Di malam yang gelap gulita, tanpa terlihat kehadiran bintang dan bulan di langit, di mana seluruh angkasa di selimuti oleh awan gelap, dan sesekali sambaran kilat menerangi angkasa.
Sehingga terlihat titik-titik hujan gerimis, mengucur deras dari atas, jatuh kebawah.
Membasahi seluruh bangunan dan tanah. Komplek istana yang megah dan luas.
Di bagian paling belakang komplek istana yang mewah, di sebuah bangunan yang agak terpisah, dan sedikit terasingkan.
Di sebuah sudut yang agak gelap, berdiri sebuah bangunan klasik, yang agak kuno dan tidak terurus .
Di dalam bangunan itu, tepatnya di dalam sebuah kamar, yang minim perabot dan terlihat agak kuno.
Diatas sebuah pembaringan dipan sederhana, terlihat seorang wanita cantik dengan perut besar, membuncit keatas.
Dia sedang merintih rintih menahan rasa sakit dan mules luar biasa, Dia sedang berjuang untuk melahirkan jabang bayi di dalam kandungannya, yang mengalami kesulitan dalam proses kelahiran.
Di dalam kamar itu, selain wanita cantik yang sedang berjuang untuk melahirkan jabang bayi nya, di sana hanya terlihat seorang bibi tua dan seorang gadis muda, yang terlihat sibuk bolak balik mengganti air hangat dan handuk bersih yang penuh dengan darah.
Di saat wanita cantik yang sedang berjuang melahirkan anak nya, wajahnya semakin pucat dan terlihat mulai kehabisan tenaga.
Tiba tiba terdengar suara mengelegar, yang sangat kuat di angkasa sana.
Bersamaan dengan suara ledakan petir di angkasa sana, dari langit terlihat muncul seberkas sinar, yang mengeluarkan cahaya pelangi yang sangat indah.
Cahaya pelangi itu meluncur deras dari atas ke bawah, jatuh tepat di atas atap.
Di mana di bawah sana, adalah tempat wanita cantik itu, sedang berjuang untuk melahirkan bayi di dalam kandungan nya.
Cahaya itu bisa menembus genting penutup atap bangunan tanpa merusaknya, lalu meluncur deras, masuk kedalam perut wanita cantik, yang terlihat membusung besar keatas.
Sesaat kemudian, di iringi dengan suara teriakan kesakitan wanita itu, yang membelah kesunyian malam.
Dia akhirnya berhasil melahirkan seorang jabang bayi laki laki, yang sangat sehat.
Bayi yang baru lahir itu terlihat agak sedikit aneh, dia tidak menangis keras seperti bayi pada umumnya.
Melainkan dia terlihat tersenyum pahit dan sedih, menyambut dirinya yang telah terlahir kedunia ini.
Bibi tua yang membantu proses kelahirannya, tidak sempat memperhatikan kejanggalan tersebut.
Dia terlalu kaget dengan keadaan bayi yang baru lahir itu, di mana seluruh tubuh bayi itu, justru memancarkan cahaya pelangi dan menyiarkan bau harum ribuan jenis bunga, yang sangat wangi.
"Bibi, lihat bayi ini lahir membawa gelang emas dipergelangan tangannya .."
Ucap gadis muda di sebelahnya heran.
"Ya, aneh memang.."
"Pergelangan tangan kaki dan lehernya, juga ada tato yang berkilauan seperti cahaya berlian.."
"Tapi sudahlah, mana air bersih hangat, gunting dan selimut hangat bersih.."
Ucap bibi tua yang sedang membantu proses kelahiran itu, kepada gadis muda di sampingnya.
Gadis itu mengangguk cepat, dengan gesit, dia segera menyediakan semua perlengkapan yang di butuhkan oleh bibi tua itu.
Setelah memotong tali pusar dengan gunting, memandikan bayi itu, dan menyelimutinya dengan kain bersih dan hangat.
Bibi tua itu segera membawanya kehadapan wanita, yang sedang terbaring lemah itu.
Dengan hati hati, bibi tua itu meletakkan bayi dalam gendongan nya, di sebelah wanita itu.
"Tuan putri Wen, selamat anda melahirkan seorang putra buat Yang Mulia.."
"Kerajaan Tsang, Raja Zhou akhirnya punya penerus.."
Ucap bibi itu penuh semangat.
Tapi wanita cantik yang di panggil putri Wen, justru tidak terlihat bahagia dan bangga, saat mendengar ucapan bibi tua itu.
Dia justru terlihat khawatir cemas dan bersedih.
"Bibi Lan,.. Siao Cui...kalian berdua tolong rahasiakan soal kelahiran putra ku ini.."
"Terutama jangan sampai permaisuri Da Ji mengetahuinya.."
"Aku harap kalian berdua bisa membantu ku, membawa pangeran kecil pergi menjauhi istana.."
"Aku mungkin tidak bisa melihatnya tumbuh dewasa, aku ada kemungkinan hanya sempat memberinya nama saja.."
Ucap putri Wen dengan nafas sedikit tersengal sengal.
Keadaan nya semakin mengkhawatirkan, bayi yang terlahir sungsang itu, telah membuat peranakan nya mengalami cedera hebat.
Pendarahannya tidak bisa di hentikan, keadaan nya sedang kritis, dan terlihat semakin lama semakin lemah.
Bibi Lan dan Siao Cui yang tahu persis keadaan putri itu, mereka hanya bisa mengangguk patuh, mendengarkan wasiat terakhir putri itu, tanpa berani menyela nya.
Setelah mengumpulkan tenaga terakhirnya, putri Wen kembali berkata pelan.
"Nama...Nama nya...Di...Yu Ming..."
Selesai berkata, sepasang mata putri itu pun terpejam kembali, kepalanya sudah jatuh terkulai kesamping.
Dua butir airmata terlihat mengalir keluar dari kedua sudut matanya yang terpejam.
Sampai di sini, bayi laki laki di sampingnya, kini baru menangis keras.
Bibi Lan buru buru menggendong bayi itu dan berkata,
"Pangeran kecil, demi keselamatan mu dan keselamatan kami semua, ku mohon jangan lagi menangis ya.."
Dengan ajaib bayi itu mengurangi suara tangisnya, hingga akhirnya dia sana sekali sudah berhenti menangis.
Bibi Lan tersenyum lembut menatap kearah Yu Ming kecil dan berkata,
"Pangeran kecil terimakasih.."
Bibi Lan dan Siao Cui kemudian berlutut di hadapan putri Wen, yang sudah membujur kaku tidak bernyawa lagi.
Mereka berdua memberikan penghormatan terakhir, sambil memberi hormat bibi Lan berkata,
"Putri Wen, .. kamu pergilah dengan tenang.."
"Aku bersumpah akan mewakili mu merawat dan menjaga putra mu ini, sampai besar dan menjadi orang .."
Selesai berkata, Bibi Lan dan Siao Cui masing masing membenturkan dahinya 3 kali diatas lantai.
Setelah itu mereka berdua segera bergerak meninggalkan tempat itu.
Bibi Lan dan Siao Cui dalam Kegelapan malam, menggunakan payung secara diam diam melalui jalan tikus, mereka mencoba meninggalkan kompleks istana yang megah dan mewah itu.
Saat meninggalkan komplek bagian belakang dan sedang bergerak menuju bagian tengah istana.
Bibi Lan pun berkata pelan, Siao Cui di sini kita harus berpisah jalan.
"Aku akan bergerak duluan memancing perhatian para penjaga.."
"Setelah mereka pergi, kamu bawalah pangeran kecil meninggalkan tempat ini.."
"Pergilah temui paman Fan mu, yang bertugas jaga di pintu gerbang istana lapis paling luar.."
"Dia pasti akan bisa membantu mu pergi dari sini dengan aman.."
Ucap bibi Lan berpesan, sambil menyerahkan Yu Ming kecil di dalam pondongan nya, kepada Siao Cui keponakan nya.
Setelah itu, dia sendiri segera membawa sebuah gulungan bungkusan pakaian, yang digulung gulung dan diselimuti kain bedong warna merah.
Sehingga sekilas terlihat seperti dia sedang menggendong bayi.
Tak lama kemudian, bibi Lan segera bergegas keluar dari tempat persembunyian.
Lalu dia berlari menerobos hujan, melintasi para penjaga pintu gerbang yang sedang berjaga.
"Siapa itu..!"
"Berhenti...!"
Bentak para penjaga itu dengan suara keras.
Melihat bibi Lan tidak menghentikan langkahnya, malah mempercepat larinya.
Mereka menjadi curiga.
"Hei berhenti kamu..!"
"Cepat tangkap dia..!"
Ucap pimpinan rombongan penjaga.
Dia segera mencabut golok di pinggang nya, kemudian melakukan pengejaran kearah Bibi Lan, yang sedang melarikan diri menembus hujan gerimis, dan terlihat sedang menggendong sesuatu di tangan nya.
Bibi Lan berusaha berlari secepat mungkin meninggalkan tempat tersebut.
Di belakangnya menyusul puluhan prajurit penjaga istana, melakukan pengejaran.
Melihat para penjaga dan Bibi Lan sudah pergi jauh, Siao Cui segera keluar dari tempat persembunyian nya.
Dia kemudian dengan langkah cepat, menggendong Di Yu Ming sang pangeran kecil.
Melewati pos penjagaan yang saat ini sedang kosong, karena para penjaga sedang pergi mengejar bibi Lan.
Siao Cui dengan mudah melewati pos penjagaan yang ada di sana.
Lalu dia terus berlari kecil membawa pangeran kecil, melewati bagian tengah istana.
Saat Siao Cui tiba di pos penjagaan pintu gerbang istana yang paling luar.
Dari kejauhan, Siao Cui hanya mendengar suara kericuhan di depan pintu gerbang lapis paling luar istana.
Hingga Siao Cui hadir di tempat itu, Siao Cui hanya melihat mayat para penjaga pintu gerbang, malang melintang bergelimpangan di mana mana.
Siao Cui tidak sempat berpikir banyak dan ingin mencari tahu.
Dia terus bergerak melangkahi mayat mayat prajurit pengawal istana, yang bergelimpangan di sekitarnya.
Sepanjang perjalanan keluar dari istana, Siao Cui hanya menemukan mayat mayat pasukan pengawal istana bergelimpangan di atas lantai.
Darah berceceran di mana mana,
Siao Cui dengan wajah ngeri, terus berlari dan berlari, melintasi jalan yang menjadi penghubung bagian dalam istana, dengan bagian di luar tembok pertahanan istana.
Berhubung sepanjang jalan tidak ada penghadang nya, Siao Cui akhirnya berhasil keluar dari istana,.melalui pintu samping yang agak kecil, dengan selamat.
Setelah berhasil keluar dari istana, Siao Cui segera menghilang dalam Kegelapan malam.
Di tempat lain, bibi Lan yang sedang berlarian di kejar kejar oleh para pengawal istana.
Dia akhirnya terpaksa menghentikan larinya, karena di depan nya, dia terhalang oleh sebuah tembok, yang tinggi dan tebal.
Bibi Lan dengan wajah kecewa, dia terpaksa membalikkan badannya, menatap kearah para pengawal istana, yang sedang bergerak mendekatinya.
Semua Jalan kabur bibi Lan telah tertutup oleh mereka, bibi Lan terlihat seperti seekor kelinci yang terpojok.
Da hanya mampu menatap kearah mereka, dengan tatapan mata penuh ketakutan dan penuh keputusasaan.
Selain mengeratkan gendongan bungkusan di tangannya, Bibi Lan sudah tidak tahu harus melakukan apa.
Dia terus mundur, hingga punggungnya menempel mepet ketembok di belakangnya.
Dia terhenti di sana menatap kearah para pengawal istana, yang mengepungnya dengan penuh ketakutan.
Pimpinan pengawal yang mengepungnya, segera maju kedepan menunjukkan golok nya kearah wajah bibi Lan dan berkata,
"Apa yang ada di dalam gendongan mu,?"
"Segera tunjukkan..?"
Bibi Lan dengan wajah takut takut, memberikan bungkusan yang berada di dalam gendongannya.
Pimpinan pengawal itu segera merampas nya dengan kasar, lalu dia mencoba membuka dan melihat isi bungkusan tersebut.
Begitu di lihat isi bungkusan tersebut tidak ada apa apa, hanya berisi pakaian bekas, dan beberapa peralatan seperti gunting, pisau kecil, botol obat, guci, dan beberapa peralatan lainnya yang tidak penting.
Pimpinan pengawal itu dengan sangat marah membanting nya.
"Prangggg...!"
"Keparat,.. cepat katakan,..!?"
"Apa yang kamu lakukan malam malam, dengan cara seperti pencuri..!?"
Bibi Lan segera jatuh berlutut dengan sepasang tangan di katupkan di depan wajahnya.
"Mohon ampun tuan, hamba tidak lah mencuri, hamba hanya ingin keluar dari istana."
"Hamba tidak bersalah, mohon tuan bisa ampuni nyawa nenek tua ini.."
Pimpinan pengawal itu tidak mudah percaya begitu saja, dia menatap bibi Lan dengan penuh curiga dan berkata,
"Bila tidak bersalah,.. mengapa kamu melarikan diri, saat di suruh berhenti tadi..!?"
Bibi Lan dengan wajah memelas ketakutan berkata,
"Aku tadi terlalu takut tuan, sehingga menjadi panik saat di tegur.."
"Apalagi melihat tuan tuan mengejar ku dengan senjata di tangan.."
"Aku menjadi semakin takut dan berusaha melarikan diri dari kejaran tuan tuan.."
Ucap bibi Lan beralasan.
Kepala pengawal menatap kearah bibi Lan dan membentaknya.
"Bohong..! cepat katakan motif mu, bila tidak jangan salahkan aku bertindak kejam pada mu.."
"Cepat katakan kamu berasal dari mana,!?"
"Kamu bertugas melayani siapa di istana belakang..!?"
Bibi Lan dengan wajah pucat dan tubuh gemetar berkata,
"Aku tidak berbohong tuan, aku sudah bicara sejujurnya.."
"Bila tuan tidak percaya, aku juga tidak bisa apa apa.."
"Aku adalah pelayan yang mengikuti putri Wen, sejak putri Wen kecil aku sudah ikut mengabdi di kediaman Thai Se Wen Zhong..."
Begitu mendengar di sebutnya nama Wen Zhong, kepala pengawal itu wajahnya langsung berubah.
Dia langsung melangkah mundur setindak, sambil menelan ludahnya sendiri.
Dia berkata dengan suara gugup,
"Nenek tua kamu jangan berani berbohong, aku akan membawa mu pergi menghadap Yang Mulia..!"
"Bila kamu berani berbohong, aku jamin kamu.pasti akan di hukum dengan berat..!"
Bibi Lan mengangguk dan berkata,
"Hamba tidak akan pernah berani berbohong, bila tuan tidak percaya, silahkan saja.."
Kepala pengawal itu, kini menyimpan goloknya, suaranya tidak lagi segalak tadi.
Dia segera berkata,
"Ya sudah aku tafsir kamu juga tidak akan berani membohongi ku.."
"Ayo kamu ikut kami menunggu di pos, aku akan mengirim anak buah ku, pergi mencari kepastian tentang identitas mu.."
"Bila benar, kamu boleh bebas, tapi bila berani berbohong, aku pasti akan melempar mu ke penjara, menerima siksaan mati pelan.."
Ucap kepala pengawal itu sedikit mengancam.
Kini kepala pengawal itu tidak berani bersikap kasar lagi, meski hati kesal pun dia harus menahan nya.
Istilahnya memukul anjing pun harus melihat siapa tuannya.
Thai Se, Wen Zhong itu, siapa yang tidak mengenalnya, bahkan Raja Zhou sendiri sangat segan dengan nya.
Wen Zhong adalah menteri dua masa, kepercayaan raja sebelumnya dan raja saat ini.
Beliau memilki kesaktian yang sangat tinggi dan sangat di segani.
Beliau sudah menjadi pelindung Kerajaan Tsang selama dua masa.
Saat inipun beliau sedang berperang dengan gerakan pemberontakan dari raja wilayah barat, Ji Chang.
Di mana Ji Chang mengandalkan bantuan dari perdana menteri nya Jiang Je Ya, manusia setengah dewa murid penutup Yuan Shi Thian Cun.
Kepala pengawal menggiring bibi Lan menuju pos jaganya, sedangkan salah satu anak buahnya, sudah di perintahkan untuk pergi memberikan laporan kepada Raja Zhou, Di Xin.
Tapi belum juga mereka sampai ke pos jaga mereka, sekelompok pasukan yang berpakaian berbeda.
Sudah menerobos masuk, pasukan yang berjumlah ribuan orang itu, begitu bertemu dengan pasukan pengawal istana.
Mereka langsung saling serang.
Karena kalah jumlah dan kalah kuat.
Tidak sampai sepuluh menit, seluruh pasukan pengawal istana telah tewas semuanya.
Pasukan yang di pimpin oleh seekor manusia burung ,berkepala botak itu terus merangsek masuk kedalam istana.
Bibi Lan mereka biarkan begitu saja.
Setelah mereka pergi semuanya.
Bibi Lan pun buru buru membalikkan badannya, dan bergegas meninggalkan istana, yang kelihatannya sedang kacau.
Sungguh suatu kejadian yang tidak di sangka sangka, terjadi pada kerajaan Tsang di Zhao Ke, yang sudah berusia sekitar 500 tahun.
Di saat meninggal nya putri Wen, lahirnya Di Yu Ming, di perbatasan ibu kota Zhao Ke, Thai Se Wen Zhong yang berjuang mati matian mempertahankan ibukota.
Akhirnya gugur di tangan bala bantuan yang di datangkan oleh Jiang Je Ya.
Jiang Je Ya yang kesulitan menghadapi Wen Zhong, yang memilki kesaktian tinggi, terutama mata langit di keningnya.
Akhirnya dia mengundang Tai Yi Cin Jin datang membantunya.
Setelah melalui pertempuran dahsyat.
Akhirnya Wen Zhong gugur, dengan kematian Wen Zhong, hancurlah pertahanan terakhir ibukota Zhao Ke.
Setelah menghancurkan pertahanan terakhir kerajaan Tsang, pasukan raja wilayah barat yang di pimpin oleh putra mahkota Ji Fa.
Bergerak meluruk ke istana kerjaan Tsang, Ji Fa di kawal oleh Jiang Je Ya dan adik angkatnya Lei Cen Ji, manusia burung yang memilki kekuatan petir.
Mereka memimpin pasukan kerajaan barat memasuki istana.
Selagi kekacauan besar besaran sedang terjadi, Bibi Lan akhirnya berhasil menyusul Siao Cui, yang membawa pangeran kecil, dan sedang menanti nya di pintu gerbang selatan ibukota Zhao Ke.
Setelah berkumpul kedua wanita, satu tua satu muda, segera bergerak pergi meninggalkan kota Zhao Ke menuju wilayah selatan.
Sementara mereka sedang berusaha menjauhi kota Zhao Ke, yang berada dalam kepungan air dan api.
Di tempat lain nya di dua tempat terpisah, yaitu di hutan bambu belakang istana kerajaan Tsang.
Terlihat Permaisuri Su Da Ji sedang bertarung sengit dengan Jiang Je Ya.
Sedangkan di tempat lainnya yang berjarak satu Li dari tempat pertempuran Su Da Ji dan Jiang Je Ya.
Di sebuah areal terlarang yang merupakan tempat pemakaman, raja raja leluhur kerajaan Tsang.
Sekaligus tempat penyimpanan harta Karun Kerajaan Tsang.
Raja Zhou Di Xin terlihat sedang berhadapan dengan Ji Fa sang putra mahkota kerajaan barat.
Raja Zhou terlihat memegang sebatang pedang warisan leluhur Kerajaan Tsang secara turun temurun.
Pedang yang terus memancarkan hawa dingin dan cahaya kebiruan itu, adalah pedang langit.
Konon raja Tang, raja pertama kerajaan Tsang memperoleh pedang itu, sebagai hadiah dari kaisar langit yang menunjuknya untuk memimpin dunia.
Pedang ini kemudian di beri nama Yi Thian Cien Pedang Langit, sebuah pedang yang sangat tajam dan mampu memancarkan kekuatan, yang mampu membekukan apapun, yang dilewati oleh angin tebasan nya.
Pedang Langit di wariskan secara turun temurun, hanya di berikan pada Raja Tsang yang sah saja.
Kini Raja Zhou memegang pedang tersebut menghadapi Putra Mahkota Ji Fa dengan penuh percaya diri.
Putra mahkota Ji Fa sendiri. menggunakan sebuah Kampak, yang di beri nama Kapak pembelah dunia.
Kapak ini adalah pemberian Yuan Shi Thian Cun.
Dahulu dahulu sekali, sebelum dunia tercipta, adalah Dewa besar Pan Gu, yang menggunakan kapak ini untuk membelah dunia, memisahkan nya menjadi langit dan bumi.
Jadi kampak.ini juga memilki kedahsyatan, yang tidak kalah dengan senjata pedang Langit di tangan Raja Zhou.
Sesaat mereka berdua sedang menghimpun kekuatan, bersiap siap untuk saling melepaskan serangan pamungkas.
Raja Zhou terlihat terus menerus menghisap kekuatan kegelapan dari dalam tanah.
Sedangkan Ji Fa terus menghisap kekuatan seluruh alam semesta tanpa arah.
Masing masing berusaha mengumpulkan kekuatan, untuk mempersiapkan serangan mereka.
Dalam satu teriakan keras, Raja Zhou yang melesat duluan dengan sepasang tangannya, membentuk cakar yang diselimuti oleh kabut hitam dan arwah penasaran roh kegelapan .
Dia melesat menerjang kearah Ji Fa, menyusul pedangnya yang bergerak duluan membelah diri menjadi laksaan mata pedang menerjang kearah Ji Fa.
Ji Fa langsung memutar kampaknya menjadi gulungan cahaya emas menahan serangan yang datang membanjiri dirinya.
"Blaaarrr..! Blaaarrr..! Blaaarrr..!"
"Blaaarrr..! Blaaarrr..! Blaaarrr..!"
"Blaaarrr..! Blaaarrr..! Blaaarrr..!"
"Blaaarrr..! Blaaarrr..! Blaaarrr..!"
Terjadi ledakan dahsyat berulang ulang, di udara,. saat cahaya emas Kampak bertemu dengan cahaya biru pedang langit.
"Boooommm...!"
Dalam satu benturan keras pedang dan Kampak terlepas dari kendali Raja Zhou dan Ji Fa.
Kedua senjata yang berbenturan keras di udara, menimbulkan suara ledakan yang menggetarkan seluruh tempat pertarungan.
Masing masing senjata, setelah menimbulkan bias ledakan kekuatan dahsyat, seperti ledakan bom atom.
Pedang dan Kampak terpental kedua arah jurusan berbeda.
Sepasang senjata sakti sama sama terpental, kini tapak dan cakar lah yang berbenturan langsung di udara.
"Cakar Iblis Roh kegelapan.."
Raja Zhou.
"Tapak kekuatan alam semesta tanpa arah.."
Ji Fa.
Benturan dahsyat itu membuat cakar dan tapak mereka saling menempel di udara.
Masing masing berusaha saling mendorong, mengerahkan kekuatan terbaiknya.
Perlahan tapi pasti kekuatan kegelapan yang terus merasuki tubuh Raja Zhou, hingga memunculkan sosok bayangan iblis cahaya hijau, bertanduk muncul di belakangnya .
Membantu Raja Zhou menekan Ji Fa, perlahan tapi pasti, Ji Fa mulai terdorong mundur sedikit demi sedikit.
"Blaaarrr..! Blaaarrr..! Blaaarrr..!"
"Blaaarrr..! Blaaarrr..! Blaaarrr..!"
"Blaaarrr..! Blaaarrr..! Blaaarrr..!"
Ji Fa yang terus terdorong mundur, mulai menabrak dan menghancurkan pohon pohon besar, yang tumbuh di sekitar tempat itu.
Dari sudut bibir Ji Fa, mulai terlihat mengalir cairan darah, tanda dia mulai terluka dan kesulitan menahan kekuatan serangan pertama Raja Zhou.
Raja Zhou tersenyum gembira, dia segera meningkatkan serangannya ke jurus kedua.
Sepasang cakarnya yang mencengkram telapak tangan Ji Fa, melakukan gerakan memutar dan mengunci.
Berharap ingin menghancurkan sepasang tangan Ji Fa.
"Cakar iblis peremuk tulang.."
Ji Fa yang merasa lengannya seperti sedang di pelintir, menimbulkan rasa sakit luar biasa.
Ji Fa merasa sepasang tangannya hingga ke tulang tulangnya, ingin di hancurkan secara keji oleh Raja Zhou.
Dia segera melepaskan jurus keduanya,
"Alam Semesta Tanpa Daya."
Sebuah kekuatan dahsyat, di saat Ji Fa terlihat hampir kehilangan ambang batas daya tahannya.
Tiba tiba muncul sebuah kekuatan dahsyat, yang menimbulkan angin berputar di sekitarnya, masuk menyatu kedalam tubuh Ji Fa.
"Hyaaaaaat..!"
Dengan sebuah hentakkan kuat, yang memunculkan bayangan Pat Kwa, Ji Fa melepaskan sebuah kekuatan cahaya emas menyerang kearah Raja Zhou.
Kini bergantian Raja Zhou, yang terpental, menghancurkan tembok pembatas makam.
"Brakkk...!"
Punggung Raja Zhou, yang menghantam tembok tebal pembatas, terlihat melesak kedalam.
Bebatuan jatuh meluruk kebawah, retakan besar menghiasi tembok sekitar, tubuh Raja Zhou yang terbenam di sana.
Sambil meringis menahan nyeri, Raja Zhou berusaha bangkit berdiri dari posisinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!