NovelToon NovelToon

THE SECRET (The Power Of Love Conquers All)

PROLOG

Mereka berdua telah menjalin pertemanan sebelum mereka saling mengerti jika seharusnya mereka berdua saling membenci satu sama lain.

Dua gadis yang masih berusia dini tanpa sengaja bertemu dalam sebuah perayaan tahuan di perbatasan antara Kerajaan Northumbria dan Kerajaan Stewart. Kejadian itu juga merupakan pengalaman pertama bagi Jacelyn Raymond, bertemu dan bermain bersama orang orang dari Kerajaan Stewart. Juga sebuah perjalanan jauh yang baru pertama kali Jacelyn tempuh dari rumahnya yang berada di ujung pelosok Kerajaan Northumbria. Jacelyn jelas sangat merasa bahagia sebab hal ini merupakan petualangan pertama bagi dirinya, di setiap perjalanan gadis kecil itu bahkan enggan untuk menutup kedua mata cantiknya meski jam sudah memasuki waktu tidur siang nya. Ada begitu banyak hal menarik yang menjadi pusat perhatian Jacelyn sehingga gadis kecil itu enggan untuk mengabaikan nya. Dan tentu bagi seorang gadis kecil yang masih memiliki banyak rasa ingin tahu, ada banyak kenakalan yang di lakukan oleh nya bahkan sampai melibatkan orang lain.

Ainsley Callista Chloe juga merupakan gadis yang terlibat dalam kenakalan. Karena hal itu dirinya di hukum oleh sang Ayah yang membuatnya harus duduk di atas batu hukuman yang terletak cukup jauh dari keramaian. Ainsley Callista di haruskan duduk diam sambil merenungi kesalahan nya hingga sang Ayah menjemput nya nanti. Gadis itu perlu waktu untuk sendiri pikir sang Ayah.

Namun karena Ainsley Callista tidak mengerti arti dari kata "merenungi", gadis kecil itu tidak mematuhi perintah dari Ayahnya itu. Pikiran kecilnya saat ini sedang Fokus pada seekor lebah bertubuh gembul yang sedari tadi terus terbang melingkari kepalanya.

Di sisi lain Jacelyn juga melihat apa yang di alami oleh Ainsley Callista. Jacelyn turut merasa iba kepada gadis kecil itu, karena kenakalan nya hingga dia harus di hukum oleh Ayahnya. Jacelyn merasa jika hal yang menimpa gadis kecil itu merupakan dirinya, pasti dia telah menangis keras saat paman Oilbhries menghukum nya. Namun gadis yang berambut merah menyala itu bahkan tidak meringis sedikit pun pada saat Ayahnya menghukum dirinya.

Karena gadis kecil itu terlihat sangat menggemaskan Jacelyn memutuskan untuk berbicara dengan gadis itu. Dia menunggu hingga Ayah sang gadis pergi meninggalkan anak nya di atas batu hukuman. Kemudian, Jacelyn berlari kearah belakang batu untuk menyelinap menemui gadis itu.

"Ayahku tidak akan pernah bisa menghukum ku, " Jacelyn mengatakan kata perkenalan.

Ainsley Callista tidak menoleh atau pun menjawab suara gadis kecil yang sedang mencoba mengajak nya berbicara. Ainsley Callista terlalu takut untuk mengalihkan pandangan nya dari lebah gembul yang sedari tadi berada di atas kepalanya namun kini telah berpindah di antara kedua lututnya.

Jacelyn tidak menyerah meski di diami oleh Ainsley Callista. "Karena Ayahku sudah mati, bahkan sebelum aku dilahirkan." Lanjutnya memberi tahu.

"Lalu bagaimana kau bisa tahu apakah dia akan menghukum mu atau tidak?"

Jacelyn menggelengkan kepalanya seraya mengangkat bahu. "Aku hanya tahu dia tidak akan melakukan nya," jawabnya, " Caramu berbicara sungguh lucu, seperti ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokan mu. Apakah memang begitu?"

"Tidak," jawab Ainsley Callista. "Cara bicaramu juga lucu,"

"Kenapa kau tidak mau melihat ku?"

"Aku tidak bisa."

"Mengapa kau tidak bisa?" tanya Jacelyn.

"Aku harus mengawasi lebah gendut itu, " jawab Ainsley Callista. "Dia sedang bersiap mau menyengat ku. Karena itu aku harus bersiap untuk memukulnya nanti."

Jacelyn mendekat untuk melihat binatang yang sedang di bicarakan oleh teman barunya itu. Dia melihat seekor lebah bertubuh gendut sedang berputar putar di antara kedua lutut teman nya. "Kenapa kau tidak langsung memukulnya saja?" bisik Jacelyn.

"Aku takut," kata Ainsley Callista. "Jika nanti pukulan ku meleset lebah itu pasti akan langsung berhasil menyengat ku."

Jacelyn berfikir sejenak. "Apa kau ingin aku memukulnya untuk mu?"

"Apa kau mau?"

"Mungkin aku mau," kata Jacelyn. "Siapa namamu?" tanya nya kemudian, sambil melihat situasi untuk bersiap akan memukul lebah gendut itu. Meski sebenarnya Jacelyn sendiri merasa takut tapi demi menunjukan bahwa dia seorang pemberani di depan teman baru nya, Jacelyn harus bisa melakukan nya.

"Ainsley Callista. Siapa namamu?"

"Jacelyn. Bagaimana bisa kau mempunyai nama dua kata? Aku bahkan belum pernah mendengar seseorang memiliki nama lebih dari satu kata sebelumnya."

"Aku pun merasa bingung. Semua orang selalu menanyakan hal itu kepadaku, tapi aku tidak tahu," Ujar Ainsley. Gadis kecil itu terlihat membayangkan banyak hal hingga menghembuskan nafas dengan sangat berat. "Ainsley itu nama mamaku. Dia meninggal saat melahirkan ku. Callista itu nama nenekku, dan dia juga meninggal dengan cara yang sama. Mereka tidak bisa di kuburkan di tanah suci karena menurut Gereja mereka tidak bersih. Ayahku berharap aku bisa menjaga sikap ku agar jika nanti aku masuk kedalam surga, dan di saat Tuhan menyebut nama mu, Dia akan mengingat Mama dan juga nenek ku."

"Karena Gereja bilang kalau mereka tidak bersih?"

"Sebab mereka sedang melahirkan saat mereka meninggal," Ainsley Callista menjelaskan. " Apa kau tidak mengetahui apa apa, Gadis kecil?"

"Aku mengetahui beberapa hal."

"Dan aku tahu semua hal," bual Ainsley Callista. "Setidaknya menurut Ayah ku seperti itu, Oh iya aku bahkan tahu bagaimana bayi bisa berada di dalam perut Mama. Apa kau juga tahu itu?"

"Aku tidak tahu" Jawab Jacelyn polos sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Begitu mereka menikah, Papa akan meludah kedalam gelas anggurnya kemudian dia akan membuat Mama meminum anggur itu. Segera setelah nya dia akan memiliki bayi di dalam perutnya."

Jacelyn meringis jijik mendengar informasi yang menjijikan itu. Jacelyn ingin mendengar lebih banyak informasi dari teman baru nya, namun niatnya terhenti saa Ainsley Callista tiba tiba histeris. Karena merasa penasaran Jacelyn mendekatkan diri. Sedetik kemudian gadis kecil itu juga ikut histeris seperti temannya. Lebah gembul yang sebelumnya berada di antara kedua lutut Ainsley Callista, kini telah berpindah di ujung sepatu Ainsley Callista. Semakin lama di perhatikan oleh Jacelyn lebah itu terlihat semakin besar.

Pembicara mengenai melahirkan langsung teralihkan begitu saja. " Apa kau sudah siap untuk memukulnya sekarang?" tanya Ainsley Callista penuh harap.

"Aku sedang bersiap-siap."

"Apa kau merasa takut?"

"Tidak," bohong Jacelyn. "Aku tidak takut pada apapun. ku rasa kau pun demikian."

"Mengapa kau berpikir demikian?"

"Karena kau tidak menangis saat Ayah mu menghukum mu," Ujar Jacelyn.

"Itu karena dia tidak benar benar meninggal ku. Dia hanya ingin aku merenungi kesalahan ku. Tetapi apa itu merenung?" kata Ainsley Callista dengan mengangkat kedua bahu nya acuh tak mengerti sedikit pun.

"Lagi pula dia tidak akan pernah bisa meninggalkan ku. Karena hal itu akan sangat menyakiti hati nya. Setidaknya, seperti itu yang di katakan oleh paman ku. Mereka bilang, Ayah begitu menyayangi ku, mungkin kelak Dia akan menyengsarakan lelaki malang yang kelak akan menikahi ku saat aku dewasa sebab Ayah terlalu memanjakan ku."

"Siapa nama paman mu itu?"

"Paman Norrie dan Paman Kester." Jawab Ainsley. "Aku akan menutup mata ku rapat rapat saat kau telah bersiap untuk memukul lebah gendut itu."

Karena Jacelyn begitu bertekad untuk membuat teman barunya terkesan kepada dirinya, gadis itu tidak memikirkan lagi konsekuensinya. Dia sudah bersiap dengan mengulurkan tangan mungilnya untuk bersiap memukul lebah itu, namun saat lebah itu telah berada di atas telapak tangan Jacelyn kepakan sayap lebah gendut itu begitu menggelitik tangan Jacelyn, sehingga tanpa sengaja dia menautkan jari jemarinya secara naluri.

Sesaat kemudian, Jacelyn mulai berteriak kesakitan, Ainsley Callista sontak kaget hingga langsung berdiri di atas batu untuk membantu Jacelyn dengan satu satunya cara yang gadis kecil itu tahu. Yaitu berteriak sekencang mungkin hingga ada seseorang yang menuju kearah mereka.

Jacelyn yang merasa sangat kesakitan reflek berlari kencang mengelilingi batu hukuman hingga kehabisan nafas sambil berteriak sangat kencang. begitu pun dengan Ainsley Callista yang juga menyusul Jacelyn sambil berteriak tak kalah kencangnya.

Ayah Ainsley Callista sontak berlari menuju putrinya saat mendengar teriakan sang buah hati. Dia langsung menangkap tubuh Ainsley Callista terlebih dahulu dan saat Ainsley Callista telah menjelaskan kronologi nya baru lah ia mengejar Jacelyn.

Jangan pula dukung cerita ini yah🥰 dan tunggu terus kelanjutan ceritanya❤️

maaf Apabila terdapat kesamaan nama tokoh, alur cerita dan kesalahan dalam membuatnya 🙏🏻

PROLOG II

Beberapa menit kemudian, kedua gadis kecil itu telah berhasil di tenangkan oleh ayah Ainsley Callista. Tangan Jacelyn pun telah di balit menggunakan kain dingin yang sejuk sehingga gadis kecil itu merasa cukup nyaman sekarang. Dengan lembut papa Ainsley Callista mengusap air mata di ujung mata Jacelyn menggunakan seujung kain jubah miliknya.

Saat ini, kedua gadis itu sedang meringkuk di kedua sisi pangkuan papa Ainsley Callista yang kini telah duduk di atas batu hukuman. Ainsley Callista meringkuk di sebelah kanan. Sedangkan, Jacelyn meringkuk di sebelah kiri.

Jacelyn merasa sangat terharu, saat ayah Ainsley Callista terlihat begitu mengkhawatirkan dirinya. Selama ini tidak pernah ada orang yang begitu mengkhawatirkan dirinya seperti yang di lakukan Papa temanya itu. Jacelyn terdiam sambil menahan malu karena semua perhatian yang di dapatkan olehnya dari Papa teman barunya itu. Namun, Jacelyn tidak menolak semua perhatian itu, justru Jacelyn merasa sangat nyaman dan ingin terus merasakan perhatian itu.

"Kalian berdua merupakan pasangan yang sangat buruk," ujar sang Ayah kepada kedua gadis yang berada di dalam dekapannya.

"Kalian berteriak lebih kencang dari terompet yang sedang di mainkan di sana." Sambil menunjuk terompet festival yang sedang di mainkan di tengah lapangan sana.

"Dan berlari berputar putar seperti sekor cacing yang sedang kepanasan."

Mendengar perkataan Ayah Ainsley Callista. Jacelyn mendongkrak kan wajah nya untuk melihat, apakah Ayah Ainsley Callista sedang marah atau tidak. Namun Jacelyn tidak menemukan jawaban apapun. Sebab, Suara lelaki itu terdengar kasar, namun di wajah nya tidak ada yang berkerut seperti orang yang sedang marah.

Sedangkan Ainsley Callista. Gadis itu malah terkikik saat mendengar apa yang di sampaikan oleh Ayah nya. Melihat hal itu, Jacelyn menyimpulkan jika Papa teman barunya itu pasti hanya bergurau saja.

"Lebah itu jelas membuat nya kesakitan, Papa." Kata Ainsley Callista.

"Aku juga berfikiran seperti itu," kata sang Ayah menyetujui perkataan Ainsley Callista. Sang Ayah berbalik menatap Jacelyn, yang ternyata sedang menatap dirinya. "Kau memang seorang gadis pemberani, karena telah menolong putri ku," pujinya. "Tapi, jika ada lain kali, cobalah untuk tidak menangkap lebah, oke."

Jacelyn mengangguk dengan patuh.

Lelaki itu menepuk lengan kecil Jacelyn. "Kau gadis kecil yang sangat cantik," Dia mengamati. "Siapa namamu, Nak?"

"Namanya Jacelyn, Papa, dan dia temanku. Bisakah aku membawanya pulang Papa?"

"Aku ingin menyimpannya di rumah." Kata Ainsley Callista.

"Oh Tuhan. Tentu saja tidak Ainsley Callista." Tolak sang Ayah dengan lembut.

"Dia bukan sebuah mainan sayang. Tetapi jika dia ingin, kita bisa mengajak nya pergi malam malam di rumah kita."

"Yey, Jacelyn kita akan pergi makan malam di rumah ku malam nanti." Sahut Ainsley Callista dengan bersemangat. Sedangkan Jacelyn hanya mengangguk setuju.

"Tepi. Hal itu tentu saja tergantung pada kedua orang tuanya," Timpal sang Ayah.

"Papanya sudah meninggal," ujar Ainsley Callista. "Bukankah itu menyediakan, Papa?"

"Ya, tentu saja," lelaki itu setuju. "Dia memiliki mata biru yang paling indah yang pernah ku lihat." Katanya sambil memperhatikan wajah Jacelyn.

Meski masih berusia kanak kanak. Tidak bisa di pungkiri jika Jacelyn memiliki wajah yang sangat cantik nan imut. Hanya saja wajah seperti Jacelyn tidak terlalu di sukai oleh Ayah Ainsley Callista. Sebab wajah itu merupakan wajah orang orang yang di benci oleh Kerajaan nya.

"Apa aku juga memiliki mata terindah yang pernah kau lihat, Papa?"

"Ya, kau juga, Ainsley Callista. Kau mempunyai mata coklat terindah yang pernah ku lihat. Kau benar benar memiliki nya."

Ainsley Callista merasa sangat senang dengan pujian yang di berikan oleh Ayah nya. Gadis itu mendekatkan wajah nya ke wajah sang Ayah untuk sebuah ciuman di pipi Ayahnya.

"Papanya meninggal sebelum dia dilahirkan," ujar Ainsley Callista kemudian. Ainsley Callista hanya mengingatkan informasi itu, yang dia dapat dari Jacelyn sebelum nya. Ainsley Callista merasa jika Papanya pasti ingin mendengar hal itu juga.

Lelaki itu mengangguk, kemudian berkata, "Sekarang, Putriku, aku ingin kau benar benar diam saat aku bicara dengan teman mu."

"Iya, Papa."

Lelaki itu kemudian mengalihkan perhatian nya kepada Jacelyn. Dia merasa sedikit resah saat melihat Jacelyn terpaku melihat kearah nya. Gadis kecil itu terlihat sangat serius, Bahkan terlalu serius jika di bandingkan dengan anak seusianya.

"Berapa umurmu, Jacelyn?"

Gadis itu mengangkat empat jari tangan nya yang mungil.

"Papa, tidak kah kau melihat? Umurnya sama dengan ku."

"Tidak, Ainsley Callista, umurnya tidak sama dengan mu. Jacelyn berumur empat tahun, sedangkan kau saat ini telah berumur lima tahun. Kau ingat?"

"Aku ingat, Papa."

Lelaki itu tersenyum pada putrinya, lalu kembali berbicara dengan Jacelyn. "Kau tidak takut padaku, bukan?"

"Dia tidak takut pada apapun. Setidaknya itu yang dia katakan padaku."

"Ssst, diam lah, putriku. Aku ingin mendengar temanmu berbicara sedikit saja. Jacelyn, apa Mqamamu berada di sini?"

Jacelyn menggelengkan kepalanya. Gadis itu mulai terlihat gelisah sambil melilit lilitkan rambut pirang terang miliknya. Namun, mata gadis itu tetap tertuju pada wajah Ayah Ainsley Callista.

Sedari tadi, Jacelyn sangat memperhatikan wajah lelaki itu. Wajah lelaki itu di penuhi dengan bulu kumis dan janggut. Dan saat lelaki itu berbicara bulu bulu kecil itu akan saling bergetar satu sama lain. Jacelyn berharap dirinya bisa menyentuh bulu bulu itu, supaya dirinya bisa mengetahui bagaimana rasanya.

"Jacelyn? Apa Mamamu ada di sini?" ulang Ayah Ainsley Callista.

"Tidak, Mama tinggal bersama Paman Oilbhries. Mereka tidak tahu jika aku berada di sini. Ini akan menjadi sebuah rahasia, dan jika aku menceritakannya, aku tidak akan pernah bisa kembali melihat perayaan festival ini. Bibi Olivia bilang begitu padaku."

Begitu gadis kecil itu mulai berbicara. Jacelyn ingin menceritakan semua yang dia ketahui. "Paman Oilbhries bilang dia sudah seperti Papaku, tapi dia hanya Kakak Mamaku dan aku tidak pernah duduk di pangkuannya. Aku juga tidak akan pernah mau jika aku bisa, tapi aku tidak bisa jadi itu tidak masalah, bukan?"

Ayah Ainsley Callista merasa kesulitan dalam memahami apa yang sedang Jacelyn jelaskan pada nya. Namun, lain halnya dengan Ainsley Callista yang langsung mengerti apa yang sedang Jacelyn katakan.

"Kenapa kau tidak bisa jika kau mau?" tanya Ainsley Callista.

"Kaki Paman ku patah."

Ainsley Callista langsung menutup mulutnya tak menyangka. "Papa, bukankah itu menyedihkan?"

Ayah Ainsley Callista hanya bisa menghembuskan nafas panjang, tanpa tahu harus berbicara apa. Percakapan kedua gadis itu di luar kendali miliknya.

"Ya, tentu saja," jawab lelaki itu setuju. "Sekarang, Jacelyn, jika Mamamu ada di rumah, bagaimana kau bisa berada di sini?"

"Dengan Adik Mamaku," jawab Jacelyn. "Aku biasanya tinggal bersama Bibi Olivia dan Paman Noriie, tapi Mama tidak mengizinkan ku lagi."

"Kenapa?" tanya Ainsley Callista.

"Karena Mama mendengar saat aku memanggil Paman Noriie dengan sebutan 'Papa.' Dia sangat marah dan langsung memukul kepalaku. Kemudian Paman Oilbhries bilang kalau aku harus tinggal bersama dia dan Mama selama setengah tahun sehingga aku bisa tahu siapa orangtuaku, dan Bibi Olivia dan Paman Noriie harus menerima ketiadaan ku. Begitulah yang di katakan Paman Oilbhries. Mama tidak mau melepaskan aku walau hanya setengah tahu, tapi Paman Oilbhries belum mulai acara minum-minum sehabis makan malamnya sehingga Mama tahu kalau lelaki itu pasti akan mengingat apa yang di katakan nya pada Mama. Lelaki itu selalu mengingatkan semuanya saat dia sedang tidak mabuk. Mama kembali mengamuk."

"Apa mamamu mengamuk karena dia akan sangat merindukan mu selama setengah tahun lain nya?" Tanya Ainsley Callista.

"Tidak," bisik Jacelyn. "Mama bilang, aku ini pengganggu."

"Lalu kenapa dia tidak ingin kau pergi?"

"Dia tidak suka Paman Norrie," jawab Jacelyn. "Itu sebabnya, dia melakukan hal yang berlawanan."

"Kenapa dia tidak menyukai Paman mu?" Ainsley Callista ingin tahu.

"Karena Paman Noriie memiliki hubungan dengan Stewart (kerajaan) sialan," jawab Jacelyn mengulang apa yang di dengarnya berulang ulang di rumahnya. "Mama bilang, aku bahkan tidak boleh berbicara dengan orang kerajaan Stewart sialan."

"Papa, apakah aku Stewart sialan?"

"Kemungkinan besar bukan."

"Bagaimana dengan ku?" tanya Jacelyn, kekhawatiran terdengar jelas dalam nada bicaranya.

"Kau orang kerajaan Northumbria, Jacelyn?" Papa Ainsley Callista menjelaskan dengan sabar.

"Apakah aku Northumbria sialan?"

Papa Ainsley Callista terlihat jelas tidak suka dengan apa yang Jacelyn katakan.

"Tidak ada satu orangpun yang sialan," jelas lelaki itu. ia hendak mengatakan sesuatu, namun kemudian dia tertawa sendiri kala mengingat apa yang hendak dia katakan.

"Aku sebaiknya mengingat untuk tidak mengatakan apa-apa di depan kalian, karena aku tak ingin kalian mengucapkan nya kembali di masa depan."

"Kenapa begitu, Papa?"

"Tak usah kau pikirkan," jawab lelaki itu.

Lelaki itu berdiri, sambil menggendong putri nya di satu lengan nya, dan Jacelyn di lengan yang lain. Kedua gadis kecil itu melonjak senang saat lelaki itu berpura pura mendak menjatuhkan kedua nya.

"Sebaiknya kita mencari Bibi mu sebelum mereka mulai khawatir, Jacelyn. Tunjukan aku jalan menuju tendamu, Gadis kecil."

Seketika, Jacelyn merasa sangat ketakutan. Gadis kecil itu tidak mengingat di mana letak tenda miliknya. Karena dia belum mengerti warna, Jacelyn bahkan tidak bisa memberikan sebuah gambaran pada Papa Ainsley Callista.

...🍁...

jangan lupa dukung terus karya aku yah🥰 terimakasih yang sudah mau membacanya ❤️ love you ❤️

PROLOG III

Jacelyn berusaha untuk tidak menangis di hadapan Ayah Ainsley dan juga Ainsley Callista. Ia menundukkan kepalanya dan mulai berbisik, "Aku tidak ingat."

Tubuh Jacelyn menegang seketika, dirinya sudah bersiap untuk menerima kemarahan dari lelaki yang sedang menggendongnya itu. Jacelyn mengira jika Papa Ainsley Callista akan meneriakinya karena terlalu bodoh. Seperti yang selalu di lakukan oleh Paman Oilbhries kapan pun lelaki itu sedang mabuk mabuk.

Dia mengungkit tentang hal yang tidak bisa Jacelyn lakukan dengan baik. Pamannya itu akan sangat marah kepada Jacelyn dan akan selalu mengatakan hal buruk tentang Jacelyn jika dirinya sedang tidak merasa puas pada gadis kecil itu.

Namun, Papa Ainsley Callista tidak marah, Jacelyn melirik kearah lelaki itu dan mendapati bahwa dia sedang tersenyum lembut padanya. Kegelisahan nya segera menguap setelah Ayah Ainsley Callista mengatakan supaya Jacelyn tidak perlu merasa khawatir. Dia akan segera menemukan keluarga Jacelyn, janji lelaki itu.

"Apakah mereka akan merindukanmu kalau kau tidak kembali?" tanya Ainsley Callista.

Jacelyn mengangguk. "Bibi Olivia dan Paman Noriie akan menangis," jawabnya.

"Kadang aku berharap jika mereka adalah Mama dan Papaku. Aku sungguh mengharapkan nya."

"Karena apa?" tanya Ainsley Callista.

Jacelyn mengangkat kedua bahunya. Ia tidak tahu bagaimana harus menjelaskan sebabnya.

"Yah, tidak ada salahnya jika kita berharap," ujar Papa Ainsley Callista.

Jacelyn merasa sangat bahagia dengan persetujuan lelaki itu, kemudian Jacelyn mulai menyandarkan kepalanya di pundak Ayah Ainsley Callista. Jubahnya yang hangat terasa kasar di pipi mulus Jacelyn. tetapi itu tidak masalah selagi aroma butuh lelaki itu cukup menyenangkan dalam penciuman Jacelyn.

Jacelyn berpikir jika lelaki itu merupakan Papa terhebat di dunia. Alangkah beruntungnya Ainsley Callista memiliki Papa seperti dia. Jika saja Jacelyn juga memiliki nya, mungkin saja, dirinya akan merasa sangat bahagia di setiap hari nya.

Jacelyn mendongkrak, untuk melihat apakah Ayah Ainsley Callista sedang melihat kearahnya atau tidak. Karena lelaki itu sedang tidak melihat kearahnya sekarang, Jacelyn memutuskan untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Dengan menjulurkan tangan mungilnya untuk memegang janggut yang di penuhi dengan bulu itu. Bulu-bulu pendek itu terasa menggelitik tangan Jacelyn hingga gadis kecil itu terkikik karenanya.

"Papa, apa kau menyukai teman baruku?" tanya Ainsley Callista saat mereka akan sampai ke dalam acara festival.

"Tentu saja."

"Bolehkah aku menyimpannya?"

"Demi Tuhan... Tidak, Kau tidak bisa menyimpan nya. Dia bukan anak anjing. Tapi, kau bisa berteman dengan nya," kata lelaki itu jengah dengan pertanyaan yang hampir serupa dengan pertanyaan sebelumnya.

"Selamanya, Papa?"

Ainsley Callista menanyakan hal itu kepada Ayahnya, tetapi Jacelyn-lah yang menjawab nya. "Selamanya," bisiknya malu-malu.

Ainsley Callista menggenggam tangan Jacelyn "Selamanya," ia berjanji.

...Dan begitulah semuanya dimulai....

Sejak saat itu, kedua gadis itu menjadi tak terpisahkan satu sama lain. Selama festival itu berlangsung kurang lebih tiga minggu lamanya, dengan banyaknya Klan yang datang dan pergi, dan berbagai pertandingan kejuaraan yang diadakan, bahkan sampai akan memasuki jadual hasil pertandingan yang akan di adakan di hari minggu terakhir.

Kedua gadis kecil itu bahkan hampir tidak menyadari di setiap pertandingan yang ada, yang bahkan sudah hampir selesai di selenggarakan itu. Mereka berdua terlalu sibuk dengan dunia mereka sendiri.

Dan yang pasti, kedua gadis itu sangat menguji kesabaran keluarga mereka masing masing. Sebab Ainsley Callista yang sudah mulai terbiasa menggunakan kata "sialan" di setiap kalimat nya, sedangkan Jacelyn juga sering menggunakan kata "menyedihkan" dalam setiap kalimat nya.

Di suatu siang, ketika seharusnya kedua gadis kecil itu tidur siang, mereka justru saling memotong rambut satu sama lain. Saat Bibi Olivia melihat kekacauan yang di buat kedua gadis itu, wanita itu mulai berteriak sampai dia meletakkan sebuah topi di atas kepala kedua gadis kecil itu untuk menutupi kekacauan yang sedang terjadi.

Wanita itu bahkan merasa sangat murka kepada suaminya yakni Paman Noriie, sebab seharusnya dialah yang mengawasi kedua gadis nakal itu. Namun, bukannya merasa khawatir akan bencana itu, Paman Noriie justru tertawa terbahak-bahak melihat apa yang telah di lakukan kedua gadis nakal itu.

Bibi Olivia langsung menyuruh suaminya untuk membawa kedua gadis nakal itu ke batu hukuman, agar mereka berdua memikirkan mengenai tindakan yang telah mereka lakukan.

Memang benar kedua gadis itu memikirkan banyak hal, namun hal itu bukan mengenai apa yang telah mereka lakukan. Ainsley Callista memiliki gagasan baru bahwa Jacelyn juga harus memiliki nama dengan dua kata sehingga mereka berdua menjadi sama. Kemudian, keduanya berpikir keras tentang nama yang akan Jacelyn gunakan.

Elizabeth. Begitu nama itu sudah ditetapkan, Jacelyn menjadi Jacelyn Elizabeth, ia menolak untuk menyahut panggilan dari siapapun yang tidak memanggilnya dengan kedua nama itu.

...Setahun penuh telah berlalu...

Begitu mereka berkumpul kembali, suasana seolah mereka hanya berpisah selama satu atau dua jam saja. Ainsley Callista dengan tidak sabar menunggu hingga Jacelyn sendirian, karena dirinya baru saja mengetahui fakta mengejutkan tentang melahirkan. Seorang wanita ternyata tidak perlu menikah untuk mendapatkan seorang bayi. Ainsley Callista mengetahui hal itu dengan sangat pasti, sebab, ada seorang wanita berklan Kirkland yang mempunyai seorang bayi di dalam perutnya, padahal dia tidak menikah. Beberapa wanita tua di dalam Klan itu melempari banyak batu kearah wanita malang itu, bisik Ainsley Callista, dan Papanya lah yang menghentikan tindakan para wanita tua jahat itu.

"Apa mereka juga melempari batu pada lelaki yang meludah di dalam minuman itu?" tanya Jacelyn ingin tahu.

Ainsley Callista menggelengkan kepalanya dengan cepat "Dia tidak memberi tahu siapa yang melakukan hal itu," jawabnya.

Pelajaran yang bisa di petik di sini sangat jelas, Ainsley Callista menjelaskan, jika sudah di buktikan bahwa jika seorang wanita dewasa meminum segelas anggur seorang lelaki, maka dia pasti akan mempunyai bayi di dalam perutnya.

Ainsley Callista meminta Jacelyn untuk berjanji pada nya, kalau dia tidak akan pernah melakukan hal semacam itu. Jacelyn pun melakukan hal yang sama, dia membuat Ainsley Callista berjanji kepada nya.

Masa kanak-kanak mereka terasa begitu kabur dalam ingatan Jacelyn, dan kesadaran akan kebencian yang ada di antara rakyat Northumbria dan rakyat Stewart mulai masuk kedalam pemikirannya secara perlahan. Menurutnya, Mama dan Paman Oilbhries selalu membenci orang dari kerajaan Stewart, sebab mereka tidak pernah berbaur dengan orang orang dari kerajaan Stewart.

Jacelyn merasa cukup yakin, jika saja mereka mengenal orang dari kerajaan Stewart dengan baik, pastinya mereka tidak akan memiliki kebencian itu di dalam hati mereka.

Ketidaktahuan bisa membuat orang menganggap remeh, bukan? Setidaknya, itu lah yang selalu di katakan oleh Paman Noriie kepada Jacelyn. Jacelyn sangat percaya dengan semua hal yang di sampaikan oleh Paman Noriie kepadanya. Sebab lelaki itu adalah lelaki yang sangat baik dan penuh cinta. Dan saat Jacelyn juga menyadari jika Mama dan Paman Oilbhries tidak pernah sekalipun berinteraksi dengan orang dari kerajaan Stewart, hal itu menyebabkan keduanya tidak menyadari jika sebenarnya Orang-orang dari Kerajaan Stewart itu sangat menyenangkan dan berhati baik, Paman Noriie mencium kening Jacelyn dan mengatakan kalau hal itu mungkin saja benar.

Jacelyn bisa mengetahui dari kesedihan yang terlihat dari kedua mata sang Paman, bahwa lelaki itu menyetujui pendapatnya hanya karena ingin menyenangkan hati Jacelyn saja. Dan juga demi melindunginya dari prasangka Mama yang tidak beralasan.

Saat Jacelyn berusia belasan tahun dan dalam perjalanan menuju festival, Jacelyn baru mengetahui alasan di balik kebencian sang Mama kepada orang-orang kerajaan Stewart.

Mamanya itu pernah menikah dengan orang yang berasal dari kerajaan Stewart.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!