NovelToon NovelToon

Anak Dari Pria Lain

Bab 1

Dara adalah salah satu cucu Kakek Irwan yang terlahir dari anak bungsunya.

Kakek Irwan mempunyai 3 orang anak, semuanya perempuan. Anak pertama bernama Ainun, anak kedua bernama Bunga dan anak ketiga bernama Claudia. Mereka bertiga sudah menikah dan mempunyai anak.

Namun, cucu yang sering menemani Kakek Irwan setiap harinya ialah Dara.

Kakek Irwan adalah salah satu orang yang mempunyai kelebihan di desanya. Dia bisa menyembuhkan orang yang sedang sakit atas ijin allah, dia juga bisa menyembuhkan orang gila menjadi waras, dan banyak juga orang - orang yang datang padanya untuk meramal masa depannya, tentang jodoh, bahkan masalah keuangan.

Tapi, semua kelebihan yang ada pada diri kakek tidak membuatnya sombong, atau pamer. Sifatnya seperti orang yang tidak mempunyai kelebihan apapun di dalam dirinya, seperti orang pada umumnya.

"Dara, ambilkan minum untuk Pak Asep dan anaknya."

Perintah kakek.

Saat ini kakek sedang kedatangan tamu dari Jepara, dia jauh - jauh dari Jepara ke Bogor hanya untuk mencari tahu, siapa orang yang tega mencuri perhiasan milik istrinya.

Istri Pak Asep kehilangan semua perhiasan yang dia simpan di dalam lemarinya, semuanya masih lengkap dengan surat - surat, harganya juga lumayan banyak, bisa untuk membeli rumah.

Dia menyimpan perhiasan itu di dalam lemari untuk masa depan anaknya, yang bernama Leon.

"Kek, tolong beritahu saya. Siapa orang yang tega mencuri perhiasan istri saya."

Ucap Pak Asep dengan permohonan.

"Saya akan memberitahu, tapi kamu harus janji, bahwa kamu tidak akan membuat keributan dengan orang itu. Dan satu lagi, berilah sedikit hartamu untuk orang itu, karena orang itu sedang membutuhkan uang."

Ucap Kakek Irwan.

"Baik kek, saya akan menjalankan perintah kakek, tapi beritahu dulu. Siapa orangnya, apa dia masih keluargaku...??"

Tanya Pak Asep lagi.

"Coba kamu cek di dalam lemari ibu kamu. Tapi kamu harus ingat, jangan ada keributan. Dan kasih sedikit hartamu untuknya."

Jawab kakek Irwan.

"Trimakasih kek. Sepulang ini saya akan mengecek lemari ibu saya. Oh iya kek, itu cucu kakek yah...?"

Tanya Pak Asep sambil memandangi Dara.

"Cantik sekali. Siapa namanya."

Ucapnya lagi.

Dara tersipu malu atas pujian Pak Asep yang mengatakan bahwa Dara cantik. Apalagi di samping Pak Asep ada cucunya yang seumuran dengan Dara, dia juga lumayan ganteng. Berkulit putih, sipit, mancung dan tinggi.

Dengan nada lemah lembut Dara menjawab pertanyaan Pak Asep.

"Saya Dara Om."

Jawabnya dengan senyum.

"Udah punya calon belum nak Dara, maaf kalo kurang sopan hehe."

Tanya Pak Asep lagi.

Lalu kakek Irwan menyambung dengan menjawab pertanyaan Asep.

"Banyak sih laki - laki yang datang untuk melamar Dara, tapi saya tidak cocok dengan mereka - mereka yang datang. Hari lahir orang tuanya pasti jeblog, kalo orang dulu itu namanya nujuz. Dan menurut primbon, jika salah satu orangtua mereka atau si pasangan hari lahirnya sama lalu menikah, maka rumah tangganya akan banyak melalui masalah."

Ucap kakek Irwan.

Begitulah jika masih terikat dengan ilmu kejawen, semua serba di larang. Kalau tidak patuh kata orang tua akan kena tulahnya.

Setelah lama bercakap - cakap antara kakek dengan Pak Asep ternyata hari lahir Pak Asep dan keluarganya semuanya berbeda.

Kebetulan Leon juga belum punya pasangan, dia masih mencari - cari wanita yang dia suka untuk di jadikan sebagai pendamping hidup.

"Kek, bagaimana jika Dara jadi menantu saya."

Ucap Pak Asep dengan wajah serius.

"Ayah apaan sih, cewe secantik Dara mana mau sama aku. Maaf yah Dara."

Dengan sangat sopan Leon meminta maaf kepada Dara atas kelakuan ayahnya yang sukanya ceplas - ceplos kalau ngobrol sama orang.

"Iya gak papa ko"

Jawab Dara dengan senyum.

"Yasudah kek, sebentar lagi sepertinya akan turun hujan, sebaiknya saya pamit dulu yah."

Ucap Pak Asep.

"Habisi dulu minumnya sama cemilannya pak."

Pinta Dara dengan ramah.

"Baiklah saya habiskan dulu."

Pak Asep dan Leon menghabiskan minuman yang telah di suguhkan oleh Dara.

Setelah menghabiskan secangkir minuman, Pak Asep dan Leon kembali berpamitan, kakek Irwan mengantar mereka sampai di depan.

"Kalian hati - hati di jalan yah. Apa sebaiknya bawa jas hujan saja buat jaga - jaga. Sebentar yah saya ambilkan."

Kakek Irwan mengambilkan jas hujan untuk Pak Asep dan Leon.

"Ini disimpen dulu aja di box motormu, kalo hujan baru kamu pake."

Ucap kakek sambil memberikan jas hujan miliknya.

"Trimakasih banyak yah kek. Saya pamit dulu."

Pak Asep mulai menjalankan sepeda motornya.

Setelah mereka pergi, kakek berbicara dengan Dara mengenai anak Pak Asep tadi, si Leon.

"Menurutmu bagaimana dengan anak Pak Asep tadi, atau kau juga menyukainya...?"

Tanya kakek sambil duduk di samping Dara.

"Sebenarnya Dara saat ini lagi pacaran sama kang Ali kek."

Jawab Dara sambil menundukkan pandangannya.

"Ali...?? Anaknya Bu Jamilah...?"

Tanya kakek agak keras. Kakek tahu betul tentang keluarga mereka, jadi kakek tidak setuju jika cucunya berpacaran dengan keluarga yang kurang baik.

"Loh, kok bisa - bisanya kamu pacaran sama dia. Ayah dia kan di penjara gara - gara tuduhan atas pencurian motor, masa kamu mau pacaran sama anak narapidana sih, yang bener aja kamu."

Ucap Kakek dengan sedikit kesal.

"Tapi kek, aku cinta sama dia. Dia juga cinta sama aku."

Jawab Dara dengan wajah polos.

"Kamu itu nyari pasangan harus jelas bibit bebet bobotnya, jangan asal cinta aja. Kamu itu cantik loh, kamu berharga, masa iya pacaran sama anaknya nara pidana sih, gimana masa depan kamu nanti, kalau ternyata anaknya sama kaya bapaknya. Apalagi dia juga tidak bekerja, suka keluyuran lagi."

Ucap kakek dengan sangat tegas.

"Kamu masih mau pacaran sama si Ali....?"

Tanya lagi Kakek.

"Bener juga si apa kata kakek, dia kan anak narapidana, tapi aku udah cinta sama dia, rasanya susah buat ngeluarin dia."

Ucap batin Dara.

Setelah mendengar nasehat dari kakek, Dara pergi ke kamar meninggalkan kakek yang masih duduk dan mengajaknya bicara.

"Dasar anak jaman sekarang, mikirin cinta aja. Nanti kalo udah nikah baru ngeluh, ngerasain nikmatnya kekurangan ekonomi.u Nah itu penyebab banyaknya perceraian, terutama karena urusan ekonomi. Di masa mudanya mah mikirnya cinta - cinta doang."

Ocehan kakek terdengar sampai kamar Dara. Membuat Dara semakin berfikir untuk masa depannya. Dara juga berencana akan memutuskan Ali ketika bertemu nanti. Karena dia tidak ingin memiliki masa depan yang suram bersama Ali.

Dara keluar dari kamarnya dan menemui kakek Irwan yang masih duduk di depan.

"Baik kek, aku mau mutusin Ali nanti, walaupun aku masih cinta banget sama dia."

Ucapnya sambil menangis.

"Cinta itu pembodohan, jangan mau hatimu dibutakan oleh cinta."

Ucapan kakek selalu mengandung nasehat yang banyak kebenaran. Membuat orang lain berfikir setelah mendengar ucapan dari kakek.

"Apa yang membuat kamu ingin memutuskan Ali..? Apa karna kamu melihat Leon lebih baik daripada Ali..?? Atau sebab lain..?"

Tanya kakek lagi.

Bab 2

"Kata - kata kakek bikin aku mikir tau gak sih. Aku gak pengen punya masa depan yang suram kek. Aku pengen punya masa depan yang indah dan bahagia. Menurut kakek Leon itu gimana sih kek, terus soal keluarganya gimana...?"

Jawab Dara dan bertanya balik kepada kakek.

"Leon itu anak tunggal, dia tampan, sopan, dan juga baik. Dia juga anak orang kaya, tadi kamu denger sendiri kan, emasnya yang hilang itu untuk masa depan anaknya si Leon. Kakek yakin, keluarga Asep bisa beri yang terbaik buat kamu."

Jawab kakek Irwan.

*****

Pak Asep dan Leon sampai di rumahnya. Sepulang dari rumah Kakek Irwan, Pak Asep langsung ke kamar ibunya yang masih tinggal serumah dengan Asep, kebetulan ibu dari Pak Asep tidak ada di rumah, dua sedang pergi arisan bersama teman-temannya.

"Yang di maksud oleh kakek Irwan lemari yang mana yah. Coba aku cek semua isi lemarinya."

Ucap Asep sambil menggelisahkan lemari di kamar ibunya.

Ibunya bernama Rossa. Dia seorang janda yang sudah lama ditinggal mati suaminya. Dia hobby sekali shopping dengan teman-teman arisannya, padahal dia tidak bekerja, hanya menghabiskan harta peninggalan suaminya. Semakin lama harta suaminya semakin berkurang, makanya Bu Rossa nekat mencuri perhiasan anaknya sendiri.

Rumah peninggalan suaminya juga sudah dia jual. Yang tersisa hanya beberapa emas yang dia pakai untuk pergi arisan bersama teman-temannya.

Istri Pak Asep menghampiri pak Asep di kamar ibunya.

"Gimana mas, apa sudah ketemu."

Ucap Bu Yuli istri Pak Asep.

"Kamu di luar aja sama Leon. Nanti kalo ibu datang kamu ajak ibu ngobrol dulu di ruang tamu, biar Leon kesini untuk memberitahuku bahwa ibu sudah pulang."

Pinta pak Asep.

"Baiklah, semoga saja belum dijual yah mas, jadi masih bisa ketemu."

Kata Bu Yuli.

"Ya berdoa saja, yasudah sana dulu cepet, nanti keburu ibu datang."

Bu Yuli pun pergi, tak lama kemudian setelah semua lemari yang ada di kamar ibunya di geledah oleh Pak Asep, akhirnya ketemu juga.

"Alhamdulillah, akhirnya apa yang aku cari ketemu juga. Ya allah terimakasih. Ternyata kakek Irwan memang benar, apa yang dia katakan memang nyata."

Ucap batin pak Asep.

Sebelum dia keluar dari kamar ibunya, Pak Asep merapikan kembali lemari yang telah dia buka. Sehingga tidak terlihat bahwa Asep telah memeriksa kamar ibunya sendiri.

"Ya allah, kenapa ibuku tega melakukan ini, padahal aku sudah kasih uang setiap bulan, dan aku rasa itu cukup, karena dia pun sudah aku sediakan makan lewat istri aku. Keterlaluan sekali ibuku."

Ucap batin Pak Asep lagi.

Pak Asep keluar dari kamar ibunya, dan membawa beberapa emas yang tersimpan didalam kotak emas berwarna merah, lalu memindahkan di brangkas besi tempat menyimpan uang, yang tersedia di kamarnya.

Setelah itu Pak Asep menghampiri istrinya yang masih menunggu ibu mertua di ruang tamu dengan Leon.

"Gimana mas..??? Sudah ketemu belum mas. Apa yang di katakan oleh kakek Irwan salah...?"

Tanya istrinya penasaran.

"Alhamdulillah benar kata Kakek Irwan. Sudah ayah temukan di dalam lemari ibu. Dan sudah ku simpan di dalam brangkas kamar kita."

Jawab pak Asep.

Mendengar jawaban suaminya dia tampak sangat lega. Pak Asep juga akan menyiapkan salah satu emas untuk ibunya, sesuai janji dengan kakek Irwan sebelumnya.

"Mas, kenapa ibumu tega berbuat itu kepada kita mas."

Tanya Bu Yuli.

"Entahlah, saya juga tidak tau, padahal tiap bulan saya sudah kasih uang. Tiap hari kamu juga masak buat ibuku kan....??"

Tanya Pak Asep, dia duduk di samping istrinya.

"Sudah pasti dong mas. Untuk apa ya dia melakukan ini."

"Ahh sudahlah yang penting sudah ketemu."

Jawab pak Asep singkat.

*****

"Dara, tolong belikan kakek rokok di warung, kembalinya buat kamu."

Perintah kakek kepada Dara sambil memberikan uang.

"Baiklah."

Dara berjalan ke arah warung, tiba-tiba dia bertemu Ali yang saat itu sedang membeli rokok juga.

"Ini adalah saat yang tepat untuk aku berbicara dengan Ali."

Ucap batin Dara.

"Ehh.. Bang Ali. Beli apa bang."

Sapa Dara dahulu.

"Ini lagi beli rokok, eneng sendiri mau beli apa..?"

Tanya balik Ali, pacar Dara.

"Aku juga sama mau beli rokok, di suruh kakek, biasa."

"emmmm.....nanti sore mau gak kita ke taman. Ada yang mau aku bicarakan sama abang."

Ucap Dara.

"Boleh juga, emang eneng mau ngomong apa, abang penasaran jadinya."

Tanya Ali penasaran.

"Nanti sore juga tau, yasudah aku pulang dulu yah bang, ini rokoknya udah di layanin soalnya."

Jawab Dara sambil menyangking tas plastik dari warung.

"Gak kaya biasanya Dara minta ketemu mendadak begini, ada apa yah dengan Dara."

Ucap batin Ali.

Sepulang dari warung, Dara langsung masuk ke kamar. Sebenarnya Dara dan Ali masih saling mencintai, bahkan Ali tidak pernah berniat untuk pisah dari Dara. Tetapi karena Ali seorang anak narapidana, jadi Ali juga terkena dampaknya.

Dara bingung harus gimana caranya agar dia tidak melukai hati Ali.

"Apa yang harus aku katakan kepada Ali. Alasan apa yang harus aku katakan untuk memutuskan hubungan aku sama Ali."

Pikir Dara sambil terlentang diatas kasur.

Dia hanya sedang menunggu waktu sore tiba dan bertemu dengan Ali di kamar.

*****

Tak lama kemudian ibu Pak Asep datang dengan teman-teman arisannya. Bu Rossa meminta Yuli sang menantunya membuatkan minuman dan menyiapkan cemilan untuk teman-temannya.

Meskipun umur ibu Rossa sudah berumur, tapi gayanya masih kekinian. Masih seperti anak muda jaman sekarang. Ibu - ibu sosialita, padahal tidak bekerja dan hanya mengandalkan uang pemberian anaknya, serta menghabiskan harta suaminya yang sudah lama meninggal.

Yuli memandang teman-teman Bu Rossa dengan prihatin, sudah pada berumur, tetapi pakaian mereka pada terbuka. Ada yang hanya memakai tengtop saja dengan celana pendek, ada yang memakai baju ketat dengan rok mini, ada juga yang rambutnya di semir dan memakai higheels yang haknya sangat tinggi. Ingin rasanya sedikit tertawa, tetapi Yuli takut ada yang tersinggung diantara mereka.

Yuli meminta bantuan suaminya untuk membuatkan minuman, dan dia menyiapkan beberapa cemilan.

"Mas. Aku tuh prihatin sama mereka, lihat saja penampilan mereka. Mereka hanya tau bersenang-senang padahal sudah pada berumur."

Ucap Bu Yuli.

"Yaudah lah biarin. Yang penting jangan kamu yang kaya begitu." Jawab pak Asep.

Yuli mengantarkan minuman kepada teman-teman ibu mertuanya.

Setelah 1 jam kemudian, semua tamu ibu mertuanya pulang ke rumahnya masing-masing.

Bu Rossa masuk ke dalam kamar. Dia mengunci pintu kamarnya dan memeriksa lemarinya. Dia merasa kehilangan sesuatu.

"Dimana emas yang aku ambil dari anak saya....? Kok gak ada ya. Apa jangan - jangan mereka sudah merasa kehilangan dan memeriksa lemariku...? Aduh gawat, gimana bisa bayar hutang kalo emas mereka hilang."

Ucap Bu Rossa sambil menemukan tangannya pelan - pelan ke jidatnya sendiri.

Bu Rossa keluar dengan wajah gelisah. Dia berpapasan dengan Asep di belakang.

"Ibu kenapa bu, apa ada yang sedang ibu cari....?"

Tanya Asep, anak kandung Bu Rossa.

"Eng....ga ada. Saya mau ke kamar mandi kok."

Jawab Bu Rossa dengan salah tingkah.

Bab 3

Waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 Dara mengganti baju dan juga merapikan rambutnya yang panjang, hitam, dan sedikit lebat dengan sisir gagang.

Dara menghadapkan dirinya sendiri ke cermin yang ada di dinding kamarnya.

"Aduuuuh gimana ya aku ngomongnya. Aku masih cinta banget sama dia. Masa iya sih aku tega mutusin dia. Terus apa yah Alasan ku mutusin dia, bingung deh aku."

"Aku bilang aja gak boleh pacaran sama kakek. Karena kemaren teman kakek ada yang anaknya hamil di luar nikah karena pacaran, makanya kakek aku melarang aku untuk pacaran. Ahh hha cakep deh, ide yang bagus. Aku rasa itu kata - kata yang tepat."

Ucap batin Dara sambil memikirkan ide untuk berbicara dengan Ali.

Dara keluar dari kamarnya. Dia hanya membawa tas kecil untuk menaruh Hp nya.

"Mau kemana kamu...?"

Tanya kakek yang saat itu juga sedang duduk di ruang tamu sambil merokok.

"Mau ketemu Ali kek, seperti yang ku katakan kemarin sama kakek."

Ucap Dara dengan jujur.

"Yasudah sana, jangan lama-lama dan hati - hati yah."

Pinta kakek.

Dara menganggukkan kepalanya sebagai isyarat berkata iya.

Dara melangkahkan kakinya untuk pergi keluar bertemu dengan Ali.

Tak jauh lokasi dari rumah dara ke taman, hanya berjalan kaki saja. Setelah Dara sampai di taman ternyata Ali sudah datang terlebih dahulu, Dara melihat Ali membawa sebuah kotak kado.

"Kamu udah lama disini yah.?"

Tanya Dara kepada Ali.

"Engga juga sih, baru 5 menit disini. Oh iya happy aniversary yang ke 3 tahun yah, aku ada kado buat kamu, tolong di terima yah."

Jawab Ali dengan menyerahkan sebuah kado, sebagai hadiah aniversary.

Dara sama sekali tidak ingat kalau hari ini hari aniversary mereka yang ke 3 tahun. Dara bingung harus berkata apa, rasanya tak tega jika harus mutusin Ali saat ini. Ali sudah mengingat hari aniversary mereka sedangkan Dara sama sekali tidak. Itu tandanya Ali lebih mencintai Dara dibandingkan cinta Dara kepada Ali.

"Hmmm kok aku bingung yah mau mutusin Ali. Kasian liatnya kalo dia patah hati di hari spesial ini. Niat aku minta ketemu disini padahal untuk mutusin Ali, tapi dia ko malah jadi makin so sweet gini sih."

Ucap batin Dara bingung.

"Bukanya nanti yah neng kalo dirumah. Oh iya harapan kamu pada hubungan kita ini apa...?"

Tanya Ali sambil duduk di sebuah taman, Dara pun ikut duduk juga di taman.

Dara bingung harus jawab apa, apakah dia harus jawab lebih baik kita putus, atau berpura-pura memberi dukungan untuk hubungan mereka dan berdoa yang terbaik untuk hubungan mereka.

"Dara, kenapa kamu diam saja. Yaudah lah, kalo harapan aku sih kita makin awet sampai ke jenjang pernikahan, aku akan cari kerja buat nikahin kamu, meskipun merantau dan jauh dari kamu sementara."

Ucap Ali lagi.

Dara semakin bingung untuk menjawab kata - kata Ali.

"Emmmm makasih yah kamu sudah inget sama hubungan kita."

Jawab Dara dengan senyum.

Ali mengira bahwa Dara mengajak Ali ketemu untuk mengucapkan aniversary juga. Padahal tidak.

Justru malah Dara tidak ingat sama sekali dengan berapa lama hubungan mereka yang telah mereka jalin.

Rasanya Dara jadi tak tega jika hari ini harus memutuskan hubungannya dengan Ali. Dia fikir, mungkin bisa mengucap putus di lain waktu.

"Lebih baik jangan sekarang, gak tega aku liat Ali terluka di hari special ini."

Ucap batin Dara.

Niatnya memutuskan Ali malah jadi semakin iba kepada Ali. Selama 3 tahun ini mereka tidak pernah ada masalah dalam hubungan mereka, cinta Ali kepada Dara benar - benar tulus. Hanya saja dia tak berharta, dia hanya punya cinta untuk Dara.

Namun, semakin dewasa Dara semakin menyadari bahwa hidup bukan hanya soal cinta, tetapi juga butuh materi.

"Apa yang akan abang lakukan untuk hubungan kita yang sudah lama ini bang...??"

Tanya Dara sambil menatap Ali dalam - dalam.

"Abang akan bekerja, setelah uangku sudah terkumpul, abang akan melamar eneng."

Jawab Ali, dia menatap Dara sambil mengusap rambutnya.

"Setelah abang melamar aku, apakah abang akan menikahi aku dalam waktu dekat...??"

Tanya Dara lagi.

"Ya engga dong sayang... abang kan perlu uang lagi buat nikahin eneng, mungkin butuh waktu 3 tahun lagi setelah abang melamar eneng. Abang harap eneng bisa sabar."

Jawab Ali.

Ali hanya lulusan SMP saja sekolahnya. Sedangkan Dara lulusan Sarjana. Ali selalu kesusahan mencari pekerjaan. Apalagi ditambah ayahnya yang kena kasus pidana karena mencuri.

Dara berfikir bagaimana untuk ke depannya jika mereka berdua sampai menikah. Bagaimana bisa Ali menafkahi Dara, paling tidak Ali hanya bisa menafkahi sedikit, karena pekerjaan sudah pasti akan seadanya.

Dia mulai membandingkan antara Ali dengan Leon. Leon sama - sama lulusan sarjana, dia juga sudah bekerja di sebuah perusahaan ternama.

Kalau dibilang, Leon sudah jadi paket lengkap idaman wanita, sudah ganteng, banyak warisan, putra tunggal lagi, benar-benar idaman para wanita.

******

Pak Asep bertanya kepada Bu Rossa tentang perhiasan yang dia temukan di kamar ibunya.

"Ibu duduk dulu sini, ada yang mau aku bicarakan sama ibu."

Pak Asep meminta ibunya untuk duduk empat mata dengan Pak Asep.

"Apa yang akan kamu tanyakan sep..?"

Tanya Bu Rossa sambil duduk di samping Pak Asep.

"Kemarin saya dan Yuli kehilangan perhiasan yang kita simpan untuk masa depan Leon, dan ternyata aku menemukan di lemari ibu. Kenapa sih ibu tega melakukan ini..? Kan setiap bulan aku selalu kasih ibu uang. Apa belum cukup...?"

Tanya Pak Asep dengan nada pelan supaya tak menyakiti hati ibunya.

Bu Rossa sedikit kaget mendengar ucapan Asep.

"Maafin ibu Asep, saya hanya bingung saja. Saya punya hutang sama temen, dan temen saya minta dibalikin. Jadi saya nekat mengambil emas milik kalian."

Jawab Bu Rossa.

"Yasudah, ibu jangan diulangi lagi yah, terus ibu juga harus ingat sama umur. Ibu itu sudah berumur, cobalah untuk hidup sewajarnya saja."

Nasehat pak Asep untuk Bu Rossa.

Pak Asep memberikan sedikit emas untuk ibunya.

"Ni buat ibu, barangkali bisa buat bayar hutang ibu sama teman ibu."

Ucap Pak Asep.

"Terimakasih nak, ibu janji gak akan pernah mengulangi perbuatan ibu."

Jawab Bu Rossa.

Setelah duduk lama dengan ibunya, Pak Asep datang ke kamar Leon. Dia menghampiri Leon dan mengajaknya ngobrol.

"Nak, kamu ini sudah dewasa, kamu harusnya sudah punya calon mantu untuk ayah sama ibu kamu."

Ucap Pak Asep kepada Leon, anak semata wayang.

"Leon gak suka sama cewe jaman sekarang pah, gak ada yang membuat Leon tertarik selain Dara."

Jawab Leon.

"Kamu benar-benar naksir sama Dara...? Apa kamu tidak ada keraguan sama dia..? Kamu kan belum mengenal lama sama Dara."

Ucap Pak Asep lagi.

"Kayaknya Leon tuh pernah ketemu dia di kampus deh dulu. Tapi sekedar berpapasan aja sih."

Jawab Leon.

Pak Asep berniat untuk bertamu kembali di rumah Kakek Irwan, dan mempertemukan Leon dengan Dara. Memang sangat cantik wajah Dara, sehingga membuat Leon terus terbayang dengan wajah Dara.

*****

Kakek Irwan menunggu Dara pulang, tapi tak kunjung datang juga, padahal sudah sangat sore, sebentar lagi akan tiba adzan maghrib.

Tak lama kemudian Dara datang. Dia langsung masuk ke kamarnya dan mengunci pintu. Dia mengambil boneka panda dari Ali beberapa tahun yang lalu, hadiah aniversary saat hubungan mereka masih satu tahun.

Saat itu ayah Ali belum menjadi tersangka, dan belum berada di penjara. Jadi hubungan mereka juga masih baik-baik saja.

Kakek mengetuk pintu Dara.

"Dara. Apa kamu baik-baik saja..?"

"Kamu kan belum makan dari sore, ayo kita makan. Bentar lagi adzan maghrib loh, kamu jangan di kamar gak baik."

Ucap kakek.

Tak lama kemudian Dara keluar. Dia pun makan bersama kakek dimeja makan. Hanya Dara cucu yang selalu menemani Kakek, berbeda dengan cucu kakek yang lain.

Claudia ibu Dara sudah lama merantau dengan suaminya, dia meninggalkan Dara karena mereka rasa Dara sudah cukup besar dan bisa merawat dirinya sendiri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!