Pukul 6.30 pagi.
Seorang pria berjalan menaiki tangga di dalam rumahnya untuk naik ke lantai 2.
Pria itu berjalan santay menuju ke pintu bercorak putih berdekatan dengan kamarnya, ia berjalan dengan Wadah aluminium di tangan kanannya dan sendok makan besi di tangan kirinya.
Pria itu membuka pintu kamar itu yang ternyata tidak terkunci, lalu masuk dan berjalan perlahan mendekati tempat tidur di mana seorang pria tengah tertidur pulas.
Pria itu menatap pria yang tidur di atas tempat tidur dengan tatapan malas.
Pria itu mengangkat kedua tangannya yang masing-masing memengang benda yaitu wadah aluminium dan juga sendok besi kecil.
Pria itu memukulkan sendok besi itu ke wadah aluminium dan terciptalah suara yang membuat pria yang tertidur itu terbangun seketika dan berteriak dengan nafas yang tidak beraturan akibat terkejut.
KLANG
"NYAMUK SIA**N," ucap pria itu mengulang kata-katanya dan seketika terbangun dan terduduk di atas tempat tidurnya.
Pria itu menoleh dan mendapati pria yang mirip dengannya tengah berdiri dengan kedua tangannya yang memengang benda yang membuat suara berisik sehingga membuatnya terbangun dari tidur nyenyaknya.
Pria yang berdiri itu tersenyum membuat pria yang terduduk di atas tempat tidur mengepalkan tangannya dan seketika berteriak.
"BROTHERRRR," teriak pria itu dan membuat pelaku utama yang membuatnya terbangun segera berlari keluar kamar dan pria itu mengejarnya dengan membawa bantal miliknya dan aksi kejar-kejaran pun terjadi.
"REVIN segera pergi mandi dan jangan berulah, kalian akan terlambat pergi sekolah," teriak sang ibu membuat kedua pria itu menghentikan kejar-kejaran mereka.
Revin mendengus kesal dan kemudian naik kembali ke kamarnya untuk segera mandi agar Yang mulia ratu yaitu ibunya tidak marah.
Beberapa saat sebelumnya.
Arian, Revan dan Reana tengah berada di meja makan untuk segera sarapan karna jam sudah menunjukkan pukul 6.30 pagi.
Ana berjalan mendekat ke meja makan kemudian berbicara membuat Revan yang tengah asyik memakan rotinya jadi menatap sang ibu.
"Revan, Bisa bangunkan adikmu itu, ini sudah jam 6 lewat 30 dan dia belum juga bangun, bisa-bisa dia akan terlambat nanti," ucap Ana menatap putra sulungnya.
"Oke, Mommy," ucap Revan kemudian berdiri dari duduknya dan berjalan masuk ke dapur.
"Kamu mau apa di dapur?" tanya Ana pada putranya itu, padahalkan ia memintanya untuk membangunkan Revin yang masih tertidur di kamarnya di lantai 2.
Revan tersenyum penuh arti pada Ibunya, Arian yang melihat hal itu mulai merasakan akan ada hal tidak terduga yang akan menimpa putra keduanya pagi ini.
"Mau ambil sesuatu untuk membangunkan Revin, mom," ucap Revan kemudian masuk ke dapur.
Ana mengangguk sementara Arian dan Reana saling menatap satu sama lain dan bersiap untuk memasang penyumbat telinga.
Revan keluar dari dapur membawa wadah aluminium kecil dan kemudian mendekati meja makan dan mengambil sendok makan lalu melenggang pergi ke tangga untuk segera membangunkan saudara kembarnya itu.
* * *
Saat ini mereka semua tengah duduk di kursi di depan meja makan untuk segera sarapan dan berangkat ke sekolah mereka masing-masing.
Revin menatap kesal pada Revan yang begitu santay memakan sarapannya tanpa merasa bersalah sama sekali.
"Kak Revin mandi dengan bersihkan?," ucap Reana menatap kakak keduanya itu yang masih berwajah kesal.
"Tentu saja," ucap Revin kemudian menyantap sarapannya dengan menatap Daddynya yang sedang membaca koran.
Arian menatap Revin yang juga menatapnya, Arian menaikkan alisnya tanda bertanya pada putra keduanya itu.
"Daddy, jika ingin meminta seseorang membangunkanku pagi-pagi, minta Reana saja, jangan Brother," ucap Revin menunjuk ke arah Revan.
Revan dengan santay meminum susunya tanpa berniat untuk meladeni adiknya itu.
Arian terdiam kemudian menatap sang istri yang duduk di hadapannya, Revin mengikuti arah pandang sang ayah yang tertuju pada ibunya.
"Mommy," rengek Revin membuat Ana berbicara.
"Bukankah mommy sudah bilang untuk tidak bermain game sampai larut malam," ucap Ana membuat Revin menundukkan kepalanya kemudian menatap sang ayah.
"Sayang, bukankah Revin ...," ucap Arian menghentikan ucapannya karna sang istri sudah menatapnya tajam.
"Sudah, kalian segera sarapan, Kalian akan telat jika tidak segera berangkat," ucap Ana membuat Anak-anaknya segera memakan sarapannya.
"Rere, kamu ingin berangkat sekolah dengan siapa?" tanya Ana pada putri bungsunya itu.
"Dengan Kak Revan, Mom," ucap Reana membuat Ana mengangguk mengerti sedang Revin menautkan alisnya.
"Tumben kamu ingin di antar dengan kak Revan," ucap Revin yang sedikit heran karna biasanya dirinya lah yang mengantarkan Reana ke sekolahnya yang memang berbeda dengan sekolah milik Revan dan Revin.
"Ngga mau ah, kalau kak Revin yang antar aku, entar tepos lagi," ucap Reana membuat Arian menautkan alisnya tidak mengerti begitu pun dengan Ana.
Sedang Revan hanya terdiam dan Revin cengegesan mendengar ucapan adiknya itu.
"Tepos?" tanya Arian pada putrinya.
"Tebar pesona, Daddy," ucap Reana membuat Arian menatap Revin dengan tatapan terkejut sedang Revan mengelengkan kepalanya.
"Bisa-bisa Reana di tatap tajam kayak silet lagi sama mereka, karna mereka fikir Reana pacar kakak," ucap Reana mendengus kesal.
Revan, Revin dan Reana tidak membeberkan status mereka ke lingkungan sekolah, karna mereka yang tidak ingin menojol.
Di lingkungan sekolah mereka tidak ada yang tau jika mereka adalah anak dari sang penguasa, yang cukup di takuti sekaligus di sengani.
Selesai sarapan, Ketiga orang itu berpamitan pada kedua orang tuanya.
"Kami pergi dulu, Mom, Dad," ucap Revan kemudian keluar dari rumah setelah mendapat anggukan kepala dari sang ibu dan Ayah.
Reana melambaikan tangannya pada Arian dan Ana dan segera mengikuti Revan yang sudah naik ke atas motor besar miliknya yang berwarna hitam.
Reana memakai helm kemudian naik ke motor dan segera memeluk pinggang sang kakak dan mereka pun keluar dari kediaman mereka.
"Revin pergi dulu, Mom, Dad," ucap Revin kemudian melambaikan tangannya dan keluar dari rumah dan segera naik ke motornya yang tidak jauh berbeda dengan milik Revan tapi berwarna merah.
Revin menghidupkan mesin motornya dan segera keluar dari gerbang rumah menuju ke sekolah yang memang berbeda arah dengan sekolah Revan dan Reana.
"Aku pergi kerja dulu ya," ucap Arian kemudian mengecup singkat kening istrinya.
"Hati-hati di jalan," ucap Ana dan Arian pun mengangguk.
Kini tinggal Ana sendiri di rumah, Ana memilih untuk membersihkan rumah untuk mengisi waktu kosongnya.
* * *
15 menit kemudian.
Revan menghentikan motornya tepat di depan gerbang sekolah Reana, Reana masih duduk di bangku kelas 3 sekolah menengah pertama sedang Revan dan Revin sudah kelas 3 sekolah menengah atas.
Reana turun dari motor dan Revan pun pergi setelah mengelus rambut adiknya yang sudah tidak memakai helm.
Revin menghentikan motornya di parkiran sekolahnya yang bisa di bilang cukup elit.
"Kau hampir terlambat," ucap seorang pria yang menyandarkan dirinya di motor besarnya.
"Cuma 2 menit, Kamu itu sama saja seperti Brother," ucap Revin pada pria itu yang tidak lain adalah Carlos sambil membuka helmnya dan menaruhnya di atas motor besarnya.
Brother adalah panggilan Revin pada Revan.
"Karna aku adalah penganti Revan untuk mengawasi seseorang yang selalu tebar pesona dan juga PHP in anak orang," ucap Carlos membuat Revin berdecak sebal.
Revin turun dari motornya kemudian mengacak rambutnya membuatnya terlihat semakin keren.
Mereka berdua pun berjalan masuk ke gedung sekolah menuju kelas mereka.
Revan dan Revin sekolah di tempat yang berbeda, padahal mereka selalu bersama sejak Sekolah dasar dan juga sekolah menengah pertama.
Para junior berteriak histeris saat kedua cogan sekolah itu melintas di dekat mereka.
Carlos berjalan dengan wajah datarnya tidak berniat untuk meladeni adik kelasnya yang berteriak histeris, berbeda dengan Revin yang tersenyum pada para wanita itu sehingga membuat mereka semakin berteriak histeris.
"Dasar playboy," ucap Carlos sedikit kesal.
Revin dan Carlos masuk ke dalam kelas mereka kemudian duduk di kursi masing-masing.
"Aku tidak tau bagaimana bisa sifatmu dan Revan begitu berbeda, memang sih sama-sama dingin tapi, dari mana kamu mendapat sifat playboy itu," ucap Carlos yang tidak begitu mengerti tentang sifat saudara kembar itu yang sedikit berbeda.
Revin tidak menjawab karna telinganya yang sudah ia pasangkan earphone sambil menunggu bel masuk kelas berbunyi.
Carlos menghembuskam nafasnya, entah mengapa ia harus satu sekolah dengan pria yang satu ini, Carlos jadi ingat perkataan papanya yang mengatakan bahwa ayah Reon yaitu Rafael dulunya adalah seorang playboy sebelum bertemu dengan Sarah.
Carlos menatap Revin yang begitu asyik mendengarkan musik melalui earphonenya.
'Apa mungkin sifat playboy Revin berasal dari paman Rafael ya,' ucap Carlos dalam hati dengan menatap Revin.
* * *
Tidak terasa jam istirahat pun tiba, Carlos dan Revin kini berada di kantin sedang makan siang.
Para siswi perempuan menatap Revin dan Revin pun tersenyum pada mereka membuat para siswi itu berteriak histeris.
Carlos memainkan ponselnya mengabaikan sifat sahabatnya itu yang memang memiliki pesona yang luar biasa.
Tiba-tiba seorang pria menghampiri meja Revin dan Carlos kemudian mengebrak meja itu membuat Carlos menatap malas kemudian menatap Revin yang juga hanya santay dengan mulut yang mengunyah makanan.
"HEY!" teriak pria itu tapi tidak di pedulikan oleh Revin.
Pria itu kesal kemudian tersenyum licik lalu berkata.
"Ternyata benar ya, Lo cuma bisa tebar pesona doang, dasar pengecut. mungkin bapak Lo juga gitu ya, pengecut," ucap pria itu membuat Revin menghentikan tangannya yang ingin menyendok makan siangnya.
Carlos terdiam mendengar hal itu kemudian membuka ponselnya bersiap untuk merekam aksi yang sebentar lagi akan terjadi.
Dan benar saja, tiba-tiba Revin melayangkan bogem mentahnya di pipi pria itu membuat pria itu terpental hingga mengenai meja di belakangnya.
Para siswi berteriak melihat hal itu, sedang para siswa hanya terdiam karna memang tau jika Revin marah maka sebaiknya jangan di nganggu kecuali 2 pengikut pria yang Revin pukul.
Kedua orang itu bersiap untuk memukul Revin, tapi Revin dengan lihainya menghindar dan kemudian memukul mereka hingga tumbang.
Revin berjalan mendekat ke arah pria yang mengatainya pengecut, kemudian menarik kerah bajunya.
"Lo bisa bilang apa aja, tapi Gue paling ngga suka kalau ada orang yang berani bawa-bawa nama bokap Gue," ucap Revin dengan penuh penekanan.
Revin kembali memukul pria itu sedang Carlos hanya diam di tempatnya tidak berniat untuk menolong sahabatnya itu malahan asyik merekamnya.
(emang teman kamp**t)
"BERHENTI," teriak guru BK membuat Revin menghentikan tangan Revin yang memukul wajah pria itu.
"Revin ikut aku ke ruanganku, kalian bawa anak itu ke uks," ucap guru BK pada kedua teman pria itu.
Revin mengikuti guru itu keruangannya sedang Carlos menatap kepergian sahabatnya itu.
'Kalau aku apload di sosmed, pasti akan menjadi trending,' ucap Carlos dalam hati.
* * *
Di dalam ruang BK.
"Revin, ini sudah ke 2 kalinya kamu memukul juniormu 2 bulan setelah naik kelas, itu pun anak baru." ucap Guru BK pada Revin.
Revin hanya berwajah datar dengan rambut yang berantakan.
"Berdiri di tengah lapangan, aku tidak bisa lagi membiarkanmu berlaku seperti itu, kali ini aku akan menghubungi orang tuamu," ucap guru BK itu dan Revin pun keluar berjalan menuju lapangan.
* * *
Revan sedang makan siang di kantin sekolahnya.
"Tumben tadi kamu telat 2 menit, Van," ucap pria yang duduk di hadapan Revan yang tidak lain adalah Reon.
"Mengantar Reana," ucap Revan singkat padat dan jelas.
Reon hanya mengangguk mengerti, Dia sudah terbiasa dengan sikap dingin Revan jika berada di lingkungan luar, seperti sekolah.
Seluruh siswi menatap kedua orang itu yang terkenal cuek dan dingin, yang semakin membuat para siswi begitu menyukai mereka berdua.
Tiba-tiba ponsel Revan berdering membuat pandangan kedua orang itu mengarah pada ponsel itu.
Revan melihat nomor yang menelfonya.
'Nomor baru?' ucap Revan dalam hati kemudian mengangkat telfonnya.
"Halo," ucap Revan saat sudah mengangkat telfon itu.
"Halo, maaf menganggu bapak," ucap seseorang di seberang telfon membuat Revan mengernyit.
"Apa bapak bisa datang ke sekolah xxx, ada yang ingin saya bicarakan dengan bapak, tentang Revin," ucap orang di seberang telfon itu membuat Revan terdiam kemudian mematikan panggilan sepihak.
Revan beranjak dari duduknya kemudian berjalan keluar dari kantin membuat Reon mengekorinya dari belakang.
"Ada apa?" tanya Reon saat sudah berjalan beriringan dengan Revan.
"Beritahu guru kalau aku akan pergi keluar sebentar, ada urusan penting," ucap Revan dan Reon segera berlari ke ruang guru untuk segera meminta izinkan sahabatnya itu.
Revan tiba di parkiran setelah tadi masuk ke kelasnya mengambil jaketnya, Revan naik ke atas motor besarnya itu kemudian memakai helmnya.
"Revan, aku ikut," ucap Reon sedikit berlari dan segera naik ke motornya setelah memakai jaketnya.
Mereka pun segera meninggalkan gerbang sekolah menuju ke Sekolah Revin.
* * *
Revin berdiri di tengah lapangan di bawah teriknya matahari membuatnya mandi keringat.
Revin menangkap kaleng soda yang di lemparkan Carlos padannya. Revin membuka kaleng soda itu kemudian meminumnya karna tenggorokannya benar-benar kering.
Semua siswi menatap Revin dari kejauhan dengan sedikit berbisik-bisik.
"Aduh lihat deh, Kakak kelas Revin tampan banget, di tambah keringat di wajahnya jadi makin ganteng,"
"Aduh ngga sia-sia aku sekolah di sini"
"Tampan banget sih, badboy lagi, tipe aku banget,"
begitulah bisik-bisik para siswi yang kagum dengan ciptaan tuhan yang begitu sempurna.
Para siswi histeris saat melihat seseorang berjalan mendekat pada Revin dan Carlos yang berdiri tidak jauh dari Revin.
"Astaga, siapa pria tampan itu"
"Oh my god, apakah itu titisan dari tuhan, oh lihat wajahnya sangat mirip dengan Revin."
Teriak histeris pasa siswi saat melihat orang yang semakin mendekat pada Revin.
Revin menoleh ke belakangnya dan tersenyum pada seseorang yang menatapnya datar.
Revin tersenyum pada Revan yang berdiri tidak jauh darinya dengan Reon yang berdiri di sampingnya.
Revan segera berjalan ke ruang BK sementara Reon menatap Revin dari atas hingga bawa.
Reon menahan tawanya melihat Revin yang mandi keringat akibat berdiri di bawah terika matahari.
Revin melihat Reon yang mengigit bibir bawahnya untuk menahan tawanya, Karna kesal, Revin melemparkan kaleng soda yang sudah kosong ke arah Reon.
Reon menghindar dan sedetik kemudian tertawa membuat Carlos ikut tertawa dan mendapat umpatan dari Revin.
"Hahaha," tawa Reon dan Carlos membuat Revin mengumpat pada mereka berdua.
"Kamb**g," umpat Revin kesal membuat Carlos berbicara ngawur.
"Hey, Vin. jangan sering sebut kambing entar dianya bersin-bersin mulu," ucap Carlos membuat Reon tertawa lepas dan memengang perutnya yang sakit akibat tertawa.
Revin memutar bola matanya malas, entah mengapa para sahabatnya itu selalu tertawa di atas penderitaannya.
* * *
Revan berjalan menuju ruang BK untuk bertemu dengan seseorang yang menelfonnya tadi.
Revan berjalan dengan wajah datarnya dan tiba-tiba seorang siswi menghampirinya.
"Halo, Sayang," ucap siswi itu membuat Revan mengernyitkan alisnya.
"Minggir," ucap Revan dingin mendorong tubuh siswi itu ke samping dan kembali berjalan.
Siswi itu mamatung di tempatnya melihat perlakuan sang pacar.
"Revin kenapa sih, tadi itu kayak bukan dia aja deh," ucap siswi itu yang bernama Bella pacar Revin.
Bella berjalan hingga tiba di lapangan dan terkejut melihat Revin berdiri di sana dengan bercucuran keringat dan juga Carlos yang tertawa bersama pria yang tidak ia tau siapa.
"Sayang, kok kamu bisa di sini sih?" tanya Bella saat sudah berada di dekat Revin.
"Aku dari tadi di sini, Yang. lagi di hukum sama guru BK," ucap Revin menatap pacarnya itu.
Reon terdiam kemudian berbisik pada Carlos.
"Pacar keberapa?" tanya Reon sedikit berbisik pada Carlos.
"Pacar ke 10 bulan ini," bisik Carlos membuat Reon terdiam dan mengelengkan kepalanya.
'Aku tidak tau jika ternyata Revin lebih playboy dari apa yang aku tau,' ucap Reon dalam hati tidak percaya.
Bella terkejut dengan pengakuan sang pacar dan kemudian berbicara.
"Terus yang tadi itu siapa?" ucap Bella membuat Revin terdiam dan kemudian tersenyum.
* * *
Revan tiba di depan pintu ruangan guru BK dan kemudian mengetuk pintu itu.
Revan mengetuk pintu dan kemudian mendengar suara dari dalam yang memintanya untuk masuk.
"Masuk," ucap guru BK dan Revan pun membuka pintu dan berjalan mendekati meja di mana guru BK itu tengah mengerjakan sesuatu yang membuatnya fokus.
Guru BK itu mengangkat kepalanya dan terkejut dengan seseorang yang berdiri di hadapannya yang menatapnya datar.
"Revin! bukankah saya menyuruhmu untuk berdiri di tengah lapangan, apa yang kamu lakukan di sini?" ucap guru BK itu membuat Revan menghembuskan nafasnya kemudian berbicara dengan nada datar dan dingin.
"Anda menelfon saya dan meminta saya untuk datang ke sini, dan lagi saya bukan Revin, saya Revan saudara kembarnya," ucap Revan dingin dan datar.
Guru BK itu terkejut kemudian menatap Revan dari atas hingga bawah dan memang sedikit berbeda.
Guru BK itu lagi-lagi terkejut saat melihat ke arah jaket Revan yang sedikit terbuka hingga seragam sekolahnya sedikit terbuka.
'Seorang siswa dari Sekolah elit nomor satu di kota A,' ucap Guru BK itu terkejut dan kemudian menelan salivanya dengan susah payah.
"Begini, saya tadi menelfon ke nomor yang ada di sini atas nama orang tua Revin, tapi ternyata bukan nomor orang tua kalian, saya ingin bertemu dengan orang tua kalian untuk membicarakan hal penting!" ucap guru BK itu menjelaskan.
Revan hanya berwajah datar kemudian memejamkan matanya dan berbicara.
"Orang tua kami sibuk, jika ada yang ingin anda bicarakan, dengan saya saja," ucap Revan masih dengan wajah datarnya.
Guru itu menatap Revan yang sama sekali tidak menunjukkan raut wajah berbohong tentang orang tuanya yang sibuk.
Guru BK itu menghembuskan nafasnya lalu berbicara.
"Ini sudah ke 2 kalinya Revin memukul juniornya tanpa alasan dan kali ini saya ...," ucap guru BK yang terhenti karna tiba-tiba pintu ruangannya terbuka.
"Mana anak yang berani memukul anak saya!" teriak seorang pria yang masuk ke dalam ruangan guru BK dengan amarah.
"Maaf pak, tenang dulu ...," ucap guru BK mencoba menenangkan.
"TENANG, KAMU FIKIR SAYA BISA TENANG MELIHAT WAJAH ANAK SAYA YANG BABAK BELUR SEPERTI ITU!" teriak pria itu pada guru BK.
"Tenang pak, saya tau, tapi ...," ucap guru BK yang lagi-lagi terpotong karna pria itu yang merupakan ayah dari siswa yang Revin pukul berbicara.
"Saya tidak mau tau! pokoknya anak yang memukul anak saya harus di keluarkan dari sekolah ini!" ucap pria itu menekan kata-katanya.
Revan mengepalkan tangannya mendengar perkataan pria itu sedang guru BK terkejut.
'Tidak mungkin, mengeluarkan anak sepintar Revin dari sekolah,' ucap guru BK itu dalam hati.
Meski pun nakal dan Playboy, Revin adalah orang yang pintar turunan dari sang ayah.
"Lebih baik anda segera mengahiri hukuman adik saya dan anda ...," ucap Revan pada guru BK itu kemudian menatap pria paru baya di hadapannya.
"Jika anda berani melakukan sesuatu, jangan salahkan saya jika anda menjadi seorang gelandangan," ucap Revan menekan kata-katanya kemudian keluar dari ruangan BK dengan memasukkan tangannya di saku celananya.
Guru BK dan pria paru baya itu terdiam sejenak karna merasakan hawa membunuh yang keluar dari tubuh Revan.
* * *
Revin masih berdiri di tengah lapangan, Reon melemparkan kaleng soda yang ke 5 pada Revin.
"Sia**n," umpat Revin kesal.
Reon dan Carlos duduk tidak jauh dari Revin dengan Ponsel di tangan mereka.
Reon sedang mengetik pesan pada adiknya yang bernama Dion Sang sedang Carlos sedang merekam Revin yang berdiri di bawah terik matahari dan mulai mandi keringat.
Tiba-tiba kaleng soda kosong melayang dan mengenai kepala Carlos membuat Reon terkejut dan menatap Carlos yang mengelus kepalanya yang terkena lemparan kaleng oleh Revin.
"Jika kamu merekamku sekali lagi, yang akan melayang selanjutnya adalah sepatu!" ancam Revin pada Carlos yang hanya cengegesan.
"Itulah, dari tadi aku bilang jangan merekamnya, tapi kau tidak mendengarkanku," ucap Reon kemudian kembali fokus pada ponselnya.
"Kenapa juga kamu memberikannya minuman itu sih, 'kan jadi kena Gue," ucap Carlos membuat Reon mengangkat bahunya.
"Masih untung aku memberikannya minuman itu, jika tidak, maka sepatu yang akan melayang di kepalamu," ucap Reon santay sunggu berbeda dari sifat sang ayah.
Entah mengapa sifat Reon lebih mirip dengan Arian di banding dengan Rafael kecuali sifat sang adik yang begitu mirip dengan sifat sang ayah.
"Aku 'kan masih bisa lari jika dia mencoba membuka sepatunya," ucap Carlos pada Reon.
Sifat Carlos lebih mirip dengan sang ibu di banding ayahnya, tapi ada satu sifat yang begiti mirip dengan ayahnya yaitu dingin dan cuek pada orang lain kecuali pada orang-orang tertentu seperti sahabat dan keluarganya.
"Sejauh apapun kamu berlari, sepatu itu akan tetap mengenai kepalamu, kamu lupa jika orang di sana itu seorang penembak jitu!" ucap Reon membuat Carlos terdiam karna yang di bilang Reon ada benarnya.
Mereka terdiam sejenak sedang pacar Revin yang bernama Bella itu sudah masuk dari tadi ke kelasnya.
Tiba-tiba mereka menoleh saat mendengar suara langkah kaki yang terhenti di belakangnya.
Mereka tersenyum saat melihat siapa yang berdiri di belakang mereka.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!