NovelToon NovelToon

CEO 2D Atau MALAIKAT MAUT

BAB 1 - TAMPAN TAPI TAK NYATA

...”Cinta itu tak berakal, itulah kenapa aku tak dapat membedakan mana yang nyata dan mana yang tak nyata.” – Jihan...

...“Cinta itu sederhana. Sesederhana aku tak ingin kau disentuh orang lain.” – Aideen...

...“Aku tidak mengerti, cinta itu seperti apa. Tapi aku akan merelakan semuanya untukmu.” – Ezryl...

...✍🏻✍🏻✍🏻...

"Ambassador! Ambassador!" Suara lantang seorang pria kurus berkulit hitam memecah kesibukan penumpang kereta api di Stasiun Tebet pada sore hari.

TING! TING! TING! TING!

Ponsel Jihan bergetar, ada beberapa notifikasi yang masuk sekaligus sehingga menghasilkan bunyi beruntun. Bunyi itu cukup membuat penasaran akan notifikasi pesan apa yang dia terima.

Gadis yang berusia 23 tahun itu menghentikan langkah kakinya di pintu masuk Stasiun Tebet, dia segera merogoh saku celana jeans biru yang ia kenakan untuk mengeluarkan ponselnya.

"Rizka?" Gumam Jihan saat melihat notifikasi di ponselnya.

^^^“Kau harus lihat ini!”^^^

^^^“Bajingan itu selingkuh dengan Violet!🤬”^^^

^^^“Berulangkali ku katakan, Rey itu hanya memanfaatkanmu!"^^^

Dengan tubuh bergetar, Jihan beringsut ke bangku terdekat dan duduk sebelum terjatuh. Tangannya menutupi mulut yang spontan ternganga saat melihat pesan yang dikirimkan oleh Rizka.

Melihat lelaki yang dicintai bercumbu mesra dengan wanita yang selalu menindasnya, sama saja bagaikan mengiris dada dengan pisau yang tumpul. Dia benar-benar syok dan terkejut saat menerima pesan itu.

...****************...

"Huftt!"

Jihan menggelengkan kepalanya mencoba mengusir jauh ingatan sore tadi yang telah menghancurkan hatinya menjadi berkeping-keping.

Saat ini, jam menunjukkan pukul 23:55, di mana kegiatan yang ada di Kota Bogor perlahan selesai dan jalanan mulai sepi.

“Ck. Roda itu berputar, tapi tidak untuk semua orang,” Jihan nyengir sambil menyeka airmata yang mengalir membasahi pipi.

Malam kian larut dan mencekam. Terlebih lagi, Jihan berada sendiri di atas sebuah gedung tua yang sudah lama tak berpenghuni. Tak ada sedikitpun rasa takut yang menyelimuti saat tadi dia menapaki satu per satu anak tangga bangunan tua yang kumuh tak terawat itu.

Tanpa berfikir panjang, Jihan memanjat tembok usang yang dipenuhi lumut dengan tinggi 1 meter. Dia mendongak menatapi langit yang nyaris tanpa bias bintang.

“Bahkan bintang pun enggan melihatku,” rutuknya sambil tertawa.

Dari lantai 11 bangunan tua itu, dia dapat merasakan bahwa jika dia terjun nanti, dia tak akan pernah bisa selamat. Namun, semangatnya untuk meneruskan hidup sudah tidak lagi ada.

Perlahan, Jihan memejamkan mata dan tersenyum seakan-akan ini adalah senyuman terakhirnya dikehidupan ini. Lalu ia menjatuhkan tubuhnya ke bawah.

“HEI!!!”

Aideen dan Ezryl berteriak sembari meraih kedua lengan Jihan. Aideen memegang lengan kanan, sedangkan Ezryl memegang lengan kiri.

Jihan tersentak dan spontan membuka matanya. Matanya terbelalak. Bagaimana tidak? Saat ia membuka mata, dunia meluruh, warna-warna meluntur saat melihat wujud dua orang pria tampan yang semakin jelas di bawah gemilang cahaya rembulan.

Pria sebelah kanan terlihat sangat sempurna dalam balutan jas abu-abu, kemeja putih yang 2 kancing di atasnya dibiarkan terbuka dengan rambut hitam klimis yang rapi bak CEO tampan yang ada di komik-komik.

Pria sebelah kiri juga tak kalah sempurna. Wajahnya sangat mempesona dengan rambut cokelat comma hair yang menari-nari ditiup angin sepoi-sepoi, meskipun dengan pakaian hitam bak malaikat maut yang ada di drama Korea.

DEG DEG DEG.

“Hah? Malaikat maut?!” Jihan bergidik dengan mata yang kembali membulat. Akal sehatnya mulai kembali. Alih-alih terpesona dengan ketampanan kedua pria tersebut, dia lebih tertarik melihat sekelilingnya dan lebih terfokus melihat ke bawah. Kakinya mati rasa, jantungnya membeku seolah-olah sudah tak berfungsi saking ngerinya karena bergelantungan di udara.

“Lepaskan dia!” pinta Aideen dengan tegas.

“Kau yang lepaskan, karna aku yang meraihnya lebih dulu!” ucap Ezryl tak mau kalah.

“Ck. Kau pikir kau siapa berhak memerintahku?”

“Aku malaikat maut yang bisa kapan saja men-”

“STOP!!! TURUNKAN AKU SEKARANG!” teriak Jihan menyela pertengkaran antara dua pria tampan itu karena merinding berada di awang-awang.

Aideen dan Ezryl tersentak. Mereka melupakan tujuan utama mereka.

Ketiga orang tersebut menapak di atas bangunan usang tadi dan saling berhadapan.

"Siapa kalian?!!" Tanya Jihan. Gadis berambut panjang berwarna cokelat dengan kulit kuning langsat itu berdiri kaku saat melihat wujud kedua pria asing yang ada di depan matanya.

“A-aku tak mengerti dengan situasi ini,” Jihan terbata-bata, “a-apakah kalian ha-han-hantu?”

“Aku-“ Aideen dan Ezryl berbicara serentak.

“Kau-“ geram Aideen dan Ezryl yang masih berbicara secara bersamaan. Mereka saling menatap tajam satu sama lain.

“Ugh! Kalian ini!” keluh Jihan geram karena melihat kedua pria tersebut tak ada yang mau mengalah dan terus saja berselisih paham. Rasa kesalnya kini telah mengalahkan rasa takut yang sebelumnya menyelimuti.

Kedua pria itu berdiri tegap dan diam menatap ke arah Jihan.

“Kamu!" Jihan menunjuk ke arah Ezryl menggunakan telunjuknya.

“Aku?” tanya Ezryl sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri.

“Iya.” Wajah anggun Jihan yang tertutup poni itu mengangguk mengiyakan.

“Ezryl, panggilanku. Malaikat maut yang ditugaskan mencabut nyawamu,” Ezryl membungkuk memperkenalkan dirinya.

“Malaikat maut?" Jihan membulatkan matanya. "Kapan seharusnya aku mati? Kenapa aku masih hidup? Lalu, kenapa kau ada di sini?!” cecar Jihan sambil mendekati Ezryl dan menatap tajam ke dalam bola mata Ezryl.

GLUK!

Ezryl menelan ludah. Mukanya memucat, ya meskipun muka malaikat maut memang seharusnya pucat. Hanya saja, saat ini dia sedikit bergidik karena Jihan mencecarnya.

“Stop! Jangan terlalu dekat,” Aideen menaruh tangannya diantara Jihan dan Ezryl sebagai pembatas.

Ezryl mengerutkan keningnya sambil menatap ke arah Aideen seolah menanyakan apa maksud dari ucapan dan tindakannya itu.

“Dia akan menjadi istriku!" Ujar Aideen. Pria itu spontan mengungkapkan tujuannya sambil menatap tajam Ezryl.

Ezryl memutar matanya. Dia benar-benar kesal dengan tingkah tak jelas Aideen. “Ck. Istri?”

“Istri?” Jihan berusaha mencerna perkataan Aideen yang sama sekali tak dapat dia mengerti.

“Ya. Hanya kau satu-satunya yang dapat membantuku,” Aideen menatap ke arah Jihan. Pria itu menunjukkan wajah memelas.

“Istri? Membantu? Please, aku sungguh tak mengerti dengan situasi ini. Dan kalian, kalian bukan manusia sepertiku kan?” cecar Jihan sambil menunjuk dan melihat ke arah Aideen dan Ezryl silih berganti.

“Biar ku jelaskan,” sahut Ezryl, “seharusnya, kematianmu hari ini pukul 12:59, saat kau terjun dari lantai 11. Tapi-“ Ezryl terdiam dan tidak melanjutkan pembicaraannya.

“Tapi?” Tanya Jihan penasaran.

“Aku tidak tega mencabut nyawamu. Setidaknya, kau harus bahagia sebelum kau meninggalkan dunia ini,” Ezryl menjawab dengan nada berat, “a-aku juga mati karena bu-bunuh diri pada usia 20 tahun. Makanya sekarang aku dikutuk Dewa dan menjadi Malaikat Maut. Dan aku tak ingin kau merasakan hal yang sama sepertiku."

Jihan terbelalak. Dia terkejut mendengar ucapan Ezryl yang menurutnya tak masuk akal.

“Tapi, sekarang kutukannya berubah.”

“Berubah?” tanya Jihan sambil mengerutkan keningnya.

“Ya. Aku melanggar aturan penting sebagai malaikat maut, membiarkanmu tetap hidup, menampakkan diriku padamu dan menyentuhmu.”

Aideen dan Jihan terdiam. Tak ada sepatah katapun yang keluar, sayup-sayup terdengar bunyi daun gemerisik terkena hembusan angin memecah keheningan di malam yang dingin itu.

“Apa konsekuensinya?” tanya Aideen ingin tahu. Pria yang sejak tadi menyimak menjadi penasaran.

“Dalam waktu 1 tahun, aku harus menemukan seseorang yang tulus mencintaiku, jika tidak, aku akan menghilang untuk selamanya.” Ucap Ezryl.

Aideen menghela nafas panjang sambil menatap langit luas tanpa satu pun bintang.

“Bagaimana dengan kau?” tanya Ezryl kepada Aideen.

“Aku dari dunia komik Wanita Kesayangan CEO Tampan. Aideen, itu a-“

“Aideen?! Wanita Kesayangan CEO Tampan?! Itu kau?!” Jihan memotong pembicaraan Aideen dengan mata yang berbinar-binar.

“Cih! CEO tampan,” decih Ezryl diwaktu yang sama. Dia melipat kedua tangannya di dada dan mencoba mendengarkan cerita Aideen.

“Ya, itu aku.” Aideen tidak mempedulikan Ezryl dan tetap fokus ke arah Jihan. “Siang tadi, aku mendapatkan sebuah kotak misterius. Di dalamnya ada pesan bahwa, komikus yang membuat komik ini meninggal dan tidak dapat melanjutkan komiknya. Jika komik ini tidak lanjut, maka tubuhku akan menghilang. Bukan hanya tubuhku, tapi juga duniaku. B-”

“Lalu, apa kaitannya Jihan menjadi istrimu?” sela Ezryl.

“Untuk kelangsungan ceritanya, dikotak itu tertulis nama Jihan. Dia harus menjadi istriku dan melahirkan minimal seorang anak y-”

“Minimal seorang anak? Kau fikir dia pabrik pembuat anak?!" bantah Ezryl geram.

“Hei! Tak bisakah kau mendengarkan ceritaku dulu?” rutuk Aideen kesal.

Jihan terkekeh melihat kedua pria tampan itu. Sejak awal, mereka seperti anjing dan kucing yang tak pernah ada akurnya.

“Kalian benar-benar cocok jika disandingkan berdua,” kekeh Jihan.

“Hei!” teriak Aideen dan Ezryl bersamaan.

“Lihat!" Tawa Jihan semakin keras.

Gadis yang tertawa tanpa beban itu cukup membuat Aideen dan Ezryl terpesona saat melihatnya. Mata kedua pria itu berbinar-binar, tanpa sadar sudut bibir mereka melengkung dan menghasilkan senyuman manis yang dapat membius siapapun yang melihatnya.

Angin menyapu lembut rambut panjang Jihan yang bergelombang dan menghembus poni yang hampir menutupi mata gadis malang itu. Bibir mungil berwarna merah bagaikan stroberi dengan bola mata cokelat yang hampir menghilang karena tawa.

“Sangat indah,” desis Aideen.

“Mengalahkan rembulan,” batin Ezryl di waktu yang sama.

“Maafkan aku, kalian terlalu lucu,” Jihan memegang perutnya mencoba berhenti tertawa.

“Berikan aku waktu untuk berfikir. Aku akan memutuskan siapa yang akan ku pilih.” Tambahnya.

“Baiklah. Jika tidak keberatan, ikutlah aku ke dunia komik. Hanya untuk melihat-lihat,” ucap Aideen.

“Memangnya bisa?” tanya Jihan penasaran.

“Tentu, tapi harus denganku. Begitu aturan yang ku baca saat ke dunia nyata.”

“Bagaimana denganku, Han?” tanya Ezryl sendu seolah-olah dia tidak memiliki kesempatan untuk bersama Jihan.

“Tentu saja, aku akan mencoba hidup berdampingan denganmu. Kau boleh mengikutiku kemanapun-“

“Kecuali toilet dan kasur!” potong Aideen terdengar tak setuju dengan pernyataan Jihan.

“Kau punya masalah apa, sih?” tanya Ezryl kesal, “kau selalu saja memotong pembicaraan!”

Aideen memalingkan wajahnya dan bersiul karena tidak ingin mendengarkan Ezryl.

“Sudah. Sudah. Ini sudah larut, aku lelah dan butuh istirahat,” Jihan melerai perselisihan Ezryl dan Aideen.

“Aku akan mengantarmu pulang,” ucap Ezryl.

“Biar ak-“ sanggah Aideen.

“Besok kau akan seharian penuh dengannya,” potong Ezryl.

Aideen menaikkan alisnya sebelah sebagai isyarat ‘ya’.

“Besok, aku akan menjemputmu pukul 8 pagi,” ucap Aideen kepada Jihan.

“Baiklah.” Jawab Jihan seraya tersenyum.

Aideen memetik jarinya.

Ctek!

Sebuah pintu teleportasi ke dunia lain muncul.

“Jika kau menyentuhnya bahkan sesenti-pun, ku bunuh kau!” ancam Aideen kepada Ezryl sambil memasuki pintu teleportasi.

“Mengakhiri nyawa seseorang? Hei, itu tugasku, kau lah yang seharusnya ku bunuh duluan,” Ezryl memberi seringai miring.

Aideen hanya menatapnya tajam dan membalikkan badannya.

Sett!

Pintu teleportasi tertutup,

Jihan tertegun. Ini pertama kalinya dia melihat sesuatu yang biasanya hanya ada di dunia komik.

Kini tinggal Ezryl dan Jihan.

“Ayo,” Jihan mengajak Ezryl menuruni tangga.

“Jalan?” Tanya Ezryl.

“Iya, masa mau terbang?”

“Pejam matamu,” pinta Ezryl sambil tersenyum.

“Hah?” Jihan melongo, “Baiklah, aku akan memejamkan mataku.”

Syuhhh!

“Buka matamu,” ucap Ezryl lagi.

Perlahan Jihan membuka matanya dan melihat sekitar. Dia terkejut bukan kepalang. Kejadian yang sebelumnya dia lihat hanya ada di dunia fantasi, kini terjadi pada dirinya. Bagaimana tidak? Tadinya dia di atas bangunan tua yang berada 600 meter dari kontrakannya, kini dia sudah di kontrakan hanya dengan hitungan detik?

“Gila! Ini aku yang sedang bermimpi, atau aku yang sudah mati?” tanya Jihan tak percaya.

“Tidurlah jika kau ingin bermimpi, tapi kau harus tetap hidup,” Ezryl tersenyum manis, sangat manis.

Cih! Wanita mana yang tak akan jatuh hati melihat senyum manis malaikat maut itu!

“Andai aku bisa poliandri,” pikir Jihan sambil tersenyum sendiri.

...****************...

BERSAMBUNG...

BAB 2 - CEO 2D

Krok krok krok.

Tik tik tik.

Nyanyian katak yang bersenandung riang saat menyambut tetesan hujan yang membasahi bumi, benar-benar irama alam yang sempurna di pagi hari. Apalagi pagi ini tak ada cahaya mentari yang menyilaukan mata, ini merupakan cuaca yang sangat ditunggu-tunggu oleh mereka yang sering menghabiskan waktunya di atas kasur.

Di saat katak masih sibuk dengan senandungnya, Jihan menarik kembali selimut tebalnya. Dia benar-benar menikmati tidurnya seolah-olah semalam tak ada hal aneh yang terjadi padanya.

“Nghhh,” lenguh Jihan sembari meregangkan tubuhnya dengan mata yang masih enggan ia buka.

Satu detik, dua detik, sepuluh detik, Jihan merasa kesal karena tak dapat melanjutkan mimpi indahnya. Apa karena senandung katak yang saling bersahutan? Atau karena hujan? Dia pun menjadi penasaran, saat ini pukul berapa.

“Hey, Siro!” panggil Jihan dengan mata yang masih tertutup sambil memeluk erat bantal gulingnya.

“Aha?” Siro yang merupakan salah satu sistem operasi pintar di ponsel pun menjawab.

“What time?”

“It’s 7:50 AM!”

Jihan membuka paksa matanya dan langsung duduk. Guling yang ia peluk tadi terlepas dan jatuh ke lantai. Rambut yang acak-acakan, mata sembab karena menangis semalam sebelum terjun dari bangunan tua dan kantung mata yang menghitam karena akhir-akhir ini dia kurang tidur.

“10 menit lagi pukul 8!” teriaknya seraya berdiri dari kasur dan melihat cermin.

Dia melihat pantulan tubuhnya dicermin. Kulit kuning langsat dengan dada yang montok dan bokong yang sintal itu berbalut daster satin berwarna salem sepaha, tanpa lengan.

“Tak perlu mandi, begini saja sudah cantik!” pujinya saat melihat dirinya sendiri sambil tertawa.

"Mandi ah!" Jihan memutarkan badannya kebelakang bersiap-siap ingin menuju ke kamar mandi. Dan-

Gedebuk!

“Whoaa!!!” Teriak Jihan yang hampir jatuh terpeleset karena kaget bertabrakan dengan Aideen, namun dengan sigap Aideen meraih pinggul Jihan dan menarik Jihan ke pelukannya. Entah sejak kapan pria itu ada di sana. Sayangnya, karena pijakan mereka tidak seimbang, akhirnya mereka berdua jatuh ke lantai, tubuh Aideen mendarat terlebih dahulu dan ditimpa oleh tubuh Jihan.

Buk!

“Ugh!” Aideen menahan sakit saat kepalanya terbentur ke lantai. Sedangkan Jihan baik-baik saja karena dia mendarat tepat di atas tubuh Aideen.

“So-sorry,” ujar Jihan, “but it’s not my fault.”

“Jadi, ini salahku?” tanya Aideen sambil menaikkan alisnya.

“Hmm.”

Tanpa mereka sadari, mata mereka saling bertemu satu sama lain, saling menatap dalam-dalam seolah ada sesuatu yang sedang mereka cari di balik tatapan tanpa sengaja itu.

Jihan tersentak dan langsung menopang tubuhnya dengan kedua tangan untuk berdiri. Sayangnya, topangan tangannya belum stabil. Dan gadis itu jatuh lagi ke atas tubuh Aideen.

Buk!

Lagi! Jihan kembali jatuh menimpa tubuh Aideen, tapi kini berbeda, bibir mereka saling terpaut dengan mata yang saling menatap.

Deg deg deg!

Ritme jantung mereka terdengar saling bersahutan. Muka yang memerah dan suhu tubuh yang memanas. Ada sebuah perasaan yang tak dapat dijelaskan, perasaan yang perlahan tumbuh pada pertemuan kedua.

Sadar bahwa bibir mereka masih terpaut, Jihan langsung menjauhkan wajahnya yang memerah, gadis itu bergegas bangun dan berdiri.

“Maaf, aku mandi dulu,” Jihan memecah keheningan yang kian mencekam dan dia bergegas meraih handuk yang tergantung di belakang pintu kamarnya.

“O-okay!” Aideen menjadi terbata-bata karena canggung. Dia berdiri dan merapikan kemejanya yang berantakan. Sambil menunggu Jihan mandi, mata pria itu berkeliling melihat-lihat kontrakan Jihan yang seharusnya tidak layak untuk di tempati menurutnya.

Ruangan 6x3 meter yang disekat menjadi 2 bagian, 1 untuk kamar dan 1 untuk dapur yang dibatasi toilet itu, terlihat suram dengan perpaduan cat berwarna cream yang sudah kumal. Lampu yang menerangi kamar itu juga sudah mulai redup, apalagi di kamar itu tidak ada jendela untuk sirkulasi udara segar.

“Apakah ini gudang?” celetuk Aideen sambil duduk di sisi kasur yang beralaskan dipan besi tua.

Krieetttt.

Dipan itu berderit seolah-olah mengisyaratkan bahwa usianya telah renta.

“Huft!” Aideen menghela nafasnya sambil menggelengkan kepala.

Kurang lebih 10 menit waktu berlalu, Jihan keluar dari kamar mandi.

Ceklek.

“K-kau masih di sini?!” tanya Jihan setengah teriak. Gadis itu berusaha menutupi bahu dan paha telanjangnya yang tak tertutupi handuk sepenuhnya menggunakan kedua tangannya. Sayangnya sia-sia, karena tangannya terlalu kecil untuk menutupi.

Aideen mengangkat alisnya sambil sudut bibirnya melengkung ke bawah.

“T-tolong keluar sebentar, a-aku ingin mengenakan pakaianku,” pinta Jihan.

“Baiklah,” Aideen mengiyakan permintaan Jihan. Pria itu bangkit dari kasur menuju pintu keluar. Ia membuka pintu tersebut lalu keluar dan menutupnya kembali.

“Fiuhh,” Jihan merasa lega saat pria itu sudah tak lagi berada di dalam ruangan yang sama dengannya. Gadis itu mulai membuka handuknya.

Ceklek!

Aideen muncul lagi di balik pintu usang berwarna coklat itu lalu masuk dan menutupi pintu tersebut dengan tergesa-gesa.

“Arrghh!” pekik Jihan di saat yang sama. Gadis itu sangat terkejut saat Aideen kembali masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu. Karena pria itu masuk ke dalam ruangan, ia segera memasang handuknya kembali.

“Hujan,” tutur Aideen dengan wajah datarnya.

“Pu-putar“ ucap Jihan ragu, “kau harus membelakangiku, jangan berbalik sampai aku mengatakan selesai!”

“Ya-ya-ya. Kedepannya juga aku akan melihat semuanya,” celetuk Aideen sambil membalikkan badannya membelakangi Jihan.

“A-aku belum memberikan jawaban ya!” sergah Jihan dengan wajah yang memerah.

"Kau terlalu percaya diri!" sambung Jihan.

Aideen hanya tersenyum simpul saat mendengarkan sanggahan Jihan yang terdengar malu-malu dan canggung itu.

Setelah itu, suasana menjadi hening. Tidak ada percakapan diantara mereka berdua. Sesekali terdengar suara krasak-krusuk Jihan yang sibuk memakai baju. Pria itu merasa bosan karena menunggu dan berusaha mencari topik pembicaraan.

“Ke mana orangtuamu?” tanya Aideen memecah keheningan.

Jihan terdiam. Matanya kosong menatap lurus tak bertumpu.

“Kau boleh menanyakan hal lain selain itu,” jawab Jihan dingin.

Aideen mengerti dengan situasi yang sedang dihadapinya, ada hal menyakitkan yang sedang ingin dilupakan oleh gadis itu.

“Masih lama?” tanya Aideen.

“Selesai,” jawab Jihan sambil menguncir rambut panjangnya menggunakan kedua tangannya.

Aideen membalikkan badannya ke arah Jihan.

Bak mentari pagi yang bercahaya, keanggunan Jihan terlihat serasi dengan paduan dress casual berwarna sage. Bibir sensual yang dilapisi lipstick ombre merah dan nude, membuat wajahnya semakin fresh dan mempesona.

“Cantik!” batin Aideen, wajahnya memerah karena terpesona akan visual Jihan yang anggun itu.

“Panas ya? Maaf, kontrakan ku seperti ini,” tutur Jihan merasa bersalah. Sesekali gadis itu mengibaskan dressnya di depan cermin untuk memastikan bahwa dia cukup pede mengenakan dress itu.

“Tidak apa-apa,” balas Aideen, “Yuk!”

Aideen memetik jarinya.

Ctek!

Pintu teleportasi terbuka. Aideen mengulurkan tangannya kepada Jihan.

“A-aku t-ta-takut,” ucap Jihan ragu, “bagaimana jika aku tidak kembali?”

“Aku yang akan menjagamu. Percayalah.”

“Baiklah,” dengan ragu-ragu, Jihan menyambut tangan Aideen. Baginya, tak masalah jika memang dia tak kembali lagi ke dunia nyata, karena sebelumnya dia sudah memutuskan untuk mengakhiri hidup, hanya saja ini merupakan pengalaman pertama baginya untuk memasuki dunia lain.

...****************...

Jihan melangkahkan kakinya memasuki sebuah kamar yang sangat indah. Kamar yang dipenuhi perabotan yang di desain khusus hingga terlihat seperti berada di hotel berbintang kelas atas. Siapapun pasti tau bahwa perabotan tersebut mengeluarkan uang yang sangat banyak.

“K-kamar? Aku 'kan belum mengatakan 'ya' untuk menjadi istrimu,” ucap Jihan. Gadis itu menutupi dadanya menggunakan kedua tangan dan perlahan berjalan mundur menjauh dari Aideen.

“Pikiranmu terlalu kotor,” Aideen terkekeh melihat reaksi Jihan saat tau bahwa saat ini mereka berada di kamar.

Jihan tertunduk malu, pipinya merona. “Bukan begitu, maksudku-“

Kruyukk!

Perkataan Jihan terhenti saat perutnya memberikan sinyal.

“Lapar?” ledek Aideen tertawa.

Jihan hanya tersenyum paksa karena malu.

“Ughh! Ini sangat memalukan!” kutuk Jihan.

Aideen menarik tangan Jihan keluar dari kamar. Mereka menyusuri tangga yang melengkung dan indah. Mata Jihan tak henti-hentinya memperhatikan setiap titik di rumah mewah itu, dia merasa tak asing dengan rumah itu karena sebelumnya ia telah melihatnya di komik Wanita Kesayangan CEO Tampan.

Bagaikan istana, rumah Aideen sangat indah dengan koleksi perabot yang tertata rapi, desain yang elegan, lantai yang mengkilap dan yang jelas, hanya dari kasat mata saja dapat disimpulkan bahwa semua itu mengeluarkan uang yang tak mampu Jihan kumpulkan seumur hidup.

“Selamat pagi, Tuan!” sapa dua orang pembantu kepada Aideen dan Jihan.

“Sebelah kiri Dini, sebelah kanan Dina, mereka itu kembar,” bisik Jihan kepada Aideen.

“Ternyata kau pembaca setia,” ucap Aideen tersenyum. Pria itu tahu bahwa Jihan merupakan penggemar dari komik yang sedang ia perankan saat ini.

Mereka berdua duduk di meja makan yang panjang dengan hidangan makanan mewah yang menggiurkan.

“Makanlah, katakan jika ada yang kau inginkan,” ucap Aideen.

“Terima kasih!” Jihan terlihat bersemangat, dia menyicipi satu per satu makanan yang ada di atas meja. Hingga tiba dimakanan penutup, Jihan tiba-tiba mengerutkan keningnya.

“Bagaimana dengan Kyle?” tanya Jihan sambil matanya celingak celinguk ke sana ke mari, “Oh iya! Bukankah kau akan menikah dengan Kyle? Seharusnya di chapter 97, tapi aku baru membaca komiknya hingga chapter 96, karena chapter 97 baru update kemaren sore, kan?”

Aideen terhenyak. Wajahnya berubah. Tidak seperti Aideen yang Jihan kenal sejak kemaren. Dina dan Dini yang sedang mengangkat piring-piring kotor saling bertatapan seolah-olah sedang memberikan isyarat antara satu sama lain.

“Eh. Tunggu. Jika kau akan menikah dengan Kyle, kenapa aku harus menikahimu? Bagaimana dengan Kyle?” Jihan tersentak dan tiba-tiba memikirkan permintaan Aideen untuk menikah dengan pria itu.

“Apa kau sudah kenyang?” tanya Aideen mengalihkan pembicaraan.

Jihan yang semulanya santai di meja makan itu, kini menjadi sedikit tegang. Pertanyaan yang dia lontarkan tadi, apakah ada yang salah? Namun saat dia melihat wajah Aideen dengan seksama, sepertinya ada sesuatu yang terjadi. Dengan nalurinya, Jihan dapat mengerti, sepertinya ada yang tidak beres.

“Maaf,” ucap Jihan, “ku rasa, hari ini kita cukup sampai di sini saja, bolehkah kau mengantarkanku pulang?”

“Pulang?” tanya Aideen mengerutkan keningnya, “kita belum 2 jam bersama.”

“Aku-“

“Baiklah,”

Aideen mengerti dan tak ingin menahan Jihan lebih lama lagi. Karena saat ini, perasaannya juga sedang kacau karena Jihan mengingatkannya pada Kyle.

...****************...

BERSAMBUNG...

BAB 3 - MALAIKAT MAUT

Waktu menunjukkan pukul 12:00 WIB. Matahari terlihat malu-malu dibalik awan dan udara yang lembab setelah awan menangis membuat Jihan bermalas-malasan di kontrakannya.

“Bosan!” celetuknya sambil menghempaskan tubuh di atas kasur. Dia menatap ke langit-langit kamar yang hampa itu.

“Ck. Nenek meninggal, dibully Violet dan teman-temannya, Rey selingkuh, lalu aku bunuh diri. Tiba-tiba Aideen dan Ezryl datang. Aideen memintaku menjadi istrinya,” keluh Jihan sambil merentangkan tangannya di kasur, “istri ya? Hmm.”

“Oh iya, bagaimana dengan Kyle? Apa yang terjadi di chapter 97?” sentak Jihan sambil meraih ponselnya. Ia membuka aplikasi Mangatoon dan mencari komik Wanita Kesayangan CEO Tampan di halaman rak buku. Jihan terlihat serius membaca komik itu, jempolnya sesekali bergerak naik di layar ponsel untuk membaca kelanjutan kisah Aideen dan Kyle.

“What? Kyle selingkuh?!” Jihan langsung duduk sambil menutup mulutnya yang terbuka karena terkejut. Jempolnya semakin tidak sabar menggulir layar ponsel dengan mata yang penasaran.

“Gila sih!” rutuk Jihan greget, “ternyata selama ini Kyle selingkuh dengan Brand Ambassador perusahaan Aideen? D-dan mereka ketangkap saat berhubungan badan di hotel? Wahhh. Bagaimana perasaan Aideen ya?”

“Apa yang sedang kau lakukan?” Ezryl tiba-tiba muncul dari sudut pintu kontrakan Jihan.

“Arghhh!” pekik Jihan terkejut dan ponselnya terlempar ke lantai namun dengan sigap diambil oleh Ezryl.

Ezryl terlihat cekikikan melihat Jihan yang terkejut.

“Tak bisakah kau mengetuk pintu atau memberi aba-aba sebelum menampakkan diri? Aku bisa mati kaget tanpa harus bunuh diri karena kau!” gerutu Jihan sambil memegang dadanya yang berdetak kencang.

“Ha-ha-ha. Maafkan aku, Nona Jihan,” Ezryl tertawa sambil membungkuk bak pangeran yang membungkuk memberikan salam ke tuan putri.

“Huft!" dengus Jihan kesal.

“Apa sih yang sedang kau baca?” tanya Ezryl sambil melihat ke layar ponsel milik Jihan.

Mata almond yang indah itu terlihat tegang karena terfokus ke layar ponsel, hidung yang mancung bak hidung Jungkook BTS itu terlihat mendengus karena kesal. Jihan terpana melihat keindahan Ezryl yang mirip seperti idol-idol K-Pop.

“Ini Aideen yang tadi malam?” tanya Ezryl memecahkan lamunan Jihan tanpa melihat ke arah Jihan.

“I-iya, aku fikir itu hanya sekedar komik, tapi itu benar-benar terjadi pada Aideen,” jawab Jihan perlahan.

Ezryl menghirup udara dalam-dalam.

“Dasar wanita, dikasih yang baik, milihnya yang f*ck boy!” umpat Ezryl.

“Tidak semua ya,” sanggah Jihan tak terima.

“Ha-ha-ha. Maksudku Kyle,” Ezryl cekikikan melihat ekspresi Jihan yang melotot ke arahnya.

“By the way, ada apa kau ke sini?” tanya Jihan memiringkan kepalanya.

“Feelingku mengatakan kau sedang di sini, jadi aku ke sini,” Ezryl tersenyum setengah sambil menaikkan alisnya.

“Yah, ada baiknya sih kau di sini, karna aku sedang bosan.”

“Oh, jadi kau mencariku saat bosan?” Ezryl melipat kedua tangannya di dada sambil menatap tajam ke arah Jihan.

“Ti-tidak, ma-.”

“Kau langsung takut!” Ezryl tertawa terbahak-bahak melihat Jihan yang mendadak takut.

Jihan mempelototi Ezryl dengan wajah kesalnya.

“Apakah kau ingin ke suatu tempat?” tanya Ezryl meredam tawanya.

“Aku ingin ke suatu tempat di mana aku bisa merasa tenang sambil menikmati pemandangan yang indah! Kau tak kan bisa membawa ku ke sana,” ledek Jihan sambil menyeringai.

“Baiklah, silahkan pegang tanganku, Tuan Putri,” Ezryl membungkuk dan memberikan tangannya kepada Jihan, “lalu, pejamkan matamu.”

“Ck. Mari kita lihat, apakah kau benar-benar bisa membawaku ke sana atau tidak,” Jihan nyengir sambil meraih tangan Ezryl.

Jihan memejamkan matanya sambil tersenyum simpul.

“Buka matamu, Tuan Putri.”

Perlahan, Jihan membuka matanya.

Hal pertama yang dilihat Jihan adalah mata almond Ezryl yang penuh kehampaan. Ia tertegun menatap pesona Ezryl. Namun, dia ingin tahu, luka apa yang membuat Ezryl bunuh diri. Alih-alih ingin mengetahui masa lalu Ezryl, dia tertegun menatap sekelilingnya.

Sebuah pegunungan dengan hamparan luas yang membentang, rerumputan hijau yang subur dan tak pernah diinjak manusia, dikelilingi ratusan bahkan ribuan flora yang subur tak terjamah polusi. Sayup-sayup terdengar kicaun burung dan jangkrik.

“Wahhh,” gumam Jihan terpesona.

“See? Aku bisa membawamu ke tempat yang kau inginkan,” ucap Ezryl sambil merebahkan diri di hamparan rumput tepatnya di bawah pohon yang rindang dengan daun yang lebat.

Jihan menepuk tangannya, “kau benar-benar luar biasa.”

Ezryl tersenyum puas karena mendapatkan pengakuan dari gadis yang mencuri hatinya itu.

Sambil menikmati sekitarnya, Jihan merebahkan tubuhnya disebelah Ezryl.

“Hei, ada sesuatu yang mengusikku,” ucap Jihan.

“Katakan.”

“Luka apa yang membuatmu bunuh diri?”

Ezryl terdiam. Wajah yang sebelumnya bersinar mengalahkan matahari yang malu-malu dibalik awan, kini menjadi suram. Jihan langsung mengerti, pertanyaannya bagaikan mengikis luka lama yang sudah lama sembuh.

“Kau tahu, alasan ku bunuh diri karena aku terlalu muak dengan dunia yang tak pernah berpihak padaku,” Jihan mengawali pembicaraannya.

“Ibuku seorang pembantu rumah tangga yang tak berdaya. Dia diperkosa suami dari majikannya sendiri. Saat ibu meminta pertanggungjawaban atas kehamilannya pada ayahku, di waktu yang sama, istrinya juga sedang hamil dan mendengar pembicaraan itu. Ibuku di usir dan melahirkan aku sendiri. Ayah selalu mengirimkan uang kepada ibu sehingga ketahuan oleh istrinya.” Tambah Jihan dengan tatapan yang kosong ke langit.

Jihan mendesah seolah-olah melepaskan semua beban dan sesak di dada.

“Pada suatu hari, saat itu usiaku 6 tahun. Istri dan anaknya mendatangi rumah nenekku di mana aku dan ibu tinggal di sana. Istrinya melabrak ibu dan anaknya menatapku tajam, tatapannya begitu menakutkan. Sejak hari itu, ibu pergi meninggalkan aku dan nenek. Dia pergi bersama ayahku. Aku tidak tau bagaimana kabar mereka hingga saat ini. Hingga nenek meninggal sebulan yang lalu, aku benar-benar terpuruk.” Sambungnya.

“Bagaimana kabar anaknya saat ini?” tanya Ezryl sembari memalingkan wajahnya ke kanan untuk menatapku.

“Violet, namanya. Satu kampus dan satu jurusan denganku. Dia selalu menindas, mencela, menghina, mempermalukanku dan dia juga selingkuh dengan pacarku,” Jihan tersenyum pahit. Senyuman yang dipaksakan seolah-olah itulah caranya melepaskan beban di dada.

“Kau tidak sendiri. Aku akan menemanimu,” Ezryl menatap Jihan dengan sangat dalam.

Jihan hanya diam, membayangkan akan bagaimana hidupnya ke depan. Entahlah. Dia menghela nafas panjang.

“Saat itu, usiaku 20 tahun. Sejak SD, aku sudah menjadi korban bullying,” Ezryl memulai ceritanya.

Spontan Jihan memalingkan wajahnya ke kiri untuk menatap Ezryl dengan tatapan syok dan tak percaya.

“Ibuku meninggal saat usiaku 5 tahun. Dia terkena gerd kronis. Ayahku pemulung. Bahkan untuk makan saja kami harus mencari sisa makanan yang ada di warung-warung. Aku bisa bersekolah karena dibiayai oleh seseorang yang dermawan. Namun, penampilan miskinku tetap melekat. Baju yang kumal tidak di setrika, sepatu yang lusuh karna ikut mulung, badan yang bau rongsokan dan saat istirahat aku tidak pernah ikutan jajan.”

Dia terdiam, menelan pahitnya luka yang sudah lama dikubur.

“Saat aku kuliah, aku mendapat beasiswa di sebuah kampus negri yang terkenal. Saat itu, aku selalu dibawa ke belakang kampus. Aku ditendang, ditampar, dijambakin dan dipukul untuk melepaskan amarah mereka yang terkenal merupakan anak dari petinggi-petinggi kampus. Suatu hari, mereka melihatku sedang mulung bersama ayah. Mereka iseng ingin menabrakku dengan mobil yang sedang mereka kendarai, ayah yang menyadari itu menyelamatkanku dan pendarahan ditempat, sedangkan mereka kabur dan melarikan diri. Karena saat itu tidak ada saksi mata, aku dituduh memberikan pernyataan palsu pada polisi dan pencemaran nama baik. A-aku benar-benar putus asa hingga aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku,” jelas Ezryl panjang lebar dengan suara yang serak dan airmata yang membasahi pipi.

“Kau hebat, benar-benar hebat. Menanggung rasa sakit itu bertahun-tahun,” ucap Jihan yang merasa empati pada Ezryl.

Dia merasa malu karena berfikir bahwa dia lah yang paling tersakiti di dunia ini. Padahal, masih ada orang yang lebih kurang beruntung daripadanya.

“Saat aku menjadi malaikat maut, aku melihat ada banyak sekali yang mengakhiri hidupnya sendiri karena merasa bahwa merekalah yang paling tersakiti, padahal, andai mereka bisa bertahan sebentar saja lagi, mentari pasti hadir menyinari hidup mereka yang kelam,” tutur Ezryl sambil menyeka airmatanya.

“Pepatah mengatakan, roda itu berputar. Tapi, aku tidak mempercayainya, karena, posisiku selalu di bawah dan rodanya kempes,” Jihan tertawa paksa.

“Sebenarnya, rodamu akan berputar, hanya saja, belum waktunya. Kau butuh kesabaran sedikit saja lagi.”

Jihan menghela nafasnya. Entah dia harus percaya atau tidak pada perkataan Ezryl atau menganggapnya angin lalu. Karena pada dasarnya, hidup itu indah bagi mereka yang beruntung. Sedangkan orang yang malang, dia akan selalu di rundung kesialan.

...****************...

BERSAMBUNG...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!