NovelToon NovelToon

Menarik Raga Tertawan Hati

Chapter 1

Sinar matahari yang redup namun tetap dapat terasa sedikit hangat, terselip hembusan angin dingin dipagi hari ini.. Pertanda pergantian pada awal musim dingin di akhir tahun keduaku di kota ini.. Istanbul, kota indah dengan pemandangan selat bosphorus yang bisa membuat siapa pun jatuh cinta melihatnya.. Dengan setengah tersadar, dapat terdengar suara gaduh dan bunyi sangat nyaring yang sengaja terpasang agar dapat membangunkan siapa pun dipagi ini.. Meskipun kucoba menutupi telinga ini dengan bantal yang ada, namun masih saja terdengar sangat nyaring.. Aku pun akhirnya terbangun dan keluar dari kamarku dengan mata dan tubuh yang masih terasa berat untuk membuka mata, terlebih untuk melangkahkan kakiku..

“ Katakan padaku, siapa yang sengaja memasang alarm??"

Ucap Mira menggunakan bahasa turki dengan setengah sadar berdiri di depan pintu kamarnya)

“ Hazal tuu mirr..”

“ Maaf mira.. Aku membutuhkan bantuanmu.. Sangat! Sangat kali ini.. Karena kudengar proposal tesis mu sudah di setujui oleh Pak Onur.. Kumohon bantu aku untuk menyiapkan data agar mudah menghadapnya”

Ucap Hazal dengan bahasa turki sembari mengusap ngusap kedua tangannya keatas dan kebawah memohon

“ Dia gagal lagi, udah 2X mir.. Kemarin dia keliatan frustasi depan ruang administrasi kampus.. ”

“ Seperti apa sih Prof. Onur yang sering kalian bicarakan itu? Susah, banget banget?”

Lilian dan kirey yang terduduk di sofa ruangan tengah dengan meminum susu hangat dan roti

“ Yeah.. Pak onur itu terkenal sangat tegas dan sulit untuk di dekati oleh siapa pun...”

“ Oooh begitu.. Jadi sepertinya kau memang harus menolongnya mir..”

“ NO. TIDAK.”

Almira yang berbalik masuk kembali kedalam kamar tidurnya

“ Kumohon almira.”

Hazal pun mengejarnya dan menarik tangan almira agar tidak masuk kembali ke dalam kamar

“ Serius Hazal?! Apa kau tahu aku baru bisa tertidur tadi malam jam berapa?”

“ Aku tahu, Aku sangat tahu.. Tapi aku mohon kali ini saja.. Hanya kali ini.. Kumohon mir”

Hazal yang terlihat frustasi dengan tidak melepaskan tangannya dari piyama yang dikenakan almira

“Itulah jadinya mir, kalau dari 1 kelas hanya 4 orang yang lulus.. Ahahaha.. Almira,miraa.. Udah malem begadang gara gara kerja sampingan, sekarang lembur pagi demi tesis akhir..”

“ Jangan lupa, katanya nanti kau harus kebagian sendik kampus loh.. Sepertinya mereka menawarkan tambahan mata kuliah untukmu sebagai asisten dosen..”

Ucap Lilian dan kirey kembali sembari berjalan melalui Almira dengan tatapan jahil dengan roti dimulutnya

“ Curiga bakal tambah lama kau disini mir...”

“ Ahahaha.. Sekalian aja cari jodoh disini mir... Orang Turki kan kaya campuran orang bule arab gitu..”

Lilian dan Kirey yang tersenyum jahil berdiri di depan pintu keluar sembari memasang sepatu

“ Lilian.. Kirey.. Kalian menyebalkan sekali”

“ Ahahaha.. Ohya, Hazal.. Katanya kau akan membantu almira.. Jadi??”

“ OH IYAA!! TENTU, TENTU!! Asal kau berjanji akan membantuku kali ini, aku akan mengenalkanmu pada kakak sepupuku yang memiliki Restaurant.. Bagaimana mir?"

Hazal melepaskan tangannya dan memperlihatkan daftar kontak dari handphonenya kepada Almira

“ Hmm.. Apaa kau mencoba menyogokku??”

Almira yang merasa aneh sembari melipat kedua tangannya

“ APA?? Tii.. Tidak.. Tentu saja tidak. Apa kau tahu istilah berbagi adalah indah?? ”

“ Ahahaha.. Hazal, Hazal.. Udahlah mir, bantuin iih kasiann...”

Yaa.. Seharusnya aku memang sudah tahu dan siap kalau hal ini pasti akan terjadi.. Setelah mendapat program beasiswa lanjutan untuk program studi magister S2 psikologiku, papa tiba tiba pensiun dini akibat kesehatannya yang sudah menurun.. Usaha kue mama tiba tiba harus tutup sementara karena mama harus mengurus papa, dan meskipun dana pendidikan tercover, namun aku tetap harus mendapatkan uang saku atau mungkin aku bisa mengirim sedikit uang kepada keluargaku di indonesia, terlebih untuk Andre adikku yang juga akan masuk ke jenjang perkuliahan..

Saat melangkah keluar kamar untuk membantu hazal dalam proposal tesis awal, pandangan mata kirey dan lilian sungguh mampu membuat darahku mendidih, terlebih dengan senyuman jahil mereka, Kalau aku tidak ingat kami bertiga yang menyewa, ingin sekali kudorong keluar pintu apartment.. Hazal yang merupakan anak salah satu orang terkaya dikota ini pun ternyata masih bisa memohon seperti ini padaku dengan menarik narik piyama bajuku layaknya anak kecil.. Aku pun menundukkan kepalaku sembari menghembuskan nafas panjangku dan berjalan menuju ruang tengah untuk membantunya.. Kirey dan lilian yang jahil dengan sengaja mengantarkan segelas susu hangat dengan tumpukan beberapa buku yang biasa aku baca ke meja tengah ruangan tamu.. Laptop pun bahkan dipersiapkan oleh mereka.. Merasa kesal aku pun melempar salah satu bantal kearah mereka yang tertawa dan berlari menuju pintu keluar apartment..

Aku, lilian, dan kirey bersama dari indonesia yang juga sama sama mendapatkan beasiswa dengan jurusan yang berbeda.. Kami pun sudah menjadi seperti keluarga selama berada disini.. Sedangkan hazal dan ozge adalah salah satu teman terbaikku dikampus. Mereka memperkenalkan bagaimana kehidupan disini, budaya, serta diwaktu luang sesekali kami pun diajak untuk berwisata dikota ini bersama mereka.. Bahkan saat aku mendapatkan kabar tersuram mengenai keluargaku, karena persyaratan dari lembaga beasiswa yang kuterima, membuatku tidak bisa pulang langsung menemui mereka dan hanya bisa mendengar perkembangan kabar mereka melalui media online.. Dan karena alasan itu juga yang mengharuskanku untuk mencari pekerjaan sampingan disini, sehingga hazal dan ozgelah yang membantuku pada salah satu kenalan mereka disini..

“ Paham? Dalam proposisi ini, kita harus mengeksplorasi hubungan antara efikasi diri dan kecemasan"

Almira mengarahkan pulpennya pada data tesis yang akan diajukan oleh Hazal menggunakan bahasa turki

“ Yeah.. Sekarang aku mengerti.. Tidak heran kamu lulus kelas ini"

Ucap Hazal sembari membereskan kertas kertas dan memasukkannya ke dalam tas Map nya

“ Terima kasih kembali. Jadi, apa kita pergi sekarang? Aku pikir belum terlambat bertemu dengan pak onur”

“ Oke, kau bersiap siaplah dan mandilah dulu, aku juga akan edit data ini. Setelah itu kita langsung ke kampus”

“ Okey..”

Begitu aku selesai bersiap, aku dan hazal berkendara menggunakan mobil yang hazal gunakan.. Dalam perjalanan menuju kampus, kami terhenti  disebuah toko yang mengeluarkan wangi yang membuat perut kami merasa lapar.. Cerkezkoy Delicatessen sebuah tempat makan yang biasa kami lewati, dan tidak mungkin untuk kami lewatkan begitu saja hanya untuk breakfast, brunch, lunch, atau dinner.. Jika pulang ke indonesia nanti, aku pasti akan merindukan tempat makan favoriteku ini.. Saat selesai, kami langsung melaju menuju kampus dan hazal pun berlari menemui Onur Bay sedangkan aku sesuai perkataan kirey mengharuskanku ke bagian sendik kampus untuk bertemu dengan Karem Bay salah satu profesor dikampus yang terkenal dalam setiap seminarnya.. Dan betul seperti perkataan mereka, bahwa pihak kampus menginginkan tambahan mata kuliah untuk ku sebagai asisten dosen sementara..

Diakhir aku pun memberi penjelasan pada mereka bahwa sepertinya aku tidak bisa dan harus segera kembali ke indonesia.. Bersyukur mereka mengerti alasanku namun sangat menyayangkan keputusanku.. Aku pun hanya tersenyum sembari menundukkan kepalaku.. Bagitu selesai, Hazal sudah menungguku dengan wajah bahagianya.. Sepertinya kali ini dia berhasil, hazal pun langsung memelukku dan berterima kasih padaku.. Kemudian sesuai janjinya, dia mengajakku untuk melakukan wawancara awal untuk kerja sampinganku ke restaurant milik sepupunya.. Begitu sampai, aku pun dibuat terkejut oleh hazal karena tempat kubekerja adalah sebuah restaurant bintang lima..

“ Hazal tunggu sebentar.. Apa kau bercanda? Apakah aku akan bekerja di sini?"

Ucap almira menggunakan bahasa turki dengan menarik tangan Hazal dengan pandangan penuh terkejut

“Ya.. jangan khawatir, aku sudah menjelaskan bahwa kau masih tidak lancar berbahasa Turki"

Hazal yang mencoba menenangkan almira dengan menepuk pundaknya

“Apa benar tidak apa apa"

“Ikut aku"

Hazal kemudian menarik tangan almira dan membawanya masuk ke dalam Restaurant

“ Hey kak Ozcan.."

“ Hey hazal.. Aahh, apa kau almira? Kau datang tepat waktu.. Bagaimana kabarmu hari ini?”

Ucap Kak Ozcan dengan bahasa turki, memeluk almira kemudian berjalan menuju meja Resepsionis

“ Kabar ku baik.. Terima kasih.."

“ Baiklah, Almira... Ini adalah kontrak kerja, bacalah dulu"

Kak Ozcan pun menyerahkan beberapa lembar kertas dan sebuah pulpen pada Almira

“ Baiklah, Terima kasih bu.."

"Jangan sungkan.. Mulai sekarang panggillah aku dengan sebutan sama seperti Hazal kepadaku"

Ucap kak Ozcan yang menghampiri almira dan menggenggam tangan almira

" Baiklah kak ozcan, terima kasih banyak"

Sembari tersenyum aku pun berjalan dibawa oleh hazal keruangan dalam khusus pegawai sembari memperkenalkan diri kepada pegawai lainnya.. Mereka sangat sopan dan menerimaku dengan terbuka, bahkan ada yang menawarkan bantuan jika aku merasa kesulitan selama bekerja disini.. Pemilik restaurant mewah ini adalah pasangan suami istri yang dimana Ozcan Hanim ( Kak Ozcan) istri dari pemilik tempat ini adalah sepupu hazal.. Dan suaminya bernama Mete Dersen .. Mereka sangat baik dan sopan, sempat sangat berbeda dari yang aku bayaangkan sebelumnya..

Saat aku sedang berbincang dengan pegawai lain, tiba tiba restaurant kedatangan pelanggan tamu VIP yang membawa para pegawai kantornya untuk melakukan meeting.. Semua pegawai terlihat panik namun langsung sigap dengan keadaan ini, sedangkan aku masih berusaha mencermati apa saja yang harus dilakukan.. Hazal kemudian pamit dan memberikan semangat padaku sebelum dia pulang.. Ditengah kesibukan, tiba tiba salah satu pegawai wanita yang sedang hamil mengalami kesakitan sehingga tidak bisa melanjutkan untuk bekerja, mereka akhirnya melihat kearahku dan menarikku menuju kebelakang ruang ganti baju pegawai.. Mau tidak mau, aku harus bersiap siap untuk menggantikan shift rekan kerjaku yang sedang sakit kala ini..

Mereka sangat mengerti akan kondisiku yang masih belum fasih berbahasa turki, yang akhirnya mereka menyuruhku hanya menjadi tim support bila makanan pendamping, peralatan makan, dessert dan lainnya habis maka itu adalah tanggung jawabku.. Aku pun segera beradaptasi dengan kondisi saat ini.. Tak lama kulihat meja dessert sudah mulai habis, aku pun kebelakang untuk mengambil beberapa Waffle, Croissant dan sebotol juice jeruk.. Saat berjalan, ada seorang tamu yang tidak sengaja menabrakku sehingga keseimbanganku ku pun goyah.. Aku berhasil mengamankan waffle dan craoissant di tanganku, tapi aku melupakan bahwa ada sebotol juice kaca yang akan terjatuh dan akan terpecah kelantai.. Tiba tiba dari belakang ada sebuah tangan yang menggapai botol kaca itu dan menaruhnya kembali keatas nampan yang kubawa.. Aku pun membalikkan tubuhku untuk melihat sosok tangan yang membantuku.. Namun, bukan ucapan maaf atau terima kasih yang kuucapkan, yang kulakukan berdiri seperti patung terpana melihat sosok pria yang menolongku ini..

“Apakah kau baik-baik saja?"

Ucap pria itu menggunakan bahasa Turki

Entah mengapa melihat dan mendengar suaranya, aku langsung menundukkan kepalaku dan mengangguk kepadanya seraya memberitahu aku baik baik saja dan memohon ijin untuk pergi.. Apa yang kulakukan ini? Bisa bisanya aku terpana seperti ini setelah melihat sekian banyak pria turki yang tampan.. Aku pasti hilang akal.. Fokus almira! Kau sedang bekerja! Aku pun mencoba kembali bekerja hingga tak terasa waktu berlalu dan pekerjaan hari ini pun berakhir lancar dan tidak ada masalah.. Mete Bay dan ozcan hanim mendatangiku dan memujiku atas yang kulakukan hari ini.. Pegawai lain pun ikut memberikan selamat padaku.. Aku sangat bersyukur, sepertinya aku akan betah dan nyaman selama bekerja disini..

Tamu sore hari ini sudah tidak seramai tadi siang, tapi tidak menutup kemungkinan akan ramai kembali pada malam hari.. Aku harus bersiap jika pengunjung tiba tiba ramai datang kembali seperti tadi siang.. Saat sudah selesai melayani tamu yang datang di sore ini, tiba tiba pandanganku teralihkan kearah aliran selat bosphorus dan tanpa disadari langkah kaki pun melangkah keluar teras restaurant.. Terasa menusuk dingin angin berhembus pada sore hari ini, mungking karena ini juga merupakan awal musim dingin pada tahun ini.. Aku pun langsung memeluk diriku sendiri mencoba menghangatkan diri namun aku tetap tidak bisa beranjak mengalihkan pandanganku dari selat indah ini..

Tersadarku melihat akan sosok seorang pria berkacamata yang terduduk seorang diri yang terlihat menyedihkan.. Dari pakaian yang dikenakannya terlihat bahwa dia dari kalangan atas, terkesan elegant dengan penuh wibawa.. Pria itu menundukkan badannya seraya terasa berat oleh beban yang sedang ditanggungnya, bahkan sesekali terlihat kedua tangannya mengarah ke belakang kepalanya seperti menunjukkan akan rasa cemas dan kebingungan yang sedang dia pikirkan saat ini.. Siapa pria itu? Apa dia tidak merasa dingin dengan cuaca seperti ini? Tak lama pria itu berdiri dan terdiam membisu menghadap ke aliran selat bosphorus.. Mataku semakin tertuju melihatnya saat itu baru kusadari pria itu adalah yang tadi menolongku saat hampir membuat kekacauan dengan menjatuhkan botol kaca berisi juice.. Apa yang sedang dilakukannya seorang diri seperti itu? Tak lama ozcan hanim datang memanggil dan membutuhkan bantuanku..

Saat aku sudah menyelesaikan pekerjaanku dan shift kerjaku berakhir hari ini, tiba tiba Mete Bey (Pak Mete) meminta bantuanku untuk mengirimkan sebuah kopi kepada seseorang yang sedang menunggu diluar restaurant dan karena searah dengan jalan menuju apartmentku.. Tanpa berkata banyak aku pun membantu mengirimkan kopi itu.. Saat perjalanan pulang aku memutar kepalaku mengarah kanan dan kiri untuk melihat, siapa sebenarnya yang memesan kopi ini? Kenapa dia tidak masuk saja dan menikmati kopi ini didalam restourant? Tapi lebih memilih meminumnya ditengah cuaca dingin ini.. Aku berjalan memutar mencari kembali siapa yang memesan kopi ini, lalu diujung cahaya lampu jalan malam ini terlihat ada seorang pria sedang berjalan menghampiriku..

“ Apa kopi ini dari restaurant Pescheria?”

“ Evet. Maksudku Yaa…. MAAF?? KAU BISA BAHASA INDONESIA??”

“ Terima kasih”

“ Sa.. Sama sama..”

Pria ini pun langsung pergi meninggalkanku.. Aura pria ini sangat mencekam sekali.. Seolah semua kegelapan sedang mengitarinya saat ini.. Ada apa dengannya? Jika diperhatikan dari postur tubuhnya yang berisi dan tinggi itu kuyakin wajahnya pun pasti tidak terlalu buruk untuk dibanggakan.. kenapa dia menutupinya dengan syal yang digunakannya? Apa dia takut jika aku melihat wajahnya, maka aku akan langsung jatuh cinta? Lucu sekali argumentmu ini almira... Tapi entah kenapa wangi parfum yang menempel padanya membuatku seperti merasa familiar padanya.. Dari mana dia tahu aku bukan berasal dari sini? Apa Kak Ozcan yang memberitahunya? Atau Pak Mete? Jika betul, berarti apa dia tamu VIP di restourant? Kenapa saat ini pikiranku seolah dipenuhi oleh pria ini. Masih banyak hal yang harus aku pikirkan! Lebih baik cepat pulang..

..........................

“ MIIRRR... ALMIRAAA!!”

Lilian yang mengetuk ngetuk pintu kamar Almira hingga akhirnya terbuka

“ Kenapa kau tidak pernah membiarkanku tenang paling tidak 1 hari? Tidak bisa bicara saja dari luar? Aku sedang malas membuka pintu kamar..”

“ Dasarrr kau! Nihh, barusan kak ozcan menghubungi, dia bilang memanggilmu beberapa kali tapi tidak kau angkat.. Apa handphone mu mati?”

“ HP? aahhh.. Yaa.. Semalam aku lupa untuk charge, ini baru terisi.. Memang ada apa?”

Almira pun berlari kearah meja dikamarnya dan mencabut kabel charging mencoba memeriksa Handphonenya

“ Dia bilang kau jangan sampai lupa bahwa hari ini ada acara di restaurant dan memintamu datang..”

“ Acara??..... Tunggu, Jam brpa sekarang?? AAARRGGHH!! Kenapa baru kasih kabar sekarang Lii..”

“ Lahh?? Ini apa..? Ckckckk.. Makanya di Hp bikin note pengingat!”

Lilian pun membalikkan badannya berjalan meninggalkan kamar Almira

“ Yayayaa.. Bawel.. Terima kasih saudarikuuu... Kau terbaik!!”

“ BAWEL”

“ Ahahahaa.. Aku mencintaimu saudariku.. Ahahahaa”

Kenapa bisa sampai terlupa olehku! Bahkan sampai Mete bay sendiri yang datang berbicara padaku langsung kemarin lusa untuk meminta bantuan dihari liburku.. Acara hari ini dibilang sangat penting karena berdasarkan cerita para pegawai lainnya, CEO yang menyewa restourant hari ini adalah salah satu pemberi dana terbesar ditempatku bekerja sekarang serta terkenal sangat dingin dengan perkataan yang tajam dalam memperlakukan orang lain.. Tapi menurutku, jika memang dia seperti itu untuk apa dia membuat acara penghargaan karwayan terbaik di perusahaannya dengan menggunakan dana pribadinya sendiri dan datang langsung? Kudengar biasanya untuk orang yang sudah berkedudukan tinggi, untuk menghadiri acara yang tidak begitu penting, mereka di wakilkan oleh assistennya..

Sesampainya aku di restaurant tak ada waktu lagi untuk menceramahi keterlambatanku karena pekerjaan masih banyak yang harus dilakukan.. Pak mete  pun langsung memberitahuku untuk membantu persiapan untuk malam ini dan hal apa saja yang harus kulakukan.. Mereka semua tahu bahwa aku masih belum menguasai bahasa turki dengan sangat baik, karena nya aku hanya sebagai tim support kembali untuk acara malam ini.. Semua sangat bekerja keras saat ini, terlihat mereka pun sangat kelelahan.. Yang sangat kusukai dengan bekerja disini adalah sifat kekeluargaan yang mereka berikan bukan hanya padaku, tapi pada semua yang bekerja disini.. Karenanya kami pun menjadi seperti keluarga satu dengan yang lainnya sehingga tidak ada persaingan selama bekerja disini..

“ Acara akan segera dimulai.. Almira, bisakah kamu melihat stok croissant? Jika memungkinkan, langsung dibawa ke teras belakang"

Ucap Pak Mete sembari merapikan meja prasmanan utama dan melipat b

“ Baik Pak Mete.."

Aku berjalan menyusuri jalan pintu samping restaurant, karena aku tahu sudah tidak mungkin untuk melewati semua tamu undangan yang datang saat ini.. Dengan bergegas setengah berlari aku menuju teras belakang untuk melihat keadaan disana, namun saat akan masuk kedalam, pintu teras tidak dapat terbuka dan aku pun kesusahan dibuatnya.. kulihat sekeliling pintu ternyata sudah berkarat dan perlu sedikit diangkat agar bisa terbuka, namun aku tidak kuat sama sekali untuk mengangkat pintu besi ini.. Tak ada cara lain aku harus kembali dan terpaksa melewati ruangan tengah, namun saat aku membalikkan tubuhku, tiba tiba dihadapanku hadir seorang pria sehingga tak sengaja wajahku terbentur dada pria itu..

“ Maafkan.. aku tidak bermaksud seperti itu dan aku tidak melihatmu disana"

Ucap Almira dengan panik dengan membungkukkan tubuhnya kearah pria itu

“ Kau lagi. Apa kau sering terlihat seperti kehilangan arah atau sedang mencari sesuatu?”

“ apa?”

Siapa pria berkacamata ini? Apa dia mengenalku? Tunggu dulu.. Jika kulihat dari perawakannya, bukankah pria ini adalah orang yang kuperhatikan terduduk sendirian ditepi selat bosphorus kala itu dan yang membantuku? Ya, aku sangat yakin itu dia.. Tapi, jika dilihat dari penampilan setelan jas musim dingin mewah yang dikenakannya sekarang, aku seperti pernah melihatnya.. Dimana aku.... Aaahhh!! Tuan pemesan kopi malam hari kala itu juga.... Adalah DIA?? Kenapa mereka seolah tampak sangat berbeda sekali? Dan saat itu sepertinya dia tidak menggunakan kacamata serta..... Ada yang berbeda dari diri pria ini..

“ Melihatku dengan tatapan itu sepertinya sedikit tidak sopan, nona pengantar kopi”

Ya.. Betul Ternyata adalah dia.. Jadi seperti inikah wajahnya? Ternyata betul dugaanku, dengan wajahnya itu sangat sayang sekali untuk ditutupi oleh Syalnya saat itu.. Bahkan menurutku dia bisa sangat membanggakannya.. Dengan wangi parfum yang melekat padanya serta postur tubuhnya ini terlihat sangat sempurna bagi seorang lelaki yang menjadi target hati para wanita.. Dia pun pasti dengan mudahnya hanya tinggal menunjuk salah satu dari mereka.. Bukan begitu?? Tapi, kenapa dia terlihat menyedihkan kala itu? Dan yang menjadi pertanyaan terbesarku lainnya adalah darimana dia bisa bahasa indonesia, bahkan bisa dibilang sangat lancar.. Karena jika dilihat dari penampilannya, dia sama sekali bukan berasal dari negara tempatku dilahirkan..

“ Menepilah akan kubuka pintu ini. Kau tidak mungkin bisa membukanya”

Ucap pria itu yang dengan tenaganya mendorong pintu hingga terbuka

“ Ya, Terima kasih..”

Setelah pintu terbuka dia pun berjalan lurus kedepan dengan tegapnya, terlihat para tamu undangan terlebih para wanita yang berada disini terarah padanya dan tidak memalingkan pandangan mereka.. Dia pun berjalan menuju meja utama yang dikhususkan untuk pemimpin perusahaan atau khusus para direksi utama.. Apakah dia bekerja sebagai assisten salah satu dari mereka? Namun, tiba tiba terlihat seorang pria datang mengikutinya dari arah belakang dan seolah membisikkan sesuatu padanya.. Apa itu adalah assistennya? Ketika sampai dia pun menjabat tangan para ketua direksi serta orang penting dalam perusahaan.. Bahkan PAk Mete pun bersalaman dengan sangat hormat padanya.. Tak lama dia berdiri bersanding dengan membawa sebuah gelas untuk bersulang dan dengan serentak mereka bertepuk tangan kepadanya sembari berkata, #Terima kasih Pak Serkan#  Siapa pria ini sebenarnya?

Chapter 2

Semester ini merupakan penentuan akhir dari tahun ajaranku selama berkuliah disini.. Tersisa hanya sekitar 1 tahun kurang lagi untukku bisa berada dikota yang indah ini.. Ini juga mungkin musim dingin terakhirku dikota ini.. Terkadang jika mengingatnya, aku merasa sedikit sedih setelah semua yang kulalui selama berada disini.. Terlebih aku juga sudah mulai terbiasa bekerja ditempatku yang sekarang.. Aku pasti akan merasa kehilangan sosok mereka semua saat kembali ke indonesia nanti.. Aku pun harus berpisah dengan kirey dan lilian, karena kami berasal dari kota yang berbeda.. Namun, tetap demi masa depan dan juga aku harus segera kembali untuk membantu sebisaku dalam hal keuangan untuk meringankan beban papa.. Aku akhirnya menanyakan pada bagian admin pendidikan dan mereka memberi saran untuk mencoba mengambil mata kuliah tambahan agar waktu lebih singkat namun tentunya membutuhkan biaya tambahan.. Aku pun mencari cara lagi agar bisa mendapatkan uang tambahan itu, karena dalam perjanjian beasiswa yang kuterima, ada persyaratan tertentu mengenai hal ini dan aku terlalu malas untuk mengurusnya karena merasa seolah membuang waktu secara percuma..

“ Mir.. Almiraaa..? Kau tidak apa apa? Kanapa melamun?”

Ucap Ozge menggunakan bahasa turki yang sedang meminum cup kopi di tangannya

“ Sebenarnya.. Aku sedang membutuhkan uang..”

Almira pun tertunduk dengan hembusan nafas panjang

“Almira, aku tahu tipe pekerja keras. Tapi, apa kau tidak merasa terlalu memaksakan diri?"

Hazal yang berjalan dengan menggunakan bahasa turki baru datang setelah selesai perkuliahan,

“ Aku? Apa iya?”

“ YA, TENTU SAJA!!”

Ucap Ozge dan Hazal yang berbicara secara bersamaan menggunakan bahasa turki

“ ........ ”

Almira pun terdiam melihat reaksi yang diberikan Hazal dan Ozge

" Lupakan, bagaimana jika kita pergi ke suatu tempat hari ini? Ayo almira"

“ APA? Mau kemana?”

Hazal dan ozge sudah malas meladeniku berbicara dan langsung menarik tanganku untuk berdiri dan dengan setengah berlari menuju mobil milik hazal.. Mereka pun membawaku kesebuah gedung kesenian dengan berlatar jembatan yang membentang diatas selat bosphorus.. Sungguh sangat indah sekali tempat ini.. Saat sedang berjalan, mataku tertuju pada sebuah kesenian abstrak yang  terbuat dari ribuan kayu kecil.. Sayatan melingkar, lurus, dan berliuk membuatnya terlihat sangat berkelas. Kulihat hazal dan ozge seperti sedang berbicara dengan seseorang yang terlihat cukup tampan dengan setelan jas yang membuatnya terlihat mewah, sepertinya itu adalah temannnya..

Setiap kulihat teman mereka, aku selalu bertanya dalam benakku, apa saja yang mereka lakukan sampai bisa diposisi seperti itu? Apa karena warisan kah? Atau karena usaha mereka yang tak kenal lelah dalam menggapai keinginannya? Jika betul seperti itu, maka aku benar benar harus belajar dari sisi positif mereka dalam usia yang masih terbilang muda tapi sudah memiliki jabatan pekerjaan yang cukup tinggi. Saat aku mengalihkan pandanganku lagi kepada karya seni ukiran lainnya, tiba tiba ada beberapa orang berjalan melewati lorong yang berada diseberang tempatku berdiri.. Mereka seperti sedang mendiskusikan hal penting.. Tak sadar kembali mataku teralih pada sosok pria berkaca mata dan bersosok tinggi dengan suit jas blazer yang membuatnya terlihat begitu gagah dan mempesona sehingga sulit membuat mataku untuk membalikkan pandangan.. Pria itu pun akhirnya menyadari aku melihatnya dan kembali menatapku.. Tersadar aku pun langsung mengalihkan pandanganku dan berjalan meninggalkan area ruangan seni abstrak itu untuk menyusul hazal dan ozge..

Saat telah selesai berkeliling, hazal mengajak kami makan di restaurant tempatku bekerja dan bermaksud untuk mengantarkanku bekerja.. Kami pun berjalan menuju parkiran mobil, namun tiba tiba ozge merasa perutnya sakit dan hazal pun menemaninya untuk pergi ke toilet.. Hazal memberikan kunci mobilnya padaku agar aku bisa duluan menuju mobil dan menunggu mereka didalam mobil mengingat cuaca saat ini yang dingin.. Aku pun berjalan menuju mobil, tapi ditengah perjalanan aku terlupa dimana parkiran mobil milik hazal karena kulihat disini terdapat 3 mobil yang sama.. Aku pun mencoba mencari dengan menekan tombol kunci mobil yang hazal berikan padaku, dan tiba tiba ada yang berbicara kepadaku..

“ Lagi lagi kau seolah kebingungan. Kali ini apa yang kau cari?”

Ucap seorang pria yang berdiri dibelakang almira

Aku pun menolehkan kepalaku padanya, terlihat 2 orang lelaki tampan layaknya Gentleman berdiri di hadapanku yang dapat membuat para hati wanita berdegup kencang.. Entah mengapa bukan menjawab pertanyaan pria ini, aku lagi lagi berdiri seperti patung batu, melihat kearah pria berkacamata ini seolah begitu menawan terlebih jika dilihat dengan jarak dekat seperti ini.. Ada apa denganku ini? Kenapa setiap aku melihatnya, seperti ada yang menarikku agar tidak memalingkan pandanganku darinya, jantungku tak berirama jelas, aku pasti sudah hilang akal.. Tak lama dia juga sepertinya menunggu jawaban dariku dengan memberikan pandangan penuh tanya dengan tangan yang dimasukkan kedalam saku celananya..

“ Aaa.. Aku lupa mobil mana yang milik temanku, karena ada 2 mobil yang mirip dengan mobilnya”

Ucap Almira yang memperlihatkan kunci mobil kepada pria itu

“ Sudah kau temukan?”

“ Ya, sepertinya yang disebelah sana karena 2 mobil sebelumnya tidak merespon kunci mobil ini”

Almira menunjuk salah satu mobil sembari menuruni anak tangga dan berjalan menuju mobi;

“ Oke”

Aku pun menundukkan kepala ku pada mereka seraya berpamitan dengan mereka.. Satu pria yang berada dibelakangnya membalas anggukan kepalaku, namun tidak dengan pria berkacamata ini, yang dia lakukan melihat kearahku dengan teliti seolah aku seperti objek penelitian berjalan.. Menyebalkan sekali pria ini, aku pun langsung berjalan meninggalkan mereka, namun kedua pria ini seperti sedang mengikutiku.. Aku mencoba berbelok ke kanan dan mereka pun mengikutiku.. Aku ke kiri, mereka pun sama.. Aku jadi merasa sedikit kesal, saat akhirnya sampai didepan mobil hazal, mereka masih mengikutiku.. Apa mereka bermaksud untuk mengejekku? Apa yang mereka lakukan? Saat aku mencoba berbalik dengan muka masam dan ingin berkata pedas, salah satu dari mereka melewatiku dan ternyata mobil mereka tepat terparkir disebelah mobil milik hazal.. Aku pun sontak merasa malu dengan menutup setengah mukaku dengan tas yang kubawa..

Aku mencoba mengintip sedikit dari bawah tas dan dapat terlihat pria berkacamata itu tersenyum dengan sedikit tertawa melihat kelakuanku saat ini, aku berjalan menuju samping pintu mobil dan menyalakan mesin mobil, namun malangnya aku tidak melihat bahwa scraft yang kugunakan ternyata terjepit pintu mobil saat aku menutupnya.. Saat mencoba berjalan kepintu belakang mobil, sontak aku pun terkejut karena scraft terasa mencekik ku hingga aku hilang keseimbangan untuk berdiri, dan lagi lagi pria berkacamata ini dengan sigap meraihku dan menahan tubuhku.. Namun, tanganku benar benar tidak bisa diajak berkomunikasi dengan baik, yang terjadi seharusnya aku meraih kembali tangan pria ini tapi yang kulakukan secara tak sengaja memukul kepala pria ini dengan tas yang berada ditanganku saat dia mencoba menarikku kebelakang agar tidak terjatuh..

“ AAAARRGGHHH...!!”

Teriak Pria itu kerena merasa kesakitan dan menyentuh kepalanya

“ OoHhh?? NO NOO.. Apa kau tidak apa apa? APA YANG KAU LAKUKAN TIBA TIBA MENARIKKU??"

Ucap almira yang panik mencoba untuk melihat kondisi pria itu

“ Luar biasa.. Aku membantumu dan kau malah memarahiku?”

“ Kenapa juga kau tiba tiba... Astagaaa... Apa itu? Kenapa dahimu berwarna merah menyala? Apa itu Memar? Benjol? Secepat ini?”

“ Apa isi tas mu itu? Batu?”

Ucap pria itu dengan masih memegang kepalanya yang kesakitan

“ Maafkan.. Maaf.. apa kau baik baik saja? Bagaimana ini.....”

Almira pun membungkuk beberapa kali dan mencoba untuk bertanggung jawab

“ Aku tidak apa apa. Masuklah kedalam mobilmu, cuaca sangat dingin”

Ucap pria itu yang berbalik dengan membuka pintu dan masuk kedalam mobil, kemudian berlalu pergi

“ Apa?? Tunggu.. kau pergi begitu saja? Maaf.. aku tidak sengaja... HEEYYY!!”

Pria berkacamata itu pun langsung masuk ke dalam mobilnya dan langsung berlalu pergi meninggalkanku.. Aku buka isi tas yang kubawa saat ini, apa yang menyebabkan sampai kepala pria itu memar.. Dan sungguh hebat, ternyata aku lupa membawa botol thermos stainless steel berisi coffe cappucino yang masih terisi.. Aku langsung melayangkan pandangan dan pikiranku saat ini mengingat memar dikepala pria itu.. Almira.. Habislah kau!! Hazal dan ozge akhirnya kembali, melihatku berkelakuan aneh mereka pun menatapku.. Aku pun menyerahkan kunci mobil pada hazal dengan sedikit kesal, terlihat kebingungan diwajah mereka saat ini.. Kami langsung berkendara menuju restaurant tempatku bekerja..

“ Hazal, apa yang salah dengan dia?"

Ucap Kak Ozcan yang melihat almira berdiri seperti tak bernyawa dengan menggosok beberapa gelas

“Aku juga tidak tahu, ketika datang dia tiba tiba aneh seperti itu"

Ucap Hazal dengan menghabiskan segelas kopi hangat

“ Apakah dia depresi?"

“ Ahahaha... Tidak kak.. Kau juga jelas jelas tahu dia seperti Banteng"

“ Lihatlah.. Dia membawa sepasang gelas, piring yang berbeda untuk di taruh diatas meja. Lalu apa kau lihat tidak ada sendok satu pun. Dia menjajarkan semua garpu dimeja.. Kau yakin dia tidak apa apa?"

“ Ahahaha.. Aku berikan dia padamu.. jaga dia.. sampai jumpa lagi kak"

Hazal yang tertawa selepas menghabiskan kopinya dan langsung berlalu pergi meninggalkan Restaurant

“HAZALLL..!!  Dasar anak itu.. Tapi apa benar almira tidak apa apa?”

Ucap Kak Ozcan mengambil gelas Hazal dan berjalan menuju dapur

Ya betul.. Ada apa denganku ini? Seharusnya aku fokus mencari pekerjaan tambahan untuk study tambahan yang ingin ku ambil.. Sekarang bukan waktunya untuk hal hal yang tidak jelas, ingatlah kau harus segera kembali pulang miraa! Tapi aku tetap tidak bisa fokus sama sekali, bagaimana bisa aku bersikap seolah tidak ada yang terjadi setelah memukul kepala seorang pria hingga memar seperti itu?? Terlebih bukankah dia tamu VIP disini? Bukankah dia teman Mete Bay?? Aahhh almiraaa... Kenapa kau menimbulkan masalah yang seharusnya tidak perlu terjadi?! Ozcan hanim yang khawatir melihat tingkahku hari ini akhirnya menyuruhku untuk membersihkan area teras luar dan saat ini aku ditugaskan melakukan check pada bahan persediaan di gudang penyimpanan.. Hari ini restaurant tidak begitu banyak pengunjung datang, jadi kami tidak begitu sibuk hingga bisa menutup restaurant sesuai jadwal..

Bagitu sampai di apartment malam ini pun aku mencoba mencari lowongan perkerjaan tambahan yang bisa kukerjakan, namun sepertinya sulit dengan jam perkuliahanku yang padat pada pagi hingga siang.. Kemana aku bisa mencari pekerjaan tambahanku kali ini? Aku mencoba mencari kembali namun tiba tiba teringat ada sebuah lowongan pekerjaan cleaning department di gedung kesenian yang kukunjungi hari ini.. Aku pun segera mencari info terkait tentang lowongan itu dan setelah kubaca sangat sesuai dengan yang kubutuhkan, dan tidak bentrok dengan pekerjaan ku di restaurant serta dengan jadwal kuliahku.. Aku pun langsung mengirimkan resume ku pada mereka..

Pagi pun menjelang kembali, ini merupakan hari ketiga seelah aku mencoba mengirimkan resume ku pada pihak gedung kesenian.. Mungkin dengan kondisiku mereka tidak mungkin akan menerimaku.. Ya, aku pun memang harus siap menerima kenyataan itu jika memang seperti itu.. Untuk saat ini sepertinya aku memang harus lebih fokus pada tesis akhir ku lebih dulu.. Saat aku sedang fokus mengerjakannya, lili dan kirey baru selesai dengan perkuliahan mereka dan mengetuk pintu kamarku..

“ Mir.. Almira.. Pinjem buku sejarah dong..”

Ucap Kirey dan Lilian yang masuk ke kamar almira

“ Masuk dan ambil sendiri.. Aku sedang mengerjakan tesisku.. Apa mau mengerjakan bersama?”

“ Tentu dong.. Buat apa kami menolak tawaran itu..?”

“ Dasarrrr..”

“ Oya, barusan ada surat untukmu..”

Kirey menyerahkan sepucuk surat kepada almira

“ Thank youu..... AAAAA!! Yess!! Aku diterima dapat pekerjaan tambahan.. Lusa mulai bekerja”

“ Kerja? Tambahan lainnya? Bener bener kamu ya mir... Salut deh kita berdua sama kamu..”

Ucap Lilian sembari membuka Laptop dan menyalakannya

“ Ayo Cepat kita kerjakan.. Aku harus edit data ini dan selesai hari ini, besok akan kuserahkan laporan ini pada Pak Onur.. Semoga tidak ada masalah jadi aku bisa fokus bekerja”

“ Percayaaa.. Ga bakal ada..”

Ucap Lilian dan Kirey secara bersamaan dengan expresi yang sama sembari melihat layar Laptop

“ Mir, kamu hari ada jadwal kerja kan nanti sore? Bisa nitip gak Kofte dan kumpir? Terkadang aku suka merasa lapar saat bergadang malam mengerjakan tesisku..”

“ Iya Bener rey.. Enak enak makanan di resto tempat kau bekerja.. Aku juga mau deh ya mir..”

“ Okey.. Nanti aku bawa selesai bekerja..”

Bersyukur sekali aku bisa mendapatkan kesempatan seperti ini, sangat jarang orang bisa seberuntung ku saat ini.. Aku pun dengan bersemangat mengerjakan tesisku dengan sungguh sungguh berusaha agar tidak ada revisi sedikit pun.. Tak lama waktu terasa cepat berlalu, aku juga telah selesai mengerjakan data perbaikan yang akan diberikan pada pak onur besok.. Sekarang, aku harus bersiap siap menuju restaurant kembali.. Semoga pekerjaan hari ini pun berjalan lancar sehingga ketika pulang mungkin aku masih bisa melanjutkan pencarian data untuk tesisku..

Saat sesampainya aku di restaurant ternyata sedang banyak ramai pengunjung dan mereka semua terlihat sibuk melayani permintaan para pelanggan, mungkin karena saat ini cuaca terasa menjadi lebih dingin dari biasanya sehingga para pengunjung pun lebih memilih makan ditempat daripada membawanya keluar atau bahkan duduk di teras dekat dengan perairan selat bosphorus yang indah.. Aku pun langsung bersiap dan bekerja membantu mereka semua.. Saat pesanan dan jumlah kursi resto sudah melebihi maksimal quota tempat duduk, kami pun terpaksa menutup sementara menunggu hingga para pelanggan yang sebelumnya menyelesaikan hidangannya terlebih dahulu dan beranjak pergi.. Kini suasana pun menjadi lebih santai dari sebelumnya.. Aku memutuskan untuk berjalan menuju teras belakang sembari melihat keadaan diluar resto seperti apa..

Saat aku membuka pintu, udara benar benar terasa menusuk setiap kulit ditubuhku.. Musim dingin kali ini terasa lebih dingin dari tahun sebelumnya.. Aku pun dengan sigap merapikan peralatan makan yang berserakan jatuh ke tanah karena diterpa oleh angin kencang di meja utama yang berada diujung teras belakang.. Saat ini halaman belakang tidak bisa digunakan  karena memang cuaca hari ini yang sangat dingin serta angin terasa kencang.. Saat aku mengambil sebuah garpu yang terjatuh ke tanah, mataku seolah terarah kembali ke aliran selat bosphorus.. Jika cuaca sedang tidak kelabu, mungkin sepertinya saat ini aku bisa melihat matahari terbenam dengan indahnya disini.. Saat aku melanjutkan melihat area duduk sekitar bosphorus, orang orang pun berlalu lalang berjalan disekitar pinggiran perairan selat ini, tempat duduk di taman pun sangat kosong karena tidak ada yang ingin duduk ditengah cuaca seperti ini..

Namun lagi lagi kulihat pria berkacamata itu duduk termenung seorang diri ditengah cuaca seperti ini.. Bagaimana memar dikepalanya? Ingin sekali aku menanyakan itu padanya.. Ada apa sebenernya dengan dirinya? Kenapa dia sampai melakukan itu? Terlihat lebih kesepian dan sangat terluka dari penampilannya saat ini.. Apa sebenarnya yang dia rasakan.. Dengan penampilan dan kelebihan yang dia miliki sepertinya dia tidak mungkin kekurangan satu hal pun, dalam artian semua yang dia inginkan bisa dia dapatkan.. Lantas kenapa dia seperti itu? Apa hanya aku yang melihatnya seperti itu atau mungkin ada orang lain juga yang melihatnya? Tapi jika betul, kenapa membiarkannya kesepian seorang diri seperti itu.. Tak lama aku mendengar suara hentakan sepatu berjalan kearahku dan aku pun menoleh kebelakang..

“ Maaf apa aku mengejutkanmu?”

Ucap seorang pria dengan penampilan layaknya seorang General Manager

“ Kau..?? Sebentar.. Bukankah kau yang selalu berada disampingnya? Kau juga bisa bahasa indonesia? Wow.. Mengejutkan sekali..”

“ aah ya.. Perkenalkan saya Emre, assisten dan General Manager (GM) Pak Serkan”

Emre pun menyerahkan kartu namanya pada Almira

“Maaf, kau apanya?”

“ Assisten dan GM pak Serkan Bay, dan dia adalah CEO perusahaan kami..”

“ Serkan?? Oo.. Okey.. Jadi, pria itu adalah.... Oke, oke.. Lalu, apa Boleh menanyakan sesuatu?”

Almira yang terkejut pun salah tingkah dan mencoba merapikan seragamnya yang terlhat sangat Rapi

“ Apa kau tidak tahu? Dan Kenapa kubiarkan dia seperti itu disana sendirian di tengah cuaca seperti ini??”

“ Aku tidak tahu, maaf.. Yaa, aku ingin menanyakan itu padamu"

“ Jika waktunya sudah tepat, akan aku ceritakan padamu.. Tapi, untuk sekarang biarkan saja dia seperti itu.. Setiap bulan ditanggal angka 4, dia pasti seperti itu”

Ucap Emre yang memalingkan wajahnya melihat kearah Serkan

“ Setiap bulan ditanggal angka 4? Seperti 14, 24? Dan selalu saat senja menjelang malam??”

“ Ya”

Aku dan emre seketika melihat kearahnya saat ini.. Kenapa dia bisa terlihat begitu menyedihkan? Apa dia tidak mempunyai seseorang untuk menyandarkan bebannya itu? Kupikir semua kalangan atas dapat dengan mudah mengatasi segala kesulitan mereka, namun ternyata dengan melihatnya seperti itu hari ini, pendapatku seolah sangat bertolak belakang.. Cuaca menjadi semakin dingin sehingga membuatku bersin beberapa kali, emre yang menyadari itu pun menyaranku untuk masuk kedalam.. Dan aku pun menurutinya, dengan pandangan terakhir sebelum aku melangkah masuk terlihat pria itu berdiri terdiam seperti patung menghadp aliran selat bosphorus yang indah..

Saat jam kerjaku sudah selesai dan restaurant sudah tutup sepenuhnya, kembali ozcan hanim dan Mete Bay menghampiriku dengan membawa secangkir kopi untuk dikirimkan kepada seseorang.. Aku langsung mengerti kepada siapa aku harus mengirimkan kopi ini.. Tanpa berkata aku mengambil kopi itu dan mereka pun tersenyum padaku dan berlalu pergi.. Saat dalam perjalanan pulang, aku seperti sudah sangat mengerti harus menunggu dimana dan selama berapa lama.. Dan benar sesuai perkiraanku, pria itu pun datang dan berjalan kearahku dengan penampilan yang berbeda.. Dia tidak lagi menggunakan kacamatanya, Wajahnya pun tertutup dengan syal yang dia gunakan, rambut yang tertata rapi pun berubah menjadi berantakan.. Yang sama hanyalah pakaian yang dia gunakan..

“ Kali ini kau yang sampai duluan, nona pengantar kopi. Ini kopiku? Terima kasih”

Ucap serkan yang menagmbil Cup kopi dari tangan Almira

“ Hey, tuan kacamata!”

“ Aku punya nama, panggil aku Serkan”

“ Pak serkan, Ini.. Pakailah begitu kau sampai rumah..”

Almira menyerahkan kotak kecil kepada Serkan

“ Apa ini? Obat dari china? Apa untuk Memar dikepalaku yang sudah ti..”

“ Bukan! Itu Minyak angin.. Minyak kayu putih.. Aku biasanya membawa kemana pun.. Coba kau hirup dan kau usapkan pada perut dan dadamu atau bahkan leher dan dahimu.. Kau akan merasa lebih baik”

Almira yang mencoba untuk mempraktekkan pada bagian apa biasanya dia gunakan

“ Kenapa kau memberikan ini padaku?"

“ Jangan salah paham.. Kupikir kau mungkin kedinginan tadi, setelah lama kau......... Intinya, anggap saja kebaikan antara sesama umat manusia.. Aku tidak ada maksud lain. Bye.”

Tanpa berkata lagi dan mendengarnya berbicara, aku berjalan meninggalkannya di keheningan dan dengan ditemani dinginnya cuaca malam ini membuatku ingin segera cepat melangkah untuk sampai ke apartment untuk beristirahat dan menghangatkan diri.. Sesampainya tanpa berbasa basi lili dan kirey pun langsung menghampiriku dan mengambil makanan yang kubawakan untuk mereka.. Setelah selesai membersihkan diri, aku pun keluar kamar dengan membawa laptop ditanganku dan  Kami pun berkumpul diruang tengah mengerjakan tesis kami masing masing ditemani cemilan malam dan terkadang  dibumbui dengan canda tawa karena melihat expresi masing masing..

Tak terasa pagi kembali menjelang, kali ini sinar matahari pagi dapat terasa sedikit menghangatkan dari pada sebelumnya meskipun langit masih terlihat kelabu.. Dengan terburu buru aku kembali bersiap menuju kampus untuk menyerahkan data revisi kepada Pak Onur sehingga aku bisa tepat waktu untuk datang ke galery kesenian untuk kerja tambahanku.. Saat berjalan cuaca masih saja terasa dingin meskipun aku sudah memakai jaket musim dingin dan scraft yang tebal.. Entah mengapa dan karena alasan apa aku tiba tiba terbayang sosok pria itu.. Apakah dia baik baik saja setelah berdiam diri ditengah cuaca seperti itu? Sambil aku memikirkan hal itu, aku pun berjalan menuju ruangan Pak Onur.. Namun lagi lagi seolah kami berjodoh, kenapa aku selalu berpapasan dengannya? Terlihat pria berkacamata itu keluar dari ruangan itu dan berjabat tangan dengan Pak Onur.. Sedang apa dia disini?

“ Morning almira..”

Emra yang tiba tiba hadir di samping Almira

“ Emre..? Sedang apa kalian disini? Apa.... dia, pemilik universitas ini juga?”

“ Ahahaha.. Bukan.. Pak Serkan sedang melakukan sesi nya..”

“ Sesi?? Dengan Pak Onur??. . . . . . Apakah dia...”

Tatapan Almira seketika berubah begitu mendengar perkataan Emre

“ Seperti perkataanku sebelumnya.. Jika sudah tepat waktunya, maka akan kuceritakan padamu.. Dan sepertinya mereka sudah selesai.. Maaf, aku harus pergi.. Have a nice day”

Emre bergegas masuk kedalam mobil dan mencoba menjemput Serkan kembali

Emre setengah berlari untuk menuju mobil yang mereka parkirkan, aku pun melihat kembali kearahnya dan kali ini dia melihatku dan menatapku.. Tatapannya terlihat begitu serius seolah dapat mengintimidasi siapa pun yang berada didekatnya..  Salah satu tangannya dimasukkan kedalam saku celananya, namun tangan satunya terlihat sedang mengambil sesuatu didalam saku jas nya saat ini.. Kemudian terlihat botol minyak angin yang aku berikan padanya dan seperti seolah sengaja dia membuka tutup botol itu dan menghirupnya, lalu tersenyum jahil kearahku.. Sontak kelakuannya saat ini membuatku tersenyum malu dan aku mencoba menahan tawaku karena ada Pak Onur didekat kami.. Mobil pun melintas disampingku, terlihat emre turun dan membukakan pintu mobil padanya.. Dia pun masuk kemudian mereka berkendara menjauh.. Pak Onur pun langsung memanggilku dan aku pun menghampirinya untuk memberikan revisi tesisku..

Betul sangat bersyukur, data yang kuberikan sama sekali tidak ada revisi perbaikan sehingga aku bisa melanjutkan untuk data selanjutnya.. Pak Onur pun seperti merasa bangga padaku dan berkata bahwa tidak percuma meluluskanku pada seminar sebelumnya.. Pak Onur akhirnya mengajukan saran untuk data penelitianku selanjutnya yang akan sangat membantuku nanti, dan aku pun menyetujuinya.. Sambil menunggu kabar dari Pak Onur, aku bisa fokus untuk melakukan pekerjaan sampinganku di gallery kesenian.. Oke, baiklah.. Semangat almiraaa..

Chapter 3

Lembaran pekerjaan disetiap harinya membuatku tak menyadari sudah minggu ketiga bekerja di gallery kesenian ini.. Sebentar lagi akhirnya aku mulai bisa mencicil pembayaran untuk kuliah tambahanku. Saat awal aku bekerja disini aku mendapatkan banyak kemudahan karena manager di galery ini ternyata adalah teman Ozge yang juga ternyata membantuku agar aku bisa diterima bekerja disini.. Namun entah mengapa ozge selalu menanyakan kabarku seolah dia merasa khawatir karena aku bekerja disini.. Manager itu bernama ilker dan dia ternyata merupakan anak dari pemilik galery kesenian ini.. Disetiap kedatanganku Pak Ilker selalu menegur sapa kepadaku, sungguh pria yang sopan. Tanpa melihat statusku yang bekerja disini sebagai Cleaning service.. Bahkan terkadang jika aku pulang sedikit terlambat, dia menanyakan padaku  dan sempat menawarkan diri untuk mengantarku, namun dengan penolakan ku padanya, dia sama sekali tidak terlalu mengambil hati.. Sampai pada hari ini, sungguh tidak terduga bahwa ilker akan berulang tahun dan dia mengundangku..

Ozge yang mendengar itu, langsung menghubungiku dan menanyakan kembali kabarku.. Aku pun menjadi terheran dengan kelakuannya saat ini karena dia tidak pernah seperti ini sebelumnya.. Sempat terlintas dalam pikiranku bahwa Ozge sebenarnya memiliki perasaan kepada ilker dalam waktu yang lama dan belum tersampaikan. Karenanya aku memutuskan untuk membatasi diri dan jujur tidak ada niat hati untuk mengenalnya lebih jauh. Hari pun berganti, lembaran tesis yang sedang kukerjakan pun sudah mendekati hasil akhir yang aku harap akan sangat memuaskan, Melihat jam yang terus berdetak tersadar akan kewajiban akan pekerjaan yang harus kulakukan, mencoba untuk bergegas begitu selesai perkuliahanku dan sampai di gallery seni tepat waktu. Dengan setengah berlari di pertengahan anak tangga pintu masuk gallery, tanpa adanya keinginan atau harapan yang berharap terkabul, pertemuan kembali dengan pria berkacamata itu membuat langkah terhenti. Terlihat emre pun dibelakangnya memberi salam padaku, sepertinya mereka sangat sibuk dengan membawa beberapa map dan sebuah tas kerja yang terlihat tebal. Bisnis seperti apa sebenarnya yang mereka sedang kerjakan?

“ Nona pengantar kopi..”

Serkan berjalan menuju Almira sembari melepas kacatamanya dan menaruh di dalam jasnya

“ Tuan Kacamata,..”

“ Apa yang kau lakukan disini? Berkunjung? Kau, sendirian kali ini. Tidak dengan teman mu?”

“ Ya.. Aku bekerja sampingan disini sebagai cleaning service”

“ Apa..?? Sejak kapan?? Bukankah kau bekerja dengan Mete?? Apa dia memperlakukanmu dengan.....”

“ Tidak. Tentu tidak.. Panjang Cerita"

" Sepertinya Aku masih ada waktu untuk mendengarkan penjelasan darimu"

" Itu.. Sebenarnya.. Intinya, Aku membutuhkan biaya untuk kuliah tambahanku.. Dan bukan bermaksud Pak Mete mengupahku sedikit, lingkungan kerja tidak nyaman dan alasan lainnya, tapi karena aku ingin sesegera mungkin menyelesaikan study ku disini dan kembali ke indonesia..”

“ Lalu, Sudah lama bekerja di sini? Apa kau dekat dengan ilker?”

“ Dekat? Dengan Pak ilker? Tidak, Tidak.. Aku hanya mengenalnya tapi tidak begitu dekat. kebetulan sahabatku di kampus adalah temannya, jadi dia merekondasikan aku bekerja di sini. Msebulan aku bekerja disini, Pak ilker juga sangat baik padaku.. Bahkan mengundangku diacara ulang tahunnya pekan depan”

“ Apa??”

“ aah maaf aku hampir terlambat.. Byee..”

Almira pun berlalu pergi sembari melambai dan menundukkan kepalanya saat melalui Emre

Kenapa baik ozge atau dia pun seolah terkejut dengan kabar ilker yang mengundangku dihari ulang tahunnya? Aku mencoba menolehkan diriku kebelakang, pria itu masih melihat kearahku seolah memperhatikanku.. Aneh sekali pria itu, dia melihatku seolah aku noda hitam dibaju putih, tapi tak lama pandangannya dapat berubah secara tibatiba ketika melihat kearahku.. Tersadar akan telat bekerja, aku pun segera berlari dan menuju ruang pegawai.. Tak lama sedang bekerja, saat aku berada dilantai 2 pandanganku teralihkan pada sudut lorong ruangan utama dari gallery di lantai dasar.. Terlihat pria itu sedang berbincang dengan Pak ilker.. Bahkan terlihat sangat serius mereka berdua saat ini.. Apa urusannnya belum selesai sehingga dia kembali kemari? Tapi apa perduliku? Saat ini yang terpenting adalah pekerjaanku cepat selesai sehingga aku bisa kembali dan langsung mengerjakan tesisku. Kembali mencoba menyelesaikan pekerjaanku lebih cepat dari biasanya lalu dengan segera kembali keruangan pegawai untuk mengganti pakaianku dan setengah berlari keluar dari gedung kesenian.. Menunggu kedatangan jadwal bis yang akan kunaiki, tiba tiba terhenti sebuah mobil mewah dihadapanku, pintu mobil yang terbuka seorang pria keluar  dari dalam mobil dan menghampiriku..

“ Tuan kacamata? Apa yang kau......”

“ Masuklah, aku akan mengantarmu”

“ Apa??”

Dia kembali berjalan kearah mobilnya dan membukakan pintu mobil belakang kemudian menghadap dan menatap kearahku seraya mengatakanku untuk masuk kedalam mobil.. Namun sungguh terasa aneh tubuhku ini, bagai robot yang dikendalikan, aku menuruti perintahnya.  Saat ilker bey mencoba berprilaku sama seperti pria ini berniat akan mengantarkanku pulang, aku bisa dengan tegas menolaknya, namun kenapa saat dengan pria ini seolah tubuhku ini tidak bisa kukendalikan dan menuruti keinginannya? Aku yang berjalan dan masuk ke dalam mobil, pintu yang langsung menutup kulihat serkan berjalan mengitari mobil untuk masuk melalui pintu sebelah. Aku yang terduduk di kursi belakang bersamanya merasa sangat canggung dan seperti serba salah, terlihat emre didepan yang mengendarai mobil kembali tersenyum dan dia menyapaku kembali. Pria ini pun memberi kode agar emre mulai berkendara, tak lama kami pun berkendara mengitari kota ditengah lampu lampu dan sedikit kemacetan hanya untuk mengantarkanku..

“ Apartment Turyap Sariyer, betul?”

“ Ya.. Darimana kau tahu?? . . . . . . Aaahh, Pak Mete! Data pegawai?? Jujurlah, apa kau juga pemilik restaurant itu juga? Kenapa kau bisa melihat data karyawan?”

Almira yang melihat kearah serkan dengan penuh curiga

“ Bisa dibilang aku hanya sebagai pemilik saham”

“ Maksudnya?”

“ Investor utama”

“ Aaahhh.. Uangmu pasti banyak sekali.. Diusia semuda ini.. Kau sungguh pekerja keras..”

Almira memalingkan pandangannya kearah jalan sembari bergumam tidak jelas

“ Apa kau mau mempertimbangkan bekerja ditempat lain?”

“ Dimana maksudmu?  Aku untuk mendapatkan pekerjaan ini saja sudah sangat bersyukur mengingat kondisiku saat ini..”

Almira menghela nafas seraya bersyukur dia masih dapat bekerja di tempat berkelas

“ Bicara soal pekerjaan.. Apa kau sangat ingin pergi ke acara ulang tahunnya?”

“ Apa? maaf?”

“ Kau bilang ilker mengundangmu. Jadi, apa kau akan datang? Lalu, Apa kau datang karena pekerjaan atau ada alasan lain?”

Serkan menatap Almira dengan serius seolah menginterogasi untuk penjelasan yang masuk akal

"Kenapa aku harus menjelaskan padamu?"

Almira membuang kembali wajahnya menghindari tatapan matanya

"Jawablah dahulu"

“Aku tidak tahu denganmu.. Tapi aku dibesarkan dengan sopan oleh kedua orangtuaku.. Tidak sopan langsung menolak undangan seseorang selama kita bisa datang.. kecuali terjadi sesuatu pada kita yang membuat kita tidak bisa untuk datang. Lalu, jangan berpikiran yang tidak tidak. Aku datang hanya karena menghormatinya saja..”

“ Jika kubilang kau tidak perlu datang. Apa kau akan menurut?”

“ Dengan alasan? Kenapa kau seolah menentangnya?"

Almira menatap serkan dengan penuh tanda tanya

“ Tidak. Lupakan perkataanku. Sepertinya kau wanita yang keras kepala”

Serkan membalas Almira dengan membuang wajahnya kearah jendela, menghindarinya

“ APAA??”

Tak terasa kami akhirnya sampai di pintu lobby utama depan apartment, Emre dengan sigap turun dan membukakan pintu untukku..Dengan tatapan sedikit kesal aku melihat kearah pria berkacamata ini, namun dia membuang pandangannya kearah samping mobil seolah sengaja menghindariku. Merasa kesal, aku pun langsung turun keluar karena merasa tidak nyaman diperlakukan seperti ini olehnya. Kemudian Emre pun pamit padaku dengan menundukkan sedikit tubuhnya, dan aku pun mambalasnya. Namun pria itu tetap duduk dikursinya dengan kaca mobil yang tertutup rapat. Ada apa dengannya? Bahkan bukan aku yang memintanya untuk mengantarkanku! Bukankah dia sendiri yang tadi ingin mengantarkanku? APA?! WANITA KERAS KEPALA? AKU?? Menyebalkan sekali pria itu!!.

3 hari sebelum ulang tahun Pak ilker, aku bekerja seperti biasa dan bekerja sesuai dengan instruksi terakhir yang diberikan padaku untuk bagian ruangan yang harus kubersihkan. Saat aku selesai dengan pekerjaan ku di gallery hari ini dan selesai mengganti pakaianku serta berjalan menuju pintu keluar lobby utama, ilker seperti menungguku di depan gedung gallery.. Aku memanggilnya dan dia pun menoleh kemudian menghampiriku.. Betapa terkejut aku diberikan kotak putih yang terlihat mahal berukuran sedang olehnya.. Aku pun bertanya, kemudian dia bilang bukalah begitu kau sampai di rumah dan pakailah nanti saat ulang tahunku.. Kemudian ilker pun bermaksud untuk mengantarkanku pulang malam ini, namun aku menolaknya dengan berpamitan melaluinya.

Saat pagi menyambut, cuaca hari ini sedikit terlihat cerah tidak begitu berawan.. Hari liburku, jadi sepertinya lilian dan kirey tidak ada kuliah pagi.. Aku kemudian memanggil mereka keruangan tengah untuk melihat isi kotak tersebut untuk meminta pendapat mereka..

“ Mira.. Gaun ini kau dapat dari siapa tadi?? Gaun ini bagus.. Tapi, apa kau sungguh akan memakainya nanti?”

Ucap Lilian yang terkejut begitu melihat Gaun yang berada didalam kotak dan menggantungnya

“ Ya, menurut kami ini terlalu pendek mir.. Kau tidak biasa memakai Gaun seperti ini. Acaranya saat malam kan?”

“ Dari Pak ilker.. Ya, aku pun berpikir begitu, terlalu terbuka.. Bagaimana sebaiknya?”

“ Niat baik seseorang itu tidak baik ditolak.. Tenang mir, aku ubah dengan tanganku ini”

“ Ya tidak heran kau jurusan seni.. Tenang serahkan pada kirey, mir..”

“ Apa ada yang harus kubantu? Kalau tidak ada, aku akan pergi kesuatu tempat dulu baru ke restaurant.. Takut telat datang bekerja jika melakukan 2 hal sekaligus..”

“ Tidak ada.. Kau uruslah urusanmu.. Ketika kau pulang, aku usahakan baju ini selesai aku desain ulang..”

“ Terima kasih rey, kalian betul betul dewi penolongku.. Aku pergi dulu yaa.. Bye”

Ucap almira yang memeluk Lilian dan Kirey, dan berlalu pergi meninggalkan apartment

Bersiap dan segera pergi menuju beberapa boutique khusus pakaian jas formil pria, aku yang baru pertama kali melakukan hal ini marasa sangat terkejut. Saat memasuki pintu masuk, dekorasi dan semua barang di sini benar benar diluar jangkauanku, mencoba melihat sekeliling dan ternyata harga 1 barang saja bisa sangat mahal.. Aku pun akhirnya bingung kado apa yang akan aku berikan pada ilker bey.. Waktu tak terasa berjalan cepat tak sadar sudah menunjukkan pukul 1 siang, jam 3 aku harus segera kembali ke restaurant.. Kemudian mataku melihat 1 buah kotak kecil yang elegant berisi saputangan berbahan sutra.. Aku pun akhirnya membeli itu sebagai kado ulang tahun untuk ilker bay.. Begitu selesai aku pun naik bis dengan route tercepat untuk sampai ke restaurant..

Begitu aku sampai terlihat Emre sedang duduk disalah satu bangku didepanku.. Dia melihatku dan tersenyum padaku\, aku pun tersenyum padanya. Kemudian aku memberikan isyarat pada wajahku padanya seolah berkata\, *apa dia sedang berada disana lagi seorang diri di tengah cuaca dingin ini lagi?* dan Emre pun membalas dengan menganggukan kepalanya. Aku pun berjalan sedikit menuju jendela lebar ditengah restaurant untuk melihatnya.. Lagi lagi punggung pria itu terlihat begitu menyedihkan memandangi aliran selat bosphorus pada sore hari ini.. Entah kenapa aku seperti merasa ingin mencoba mendekati dan mengajaknya berbicara namun aku tidak berani melakukannya.. Aku pun langsung mengalihkan pikiranku dan bergegas ke belakang untuk berganti pakaian dan bekerja.. Restaurant hari ini tidak terlalu ramai sehingga aku bisa beristirahat sejenak.. Saat sedang beristirahat sejenak\, kulihat Pak Mete menghampiri Emre kemudian mereka tampak serius berbicara.

Tak lama terlihat Pak Mete seperti memberikan sebuah kertas pada Emre, dan dia pun melihat dan membaca isi kertas itu dengan tatapan penuh keseriusan. Namun entah mengapa Emre seperti terlihat kesal setelah membaca isi dari kertas yang diberikan Pak Mete padanya dan menggulung kertas itu seperti sampah lalu melemparnya ke tong sampah.. Kakak Ozcan menghampiri mereka dan ikut berbicara dengan mereka. Terlihat kebingungan dari wajah mereka saat ini.. Tak lama pandangan mereka bertiga mengarah kepada pria berkacamata itu, dapat kulihat mereka seperti mengkhawatirkan kondisinya. Saat aku hendak menuju dapur, Kak ozcan memanggilku..

“ Almira, kamu sedang belajar psikologika, Kau ingin menjadi psikiater kan? Dapatkah kau membantunya?"

Ucap Pak mete menggunakan bahasa turki pada Almira dengan kaki yang bergetar penuh gelisah

“ SAYA?? . . . . Saya tidak yakin. Namun, sudah berapa lama dia seperti ini?"

“ Kurang lebih  2 tahun"

Ucap Kak Ozcan yang memegang pundak Pak Mete mencoba untuk menenangkannya

“ Bagaimana bisa membantunya? Kami tidak tahu lagi.. Saya berharap seseorang ingin berbicara dengannya"

Ucap Pak Mete yang mengerutkan alisnya dan menaruh tangan di kepala merasa pusing terhadap Serkan

“ . . . . . .Apakah dia akan tersinggung jika saya mendekati dan berbicara dengannya?"

Seketika Pak Mete berdiri mendengarkan ku bicara dan membuatku terkejut. Kukira aku mengatakan sesuatu yang salah.. Namun yang terjadi adalah, Kak Ozcan pun seolah diberikan arahan tanpa berkata berjalan kearahku dengan jaket musim dinginku yang sudah berada ditangannya dan memberikannya padaku. Kemudian Pak Mete mendorongku keluar secara perlahan dan menutup pintu restaurant. Terlihat mereka bertiga melambaikan tangan padaku dan menyuruhku untuk pergi menemui pria itu.. Dengan nafas panjang, aku pun berbalik dan berjalan menujunya.. Terasa jantungku berdegup sangat kencang sehingga aku bingung akan apa yang akan kukatakan padanya nanti.. Selangkah demi selangkah aku berjalan mendekatinya, saat jarakku dengan nya sudah dekat tersapu oleh angin yang berhembus wangi parfum yang dikenakannya padaku.. Kemudian kulihat tatapan kesedihan itu benar berada dimatanya, dan akhirnya aku pun memberanikan diriku untuk mengajaknya berbicara..

“ Hey tuan kacamata.. Apa kau seorang superhero yang kebal akan cuaca dingin?”

Almira berdiri disamping tempat duduk Serkan dengan memasukkan tangannya kedalam saku jaketnya

“ Nona pengantar kopi?”

Ucap Serkan yang terkejut akan kehadiran Almira dengan melepas kaca matanya

“ Apa aku mengganggumu? Boleh aku duduk?”

“  Silahkan. Apa ada yang ingin kau bicarakan?”

“ Hanya ingin bertanya, Apa ada hal yang kau takutkan? Hmm.. Seperti harimau, ular, atau....”

Almira pun duduk disamping Serkan dengan menghadap Serkan mencoba memulai pembicaraan dengannya

“ APA??”

“ Jawab saja pertanyaanku...”

“ Manusia. Menurut ku manusia menakutkan lebih dari apa pun.”

Serkan yang memalingkan pandangannya ke arah Selat Bosphorus dan terdiam

Mendengar dia mengatakan itu dengan mudahnya dan dengan tatapan muka yang datar namun dari tatapan matanya terlihat kekhawatiran, rasa sedih, dan kesepian.. Dapat kupastikan dia memiliki trauma yang amat sangat mendalam dalam hal ini.. Terluka seperti apakah yang dia rasakan sampai dia bisa pada posisi ini? Memang setiap orang pasti memiliki masalahnya masing masing dan tergantung bagaimana cara dirimu menyelesaikan masalah itu.. Dari yang bisa kulihat, pria ini bukan sama sekali tipe pria yang gampang terjatuh.. Lantas, kira kira ada masalah apa.....

“ Manusia mengerikan kalau sedang lapar! Kau tahu? Seperti Papaku.. Saat mama sedikit terlambat menyiapkan makanan, dia berkomentar bagai kereta api lokomotif jaman dulu yang masih menggunakan api dan tungku lalu ada asap hitam diatas kepalanya..”

“ Serus mira, kau kemari untuk mengatakan hal ini?"

Serkan menundukkan kepalanya dengan sedikit senyuman diwajahnya

“ SERIUS! Papaku seperti itu. Jika kau menikah nanti, pesanku kau jangan sepertinya.. Benar benar sungguh membuat seisi rumah terasa seperti di gerbong stasiun kereta api”

“ Apa yang kau lakukan setelahnya?”

“ Aku dan adikku seperti angin topan membuat isi rumah berantakan.. Berakhir dengan mama membawa sapu dan mengayunkannya bagai samurai kearahku dan adikku..”

Almira pun mencoba mempraktekkan gerakan ibunya saat membawa sapu

“ Terdengar menyeramkan”

Serkan yang tak kuasa menahan tawa pun memalingkan wajahnya kearah samping

“ Ada lagi yang mau kubicarakan denganmu.. Topik ini sedang panas untuk dibicarakan.. Hot Gossip”

“ Lupakan. Aku tak suka bergosip”

Serkan langsung menolak berbicara dengan Almira dengan mengangkat kedua tangannya

“Apa kau takut hantu?”

“ Apa??”

“ Lihat aku. Oke?! Saat rambut panjangku ke belakang seperti ini dan mengacaknya sampai terlihat sedikit gimbal.. Lalu kau berikan sentuhan sedikit noda dipinggangmu.. Dan... aahh, aku berdiri dibawah pohon ini dan memanggil namamu dengan suara parau bagai serutan es, dengan expresi ini. Jika suaranya dekat berarti dia jauh, tapi jika suaranya terdengar jauh berarti dia didekatmu.. Maka kau bertemu dengan sebutan KUNTILANAK.”

“ Apa yang kau.....”

Ucap Serkan yang terlihat begitu terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Almira yang berada dihadapannya

“ Atau, jika kau merubahnya seperti ini, menarik rambut panjangmu ke depan seperti ini, dan mengacaknya lagi seperti ini, kemudian sedikit menundukan badanmu kedepan dan mengeluarkan suara seperti orang tersedak buah di tenggorakanmu, dengan uluran tangan yang bergetar seperti tremor mencoba menangkapmu.. Nama panggilannya adalah SADAKO.”

“ Kau kemari.. Untuk.. Melakukan hal ini? bercerita hantu padaku?”

Serkan perlahan menarik tangan Almira seolah memintanya untuk berhenti bersikap konyol

“ Yang kuceritakan ini adalah Horor, hantu adalah bumbunya. Apa kau tahu, bahkan saat terkadang aku pulang kerja malam hari, aku selalu melihat kearah belakangku.. Kau tahu.. Cuaca dingin, dan kau merasa merinding.Tapi, Hantu thailand lah yang terbaik dan lebih menyeramkan.. kau tahu? Saat kau....”

“ Hentikan Almira”

Ucap Serkan yang mulai merasa kesal akan kelakuan Almira yang konyol

“ Atau kau tau hantu Bloody mary? Saat kau....”

“ Kutinggalkan kau jika meneruskannya”

“ Lalu ada pocong, dia lompat lompat dengan menggunakan kain berwarna putih.. Lalu saat kau menatapnyaa.......”

“ Hentikan almiraa....”

Serkan mencoba menutup telinganya namun Almira mencoba menarik tangannya

Tersenyum. Akhirnya dapat kulihat senyuman di wajahnya. Aku lanjutkan bercerita padanya saat ini.. Jika dia benar bersungguh sungguh dengan perkataannya tadi, dengan hitungan detik dia bisa langsung meninggalkanku saat ini.. Tapi yang dia lakukan adalah tetap duduk tepat disebelahku dan mendengarkan ocehan konyolku pada senja ini. Ternyata seperti ini tampangnya saat sedang tersenyum.. Lantas kenapa ada yang membuatnya sampai merasa terluka seperti ini? Apa yang sebenarnya terjadi padamu?

Waktu berjalan dan kini tak terasa sudah menjelang malam.. Cuaca masih terasa sangat dingin, namun aku mencoba menahannya dan berbincang dengannya.. Seolah mengerti akan kondisiku, dia memberikan syal yang digunakan serta sarung tangannya padaku namun tidak sedikit pun dia menyuruhku untuk pergi meninggalkannya. Seolah dia memberikanku pilihan jika aku menginginkan untuk pergi, dia tidak akan melerangku. Begitu pun juga jika aku tetap menemaninya seperti sekarang. Tiba tiba ada suara dari arah belakang dan itu adalah Pak Mete. Dia membawakan kami 2 cup coffe panas, dan seolah mengerti coffe apa yang aku sukai dan pria ini sukai. Namun, karena cup coffe yang sama merasa bingung ternyata yang kuberikan padanya adalah coffe cappucino kesukaanku dan saat dia meminumnya dia tak merespon sama sekali.. Berbeda denganku, saat aku meminum coffe hitam yang terasa pahit, sontak tubuhku seperti menolak dan aku pun tersedak. Pria ini tertawa melihatku dan menukar cup coffe yang ada ditanganku. Kami pun akhirnya melanjutkan bercerita tentang apa pun yang menurutku tidak ada batas pembicaraan..

Tak terasa waktu menunjukkan pukul 21.00 malam, akhirnya dia pun berdiri dan mengajakku pergi bersamanya. Sedikit merasa aneh, karena tidak perlu sampai mengajakku bukan? Berjalan pergi menemui Pak Mete hanya untuk meminta ijin agar mengijinkanku pulang bersamanya karena berniat akan mengantarkanku. Terlihat Kak Ozcan dan Pak Mete sangat terkejut dengan menjatuhkan pulpen dan buku menu dari tangannya. Mereka pun akhirnya hanya menganggukan kepalanya tanpa berkata apa pun.. Kemudian Emre yang tersenyum melangkah keluar menuju mobil dan mereka pun mengantarkanku.. Ada apa dengan hari ini?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!