Kinsley Alzora panghilannya Zora, kelas X Farmasi ( Kesehatan), anaknya cuek agak pendiem tapi berwawasan. Hobinya adalah rebahan dan nonton drakor. Anak rumahan tapi jiwa petualang. Banyak hal yang mengejutkan dari dirinya.
Binara Aarju atau sering disapa Arju, umurnya 2 tahun diatas Zora, tapi sekarang Arju tengah duduk di bangku SMK kelas XI Teknik. Anaknya tengil, tapi perhatian. Temannya banyak termasuk teman wanitanya yang lebih dominan dibanding laki-laki.
Jovian Alfarizki (Vian), setahun lebih tua dari Zora. Dan Vian kakak kelas Zora sekaligus seniornya di OSIS. anaknya dingin dan banyak rahasia, makanya Zora nge Crushin Vian juga.
Cast yang lainnya akan muncur seiring dengan lanjutnya cerita. Sebelum mulai mari kita sedikit flashback
1 ½ tahun yang lalu
"mang ke perum \*\*\* block \*\*\*" pinta gadis remaja yang mengenakan seragam putih birunya.
"oke siap nenk sok naik" mang gojek memberikan helm pada remaja itu.
diterimanya helm, lalu memakainya. dan pengendara ojek motor tersebut menyalakan mesin motornya dan melajukan kendaraannya.
"pulang sekolah nenk?" tanya tulang ojek basa-basi.
"ah iya mang, udah dari tadi aih pulangnya"
"oh iya sekolah dimana emang? ko bisa ada di situ?" maksudnya tempat tadi remaja itu menyetop ojek
"tadi pas pulang mampir dulu toko buku, sekolah Zora mah di SMPN 3" ya remaja itu adalah Zora
Percakapan pun terhenti setelah banyak perbincangan yang menurut Zora sendiri tak usah di tanyakan pasti udah tau jawabannya. Namun Zora bukan anak kurang ajar yang akan melawan atau bertindak tak sopan pada orang lain, apalagi yang lebih tua. Orang tua Zora tak pernah mengajarkannya.
Dikejauhan Zora melihat kumpulan anak lelaki yang sedang berkerumun di pinggir jalan. Serasa mengenal salah satu dari lelaki yang nongkrong itu Zora pun meneriakan nama orang yang dikenal tersebut.
"Gung" teriak Zora hingga yang diteriaki menoleh kearah Zora.
"euy ra" merasa mengenal orang yang berteriak " kemana?" teriak lelaki bernama Agung itu heran mengetahui dari arah kedatangannya bukan tempat Zora bersekolah.
"baru balik dari toko buku" jawabnya cepat karena lagi di motor "duluan" berpamitan saat motor melewati Agung teman SDnya itu.
zora berbalik memandang Agung lalu melambaikan tangannya dengan tersenyum manis ke pria yang tadi dia sapa itu. Bukan main Zora biasa terkenal dengan jutek bagi para laki-laki, saat menampilkan senyumannya akan terlihat manis dan ramah.
"ah akhirnya ketemu tempat ternyaman juga" menbaringkan diri pada ranjang tempat tidurnya
"Zora kebiasaan, pulang sekolah ganti baju dulu terus makan baru istirahat" menghampiri zora yang asik tiduran di kasur "awas jangan nonton dulu, tapi makan dulu" peringatan wanita paruh baya itu pada Zora
"iya ma bentar, baru juga nyampe. kaki Zora pegel abis jalan jauh jadi mau istirahat dulu. ntar Zora nyusul makannya" keluh Zora yang ingin beristirahat tapi malah membuka laptopnya yang ada di atas meja belajarnya.
"mau istirahat tapi malah buka laptop, buruan turun nontonnya nanti lagi" mama Zora paham betul apa yang akan dilakukan anak bungsunya itu.
"ma Zora buka laptop buat ngeliat tugas, tadi temen Zora ngirim email maka dari itu Zora buka laptop buat nyelesaiin tugas Zora" salah satu dari beribu-ribu alasan Zora.
"mama tau isi kepalamu itu, itu cuman alesan kamu doang Zora" Zora hanya tersenyum jail pada mamanya " ya udah terserah kamu, jangan lupa makan sama ganti bajunya" mengalah, karena masalah menonton Zora akan jadi keras kepala
"oh iya ma, minggu depan Zora libur, kata Bu Tuti kelasnya dipake buat ujian kelas 3, trus minggu depannya Zora ujian semester" ucap Zora santai
"iya ma tau tadi dapet info di group orang tua"
"iya udah Zora laporan doang, ma keluar aja time sama sky pasti udah nungguin dari tadi buat makan" mengusir secara halus mamanya
ibunya Zora hanya bisa menggelengkan kepanya tak paham dengan jalan pikiran anaknya yang satu ini. malasnya luar biasa dan lebih mementingkan serial dramanya. bahkan saat keadaan tubuhnya tak sedang baik-baik saja. Zora akan tetap teringat dengan jadwalnya buat menonton.
Entahlah bagi Zora itu salah satu caranya dia melampiaskan kerumitan isi kepalanya atas dunia dirinya yang mulai menginjakan masa remaja yang kini langkah awal untuk mengenal betapa besarnya beban saat menjadi orang dewasa nanti.
Bagi Zora juga menonton tak hanya untuk mengisi luang waktu atau bermalas-malasan, tetapi Zora mendapat banyak pelajaran baru sari dramanya yang ia tonton. Terutama dalam hal medis dan teknologi, saat ini banyak sekali film atau drama yang mengangkat tema permedisan dan tentang komputer.
seminggu pun berlalu, besok adalah hari dimana Zora akan memulai ujian kenaikan kelasnya.
"zora udah nontonnya, bukannya besok ada ujian?" tanya khawatir mamanya
"iya besok ujian emang kenapa?" memfokuskan matanya pada layar laptop
"ya kamu emang ga belajar? tuh liat Syera dia mah dari minggu kemarin udah nyiapin semuanya buat ulangngan besok"
"emang apa yang harus disiapin? ujian mah cuman butuh pensil penghapus pulpen, itu doang mah Zora udah nyiapin dari dulu juga" tahu maksud mamanya tapi ngeles karena merasa malas
"ya belajar atuh sayang, tuh Syera mah rajin tiap bahi baca-baca buku, bukannya kaya kamu tiap hari cuman nonton mulu yang diurusin" keluh kesah mamanya keluar melihat Zora yang jarang bahkan hampir tak pernah belajar dirumah.
"Zora juga tiap hari baca-baca ma" tersenyum jail pada mamanya
"baca apaan dari kemaren liatnya cuman mantengin laptop doang"
"ya baca subtitle lah, hahahah" mamanya menggeleng tak habis pikir dengan Zora
"awas kalo nikainya jelek jangan nangis" ancam kembali mama
"nilai Zora mah ga pernah jelek, kalo jelek juga itu gara-gara lagi ga enak badan aja maksain ujian, selebihnya nilai Zora fine fine aja"
"kamu ini dibilangin ngeles aja" mengacak pelan rambut Zora gemas
"itu sandanya Zora pandai ma,,, pandai ngeles hehe" tertawa garing
"iya iya sipaling cerdik, ya udah mama tidur duluan ok" pamit mama hendak menuju kamarnya
"iya ma, met malam,, mimpi indah" balas Zora
" ya udah mama kedepan dulu mau ngunci pintu awas jangan gadang besok sekolah ntar kesiangan" berjalan keluar kamar Zora
"iya ma bawel ku sayang"
mama Zora pun pergi menuju pindu depan rumah untuk mengunci pintu. Dan Zora jangan ditanya dia melanjutkan kembali fokusnya pada layar yang sedang memutarkan serial drama kesukaannya.
seperti yang mamanya katakan Zora tak pernah sama sekali belajar, namun anehnya nilai dia tak pernah turun hanya karena sering menonton, justru menambah wawasan baru bagi Zora.
waktu pun Zora lewati dengan kegiatan yang sama. Yaitu dari mulai bangun tidur, pergi ke sekolah, pulang sekolah langsung nonton, sesekali jika ada tugas Zora sempatkan waktunya untuk mengerjakan tudas. nmun dimalam hari dia akan kembali pada rutinitasnya yaitu nonton.
begitupun di hari libur, Zora memakai ⅔ dari waktunya sehari untuk menonton dan sisanya zora gunakan untuk makan, mandi, dan tidur.
bahkan di hari libur panjangnya, disaat temannya sedang asik memamerkan dirinya tengah berlibur di sosmed masing-masing. Zora lebih tertarik dengan bantal dan selimutnya dengan laptop tentunya yang selalu menemaninya setiap hari.
tak terasa kini Zora tengah menginjakan kakinya di kelas IX Sekolah Menengah Pertama. Yang dimana dikelas tersebut akan datang ujian-ujian yang bertubi.
Dan kini Zora harus fokus mencari Sekolah Menengah Akhir agar dirinya meneruskan mengemban ilmu untuk bekalnya dimasa yang akan datang. sebelum menuju tujuan itu sepertinya Zora harus merubah terlebih dahulu kebiasaannya.
"Zora bangun udah siang, nanti telat, bukannya hari ini kamu ada ujian?" teriak mamanya sambil menggedor pintu kamar Zora.
mendengar tak ada respon apapun dari sang anak, akhirnya mama masuk menerobos tanpa izin dengan membawa segelas air. Dan menciptakan air tersebut pada muka Zora. karena mamanya tahu jika Zora takkan bangun kecuali dengan cara itu.
"uuhhh ma kebiasaan dingin ma" keluh Zora dan menarik kembali selimutnya
"kamu yang kebiasaan susah dibangunin, buruan bangun kan mau ujian, liat jam Zora 15 menit lagi kamu ga bangun bakalan telat, mandi mu kan lama jafi ayo bangun" tanpa jeda mengomeli Zora
"iya iya ini bangun" turut Zora pada mamanya lalu bergegas menuju kamar mandinya.
Zora tengah bersiap, dengan seragam putih birunya dan dasi yang menempel pada lehernya. dengan sepatu yang sudah diikan rapi dan kencang agar ikatan tak lepas.
"ma, zora berangkat babay" teriak zora sambil berlari menuju halte bus
"Zora sarapan dulu kamu mau ujian nanti ga pukus karena lapar" teriak mama dari dalam rumah
"entar disana ma, keburu siang" Zora pun melanjutkan larinya takut kena omel mamanya lagi
"makanya bangun pagi jad..."teriakan mama terhenti, karena orang yang diteriaki sudah tak menampakan batang hidungnya.
"bener-bener anak itu" kesal mama dengan menggelengkan kepalanya tapi masih ada senyuman diwajahnya karena melihat tingkah anaknya itu.
sadar zora menjauh mama terheran dengan anak kecil yang barusan nyelonong masuk ke dalam rumahnya
"ini lagi bocah malah nonton bukannya sekolah, nazera kamu bolos sekolah?" penasaran kenapa kemponakan kecilnya itu ada dirumah
"pere wa, kan kelasnya dipake latihan ujian kelas 6" jawab santai anak kecil bernama nazera tersebut yang menupakan sepupu dari Zora.
jawaban nazera membuat mama mengerti. dan melanjutka kembali aktivitasnya yang sempat terhenti karena tadi mengejar Zora.
"Kikin lo tumben semangat bener mau ujian?" tanya teman sebangku Zora
"rahasia bocah ga boleh tau" Zora yang menempelkan jari telunjuk di bibirnya
"tapi Yadi penasaran Kikin"
"ah kepo udah balik sana kelas lo bukan disini sekarang noh disana" menunjukan dengan wajahnya
tak sempat berdebat bell masuk pun berbunyi tanda ujian akan segera dimulai. Yadi kembali menuju kelas sementaranya yang iya duduki selama masa ujian. seminggu sudah Yadi terpisah dengan Zora membuat dia rindu untuk menjaili Zora.
"tumben anak itu normal" ucap pelan Yadi saat melangkah ke kelasnya
bagaimana ga seneng saat Zora dikasih semangat dalam ujian kali ini. Kakak tertuanya tengah menawari Zora laptop baru asal nilai ujuannya bagus dan sesuai keinginan kakanya itu.
1hari sebelum ujian
"bang tiiimeee" rengek Zora pada time kaka sulungnya "baaaangg beliin Zora laptop baru baaangg" kembali merengek dengan mengayun-ayunkan lengan Time.
" lo bener ya jarang minta apa-apa sekalinya minta ga nanggung-nangngung!" risih Time dengan rengekan Zora
"kan ini masih ada laptopnya Zora, masih bisa dipake juga" menunjuk laptop yang sedang Zora kenakan
namun bukan Zora jika keinginannya tak tercapai. Zora adalah anak ketiga dari 3 bersaudara. Kakak pertamanya Time, ia kini bekerja menjadi karyawan kantoran. Sedangkan kakak keduanya Sky yang jail akut sama Zora tapi sekarang jarang ketemu sibuk ngampus.
kalo anak kecil tadi?, Dia sepupunya Zora. Jadi ibunya Zora itu 4 bersaudara yang pertama adalah mamanya Zora. Dan yang kedua om Yudi dan punya anak 1 yaitu daniel. yang ke tiga tante Yani punya anak juga namanya Syera. Dan anak bungsu dari neneknya dalah ibunya nazeera, nazera punya adik laki-laki namanya oval.
itu silsilah dari ibunya sedangkan dari ayahnya zora cuman punya satu paman dan 2 sepupunya yang juga umurnya ga berpaut jauh dari Zora.
cukup dengan silsilah kini kembali pada zora yang sedang merengek.
"yang ini memorinya kekecilan, beliin yang baru yang memorinya gedean yang ini mah kalo diisi film 2 judul juga langsung ngeload Time" kembali merengek
"minta yang sopan"
"iya iya baang Time" mengoreksi kalimat terakhirnya
"ujian dulu yang bener kalo laptop bisa kapan-kapan"
"ujiana mah tinggal ngisi soal" enteng tapi yang dikatakan Zora bener
"jangan dikasih mending duitnya buat gue beli hp baru" timpal sky yang tiba-tiba datang langsung meledek adiknya yang sedang merengek
"ah Sky mulu, dia mah hpnya juga baru bang, jangan dikasih, nanti dijual buat jajanin ceweknya"
"mulut lo sopan dikit abang lo ini"
"idih siapa juga yang mau jadi ade lo wlee" memelerkan lidahnya terhadap Sky dan kembali merengek pada Time.
"udah jangan diterusin ntar ujungnya malah ribut" pisah Time pada kedua adiknya "kalo lo mau laptop baru nilai lo harus bagus baru ntar dibeliin"
"janji?" mengacungkan jari kelingkingnya dan di iyain oleh kakanya
"tapi nilai bagusnya berapa?" bermaksud menanyakan batasan nilai bagus menurut Time karena jika nilai bagusnya menurut Time adalah 100 maka Zora tak bisa mewujudkannya.
" 80 nilai rata-rata, deal?"
"ok deal, udah janji jangan bohong, ya udah babay mau lanjut nonton"
Zora bergegas kekamarnya dengan laptop di lengannya. lalu melanjutkan tontontan yang sempat terjeda tadi.
"beres juga ujiannya ngantuk bener ini mata" keluh Zora sambil menempelkan pipinya pada meja
"sama gua juga ngantuk, semalaman begadang buat belajar" ikut Yadi menempelkan pipinya pada meja tapi menghadap Zora hingga saling menatap.
"lu mah bukan belajar tapi nyari contekan Mahmud" kedua jarinya hendak mencolok kedua mata Yadi namun tak kena.
"dari orok nama gua Yadi bukan Mahmud kikin sayang" goda Yadi
"weekk"meragakan ingin muntah "geli pengen muntah gua dengernya Yad"
"duh bebeb gapapakan?, apa bayinya rese lagi?"
"yadi bener-bener ntar orang salah paham" Zora memukul pundak Yadi
Yadi terbangun dari bangkunya dan pandangannya tertuju pada vas bunga yang ada di meja guru. Yadi menampilkan senyum jailnya dan mendapatka ide untuk mengganggu temannya ini.
tak lama Yadi meraih vas bunga dengan didalamnya ada serangkaian bunga mawar palsu. lalu kembali duluk sebelah Zora.
"oh ya gua lupa zor" ucapannya sengaja di hentikan untuk menarik perhatian Zora
"apaan?"
"tadi sepupu lo Syera nitipin sesuatu ke gua" melihat Yadi yak mengeluarkan apapun Zora terheran
"nitio apaan?"
"nitipin lo ke gua" tersenyum dengan melayangkan finger heartnya
Zora tak habis pikir dengan ide aneh dari temannya itu, ya walau godaan itu hal wajar karena Yadi memang menyukai Zora, tetapi orang yang disukainya tak kunjung merespon.
Merasa tak ingin menanggapi temannya, zora memalingkan wajahnya yang awalnya menatap Yadi kini berbalik ke arah berlawanan.
Terdengarnya suara bergeser kursi namun Zora abaikan, paling juga Yadi balik ke kelasnya lagi. tapi hal yang tak Zora duga terjadi.
Buaknnya balik ke kelasnya, Yadi malah berjalan mengelilingi meja menuju arah Zora. Dan kini mereka saling berhadapan kembali.
Tanpa aba-aba Yadipun bertekuk sebelah lutut dengan tangan kanan menggeggam serangkaian bunga yang masih berada dalam vasnya. tak lupa tangan kirinya iya sembunyikan dibelakang layaknya posisi sedang melamar.
"zor mau ga jadi pacar gua?"
tindakan Yadi membuat geger satu kelas, dan suara sorakan dari teman-temannya pun menggema di dalam ruangan tersebut.
Tanpa aba-aba Yadipun bertekuk sebelah lutut dengan tangan kanan menggeggam serangkaian bunga yang masih berada dalam vasnya. tak lupa tangan kirinya iya sembunyikan dibelakang layaknya posisi sedang melamar.
"zor mau ga jadi pacar gua?"
tindakan Yadi membuat geger satu kelas, dan suara sorakan dari teman-temannya pun menggema di dalam ruangan tersebut.
"yad lo ngapain?"
Sungguh pendengaran Zora bukananya fokus pada ajakan Yadi malah kesal karena pandangannya terhalanh oleh bunga palsu yang Yadi bawa dari meja guru.
"ngapain?,, ya nembaklo kikin" sindir Yadi melihat respon temannya biasa aja
"mati dong gua" Zora menepis bunga yang ada di hadapannya, dan membenarkan duduknya menjadi tegak lurus menghadap Yadi
Yadi mengatakan kata-kata manis san gombalannya pada Zora dengan panjang lebar. tetapi orang yang dituju malah acuh tak mengerti maksud dari kalimat yang tengah Yadi sampaikan. Hingga akhirnya merasa berbicara sendiri Yadi memberanikan diri bertanya kembali.
"jadi gimana mau ga?" merasa tak percaya diri
"mau apan?" bingung Zora dengana ajakan Yadi
"jadi pacar gua Zor"
"ga mau"
bagai sambaran petir dan ribuan jarum menusuk hati Yadi mendengar jawaban Zora tanpa pikir panjang langsung menolak. Apa boleh buat Yadi memang sudah tau apa yang akan Zora katakan. Tapi tetap saja walau sudah tau sakit dihatinya masih terasa saat Zora sendiri yang mengatakannya.
"zor serius gamau?" tanya Yadi memastikan
"gua serius,, apaan sih udah ah ntar cewek lo ngambek ke gua lagi"
"sekedar info gua udh putus sama Selvi"
Zora tak ingin tahu dan tak ingin memperpanjang urusannya juga. Zora menganggapnya hanya sebuah candaan karena dia tahu temannya itu sering sekali membuat geger satu sekolah.
Melihat zora yang tak merespon" zor gua serius nih mau ga?, gua udah bela-belain simulasi buat lo kemaren sama si Luna"
"apa ada yang bilang lo lagi ngelawak?"
"jadi mau?" Yadi mengepalkan tangannya berharap
"ga" namun hanya satu kata tapi tegas yang keluar dari mulut Zora.
"ga ada perasaan banget lo zor, cewe lain mah kalo ditembak bilangnya iya aku mau kalo ga nanti aku pikir-pikir dulu lah ini to the point banget"
"bagus dong jadi lo ga ngarep apa-apa,, udah ah hus sana simulasi lagi sama cewek lain"
usir zora yang kemudian Yadi menyerah dengan keinginannya. Temannya ini liar biasa kejam bagi Yadi.
belum 5 menit dari acara kehebohan yang dibuat oleh Yadi, wali kelas pun masuk ke kelas zora. Melihat Yadi ada di kelas itu dan tak ada dikelasnya saat dicari-cari, walikelas pun menceramahi Yadi.
walikelas menggelengkan kepalanya melihat Yadi yang masih memegang vas bunga di tangannya. Terheran kekacauan apa lagi yang ia perbuat kini?.
Mengetahui walikelas melirik vas bunga Yadi mengembalikannya sambil cengengesan merasa bersalah.
Ujian dihari pertamapun selesai. Zora dan Yadi beserta semua muris peserta ujian pulang kerumah mereka masing-masing. Dan keesokannya mereka dihadapi dengan hari yang sama, yaitu ujian namun berbeda pelajaran.
Empat hari Zora dan teman-temannya mengikuti ujian, kini waktunya mereka bersantai dan fokus mencari kelanjutan sekolahnya nanti.
Kini walikelas tengah selesai memberi arahan pada muridnya karena pelaksanaan ujian tengah berakhir. Sebelum pulang Zora sempat mencari teman sebangkunya itu yang tumben ga nongol pas sebelum walikelas masuk seperti biasanya.
"apa dia marah?" tanya oenasaran Zora juga khawatir terhadap Yadi
Tak ingin ambil pusing, Zora tak berniat menunggu Yadi dan pulang menuju rumahnya.
keesokan harinya sekolah kembali normal. Dan kini murid kelas IX tinggal menunggu hasil ujian keluar dan menikmati hari bebasnya tanpa belajar.
...bugg...
terdengar suara pintu yang berbenturan dengan tembok. serentak satu kelas melihat ke sumber suara.
"ada apa dengan anak itu tumben-tumbenan telat" guman Zora secara pelan.
Yadi yang terlihat sedang lemas itu berjalan pelan dengan badannya yang terlihat lesu menuju bangkunya.
"lo gapapa?" mendengar pertanyaan Zora, Yadi hanya meliriknya lalu memalingkan kembali wajah malasnya
"napa si lo kaya udah ga ada semangat idupnya tau ga"
"stop jangan ajak bicara, lagi males ngomong" memperagakan tangannya dengan isyarat berhenti.
"seorang Yadi malas ngomong, helo... lo masih waraskan?" pandangan Zora mengecek semua tubuh yadi dengan memegang jidatnya, membolak-balikkan badan Yadi. Tapi tak ada yang aneh pada diri Yadi.
Satu-satunya hal aneh yang tersisa adalah sifat pemurungnya saat ini. berbeda dengan kebiasaan yang sering dia lakukan. Yadi terlihat seperti orang yang tak punya gairah hidup.
karena kelas tak ada jadwal pelajaran, jadi ruangan terasa berisik dari hari sebelumnya. Ditambah kelas yang tadi dipisahkan kini telah gabung kembali. Hingga kealas menjadi ramai dengan obrolan random para murid.
berbeda dengan bangku Zora, biasanya meja Zoralah yang jadi pusat perhatian kelas. Karena ada Yadi yang jadi biang keroknya.
Zora tak masalah dengan keheningan itu, malah dia merasa senang akhirnya mejanya tak dikerumuni oleh banyak orang. Tapi disisi lain Zora khawatir dengan keterdiaman temannya ini.
Yadi menyadari jika sekarang Zora tengah mengkhawatirkannya. Dan memberanikan diri untuk berbicara.
"euy Zor lo abis ini mau lanjut sekolah dimana?" pertanyaan Yadi mendadak dan tak disangka-sangka membuat Zora terheran dibuatnya.
"lo kenapa ngedadak kaya gini?"
"serius Zor"
"gua mah always serius lo yang suka becanda,"
Yadi terlihat sudah rileks kembali, merasa tenang Zora pun melakukan kebiasaanya yaitu menempelkan pipinya pada meja. Dan diikuti oleh Yadi.
"jadi kemana?" bermaksud sekolah SMA
"ga tau, kayanya langsung ngambil kejuruan, tapi ga tau mau dimana sekolahnya. lo gimana?"
"gua percaya kemanapun lo pasti bakalan diterima dimana-mana beda ama gua" Yadi menghempas nafasnya keras
"lo berantem sama ma bapa?" Yadi mengangguk mengiyakan
"kenapa?" tanya Zora ingin tahu dan yadi pun menceritakannya dari awal
jadi waktu hari terakhir ujian semalamnya Yadi diberikan pertanyaan oleh orang tuanya tentang kemana ia akan meneruskan sekolahnya kelak. Tanpa merasa berdosa Yadi menjawab enteng " kemana pun Zora masuk". Orang tuanya pun kesal dengan tingkah anaknya dengan memarahinya.
gimana ga kesel, orang tuanya tahu jika Zora itu anak yang pintar ia akan diterima disekolah manapun sesuai keinginannya. tapi berbeda dengan Yadi orang tuanya tau batas kemampuan Yadi. Syukur-syukur Zora milih sekolah yang biasa-biasa, gimana kalo sekolah yang masuknya aja harus ngalamin rintangan dengan berbagai ujian lagi?
orang tua Yadi menghawatirkan anaknya dan mengambil keputusan akan menyekolahkannya di pesantren milik kakenya yang ada di dekat rumah kakeknya. Dan itu pun diiyakan oleh Yadi sendiri katena ia pun tahu batas kemampuan dirinya sendiri.
yang jadi masalahnya kini adalah yadi galau karena di pesantrenkan ga boleh keluar. harus ngobong. Sedangkan Zora dan Yadi sudah tak satu sekolah dengan otomatisnya jadi bakalan jarang ketemu.
Mendingan kalo cuman beda sekolah, masih sempet nyuri-nyuri waktu buat ketemuan. Lah ini harus ngobong otomatis ga bisa keluar sama sekali. bisa keluar, itupun saat liburan panjang atau ada acara, dan keluarga sendirilah yang datang minta izin pada pihak pesantren.
"gitu ceritannya Zor" finis Yadi bercerita
"ya kenapa harus galau, lo mah enak udah ditentuin ama orang tua, nah gua harus nyari sendiri bingung yang ada, karena dari sekian banyak sekolah gua harus pilih salah satunya" bujuk Zora agar Yadi semamgat kembali
"masalahnya gua ntar ga bisa ketemu lo lagi"
"eh Sukri, gua masih di kota ini ga kemana-mana jadi tenang kita bisa ketemu kapan-kapan jangan terlalu dipikirin, jalani aja"
"gua bukan lo, yang segalanya diambil simple" ejek Yadi dengan semangatnya yang kembali
"nah gitu dong itu baru Yadi gua sahabat gua yang rese"
"zora zora" yadi menggelengkan kepalanya tak habis pikir secara ridak langsung Yadi bermaksud ga mau pisah dari dirinya tapi Zora tetaplah Zora
"Yadi Yadi " mengikuti gaya Yadi
"Zor lo tiap hari drakoran pasti banyak adegan-adegan yang harusnya ga lo tonton di usia lo, nyampe kadang-kadang lo cengar cengir sendirian" menghembuskan nafas keras" tapi giliran lo sendiri yang ngalamin lo malah ga paham kadang ngerasa risih, lo emang aneh Zor"
"hmmm bukannya ga paham cuman netralisir keadaan" perkataan Zora jelas tapi Yadi lah disini yang tak memahami situasinya
"maksud lo?"
"udah lah anak kecil ga boleh tau"
Sebenarnya Zora sangat paham maksud Yadi namun iya berpura-pura, Zora tak ingin kehilangan sahabatnya hanya karena peraan yang bertepuk sebelah tangan. Dan Zora sangat memahami itu. Hanya saja iya ingin menjaga hatinya Yadi namun memberikan jawaban yang pasti pada Yadi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!