NovelToon NovelToon

TAWANAN CINTA SANG MAFIA

Kalah Judi

...Hai reader tercinta, selamat bertemu lagi di dunia halu nya author, kali ini thor pilih temanya yang agak beda dari novel novel thor sebelumnya, jangan lupa tinggalkan like, komen dan vote ya biar novel ini terus berkembang di NT, salam sayang dari thor, selamat membaca....

Jam menunjukkan pukul 23.30 wib di sebuah klub besar di kota yang dulunya bernama batavia.

Jakarta tak pernah tertidur, banyak klub klub malam yang justru baru memulai aktifitasnya pada malam hari.

Seperti malam ini di sebuah ruangan besar di dalam klub malam VVIP. Tidak sembarang orang bisa masuk kesana, hanya orang orang yang memiliki koneksi lah yang diperbolehkan menjadi bagian dari tamu penting klub yang bernama Devil itu.

Terlihat gerombolan manusia yang tengah asyik dengan kegiatannya masing masing.

Ada yang sedang minum minum, ada yang berdansa dan menikmati alunan musik disko yang sedang diputar oleh DJ disana, dan ada juga segerombolan manusia yang terlihat tengah duduk mengelilingi sebuah meja berbentuk persegi panjang dengan banyak kartu kartu diatasnya, ya, gerombolan manusia itu tak lain adalah orang orang yang sedang khusuk bermain judi.

"Hei, Baskoro. Kau kalah lagi tua bangka, habis sudah uangmu itu! sekarang enyah dari sini! biarkan aku bermain dengan tuan Darren yang terhormat" Kata salah seorang teman Baskoro, dia melihat uang baskoro memang sudah habis total disaku kemejanya. Baskoro yang gila judi itu lagi lagi kalah dalam permainannya.

Baskoro menggeleng keras.

"Tidak! aku masih punya harta yang bisa aku jadikan taruhan, tuan ijinkan saya bermain sekali lagi, saya mohon!" Baskoro berdiri dan mendekati kursi dengan pahatan bergambar tanduk setan yang tengah diduduki seorang pria berusia 30 tahun bernama Darren Alexander, sang Mafia juga pemilik klub Devil tersebut.

Darren tak bergeming, dia sedang asyik memainkan salah satu kartu ditangannya.

"Tuan, tolong ijinkan saya bermain sekali lagi." Kali ini Baskoro bersimpuh di bawah kaki Darren, dengan wajah memelasnya dia menyatukan kedua tangannya di depan dada.

Dia berharap Darren mau memberikannya kesempatan yang terakhir.

Darren tersenyum kecut, laki laki dengan wajah yang begitu tampan namun berbanding terbalik dengan sikapnya yang bagaikan iblis.

Darren adalah pria yang sadis, segala yang dia mau bisa dia dapatkan hanya dengan menjentikkan jarinya.

Darren mengibaskan tangannya ke udara, memberikan isyarat agar Baskoro bangun.

"Tuan.."

"Katakan, apa harta berharga yang kau sebutkan itu? uangmu sudah habis bukan?" Tanya Darren sambil mengambil gelas yang berisi Wine dari nampan yang disodorkan seorang pelayan kepadanya.

Baskoro adalah salah satu pengunjung tetap klub Devil, tiga tahun lalu saat pertama kali masuk kesini pria tua itu adalah seorang konglomerat kakap yang mempunyai banyak Mall di kota kota besar.

Pertama kali dia bermain judi dia menang banyak, uang yang didapatnya setara dengan omset pendapatan Mall Mall yang dikelolanya selama beberapa tahun, dari situlah dia mulai tertarik pada dunia judi, bukankah itu memang trik judi? membuat orang menang di awal dan berakhir dengan nestapa dan kesengsaraan.

Setelah kemenangan judi pertamanya, dia seakan terobsesi untuk menang lagi, tapi sayangnya keberuntungan tidak pernah berpihak kepadanya.

Di kesempatan berikutnya Baskoro selalu kalah bahkan tanpa sadar dia sudah menjual semua aset aset berharganya kepada pemilik klub demi bisa merasakan kemenangan seperti pertama kali bermain judi.

Rasa penasaran ingin menang itulah yang membuatnya hampir kehilangan akal sehatnya.

Baskoro mendekatkan wajahnya ke wajah sang Mafia.

"Saya punya seorang putri, saya ingin menjadikan dia taruhan tuan, saya mohon ijinkan saya bermain untuk terakhir kalinya, saya benar benar penasaran pada keberuntungan saya, saya yakin kali ini saya akan menang." bisik Baskoro.

Darren kontan tertawa mendengar ucapan Baskoro.

Pelanggan setianya satu ini ternyata sudah benar benar kehilangan akal sehatnya akibat judi.

"Kau yakin ingin menjadikan putrimu taruhan?" tanya Darren, tawanya belum sepenuhnya hilang dari mulutnya.

"Iya tuan saya yakin!" Baskoro mengangguk cepat.

Darren bahkan tak melihat wajah ragu sedikitpun.

"Haha!" Lagi lagi Darren tertawa dengan ekspresi yang tidak bisa siapapun tebak, entah dia tertawa karna senang atau miris.

"Kau ternyata sudah tidak waras Baskoro.. tidak ada yang mempertaruhkan manusia di meja ini!" Darren meneguk wine di tangannya dengan gaya angkuh.

"Saya mohon tuan, terima taruhan saya kali ini, saya akan menjadikan putri saya yang bernama Alena sebagai taruhannya, saya benar benar penasaran, jangan membuat saya keluar dengan tangan kosong, tuan kan tau saya ini salah satu pengunjung tetap disini, tolong pertimbangkan ini." Baskoro lagi lagi bersimpuh di kaki Darren.

Darren meneguk habis wine ditangannya, dia menarik salah satu ujung bibirnya.

"Bangunlah, aku akan bertanya untuk yang terakhir kalinya, apa kau yakin akan mengorbankan putri tercintamu itu?"

"Iya, tuan saya sangat sangat yakin." Jawabnya sambil mengangguk cepat.

Setelah diam beberapa saat, Darren terlihat membisikkan sesuatu pada salah satu pengawalnya yang berdiri disampingnya.

Tak lama setelah membisikan itu, pengawalnya kembali datang dengan membawa sebuah kertas kehadapan Baskoro.

"Apa itu tuan?" Baskoro mengernyitkan alisnya.

"Taruhan yang melibatkan sebuah benda hidup harus ada hitam diatas putih, aku tidak mau mengambil resiko apapun, kau bisa saja lari atau membohongiku, tanda tanganilah surat persetujuan ini kalau kau benar benar mau menjadikan putrimu sebagai taruhan dimeja judi!" Darren menyodorkan kertas perjanjian itu kehadapan Baskoro.

Baskoro menerimanya dan membacanya dengan seksama.

Disana tertulis bahwa Baskoro akan menyerahkan putrinya kepada Darren Alexander jika dia kalah dalam permainan judinya.

Dan putrinya akan sepenuhnya menjadi milik dari Darren dan tidak bisa diganggu gugat, disitu juga tertulis jika Darren bebas melakukan apapun pada putrinya.

"Baik tuan, saya akan tanda tangan!" Baskoro terlihat bersemangat.

Darren memerintahkan pengawalnya untuk menyerahkan pulpen ke tangan baskoro.

"Tanda tanganilah, kau taukan sekali kau tanda tangan, maka kau tidak bisa menarik keputusanmu itu! kau tau betulkan aku tidak suka dipermainkan!" Suara Darren sudah berubah dingin.

"Iya, tuan tentu saja." jawab Baskoro.

Setelah menandatangani surat itu, mereka pun kembali memulai permainan judi, permainan yang akan menentukan nasib Alena selanjutnya.

Entah dia akan tetap menjadi putri ayah yang sangat disayanginya atau berpindah tangan menjadi tawanan sang Mafia kejam bernama Darren Alexander.

"Haha kau kalah Baskoro!" Tawa nyaring menggema memenuhi ruangan klub Devil,

Darren melempar kartu as terakhirnya yang berhasil membuat Baskoro terbelalak, tubuhnya membatu dengan mulut yang terbuka lebar, lagi lagi dia kalah telak dimeja judi.

Baskoro ambruk, dia melongo sesaat sebelum akhirnya menggebrak meja dengan kuat.

Brak

"Sial sial sial!" Umpatnya frustasi sambil mengacak ngacak rambutnya sendiri.

Dia tak menyangka permainan terakhirnya mengandalkan putrinya sebagai barang taruhan akan tetap berakhir dengan kekalahan.

"Jangan ingkari janjimu Baskoro, besok malam bawa putrimu yang bernama Alena itu kehadapan ku! jika kau ingkar kau tau sendiri akibatnya kan? aku tidak akan segan segan menghabisi mu!" ancam Darren dengan wajah serius.

Hanya dengan menatap mata Darren saja membuat Baskoro tersadar jika dia baru saja melemparkan Alena putrinya kedalam jurang neraka.

Dia memang sudah terlalu terobsesi pada judi, sesaat sesal muncul di dalam benaknya, dia tidak berpikir panjang saat menandatangani surat tadi.

"Sudah kubilang kau tidak bisa menarik keputusanmu?! Kenapa kau hanya diam hah?!" Darren bangkit dan mencengkram kerah baju baskoro karna dia melihat keraguan dimata pria paruh baya itu.

"I-iya tuan saya mengerti, saya akan membawa Alena besok kehadapan tuan." Baskoro langsung ciut nyalinya, dia tidak mau membuat pria itu marah, dia tahu Darren seperti apa orangnya.

Dia kenal Darren sebagai Mafia kejam, tanpa belas kasih dia bisa menghancurkan apapun yang dia anggap sebagai penghalang kesenangannya.

"Bagus, aku akan menunggumu besok malam, datanglah bersama putrimu!" Setelah mengatakan itu Darren melepaskan cengkeramannya, dia bangkit lalu meninggalkan meja judi dengan santainya.

bersambung

Pertemuan Alena dan Darren

Semalaman Baskoro tidak bisa tidur nyenyak, di dalam dadanya terbersit rasa bersalah karna dia sudah mengorbankan putrinya di meja judi. Tapi nasi sudah menjadi bubur, sesal pun sudah tidak berguna.

Semua telah terjadi, Alena sudah bukan lagi miliknya, dia sudah berpindah tangan menjadi milik sang mafia kejam.

"Ale, maafkan ayah.." Baskoro mengusap wajahnya gusar.

Memikirkan nasib Alena kedepan di tangan sang Mafia membuatnya tiba tiba menyadari betapa jahatnya dia sebagai seorang ayah.

Padahal selama ini alena begitu patuh dan menyayanginya, semenjak dia mengenal judi, kehidupan keluarganya hancur total terutama dalam segi ekonomi.

Alena yang masih berusia 20 tahun harus rela mengorbankan waktunya untuk kuliah sambil bekerja part time sebagai seorang bartender di salah satu klub malam yang tak terlalu besar.

Mau tak mau karna dia harus membiayai kuliahnya sendiri, belum lagi kebutuhan sehari hari yang harus ditanggungnya, ayahnya sudah tidak memiliki apapun, semua aset berharga milik keluarganya sudah habis terjual untuk dipakainya bermain judi.

"Malangnya nasibmu Ale.." Ucap Baskoro sambil melihat foto Alena yang tertempel di dinding.

"Ayah, bangunlah, mari kita sarapan!"

Suaran Alena terdengar memanggilnya dari luar kamar.

Baskoro bangkit lalu berjalan ke arah ruang makan, mereka kini tinggal di sebuah kontrakan sempit. Rumah mewah milik Baskoro sudah lama dijual untuk menutup beberapa hutang Baskoro di bank.

"Ayah mau nasi goreng atau lontong?" Alena membuka piring yang tertelungkup dihadapan ayahnya.

"na..nasi goreng aja Ale.." Jawab baskoro gelagapan. Dia tidak sanggup menatap wajah putrinya.

"Oke." Ale memindahkan satu centong nasi goreng ke atas piringnya Baskoro.

Lalu dia mengambil satu centong lagi dan meletakkannya ke piring di sebelah Baskoro.

"Ibumu mana Ale?" Baskoro celingukan mencari keberadaan istrinya.

"Nah, itu ibu!"

Rosa ibunya Alena muncul dari dapur dengan membawa sepiring telur dadar ditangannya.

"Nah ini lauk buat nasi gorengnya, ayo kita makan sama sama Ale, Ayah!" Ucap Rosa sambil tersenyum pada Alena dan Baskoro.

Tiba tiba sesak memenuhi dada Baskoro, sebenarnya keluarga mereka sangat harmonis, Baskoro adalah tipe ayah dan suami yang sangat baik dimata istri dan anaknya, dia tidak memukul bahkan membentak pun jarang.

Makanya meskipun Baskoro sangat terobsesi dengan judi, kedua wanita itu tetap berada disisinya, mereka percaya baskoro suatu hari insaf dari kebiasaan buruknya itu.

Namun judi sudah menggelapkan mata dan hatinya, semalam dia benar benar tidak berpikir dengan waras saat mempertaruhkan Ale diatas meja judi.

Sekarang menyesal pun sudah terlambat, putri dihadapannya ini sudah bukan lagi menjadi miliknya.

Dimeja judi itu dia telah kehilangan haknya sebagai seorang ayah, dia bahkan menandatangi surat penyerahan putrinya sendiri tanpa ragu. Entah setan apa yang semalam sudah merasukinya.

"Ale bisa kah kamu ikut ayah nanti malam?"

Alena menghentikan makannya dan menatap ayahnya.

"Ikut kemana ayah?"

Sesaat Baskoro hanya diam, dia bingung mau menjawab apa.

"Mau kemana sih yah?" Istrinya Rosa jadi ikut meliriknya.

"Ke klub Devil Ale, ada yang menawarkan pekerjaan disana untukmu, gajinya lumayan Ale.." Jawab Baskoro berbohong, hanya alasan masuk akal itu yang terpikir di otaknya.

Tidak mungkinkan dia jujur kalau dia akan membawa Alena untuk diserahkan kepada tuan Darren karena telah kalah bermain judi kan? Bisa bisa istrinya jantungan ditempat! Dia tahu Rosa sangat menyayangi Alena.

"Aku tidak mau yah, aku udah cukup seneng kerja ditempat yang sekarang, walaupun gajinya gak terlalu besar tapi Ale nyaman disana." Tolak Ale.

"Pekerjaan apa emang yah? jangan aneh aneh kamu!" Istrinya mendelik penasaran, dia tahu betul klub Devil itu bukan klub sembarangan seperti klub klub malam kebanyakan.

Para penjahat kelas kakap menjadikan tempat itu sebagai surga tempat mereka menghabiskan waktu dan uang.

Di klub itu juga dia tahu ada satu sosok Mafia berdarah dingin yang terkenal dengan kekejamannya. Rosa tidak mau putri semata wayangnya kerja ditempat yang dikelilingi orang orang seperti itu. Terlalu beresiko.

"Kerjanya sama mah kaya ditempat kerja Ale, posisinya bartender tapi gajinya tiga kali lipat lebih gede, ayolah Ale sekali saja kamu mau ya pergi kesana, lihat dulu baru ambil keputusan!" Baskoro masih berusaha meyakinkan.

"Lagi pula sebentar lagi kamu mau skripsi kan? tiga semester lagi loh Ale, kamu pasti bakal butuh biaya besar buat itu.."

Ale terdiam, benar juga yang diucapkan ayahnya.

"Ayah, seharusnya biaya kuliah Ale itu tanggung jawab kamu, kasian Ale harus banting tulang seperti ini!" Rosa tak tahan untuk tak memberi komentar pedas.

Selama ini dia sudah berusaha menyuruh suaminya untuk mencari pekerjaan diluar sana, namun gara gara baskoro main judi terus setiap malam, jam tidurnya jadi terbalik, kadang setelah sarapan pria itu sudah kembali mendengkur diatas kasur, tidak ada waktu untuk mencari pekerjaan disiang hari, begitu terus yang terjadi setiap hari.

"Mah, ayah kan sudah tua, mana ada perusahaan yang mau menerima laki laki tua ini." Lagi lagi alasan klasik ini yang diucapkan Baskoro.

Akhirnya Rosa hanya mampu memendam jengkel pada ulah suaminya.

"Udah udah mah jangan berantem, yaudah aku mau ikut ke klub itu, tapi sebentar aja ya, soalnya jam 9 malam Ale harus pergi kerja, nanti Ale putuskan mau kerja atau engga setelah liat situasi disana."

Setelah memikirkan masak masak, perkataan ayahnya ada benarnya juga, sebentar lagi dia akan naik ke semester akhir, dia sudah membayangkan berapa banyak biaya yang dibutuhkan untuk menyiapkan skripsi dan yang lainnya.

Gajinya di klub yang sekarang hanya cukup untuk membayar biaya bulanan kuliah saja.

"Terima kasih nak." Baskoro tersenyum lega mendengar jawaban Alena, itu artinya dia akan selamat dari ancaman Darren Bumiatmaja, namun di dalam hatinya dia juga merasa sedih, karna berarti hari ini akan menjadi hari terakhir Alena berkumpul bersama dia dan istrinya.

Malam pun menunjukkan pukul 19.30 wib

Klub Devil tidak pernah sepi pengunjung, namanya harum semerbak dikalangan bandit bandit berduit.

Baskoro datang sesuai dengan janjinya, membawa Alena ke hadapan Darren Bumiatmaja.

Baskoro memegang bahu putrinya menaiki tangga menuju lantai paling atas. Alena menatap takjub pada bangunan yang ternyata dalamnya seperti istana, nuansa serba hitam mendominasi tempat itu.

Alena memperhatikan sekeliling, tangannya mulai berkeringat dingin saat melihat tampang tampang pengunjung klub yang kelihatannya bukan orang orang biasa.

"Alena, tunggu disini, ayah akan masuk lebih dulu." Ucap ayahnya saat mereka telah sampai disebuah pintu bercat warna coklat.

Baskoro terlihat mengetuk pintu, tak lama pintu terbuka, terlihat seorang penjaga keluar dari sana.

"Baskoro, tuan sudah menunggumu! kau terlambat! beraninya membuat tuan kami menunggu!"

Alena dapat mendengar kata kata itu dengan jelas, ada nada marah juga ancaman.

"Ma-maaf tadi macet sekali dijalan." Jawab Baskoro gelagapan.

Baskoro pun kembali merengkuh bahu Alena dan menuntunnya masuk ke dalam ruangan.

Alena mulai merasakan adanya kejanggalan. Sikap ayahnya yang seperti orang ketakutan,

Bukankah ayahnya bilang pekerjaan yang dia tawarkan adalah menjadi bartender, meja bartender ada dibawa sana, tapi kenapa dia dibawa ke lantai atas, mau bertemu siapa sebenarnya dia disini?

"Ayah, kenapa gelap? sebenernya ini mau kemana sih?" Alena akhirnya tak tahan untuk tak bertanya.

Baskoro hanya diam, mereka terus berjalan memasuki lorong panjang dan akhirnya berhenti disebuah ruangan besar, hanya ada satu cahaya lampu yang berpendar dipojok ruangan.

Alena menyipitkan matanya, berusaha melihat sosok didepannya yang terhalang oleh bayangan kursi.

Pria itu memutar kursinya menghadap dirinya dan ayahnya, namun Alena masih belum bisa melihat dengan jelas sampai dengan akhirnya dia mendengar suara jentikan jari.

"Nyalakan lampunya!" Perintah pria yang duduk itu sambil mengibaskan tangannya.

Lampu pun seketika menyala sesuai permintaannya, sesaat Alena mematung melihat laki laki dihadapannya, pria itu memakai kemeja serba hitam, dengan hidung mancung dan juga bola mata coklat yang begitu indah tengah menatap ke arahnya.

Tersenyum begitu mengerikan sambil memainkan sebuah pistol ditangannya, memutar mutar nya seakan benda berbahaya itu adalah mainan saja.

Serah terima Alena

Sebelum membaca jangan lupa tinggalkan like dan vote karya ini ya, terima kasih ^^°

"Tuan, ampuni saya karna terlambat datang kemari." Baskoro langsung menghampiri Darren yang tengah duduk sambil menaikkan satu kakinya ke atas kakinya yang lain.

Alena tersentak saat melihat Baskoro langsung bersimpuh dihadapan laki laki bermata coklat itu.

"Ayah, apa yang ayah lakukan?!" Kaget dan langsung menghampiri ayahnya, mencoba membuat ayahnya kembali berdiri namun justru Baskoro dengan cepat mengibaskan tangan Alena dari bahunya.

"Diam Alena, atau kita berdua bisa mati!" Ucap Baskoro sambil tertunduk.

Alena menggeleng heran, tidak pernah dia melihat ayahnya setakut ini pada seseorang selain ibunya, apalagi sampai bersimpuh dihadapan pria yang lebih muda darinya, sebenarnya siapa pria dihadapannya ini?

"Haha, cukup punya nyali juga kamu masih berani muncul kemari, kupikir kau sudah kabur Baskoro!" Dia tertawa namun aura marah jelas terbaca diwajahnya yang tampan.

"Maaf tuan saya benar benar minta maaf!"

Alena mengepalkan kedua tangannya, melihat ayahnya bersujud seperti tidak punya harga diri membuat darah Alena mendidih.

Ini sebuah penghinaan besar, hanya karna terlambat datang kenapa harus sampai bersimpuh seperti itu, memangnya dia kaisar?

"Hei, kau!" Alena berteriak sambil mendekat ke arah Darren.

"Kau siapa sampai ayahku harus bersimpuh memohon maaf darimu? dia hanya terlambat datangkan? bukan habis membunuh orang! lagak anda sok sekali! memangnya kau siapa? Raja? Kaisar?"

Baskoro langsung menarik lengan Alena, tidak tahu sepucat apa laki laki tua itu sekarang, Alena tidak sadar dia sedang berbicara dengan siapa.

"Jadi ini anakmu yang akan kau serahkan itu? Lancang sekali mulutnya!" Darren tak memperdulikan ocehan Alena.

Dia menatap Alena dari ujung kaki sampai ujung rambut. Cih, tidak ada yang istimewa! gumamnya.

"Serahkan? menyerahkan siapa maksud anda?"

"Memang ayahmu membawa siapa selain kamu?"

Alena masih tak mengerti, bukankah maksud mereka kemari adalah untuk melihat pekerjaan bartender seperti yang ayahnya bilang.

"Ayah maksud perkataan pria kurang ajar itu apa sih?"

"Ale, diam lah, atau mulutmu bisa membuat kita celaka nak!"

"Haha, apa kau belum memberitahukan dia yang sebenarnya Baskoro?" Tawanya terdengar mengerikan ditelinga Alena.

Alena semakin tak mengerti. Dia melihat Darren bangkit dari tempat duduknya dan mengambil sebuah kertas dari dalam laci meja.

"Kau seorang mahasiswi kan? baca ini!" Melempar kertas itu ke hadapan Alena, Refleks kedua tangan Alena terulur menangkap kertas itu karena kertas itu terbang ke arah wajahnya.

"Apa ini?" Dengan kening berkerut Alena mulai membaca dengan seksama tulisan diatas kertas itu.

Disana tertulis bahwa Baskoro akan menyerahkan putrinya kepada Darren Bumiatmaja jika dia kalah dalam permainan judinya.

Dan putrinya akan sepenuhnya menjadi milik dari Darren tidak bisa diganggu gugat, disitu juga tertulis jika Darren bebas melakukan apapun pada putrinya.

"Apa apaan ini ayah?" Alena menggeleng kuat, dia mundur beberapa langkah kebelakang.

"Ale, maafkan ayah.." Baskoro mulai terisak, dia merasa bersalah harus menyerahkan Alena ke tangan Darren. Tapi nasi sudah menjadi bubur, dia tahu dia tidak bisa menarik kembali keputusan tololnya itu.

"Katakan kalau ini tidak benar!? ayah menjadikan aku taruhan untuk bermain judi?!" Alena menunjuk dirinya sendiri, menatap tak percaya pada ayahnya, perlahan pandangannya kabur, cairan bening menggenangi pelupuk matanya.

Baskoro hanya tertunduk tanpa berani menatap mata putrinya.

"Haha ayahmu ini memang luar biasa, aku akui dia pemain judi sejati! dia adalah orang pertama yang mengorbankan benda hidup diatas meja judiku, maka untuk menghargai keberaniannya itu, aku menerima tawarannya untuk membawamu bersamaku jika dia kalah." Darren memotong tanpa dosa.

Dia sepertinya sangat menikmati drama diantara ayah dan anak ini.

"Ayah katakan kalau ini tidak benar?!" Alena mengguncang tubuh ayahnya, lelehan air mata membasahi pipi mulusnya.

"Sudah! waktumu habis! enyah dari sini Baskoro!" Kini nada suaranya terdengar dingin, Baskoro hafal betul jika cara bicaranya sudah seperti itu, itu artinya Darren sudah mulai geram.

"Tidak ayah! aku tidak mau ikut dengannya, aku mau pulang sekarang!" Alena hendak pergi namun dia dicegah oleh dua orang pengawal yang berjaga di pintu masuk, belum juga menyentuh pintu, gadis itu sudah diseret kembali ke dalam ruangan.

"Ck! merepotkan sekali putrimu ini!" Darren bangkit dari duduknya, wajahnya terlihat tidak setenang tadi, urat urat besar menonjol dilehernya. Sepertinya dia sedang menahan amarah yang besar.

Darren menghampiri Baskoro, menodongkan pistol ke arah kepala pria itu, Alena tersentak kaget dan ingin berlari menolong ayahnya namun kedua pengawal Darren memeganginya, gadis itu tak bisa berontak sedikitpun.

Baskoro ketakutan, sekujur tubuhnya merespon dengan gemetar hebat. Alena mulai terisak melihat ayahnya dalam bahaya, bagaimanpun bejatnya Baskoro, dia tetaplah ayah yang sudah membesarkannya.

"Karna aku baik, aku akan memberimu dua pilihan Alena.." Ucap Darren sambil menekan sedikit pelatuk pistolnya, membuat Alena seketika menggeleng memohon lewat sorot matanya agar Darren tidak melakukan hal gila yakni menembak ayahnya.

"Apa? Katakan!" Akhirnya Alena menyerah.

"Kau bisa tetap disini menjadi mainan ku sesuai perjanjian itu atau.."

Darren menyeringai sebelum melanjutkan ucapannya.

"Atau kau bisa kembali kerumah bersama mayat ayahmu ini!"

"Tidak! kumohon jangan lakukan itu tuan, lepaskan ayahku, hiks.." Alena terisak, sekarang dia baru sadar dengan siapa sebenarnya dia sedang berhadapan.

"Jadi kau pilih yang mana? katakan dengan jelas! kau pikir aku sedang main main?" Darren menatap Alena tajam.

"Aku.. aku bersedia memenuhi janji ayah, aku akan menjadi milik tuan.." Dengan bibir bergetar Alena menyatukan kedua tangannya, memohon pengampunan agar Baskoro dilepaskan dari pistol yang siap dilepaskan pelurunya kapan saja.

Darren menarik salah satu ujung bibirnya, senyum iblis itu muncul lagi. Alena sampai merinding melihatnya. Tidak tahu seberapa berbahaya pria dihadapannya ini.

"Bagus kalau begitu! kau harus ingat, ayahmu sudah menjadikanmu barang taruhan dimeja judi, dia kalah dan sekarang kau telah resmi menjadi milikku Alena! aku tidak akan memaafkan orang yang mengingkari ucapannya sendiri, kalau kau berani kabur, maka ayahmu ini yang akan menanggung resikonya!" Darren menarik pistol dari kepala Baskoro, dia berdiri dan merapikan kemejanya.

"Enyah dari sini Baskoro sebelum aku berubah pikiran!" Darren menendang kaki meja membuat Baskoro seketika bangkit dan membungkuk, dia berjalan mundur hingga akhirnya dia sampai ditempat Alena berdiri.

Baskoro melirik Alena lewat sudut matanya, putrinya sedang terisak sambil menatap pedih ke arahnya.

Maafkan ayah Alena, maafkan ayah.

Sebelum membuka pintu, Baskoro kembali berbalik ingin melihat Alena untuk terakhir kalinya.

Namun pengawal dari luar langsung membukakan pintu dan menyeret tubuh tua itu keluar dari ruangan.

"Bawa dia ke rumah induk, pastikan dia terkunci di dalam kamar utama, aku akan segera pulang setelah semua urusan selesai."

Darren kembali ketempat duduknya, meraih map besar di atas mejanya dengan santai seolah tidak habis membuat seseorang ketakutan hebat dan hampir kehilangan nyawanya.

Setelah membungkuk hormat, kedua pengawal itu membawa Alena keluar dari ruangan itu menuju area parkiran klub.

Sebuah mobil jeep sudah menunggu mereka di depan pelataran parkiran. Alena hanya mengikuti langkah para pengawal itu dengan gontai sementara di dalam pikirannya berkecamuk hebat kejadian yang baru saja dia alami.

Mengapa ayahnya tega melakukan ini? dia tahu ayahnya tergila gila pada judi, tapi kenapa sampai hati menjadikannya barang taruhan segala!!!

Alena memejamkan matanya, menyenderkan kepalanya dipunggung kursi, sementara buliran air mata sudah menganak sungai, dan mengalir bebas dikedua pipinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!