan kendaraannya kepada pejalan kaki.

Raymond tidak pernah menentang perintah Ayahnya, ia hanya bisa mengangguk tanpa menjawab apa yang Nicholas katakan.

"Kamu boleh ikhlas Ayah, tapi aku tidak akan melepas kehidupan keluarganya," gumam Raymond geram sambil memikirkan rencana yang tepat.

Melihat sorot mata yang begitu tajam dari mata Raymond. Nicholas dapat membaca jika Raymond seperti mempunyai rencana.

"Jangan sampai rencana yang kamu pikirkan, malah akan menyulitkanmu," ucap Nicholas menasihati Raymond.

Raymond terkekeh mendengarnya. Ia tak menyangka Ayahnya dapat membaca pikirannya. Raymond hanya dapat diam mencerna nasihat Ayahnya.

🍁🍁🍁

1 Minggu kemudian.

Sebuah rumah yang sederhana.

"Mom, sudah 1 Minggu, tidak ada Ayah suasana di rumah seperti terasa hampa ya," keluh Alice kepada Ibunya.

"Mommy juga merasa begitu, Ayahmu tidak ada setengah dunia Mommy gelap," ungkap Norin mengatakan yang sejujurnya sambil terus menatap fotonya dengan Benny Adrian Suaminya.

"Mom, jangan menangis. Ketika kamu lemah, aku bisa lebih rapuh, Mom," kata Alice sambil mengolesi rotinya dengan selai strawberry.

Norin menyeka air matanya, ia kembali menebar senyum untuk anak pertamanya, walau senyumnya itu tampak kurang merekah.

"Alice, Adikmu akan pulang besok dari Jerman, sementara ia akan cuti kuliahnya, dia akan bantu-bantu kamu di restoran, tolong buatlah dia agar mempunyai kesibukan dan jangan ceritakan Ayahmu saat ini masuk penjara karena Ainsley tidak tahu," tutur Norin panjang lebar menceritakan kepada Alice, agar Alice mengerti.

Dengan senyum Alice menjawab permintaan Norin, tanda ia sudah mengerti dengan apa yang Norin sampaikan.

Alice pun telah selesai menyantap sarapan paginya, ia lalu menghampiri Norin untuk mencium kedua pipi lalu kening Norin sebelum ia pergi ke restoran.

Sesampainya di restoran Alice langsung turun dan masuk ke dalam restorannya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 10.00.

Alice segera mengganti papan yang bertuliskan close dengan open, tanda bahwa restoran sudah siap untuk menerima kunjungan.

3 jam kemudian.

Sudah 3 jam Alice menunggu tanpa ada satu pengunjung pun yang datang untuk berkunjung ke restorannya. Alice menjadi curiga karena sejak Adrian masuk penjara, keadaan restoran berubah drastis, dari segi pendapatan dan jumlah pengunjung begitu merosot penurunannya.

Alice terlihat sedih dengan apa yang sedang dihadapinya, namun ia tak dapat berbuat apa-apa saat ini. Alice hanya mampu menunggu sambil menyeka air mata yang sedikit menetes membasahi pipinya.

"Aku harus kuat, tidak boleh lemah. Saat ini Mommy mengandalkanku, jika aku lemah kepada siapa lagi, Mommy bergantung," gumam Alice yang mulai tersenyum kecil untuk mengusir kesedihannya.

Terlihat mobil mewah berhenti di depan restoran, namun agak sedikit maju ke depan.

Di dalam mobil terlihat Elliot duduk di kursi depan bersama Albert, sementara Raymond, duduk santai di kursi belakang sambil memicingkan senyumnya melihat restoran yang saat ini begitu sepi bahkan tidak ada satupun pengunjung yang datang.

"Tuan, kira-kira mau sampai kapan kita melakukan ini?" tanya Elliot yang sangat hati-hati bertanya takut menyinggung Raymond.

Mendengar pertanyaan Elliot, Raymond langsung menghentakkan tangannya ke arah pintu mobil dengan kesal.

"Pertanyaan macam apa itu Elliot?" bentak Raymond yang memekakkan telinga Albert dan Elliot, membuat Albert langsung teringat saat ia harus berjalan kaki sejauh 8 km, Albert hanya terdiam menatap wajah Elliot yang kini sudah terlihat pucat.

"Maaf Tuan, jika Tuan tidak berkenan menjawabnya, Tuan tidak perlu menjawabnya, sekali lagi saya minta maaf," ucap Elliot dengan suara pelan, sambil membungkukkan tubuh dan menundukkan kepalanya serta meletakkan tangannya di dada sebagai bentuk rasa hormatnya kepada Raymond.

Raymond hanya terdiam tak menjawab pertanyaan Elliot, ia masih terus menatap ke arah restoran Adrian.

"Kalian pasti hanya bisa bertahan selama 1 bulan, setelah itu kalian pasti akan mengalami krisis," ucap Raymond terkekeh merayakan kemenangannya.

Setelah puas menyaksikan semua rencananya berhasil, ia memberi perintah kepada Albert untuk melajukan mobilnya.

Mobil pun berlalu dengan cepat, membelah jalanan London yang terlihat sangat renggang kala itu.

🍁🍁🍁

Bersambung✍️

Beri dukungan kalian terus ya, dengan like dan komentar kalian. Terima kasih ikuti terus kelanjutannya ya. 🤗😘😊

Menyebalkan

Selamat membaca!

Waktu semakin sore menjelang malam. Namun Alice masih tidak beranjak dari kursinya yang sudah berjam-jam ia duduki. Mata Alice mulai memerah, dari sudut matanya nampak bergelayut buliran air mata yang hampir jatuh membasahi pipinya.

"Apa yang harus aku katakan kepada Mommy, hari ini tidak ada satu pengunjung pun yang datang," lirih Alice sambil memegang keningnya yang berdenyut.

Apa ini akhir dari restoran ini?

Tiba-tiba Jenny menghampirinya, lalu ia menarik kursi untuk duduk di meja yang sama dengan Alice. Melihat raut wajah Alice yang begitu muram, Jenny berusaha untuk menemani, setidaknya memberikan semangat untuk Alice, walau itu tidak akan bisa menyelesaikan masalahnya.

🍁🍁🍁

Jenny Naomi Aurora, gadis cantik yang usianya sama dengan Alice.

Imperial College London adalah Universitas yang mempertemukan mereka. Hubungan persahabatan mereka berlanjut saat Alice mengajaknya untuk bekerja pada restoran Ayahnya yang ia kelola, tanpa pikir panjang Jenny mengiyakan tawaran Alice. Hingga kini berkat kerja keras Alice dengan di bantu oleh Jenny, restoran Frankie dan Benny's bisa berkembang menjadi restoran yang populer di kawasan London.

Awal perkenalan mereka pun menarik, sama-sama menyukai satu pria, yang bernama Mike Verdy Wiliam, membuat mereka yang tadinya tidak saling mengenal, menjadi sangat dekat ketika mereka berdua merasa kehilangan Mike, yang tiba-tiba saja memutuskan untuk pindah ke Universitas lain.

🍁🍁🍁

"Al, aku mengerti kesedihan kamu, tapi kamu tidak boleh larut dari keterpurukan ini, kita harus cari solusi ini bersama-bersama," tutur Jenny menatap Alice dengan mata yang berbinar, mencoba menyemangati Alice.

"Hanya saja aku tidak mengerti, dari awal restoran ini berdiri, tidak pernah hal seperti ini terjadi, Jen," keluh Alice sambil meremas rambutnya lalu menyibakkannya dengan begitu kesal.

"Aku merasakan hal yang sama seperti kamu," ucap Jenny sambil memutar kedua bola matanya untuk berpikir.

"Bagaimana kalau kamu ceritakan semua ini ke Ayah kamu, mungkin dia lebih tahu apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi masalah ini," imbuh Jenny memberikan saran yang kemudian Alice mengikutinya.

Alice bergegas meninggalkan restorannya menuju parkiran. Ia masuk ke dalam mobil lalu mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang sedang.

🍁🍁🍁

Di perkantoran kawasan London, menjulang beberapa gedung tinggi yang menawan dengan desain yang elegan bak pencakar langit. Terlihat M Tower menjulang bagai peluru, itulah tempat Raymond menggerakkan MANGO Corporate.

Perusahan yang berkembang pesat 1 dekade terakhir ini semua itu berkat kepintaran Raymond dalam menciptakan berbagai terobosan dan inovasi baru dengan teknologi yang ia temukan. Salah satunya yang paling mencengangkan publik adalah handphone

MANGO Galaxy N Flip edisi Thom Browne dijual dengan harga 2.480 dolar AS atau setara dengan Rp 34,2 jutaan.

Dari segi spesifikasi, MANGO Galaxy N Flip edisi Thom Brown memiliki layar AMOLED Infinity Flex Display berukuran 6,7 inci saat dibuka dengan bezel tipis dan tanpa poni, kamera utama 20 MP, kamera depan 15 MP, RAM 8 GB, ruang penyimpanan hingga 256GB, serta baterai 3.300mAh.

🍁🍁🍁

Di ruang kantor yang mewah terlihat Raymond duduk gagah di kursinya bak seorang raja yang sedang melihat beberapa proposal kerja sama dari Perusahan lainnya.

Suara pintu berbunyi.

"Masuk," ucap Raymond terdengar suara arogannya memanggil.

Seorang wanita cantik memakai rok pendek dengan kemeja yang terbuka di bagian dadanya, membuat mata Raymond tersingkap memandangnya.

Brisca Alfio adalah sekertaris Raymond yang sudah bekerja lebih dari 5 tahun di Perusahan MANGO, namun selama itu segala usahanya untuk menaklukkan hati Raymond selalu berakhir dengan kegagalan.

"Tuan, ini ada beberapa proposal yang harus di tanda tanganinya, saya mau memberikan ini kepada Tuan Elliot, namun beliau tidak ada di ruangannya, jadi saya putuskan untuk langsung memintanya kepada Tuan Raymond," tutur Brisca bercerita seraya menyodorkan beberapa berkas ke tangan Raymond.

Raymond mengambilnya lalu membuang proposal itu, Brisca tercengang melihatnya. Jantungnya berpacu semakin cepat ketika Raymond menatap dengan sorot matanya yang tajam, wajahnya ikut mengeras dengan alis yang saling bertautan.

Mati aku, sekarang apa lagi salahku?

"Kamu itu lagi bekerja, ini bukan diskotik jangan seenaknya berpakaian seperti itu," geram Raymond sangat tidak suka dengan sesuatu yang salah terlihat di matanya.

Brisca menunduk mengedarkan pandangannya untuk melihat pakaian yang dikenakannya. Ternyata tanpa ia sadari kancing bajunya terlepas 2 buah hingga membuat belahan dadanya terlihat.

Ya ampun bodoh banget aku ini, kenapa kancing bajuku bisa terlepas ya.

"Kenapa kamu masih berdiri dihadapan saya? Segera ganti pakaian kamu atau saya yang keluar, biar kamu yang duduk di sini menggantikan saya," bentak Raymond memenuhi langit-langit ruangannya.

Brisca gemetar mendengar bentakan Raymond, wajahnya pucat pasi, hingga ia langsung melangkah untuk keluar sambil membungkukkan tubuhnya untuk meminta maaf.

"Mengapa semua orang di sekelilingku begitu menyebalkan? Apa tidak ada satu orang pun yang dapat membuat hidupku jadi menarik!" geram Raymond mendesah kasar dalam keluhnya.

Raymond melempar tubuhnya pada sandaran kursi tingginya yang empuk, ia memejamkan matanya sejenak, lalu teringat sesuatu.

Raymond kembali membuka laptopnya, kali ini yang terpikirkan bukan tentang pekerjaannya, melainkan tentang Adrian, laki-laki yang saat ini sangat dibencinya. Ia terlihat mencari silsilah dari keluarga Adrian melalui website yang hanya dipunyai oleh segelintir orang elite di London, website yang langsung terkoneksi hanya dengan mencari nama dari yang ia kehendaki.

"Oh, ternyata si brengsek itu mempunyai 2 orang Anak," ucap Raymond sambil memikirkan ide yang lain.

Raymond mengambil handphonenya yang sudah sejak tadi tergeletak di atas meja, ia mulai menggeser layar handphonenya untuk menghubungi Elliot.

"Halo, iya Tuan," ucap Elliot mengawali pembicaraan dengan hati-hati.

"10 detik, jika terlambat kau akan tahu akibatnya," kata Raymond terkekeh seraya menutup teleponnya dan mulai menghitung dengan jemarinya.

Elliot mendengus kesal.

Mati aku, 10 detik dia pikir aku hantu yang bisa menembus dinding.

Elliot tak habis pikir setiap harinya ada saja keinginan yang dikehendaki oleh Raymond, makin hari Elliot mulai merasa tak nyaman dengan segala perlakuan yang semaunya dari Tuannya itu. Namun di saat Elliot ingin mengundurkan diri, keadaannya tidak cukup mampu untuk mendukung keputusannya, karena bayaran yang ia terima sebagai tangan kanan Raymond sangat besar dibandingkan dengan pekerjaan lainnya. Selain itu alasannya yang paling kuat untuk tetap bertahan adalah ia ingin membalas kebaikan Nicholas yang sudah membantu kehidupan Elliot juga keluarganya. Sejak Elliot berusia 10 tahun.

Elliot berasal dari keluarga yang tidak mampu, yang setiap harinya selalu hidup di jalanan dengan mengemis. Nicholas yang melihat semua itu jadi merasa iba, karena ia melihat Elliot seperti anak pertamanya yang hilang karena sebuah kejadian yang aneh, saat berusia 5 tahun.

🍁🍁🍁

Mobil yang dikendarai Alice tiba di parkiran kantor polisi London. Alice segera turun dan masuk untuk menemui Adrian.

🌸🌸🌸

Bersambung✍️

Berikan like dan komentar kalian ya.

🤗😊😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!