BLACKROSE. Siapa yang tidak kenal dengan kelompok mafia terkejam didataran Asia ini? Bahkan namanya tidak akan asing dibenua Eropa dan Amerika sana.
Blackrose sendiri adalah kelompok mafia yang paling ditakuti dan disegani. Bahkan oleh lembaga-lembaga negara sekalipun.
Kelompok ini diketuai oleh seorang perempuan cantik bernama XIAO LU. Ia adalah perempuan yang cerdas dan juga bringas. Ia pribadi yang dingin dan tak tersentuh.
Diumurnya yang menginjak 25 tahun, ia telah mempunyai tunangan yang tampan yang bernama Ji Shing. Shing adalah seorang pria berumur 28 tahun yang kini menjabat sebagai CEO diperusahaan turun temurun ayahnya.
Xiao Lu juga mempunyai adik yang bernama Xiao Li. Seorang perempuan muda yang berusia 23 tahun. Ia terlihat ramah dan sopan. Ia mempunyai sebuah rumah makan yang dimodali oleh kakaknya. Ia sangat menyayangi kakaknya itu.
***
"Li'er, kau akan pergi ke restoran?" Tanya Xiao Lu pada sang adik yang terlihat sudah berpakaian rapi.
"Iya, kak. Li'er akan pergi ke restoran. Hari ini, Li'er harus datang karena akan ada pertemuan dengan kakaknya Hwang. Beliau ingin membuat sebuah pesta direstoranku," jawab Xiao Li pada sang kakak.
Hwang atau lengkapnya Lee Hwang adalah kekasih Xiao Li. Hwang adalah salah satu teman dari tunangannya Xiao Lu, Ji Shing.
"Apa Hwang akan menjemputmu, Li'er?" Tanyanya pada sang adik.
"Tidak. Hwang gege akan ada rapat bersama Shing gege. Apa kakak lupa?"
"Ah, iya, aku melupakannya," ucap Xiao Lu sembari menepuk pelan keningnya setelah berpikir sejenak.
"Kalau begitu, kau pergi bersama kakak saja. Kakak juga bosan berada dirumah." Tambahnya.
Xiao Li menganggukkan kepalanya lantas duduk disofa tempat Xiao Lu duduk tadi. Sedangkan Xiao Lu, pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian.
Beberapa menit kemudian, Xiao Lu keluar dari kamar dan menghampiri sang adik yang tengah memainkan ponselnya.
"Ayo," ajak Xiao Lu sembari memasukkan pistol sejenis Glock 20 kesayangannya ke dalam saku dalam jaketnya.
Xiao Li yang melihat itu hanya mengangguk dan berdiri dari duduknya. Ia menyimpan ponselnya ke dalam slimbagnya. Dan kemudian berjalan mengikuti sang kakak.
***
Setengah jam kemudian, mereka akhirnya sampai di XiLi'Resto yang mana restoran itu adalah milik adiknya Xiao Li.
Mereka turun dari mobil dan berjalan santai memasuki restoran. Semua orang yang berada direstoran sontak menatap ke arah mereka berdua.
Para kaum adam terlihat tertarik kepada mereka. Sedangkan para kaum hawa hanya bisa menunjukkan rasa iri mereka juga kekaguman mereka.
Bagaimana mereka tidak iri dan kagum, jika kedua bersaudari itu mempunyai aura yang membuat mereka tak bisa mengalihkan pandangan dari keduanya.
Xiao Li yang nampak anggun dengan dress selutut berwarna peach-nya. Tak lupa senyum manis yang ia tampilkan.
Sedangkan Xiao Lu, ia terlihat dingin dan misterius membuat orang-orang menatap penasaran ingin mengetahui. Meskipun ia tak seperti adiknya yang anggun, namun jangan ragukan kecantikannya. Dengan menggunakan kaos hitam yang dilengkapi jaket denim dan dipadukan dengan celana jeans serta sepatu kets, ia terlihat mempunyai wibawa yang membuat mereka harus menunduk ke arahnya.
***
"Kakak, kau mau ikut aku dalam pertemuan?" Tanya Xiao Li.
Mereka kini tengah berada didalam ruangan khusus milik Xiao Li. Xiao Lu yang mendengar itu lantas saja menggeleng.
"Aku akan menunggu diluar saja." Ucapnya sembari berdiri. Ia pun berjalan keluar setelah mendapat anggukkan dari sang adik.
***
Saat ini, Xiao Lu telah duduk disalah sudut restoran yang berhadapan langsung dengan jendela besar yang menghadap jalan raya. Ia hanya duduk dengan wajah datar dan aura tenang. Dibalik ketenangannya, didalam pikiran Xiao Lu justru sangatlah kacau.
'Bagaimana cara agar aku tak menikah dengan Ji Shing? Lagi pula, perjodohan ini tidak akan berjalan mulus. Walaupun Ji Shing menyukaiku, namun aku tak sedikit pun menyukainya. Aku hanya ingin menuruti keinginan mendiang ayahku saja. Aku benar-benar tidak ingin terikat. Aku masih ingin bebas.' Batinnya berkecamuk.
Ya. Mereka berdua memang bukan bertunangan karena cinta, mereka hanya ingin memenuhi permintaan mendiang ayah Xiao Lu saja. Mungkin benar jika Ji Shing sejak awal menyukainya, namun hati tak bisa dipaksakan. Xiao Lu yang selalu memperlakukan musuhnya secara kejam dengan tanpa hati, tentu saja tidak bisa menerima Ji Shing begitu saja.
Hati Xiao Lu terlampau beku untuk urusan asmara. Ia bahkan tidak peduli jika ia tidak bisa menikah. Ia hanya ingin menjaga adik kecilnya dari musuh-musuh mendiang ayahnya ataupun musuhnya. Ia telah masuk ke dunia bawah karena salah satu mafia yang tak lain adalah musuh ayahnya membunuh ibunya didepan matanya sendiri saat ia berumur 10 tahun.
Ia masih ingat bagaimana sedih ayahnya, tangisan dari adik kecilnya. Ia tidak bisa menangis kala itu karena hatinya terlampau marah pada orang yang membunuh ibunya.
Dan pada saat itu ia mulai berkecimpung di dunia bawah. Tepat saat ia menginjak usia 15 tahun, ia sudah membentuk BLACKROSE dengan tangannya sendiri tanpa bantuan siapapun.
Ayah dan adiknya juga mengetahui itu karena Xiao Lu selalu berkata jujur pada mereka. Ayahnya sempat marah besar, namun ia tak peduli. Ia hanya ingin melindungi keluarganya. Terutama adik kecilnya. Xiao Li.
Drrtt.. Drrtt..
Lamunan Xiao Lu buyar saat merasakan getaran pada ponsel yang ada dibalik saku jaketnya. Ia kemudian mengambil ponsel-nya dan melihat id di layar ponselnya.
'007'
Itulah id yang terpampang dilayar ponselnya. Itu adalah kode kaki tangannya.
Setiap anggota di Blackrose memang selalu menggunakan kode. Itu dikarenakan, agar musuh tidak bisa melacak keluarga mereka. Begitu pula dengan Xiao Lu. Ia mempunyai nama G'Rose.
"Hn," gumam Xiao Lu saat menerima panggilan.
"Maaf, Lady. Saya ingin melaporkan sesuatu," ujar 007.
"Apa?" Tanya Xiao Lu.
"Ada mata-mata yang tengah mengintai didalam restoran. Tepat arah jam 2. Ia duduk menyamar sebagai pelanggan. Mereka anggota RichGold." Lapor bawahannya.
"Wahh.. ada yang ingin bermain ternyata," gumamnya pelan namun tajam membuat 007 meneguk ludah.
"Kalian jaga jarak aman. Prioritaskan adikku. Paham?" Ucapnya pelan.
"Baik, Lady."
Sambungan pun terputus. Ia dengan santai meletakkan ponselnya diatas meja dan menyeruput milkshake alpukatnya. Ia tidak panik. Ia justru tenang meskipun ia merasakan firasat tak enak.
"Perasaanku tak enak," gumamnya.
"Jika aku mati sekarang, tak apa asal ada yang menjaga adikku. Jangan sampai adikku kenapa-napa." Tambahnya.
Ia pun mengambil kembali ponselnya. Dan mulai memainkan jarinya dilayar ponsel.
**To : Ji Shing Ge
Maaf ge. Selama ini aku belum bisa menerimamu dihatiku. Entah mengapa, meskipun kita telah melewati banyak waktu, aku masih tidak bisa menempatkanmu dihatiku. Aku harap, kau akan segera mendapat wanita yang lebih baik dariku. Aku menyayangimu ge. Kau seperti kakak bagiku. Terimakasih selalu berada disampingku dan juga Li'er. Bolehkah aku mengajukan permintaan? Aku ingin gege menjaga Li'er jika aku tak ada. Sayangi dia seperti adik kandung gege sendiri. Aku mohon**.
Send'
Setelah terkirim. Ia langsung mengetik pesan lagi untuk seseorang. Ia tahu mereka tidak akan membalas pesannya karena mereka tengah mengadakan rapat perusahaan untuk 2 jam ke depan.
**To : Lee Hwang Ge
Ge, tolong jaga baik-baik Li'er. Jangan menyakitinya atau kepalamu akan terpisah dari tubuhmu. Aku merestuimu bersama Li'er. Buat Li'er ku bahagia sebagaimana aku dan mendiang kedua orangtuaku membahagiakannya. Aku titipkan padamu mutiara keluargaku**.
Send'
**To : 007
Jika terjadi sesuatu padaku, jaga baik-baik kelompok kita. Aku menyerahkan semuanya padamu. Kau adalah kepercayaanku. Aku titipkan juga ketiga orang tersayangku. Xiao Li adik kecilku, Ji Shing ge dan juga Lee Hwang ge. Lindungi mereka seperti sumpahmu yang akan setia padaku sampai maut menjemputmu. Katakan juga pada anggota lain. Jangan terprovokasi oleh kelompok lain. Kita harus tetap menjadi mafia yang bermanfaat bagi orang banyak**.
Send'
Setelah itu, ia langsung saja menon-aktifkan ponselnya. Ia mengambil Glock 20 dalam sakunya tanpa ada yang mengetahui. Ia terus memantau dua orang mata-mata dari kaca gelas milkshake-nya.
Setelah hampir 20 menit. Belum ada gerakan pasti dari mereka. Sedangkan 007 sangat resah setelah mendapat pesan dari bos-nya (Xiao Lu). Ia juga menunjukan itu pada rekan-rekannya dan membuat mereka gelisah.
1 jam berlalu tapi masih belum ada pergerakan sama sekali. Ia menunggu dengan bosan. Mereka belum keluar padahal pelanggan lain sudah tidak ada.
Dan tepat saat adiknya bersama kakak Hwang, kedua mata-mata itu mengeluarkan senjata mereka dan itu tak luput dari perhatian Xiao Lu.
Otaknya yang cerdas langsung memahami jika mereka berdua mengincar kakak Hwang. Entahlah karena apa.
Ia emosi karena salah satu dari mereka juga menargetkan adiknya. Sepertinya mereka musuh dari Hwang. Ia tak bisa membiarkan ini. Ia langsung saja berdiri dan berlari ke arah adiknya dengan cepat. Tepat saat ia berada dihadapan adiknya dan kakak Hwang, ia mendorong kakak Hwang ke samping dan memeluk adiknya erat bertepatan dengan peluru musuh yang melesat cepat ke arahnya dan mengenai punggungnya.
Ia memejamkan matanya saat merasakan timah panas itu menembus menuju paru-paru kanannya. Xiao Li yang melihat itu menatap kakaknya dengan pandangan kosong.
Xiao Lu menatap adiknya sayang. Ia tersenyum lembut menandakan ia baik-baik saja. Ia mengecup sayang kening adik kecilnya.
"Kau tau kan jika kakak sangat menyayangimu? Jadilah gadis kuat jika kakak tidak bisa mendampingimu lagi. Kau harus menjadi wanita kuat seperti mama. Banggakan mama dan juga baba." Bisiknya pelan.
Xiao Li yang sadar akan situasi langsung saja menangis tanpa suara melihat wajah kakaknya yang semakin pucat.
Xiao Lu tersenyum sekali lagi dan mendorong adiknya ke samping kakak Hwang. Ia menggenggam erat Glock 20 kesayangannya. Meskipun nafasnya sudah sesak karena paru-parunya yang rusak, ia harus bertahan sedikit lagi demi keselamatan adiknya.
Ia pun membalikan tubuhnya menghadap dua orang yang kini ditahan oleh anak buahnya. Xiao Li semakin mengeluarkan banyak air mata saat melihat punggung sang kakak yang bersimbah darah. Kakak Hwang yang melihat itu langsung memeluk erat calon adik iparnya. Ia juga menangis melihat keadaan perempuan yang sudah ia anggap adiknya juga.
Para pelayan yang melihat itu juga menangis karena ketakutan. Mereka juga menangis karena melihat Xiao Lu terluka. Meskipun mereka tau jika Xiao Lu selalu bersikap dingin pada mereka, namun Xiao Lu baik pada mereka. Bahkan Xiao Lu pernah mengajarkan salah satu chef-nya membuat resep baru yang ia ajukan hingga chef itu bisa membuat makanan dari resep yang Xiao Lu buat.
Xiao Lu mengangkat senjatanya dengan tangan yang mulai gemetar dan nafas yang tersendat-sendat. Ia mengatur nafas dengan perlahan meskipun menyakitkan.
Dor
Dor
Xiao Lu menembak keduanya. Ia menembak tepat dikepala mata-mata yang tadi hendak menembak adiknya. Sedangkan untuk yang satunya, ia hanya menembak ke arah perutnya.
"LU'ER.." Teriak seorang pria tampan yang kini berdiri terengah dipintu. Dibelakangnya tampak pemuda yang tak kalah tampan menyusul.
Mereka adalah Ji Shing dan Lee Hwang. Saat mereka rapat tadi, ponsel mereka bergetar menandakan pesan masuk. Mereka awalnya biasa saja. Namun saat satu jam berlalu, ponsel Hwang terus bergetar. Dan saat dilihat, ternyata kakaknya. Ia begitu panik saat mengangkat telepon justru malah terdengar tangisan. Akhirnya ia meminta untuk menunda rapat. Dan saat ia melihat ponselnya lagi, terdapat pesan masuk dari Xiao Lu. Ia pun bertambah panik dan langsung memberitahu Shing. Shing yang mendengar itu langsung melihat ponselnya dan membaca pesan Xiao Lu. Mereka akhirnya bergegas menuju restoran karena Hwang memang tau akan pertemuan yang diadakan kakaknya dan kekasihnya. Untung tempat rapat mereka tidak jauh. Dan tepat saat mereka berada dihalaman restoran, mereka mendengar suara tembakkan.
Xiao Lu yang melihat mereka hanya tersenyum kecil dengan wajah pucatnya. Pistolnya lepas dari genggaman tangannya. Matanya semakin memburam. Nafasnya semakin sesak. Ia dengan tenaga terakhirnya menatap sang adik hangat. Berjalan dengan kaki gemetar dan terjatuh dihadapan adiknya.
Xiao Li yang melihat itu langsung mendekap sang kakak dengan air mata yang tidak bisa berhenti.
"Jiejie.. hiks hiks"
"Ja-ngan me-na-ngis huh huh," ucap Xiao Lu terputus putus.
Pandangan matanya semakin lama semakin memburam membuat ia mengerjapkan mata. Ia melihat wajah-wajah orang-orang terdekatnya. Adiknya, Shing tunangannya, Hwang, kakak Hwang, 007, beserta beberapa anak buahnya yang kini mereka terus menangis.
Xiao Lu memberikan senyum manis yang tak pernah mereka lihat dinafas terakhirnya.
***
Sakit
Itulah yang dirasakan oleh seorang perempuan yang berbaring diperaduan. Wajahnya yang cantik seperti giok. Kulitnya yang seputih salju. Bibir yang tipis. Hidung yang kecil namun terlihat pas difitur wajahnya yang cantik. Pahatan alis yang melengkung sempurna. Membuat wanita yang tengah berbaring itu layaknya seorang dewi.
Perlahan, mata doe itu terbuka. Mata itu mengerjap beberapa kali menyesuaikan dengan pencahayaan disekitarnya.
Pendengarannya yang tajam menangkap suara-suara tangisan pilu dari sekelilingnya. Ia menatap sekitar dan melihat ruangan yang menurutnya sangat kuno namun unik. Ia juga melihat seorang pria paruh baya, sesosok pemuda tampan, gadis kecil yang imut serta beberapa wanita muda yang menangis sambil tertunduk.
'Dimana aku?' Pikir perempuan yang tak lain adalah Xiao Lu.
Tepat saat ia akan beranjak, sebuah memori langsung saja memasuki kepalanya membuat ia mengerang sakit. Orang-orang disekitarnya serempak menatap Xiao Lu yang kini tengah mencengkeram kepala mungilnya.
"Lu'er/mei mei/jie jie/nona pertama!!" Seru orang-orang disekitarnya.
'I-ini.. a-apakah aku baru saja melakukan perjalanan waktu? A-aku diberikan kesempatan untuk hidup kembali di tubuh nona pertama kediaman jenderal yang bernama sama denganku? Astaga.. aku tak percaya ini.. Tapi, aku akan memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Aku juga harus bisa menjaga keluargaku dikehidupan ini. Yah aku harus menjadi kuat seperti Xiao Lu si bos mafia terkejam G'Rose dari Blackrose.' Pikirnya.
'Nona Xiao Lu, tenanglah kamu disana. Aku akan menggantikanmu mulai sekarang. Aku akan membalas mereka yang menindasmu. Aku akan membuat mereka justru berlutut ke arahku. Aku juga akan menjaga keluargamu sebagaimana aku menjaga keluargaku.' Tambahnya.
***
Xiao Lu kini mulai paham. Ia diberi kesempatan hidup kembali dengan bertransmigrasi ke dalam tubuh nona muda pada Dinasti Tang yang kebetulan bernama sama dengannya.
Ahn Xiao Lu
Seorang nona pertama dikediaman jenderal besar Ahn, Ahn Jun Qing. Dan dia berada di Kerajaan Wen, yaitu kerajaan terbesar kedua di benua Xia.
Ahn Xiao Lu adalah seorang gadis yang berusia 16 tahun. Ia merupakan gadis cantik yang pendiam. Ia juga memiliki seorang kakak laki-laki berusia 23 tahun dan adik perempuan berusia 10 tahun. Kakaknya bernama Ahn Guang Ho. Sedangkan adiknya bernama Ahn Jing Mi.
Dalam ingatan yang ia dapatkan, Xiao Lu dan kedua saudara-saudarinya merupakan anak piatu. Ibu mereka meninggal sesaat setelah Jing Mi lahir. Xiao Lu dan Guang Ho tidak membenci Jing Mi karena ibu mereka meninggal. Justru mereka sangat menyayangi Jing Mi karena Jing Mi tidak pernah merasakan sosok sang ibu.
Jenderal Ahn sendiri, tidak memiliki istri lain maupun selir. Ia juga tidak ingin menikah lagi karena sangat mencintai mendiang istrinya. Prioritasnya sekarang hanyalah untuk membahagiakan ketiga anaknya. Keluarga Ahn pun mendukung apapun keputusan sang jenderal.
Dalam ingatan ini ia juga tahu, jika Xiao Lu mencoba untuk bunuh diri karena tidak tahan akan cacian diluar sana. Keluarganya dipandang rendah karena dia. Keluarganya tidak melarang ia untuk keluar rumah, hanya saja, sifat pemalu dan pesimisnya yang membuat ia enggan keluar sehingga membuat rumor tak enak pada keluarganya.
Belum lagi, seminggu yang lalu, Putra Mahkota yang didekritkan menjadi tunangannya, membatalkan pertunangan karena malu memiliki tunangan sepertinya, hingga Putra Mahkota membuat permintaan khusus pada Kaisar Zhao untuk membatalkan pertunangannya dan membuat dekrit pertunangan untuk nona muda kediaman mentri kiri, Liu Anming, nona muda yang bermuka dua.
Keluarganya tak mempermasalahkan rumor yang beredar. Namun, bagi Xiao Lu, ia merasa benar-benar tidak berguna hingga membuat keluarga Ahn harus menebalkan muka dan menutup telinga mereka dari ocehan orang-orang.
***
"Lu'er, kau baik-baik saja, nak?" Tanya seorang paruh baya dengan nada penuh kekhawatiran. Pria paruh baya itu masih terlihat gagah dengan tubuh tegapnya. Ia tak lain dan tak bukan adalah jenderal besar Ahn Jun Qing, ayah Xiao Lu.
Dengan perlahan, Xiao Lu melepaskan cengkraman pada kepalanya. Ia membuka mata dan menatap 'ayah'nya dengan tatapan teduh, tak lupa senyum manis yang terpatri dibibir pucatnya.
"Lu'er tidak apa-apa, ayah. Maaf membuat kalian khawatir," ucap Xiao Lu pelan sambil menatap mereka satu per satu.
"Lu'er sungguh bodoh melakukan itu. Lu'er janji tidak akan melakukan hal bodoh kembali," tambahnya.
"Jie-jie, k-kau membuat mei-mei takut hiks hiks," ucap Jing Mi sambil terisak.
Xiao Lu melihat Jing Mi dan langsung membawa Jing Mi ke dekapannya. Tak ayal, Jing Mi membuat ia mengingat adik yang ia tinggalkan, Xiao Li. Mengingat itu, membuat setetes air mata meluncur disudut mata doe-nya.
"Sstt,, jie-jie baik-baik saja. Mei-mei tak perlu takut, em. Jie-jie berjanji tidak akan melakukan itu lagi," hibur Xiao Lu dan mendapat pelukan erat dari adiknya.
Mereka yang melihat itu, tidak bisa tidak tersenyum haru dan lega. Mereka kira, mereka akan kembali kehilangan.
"Mei-mei, kau harus benar-benar berjanji tidak akan melakukan itu lagi. Jangan pedulikan perkataan orang-orang, kami baik-baik saja," ucap Guang Ho sambil mengusap sayang kepala Xiao Lu.
Krucuk-krucuk
"Eh.."
Mereka yang mendengar suara keroncongan itu lantas menatap Xiao Lu yang kini menundukkan kepalanya malu. Xiao Lu meringis karena ditatap oleh banyak orang.
"HAHAHA.."
Tawa semua orang langsung saja pecah saat melihat wajah memerah Xiao Lu. Bahkan, Jing Mi yang tadi menangis, justru tertawa terbahak sambil memegang perutnya.
"Jangan menertawakanku," ucap Xiao Lu ketus menutupi rasa malunya.
"Ahahaha... astaga.. ternyata jie-jie sangat lucu saat sedang malu seperti ini haha,," ucap Jing Mi disela tawanya.
"Kau benar, Mi'er," ucap sang ayah yang kini mengusap ujung matanya yang berair karena tertawa.
"Lebih baik segera siapkan makanan sebelum perutnya kembali bernyanyi merdu haha,," ucap Guang Ho dengan kerlingan jahil yang berhasil membuat Xiao Lu mendengus kesal.
Para pelayan pun segera beranjak untuk mengambil makanan dengan tangan yang menutup mulut mereka mencoba menghentikan tawa. Sedangkan sang jenderal, Guang Ho dan Jing Mi masih tertawa melihat Xiao Lu yang mendelik kepada mereka.
'Tetaplah seperti ini. Aku berjanji akan membawa kebahagian kepada kehidupan kalian. Aku Xiao Lu, akan terus membuat kalian bahagia. Terutama, Jing Mi. Aku seperti melihat Xiao Li. Dan aku ingin ia bahagia.'
***
Pagi ini, Xiao Lu ditemani oleh Jing Mi berjalan-jalan disekitar kediaman Ahn diikuti pelayan pribadi mereka masing-masing.
Xiao Lu tersenyum melihat betapa antusiasnya Jing Mi bercerita. Senyum terus terukir diwajah cantiknya. Mungkin, ini kali pertama mereka melihat wajah yang biasanya murung itu sekarang menampakkan senyum tulusnya.
"Nah, jie-jie aku kesal karena anjing kecil milik Shuwan jie-jie selalu menjilat kakiku. Itu menggelikan," cerita Jing Mi sambil bergedik geli.
"Ohhh, jadi itu menggelikan, hm?" Ucap seseorang dibelakang mereka.
Xiao Lu dan Jing Mi serentak menoleh dan melihat gadis cantik yang seumuran dengan Xiao Lu tengah berdiri sambil berkacak pinggang.
"Ah, selamat pagi Wan'er/Shuwan jie-jie," sapa Xiao Lu dan Jing Mi serempak.
"Selamat pagi juga jie-jie, Mi'er," ucap Ahn Shuwan yang tak lain adalah sepupu mereka dari adik sang ayah.
"Mi'er, jadi jilatan anjing kecilku itu menggelikan?" Tanya Shuwan sekali lagi.
"Iya jie-jie," jawab Jing Mi sembari memanyunkan bibirnya.
"Astaga, kau lucu sekali," ucap Shuwan sambil menguyel-uyel pipi Jing Mi yang membuat sang empunya memberontak untuk melepaskan uyelan penuh kasih dari Shuwan.
"Huwaaa jhie-jhie lhepaskhan," protes Jing Mi.
Xiao Lu yang melihat itu hanya menggeleng sambil terkekeh kecil. Ahhh rasanya ia merindukan adik kecilnya. Tapi, sudahlah. Sekarang ia mempunyai keluarga baru dan untuk adiknya, ia tahu jika adiknya pasti akan aman bersama Hwang, Shing dan juga Blackrose.
"Sudah-sudah. Wan'er, lepaskan tanganmu. Kasian Mi'er," ucap Xiao Lu menengahi karena melihat mata Jing Mi yang sudah berkaca-kaca.
Shuwan pun dengan patuh melepaskan tangannya dari pipi Jing Mi dengan kekehan yang keluar dari bibir tipisnya.
"Menyebalkan," rajuk Jing Mi sambil menangkup kedua pipinya yang sukses membuat Shuwan tertawa.
"Ughhh, maafkan jie-jie. Kau lucu sih," ucap Shuwan dengan cengirannya.
"Ahh, kalian disini rupanya," ucap seseorang didepan mereka membuat mereka menatap orang yang tak lain adalah Guang Ho.
"Gege, ada apa?" Tanya yang paling muda diantara mereka.
"Ayo berkumpul diaula. Ayah akan menyampaikan sesuatu," ucap Guang Ho sambil menatap Xiao Lu.
Xiao Lu yang ditatap oleh Guang Ho mengangkat sebelah alisnya bingung. Ia melihat jika tatapan mata dari orang yang berstatus kakaknya itu menunjukan kekhawatiran.
"Baiklah, ayo!" Seru Shuwan semangat sambil menarik tangan Jing Mi.
"Mari, gege," ucap Xiao Lu tenang.
Guang Ho yang melihat itu menghembuskan nafasnya pelan dan kemudian mengangguk. Ia pun menggenggam tangan kecil adiknya dan menuntun menuju aula.
•••
Kini, seluruh keluarga Ahn sudah berkumpul di aula kediaman Ahn. Jenderal Ahn berada dikursi utama dengan Ahn Jun Mo (adik jenderal Ahn) duduk disamping kanannya. Sedangkan disamping kirinya, duduk sang putra, yang tak lain adalah Guang Ho yang kini mendapat pangkat jenderal muda. Disamping Guang Ho, duduklah Xiao Lu diikuti oleh Shuwan dan terakhir Jing Mi.
Jenderal Ahn terdahulu memang hanya mempunyai dua orang putra, yaitu Ahn Jun Qing yang mewarisi posisi jenderalnya dan Ahn Jun Mo yang kini menjadi salah satu menteri pangkat pertama.
Disamping Menteri Mo, duduk seorang wanita paruh baya, Xin Hua yang tak lain adalah istri dari Menteri Mo. Ahn Shuwan adalah anak dari mereka.
Keluarga Ahn selain terkenal dengan kecerdasan dan posisi mereka dikekaisaran, mereka juga terkenal akan sumpah setia mereka terhadap pasangan. Terbukti, setiap keturunan pria dikediaman Ahn hanya akan menikahi satu orang perempuan. Mereka tidak akan mempunyai selir maupun gundik. Sehingga, banyak putri bangsawan yang ingin menjadi bagian dari keluarga Ahn karena mereka tau keluarga Ahn hanya akan menjadikan pasangan mereka menjadi satu-satunya dalam hidup mereka.
"Karena kalian sudah berkumpul, Jenderal ini akan memberitahukan kabar dari Yang Mulia Kaisar. Besok malam, kita akan pergi untuk menghadiri undangan pesta pertunangan Putra Mahkota dengan putri dari Menteri Liu,"
Semua yang ada diaula langsung saja menatap Xiao Lu dengan pandangan khawatir. Sedangkan yang ditatap malah mengerjapkan matanya polos.
"Kenapa menatapku? Nona kecil ini tahu jika nona ini sangatlah cantik nan imut, tapi tolong jangan tatap nona ini seperti itu, nanti suka lagi kan bahaya kalau ada adegan incest-incest-an," ucap Xiao Lu percaya diri sembari sedikit mengibaskan rambut hitam panjangnya yang terurai.
Perempatan imejer terbentuk didahi mereka yang mendengar ucapan penuh percaya diri dari Xiao Lu. Mereka menatap Xiao Lu dengan err pandangan sulit diartikan.
'Benarkah dia Ahn Xiao Lu nona pertama keluarga Ahn yang pendiam dan pemalu itu? Dan in- in apa ya tadi? Eng inces? apa itu inces?' Batin mereka penuh tanya.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!