"Hhoaaammm... ternyata sudah pagi saja." Padahal baru beberapa jam yang lalu seorang gadis manis terlelap dalam tidurnya. Setelah belajar begitu banyak buku pelajaran untuk persiapan lomba.
"sudah bangun sayang?" tanya mama Anne.
wanita muda berparas cantik itu menyiapkan sarapan ke atas meja makan.
Di sana sudah ada Papa, dan Veli kakak perempuan Vania.
"Van, sudah sampai mana persiapan lombanya? Papa Agung, memberikan dua lembar uang pecahan lima puluh ribuan.
"beres pa, katanya sih lawannya kali ini dari sekolah yang sudah jadi langganan menang lomba. Tapi Vania yakin menang sih."
Papa memberikan dua jempolnya untuk gadis bungsunya.
"semangat ya Van, kami akan selalu mendukungmu!"
"Nanti pas mau lomba, gue mau make over lo sedikit dek, biar keliatan cakep dilihat banyak orang." Veli serius dengan ucapannya, dia merasa sedih melihat adiknya selalu menjadi bahan olok-olokan di sekolah.
"Nggak usah kak! Biar begini saja, cantiknya natural, hehe.."
tiba -tiba Vania ingat sesuatu, jika semalam ada cowok yang datang menitipkan sesuatu kepadanya. "buka saja besok!" katanya.
"mah, semalam ada yang datang memberiku hadiah, mama simpan hadiahnya dimana?"
"Hadiah? Tanya mama heran.
Lalu Mama Anne menoleh ke arah suami dan juga Veli, siapa tahu mereka yang menerimanya.
"Semalam memangnya siapa yang datang?"
Mereka saling melempar pertanyaan.
...
Vania berangkat ke sekolah dengan naik ojek online. Semalam hujan turun dengan lebat, membuat sebagian jalanan tergenang air.
Saat gerbang sekolah sudah mulai terlihat, dari arah berlawanan sebuah motor sport datang melintas dengan kecepatan tidak wajar untuk jalanan berair.
Sraaaassshhh....
"Woy, hati-hati kalau bawa motor!!!" teriak abang driver kepada pemotor yang barusan lewat.
"yaaahh... Kan basah! Vania memindai tampilannya.
"Maaf ya neng, Abang sudah hati-hati tadi."
Meski bukan kesalahan abang-abang itu, tetap saja mood Vania memburuk.
"bukan salah abang kok, ini bang! Terima kasih."
Vania terus berjalan dengan menundukkan pandangan.
cowok-cowok di lapangan basket menyoraki Vania dengan panggilan si Cupu, bidadari turun dari ojek.
mendengar hal yang sudah biasa ia dengar tiap pagi tak menyurutkan langkahnya ke sekolah. Tapi kotornya seragam dan sepatunya membuatnya harus membersihkan dirinya di kamar mandi.
"Woyy.. Si cupu, tumben Lo telat!! Udah lo jelek, jangan tambahin kelakuan lo juga ngga disiplin begitu dong!!" ejek salah satu teman sekelas Vania.
"iya nih, gara-gara lo, pelajaran hari ini ditunda." sambung yang lain.
Vania hanya diam mendapati ocehan teman-temannya. Males berdebat dengan orang sok menang sendiri. Hingga akhirnya Guru mata pelajarannya datang mengampiri.
"Vania.. Kamu terlambat masuk kelas 10 menit. ada apa?" bu guru menanyai Vania.
"Saya tadi ke kamar mandi dulu bu, membersihkan diri, seragam saya kotor kena air kubangan." jelas gadis itu.
"Lo sih, kebiasaan kecil lo bawa-bawa pake main air kubangan segala. Alasan aja Lo!"
"sudah-sudah sekarang, kamu kembali ke bangkumu, tapi nanti sebagai hukuman kamu harus membersihkan ruang kelas pada jam istirahat."
Setelah memberikan hukuman, bu guru lanjut menerangkan pelajaran.
Vania hanya menggerutu, dengan kejadian buruk tadi pagi. 'awas aja, aku sumpahin lo mules sepanjang hari ini.' umpat Vania dalam hati.
Ckiiittt...
"Turun dek! Udah sampai."
Bocah laki-laki berseragam SMP itu turun. Dan masuk ke gerbang.
"Hati-hati bang!" ucap bocah itu kepada abangnya.
Cowok tampan itu mendapat banyak perhatian dari para siswi perempuan di sekolah adiknya.
"oh itu abangnya Gavin, wah aku mau sekolah disana ah, biar bisa ketemu dia.."
Saat motor sport dengan knalpot halus itu mulai meninggalkan sekolah adiknya, tiba-tiba saja perutnya merasakan mules luar biasa.
"Aduuhh...kenapa bisa pas kondisi begini sih, mules ngga lihat situasi." Cowok itu melajukan motornya dengan kecepatan penuh supaya bisa sampai toilet sekolah tepat waktu.
...
"Bro! tumben lo buru-buru! Ada apa?" sapa Boy, teman sekelas pria itu.
Brukk!!
"Gue titip tas gue bawa ke kelas ya Boy! Darurat nih!"
Boy yang menangkap Tas sekolah Ardian dengan tangkas, mengiyakan. Karena melihat temannya masuk ke dalam toilet secepat kilat.
Brooott!!!
"aaahhh...leganya.."
Tok.. Tok.. Tok..
"Bro.. Lo ngga apa-apa?" Boy sejak tadi khawatir, karena Ardian tak segera masuk ke dalam kelas. Hingga akhirnya teman baiknya itu menyusulnya ke toilet pria.
"Bro!!" Boy menemukan tubuh Ardian tersandar pada dinding toilet. Memapah tubuh bocah yang sudah cukup lemas. cowok idola sekolah itu nampak pucat. membuat Boy segera membawanya ke UKS.
"Lo sakit? Gue cariin obat dulu ya!"
Boy merebahkan temannya di ranjang berukuran single. Ardian nampak mengernyit karena perutnya terus melilit.
"Sshh... Perut gue mules Boy, nggak kuat gue."
Boy Bingung, akhirnya cowok itu memanggil gurunya untuk membantu mengobati Ardian.
Hingga akhirnya Ardian bisa istirahat, setelah rasa nyeri yang mengganggu berangsur hilang.
...
Tring...!!!
Bel istirahat sekolah berbunyi. Semua siswa berhamburan keluar kelas menuju kantin. Namun tidak dengan Vania.
Gadis berkaca mata tebal itu harus membersihkan sampah, menghapus papan tulis dan merapikan sisa-sisa pelajaran kelas hari ini.
"Van, Gue mau ke kantin, mau nitip apa?"
Maya, teman sekelas Vania. gadis yang senasib sepenanggungan itu menghampiri Vania yang tengah menghapus papan tulis. Siswi yang sama-sama tidak pernah dianggap hanya karena penampilan mereka tidak menarik.
"Lo May, Nggak usah. Nanti ngerepotin lo lagi!"
Vania melanjutkan pekerjaannya, namun Maya tidak menyerah.
"Gue beliin Batagor atau siomay bu kantin mau? Gue nggak repot kok!"
"Serius May? Nih uangnya, kalau lo maksa, Hehe.."
Vania menyerahkan uangnya. Dan Maya pun meninggalkan kelas.
"Gara-gara cowok itu gue jadi ngga bisa istirahat. Awas aja, kalau ketemu gue lagi!"
...
Maya datang dengan tergesa-gesa, membawa batagor pesanan Vania. Namun saat gadis itu hendak memakannya, tiba-tiba namanya dipanggil untuk menuju ke ruang guru.
"Apalagi ini.. Belum juga diisi perutnya."
Maya merasa kasihan, namun bagaimana lagi, panggilan itu mendesak. Membuat Vania terpaksa menyimpan kembali batagornya.
Di ruang guru,
Vania yang datang dengan tergesa-gesa segera menemui wali kelasnya. Ternyata terkait masalah lomba cerdas cermat yang akan diadakan lusa.
Dan Vania diminta untuk mempersiapkan diri.
Kasak-kusuk pun terjadi, saat mengetahui lawan si kutu buku nanti. Mereka meminta Vania untuk merubah tampilannya juga, seandainya tidak menang, sekolah mereka pun tak akan menanggung malu terlalu banyak. Ejek para siswa yang lain.
"Heh Jelek, untung aja lo cerdas. Kalau nggak, sudah ngga ada faedahnya lo lahir ke dunia!"
Ejekan anak-anak kelas lain yang sudah terbiasa masuk ke telinganya.
"Gue jelek, muka doang! Lo, hati sama mulut lo tuh kotor, sekolah tapi ngga ada gunanya!" balas Vania dan tetap berlalu.
"Sial ini cewek kuper! Awas aja Lo nggak menang!!" teriak anak-anak yang hobi merundung siswa-siswa tidak populer.
***
Jam pelajaran sekolah berakhir. Veli menunggu adiknya di gerbang sekolah. Gadis cantik itu berencana mengajak Vania ke mall untuk memberikan sedikit kejutan untuknya.
Namun saat ia melihat sosok adiknya, berjalan dengan langkah tak berdaya menjalani hidup.
"Wah benar-benar! Kenapa nggak dilawan sih kalau ada yang ganggu!" ungkap Veli kesal.
Karena tidak sabar menunggu Vania berjalan kearahnya, Veli keluar dari mobil menghampiri adiknya. Membuat semua mata tertuju kepada dua gadis yang bagai langit dan bumi itu.
"Gila men!! Siapa itu yang nyamperin si kutu buku?" pandangan para siswa tertuju pada gadis cantik yang berpakaian kasual.
"Ck, kalau saudaranya gue nggak yakin kalau mereka berdua saudara kandung,"
Ucapan salah satu siswa yang terdengar oleh Veli.
Gadis itu membawa Vania bersamanya menunju asal suara.
Veli memberikan sebuah botol air mineral.
" Ini buat lo!"
Siswa laki-laki yang menerima botol itu pun tersenyum penuh arti.
"Wah, udah cantik, baik... Nggak kayak si kuper, lihat tuh!"
"Itu air buat lo kumur-kumur, karena mulut lo itu kotor dan harus dibersihkan, Lo ngerti! Dan cowok model kayak lo nggak cocok dapat cewe model apapun, Paham!!"
telunjuk Veli mengarah ke wajah siswa itu, membuat dirinya di tertawakan banyak orang. Terlebih Vania.
"Makanya kalau mau ngomong itu ngaca dulu!!
...
"Gimana Bro? Udah mendingan kan?"
Ardian merasa lebih baik, karena Boy begitu perhatian merawatnya. Selama ini Ardian terbiasa menyendiri, hingga Boy bocah usil yang nilainya selalu jeblok, disarankan oleh wali kelas untuk belajar dengan Ardian.
Meskipun pemilih, nyatanya putra kedua dari Panji dan Imas itu mau berbagi pengetahuannya.
"Boy, ikut gue! Udah ngga usah banyak nanya!"
Bocah jangkung dengan lesung pipi itu hanga menurut diajak oleh juara kelas. Boy pun terpaksa menitipkan motornya di sekolah, karena ia memilih membonceng Ardian.
"Bro, gue berasa populer lho, tiap jalan sama Lo! Hehe..." cuit Boy.
Ardian hanya tersenyum. memasuki toko buku yang ada di dalam Mall, mata Boy langsung tertuju pada kumpulan komik disana, dan meninggalkan Ardian begitu saja.
Setelah menemukan buku yang ia cari. Ia segera mengambilnya. Namun, tak sengaja kakinya menginjak kaki seseorang.
"Auh...!!" pekik seorang gadis.
Ardian menoleh, dengan sedikit menunduk ia baru melihat jika kakinya menginjak sepatu seorang siswi.
"Sorry," ucap Ardian. dan ia berlalu meninggalkan gadis yang kesakitan itu. Veli yang mencari keberadaan adiknya, disangka hanya mematung di depan rak buku yang cukup tinggi.
"Van, sadar lo! Hey," Veli menepuk pipi adiknya yang masih saja melamun.
Vania yang tersadar, segera menyentuh sepatunya yang terdapat jejak sepatu dari cowok itu.
"Wah... Wanginya aja masih belum hilang. Eh, nggak apa-apa kak, ayo lanjutkan lagi!" namun tatapan Vania tak jauh-jauh mencari sosok tampan itu.
Saat ia menemukan Sosok Ardian, Veli menarik jaketnya dan membawanya ke arah kasir.
"Semua bukunya udah lo dapat kan? Sekarang kita ke salon, Gue mau make over buat adek gue satu-satunya." Veli sangat antusias dengan hal-hal berbau kecantikan.
Boy melihat sosok gadis yang menurutnya 'nggak banget' itu, terus menatap Ardian. Boy terus tertawa hingga perutnya kram karena poni yang menjuntai menutupi mata layaknya gorden warteg, juga seragam sekolah yang terkancing rapat.
Berbeda dengan siswi-siswi di sekolahnya, yang terkenal fashionable. membuat Boy ingat, dengan salah satu mantan kakak kelas yang menjadi primadona sekolahnya.
Hingga ia memukul-mukul rak buku karena bodoh membandingkan kedua gadis itu.
"Sshhhttt!! Berisik Lo Boy?!"
Jari telunjuk Boy mengarahkan pandangan Ardian kepada Vania. Tentu saja gadis itu terkejut, Hingga ia menjadi salah tingkah.
"O, Lo naksir gadis itu?" ledeknya.
Wajah Vania merona. Ia membayangkan, jika dirinya bisa berkenalan dengan siswa laki-laki dari sekolah lain. Yang tidak meremehkannya meskipun ia telah melihat kekurangan dirinya.
"Yang ganteng, bening begini aja nggak sombong. Kenapa murid di sekolah gue yang tampangnya pas-pasan pada nggak tahu diri sih!" gerutu Vania
...
Selama berada di salon, dirinya membayangkan dapat berubah seratus derajat dari itik buruk rupa menjadi angsa yang cantik. Dirinya dapat menutup mulut teman-teman sekolahnya yang julid.
Sejak melihat sosok tampan itu, mimpi Vania menjadi muluk-muluk.
"Kak Veli, gue mau di make over sesempurna mungkin!"
Veli yang sedang memilih gaya rambut untuk adiknya, mendadak terpana. Sejak kapan adiknya mengubah keputusan secepat itu?
"Oke! Lo nggak lagi kena sawan kan Van?"
Vania menampakan deretan giginya yang terpasang behel disana.
Ardian setiap hari mengantarkan pesanan dagangan ibunya ke pelanggannya. karena tidak memiliki saudara perempuan, Ardian dan adiknya membantu Imas di rumah sepulang sekolah.
"Bang, tolong antarkan pesanan ini ke rumah Bu Anne, rumahnya yang paling besar di ujung jalan, ajak adikmu biar abang nggak sendirian!" pinta Imas.
Ardian yang baru saja pulang mengantar Boy, bergegas ganti baju. Dan mengajak adiknya.
sepanjang jalan pandangan mereka berdua tak lepas dari bangunan besar di kawasan komplek elit itu.
"Yang mana Dek rumahnya?"
"Itu Bang, yang paling besar itu!" pekik Gavin ditelinga Ardian.
Saat sudah sampai di gerbang, Ardian meminta adiknya untuk turun dan menyerahkan pesanannya.
"Abang aja lah, kan abang yang disuruh Ibu, hehe..."
Dari kejauhan nampak seorang gadis yang melangkah keluar membuka pagar.
Brakkk!!
"Kak, ini pesanannya!! Jangan lari, hey!!"
...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!