NovelToon NovelToon

The Noble

Hari Kelulusan #1

Sinar matahari sedang tidak bersahabat dengan suasana yang ada di dalam kereta api, seseorang bangun dari tempat duduknya dan berjalan menuju ke arah toilet yang berada di ujung gerbong kereta. Seseorang tersebut masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci mukanya.

“Semoga paman dan bibi baik baik saja tanpa ada aku di sana?”.

Dia melihat Jam tanganya menunjukkan pukul dua lebih lima puluh tiga menit pada siang hari ,tepat stasiun tempat pemberhentian kereta selanjutnya adalah tempat kelahirannya.

“Seharusnya aku membeli lebih banyak oleh oleh untuk yang orang lain?”

Speaker yang ada di dalam kereta berbunyi menandakan ada pengumuman yang akan disiarkan.

[Pemberitahuan kepada semua penumpang diharap memeriksa barang barang bawaannya, karena lima menit lagi kereta akan sampai di stasiun B. Saya ulangi lagi kepada semua penumpang diharap memeriksa barang barang bawaannya, karena lima menit lagi kereta akan sampai di stasiun B]

Seseorang tersebut menyimpan ponselnya disaku dan keluar dari toilet, dia berjalan kembali ke tempat duduknya untuk memeriksa barang bawaannya yang berada di atas tempat duduknya. Setelah memeriksa semua barangnya, dia membawa barang barang bawaannya dan berjalan mendekat ke depan pintu gerbong kereta. Tepat pukul tiga kereta berhenti di stasiun B.

“Aku terlalu lama mengambil hari libur, aku harus segera kembali bekerja!”

Tepat ketika kereta berhenti, pintu gerbong terbuka. dIa melangkah keluar dari kereta dan melihat banyak orang yang sedang menunggu kereta selanjutnya maupun untuk naik ke kereta tersebut. Dia berhati hati melewati para kerumunan orang orang dan sedikit demi sedikit akhirnya dirinya berhasil melewati kerumunan orang orang, tanpa sadar dia sudah berada di depan tempat pembelian tiket kereta.

Seseorang tiba tiba mendekatinya tanpa dia sadar dan menyapanya seakan tahu tentang dirinya, dia menoleh ke arah suara itu muncul dan terkejut dengan orang yang menyapanya.

“Kenapa kamu ada di sini?"

“Ke mana saja kamu liburannya? Mengapa tidak mengajak temanmu ini? Oh iya, mana oleh olehnya?”

“Kamu tidak pernah berubah ya?… tidak memberikan seseorang untuk bernafas..”

“Hmm?? Benarkah?? Oh iya kamu pasti bawa oleh oleh dari tempat liburanmu kan?”

“Hahhh.. baiklah tetapi jangan terlalu berharap..”

“Makasih William.. Hehe … Oh iya apa kamu habis ini akan pergi ke sekolah untuk mengambil surat kelulusanmu? Kalau iya aku juga akan ke sana, apa kamu mau sekalian pergi ke sana?.”

"William" merupakan anak satu satunya dari orang tuanya, dia telah hidup mandiri setelah 10 tahun ditinggal oleh kedua orang tuanya karena mengalami kecelakaan. Hidupnya sangat berat waktu itu dia masih berusia 9 tahun dan harus merasakan kejadian yang tidak diinginkan oleh semua orang, namun keberadaan bibi dan pamannya membuat hidupnya lebih mudah dan nyaman untuknya.

Paman dan bibinya memberikan bantuan kepadanya dengan mengasuhnya dengan penuh kasih sayang. Setelah beranjak umur lima belas tahun, dia mulai ingin hidup sendiri.

Namun pamannya sempat tidak memperbolehkannya karena dirinya masih kecil, bibinya mempebolehkannya namun harus diawasi oleh orang yang dikenalnya dan harus jelas tempat tinggalnya. Pamannya memutuskan untuk menempatkan dirinya di rumah yang berada dekat dengan tempat kerjanya dahulu yang dipilih untuk William, karena pemilik tempat kerja tersebut adalah teman satu sekolah pamannya dan pamannya pernah bekerja juga di sana. Jadi orang tersebut bisa saling mengawasi pertumbuhannya.

“Hey mataku di sini Candy, bukan di situ.. Kamu selalu melihat ke arah makanan setiap ada di depan matamu.”

"Hehe.. Maaf."

"Candy" merupakan salah satu temannya William yang selalu ceria dan aktif dalam apa pun. Dia sangat suka dengan makanan manis entah apa pun itu yang manis akan dia makan, mungkin itulah mengapa dia dinamakan Candy oleh ke dua orang tuanya.

Kemungkinan karena waktu kecil dia memilih makanan manis daripada barang barang lainnya, bukan hal yang aneh bagi orang kaya karena orang tuanya akan menaruh beberapa barang untuk dipilihnya ketika bayi saat sudah bisa melihat dan bergerak. Kemungkinan tersebut membuatnya suka dengan manisan apalagi sekarang perusahaan orang tuanya adalah perusahaan yang memproduksi makanan manis.

Di mana ada hal yang manis di situlah ada Candy. Dia berkeinginan untuk merasakan berbagai manisan yang ada di seluruh dunia dan apapun yang ada di depan matanya.

“Kalau begitu kita keluar terlebih dahulu mencari taksi untuk menuju ke sekolah, aku tidak tahan dengan cuaca hari ini.. cuaca sedang panas sekarang”

Sekolah yang ingin mereka berdua datangi adalah sekolah Newxville, sekolah para anak anak "Elite” di mana hampir semua murid yang bersekolah di sana diisi oleh para anak orang kaya dan para pejabat negara. Salah satunya seperti Candy anak dari orang tua yang menguasai bisnis makanan manis di kota tersebut.

Sangat beruntung William bisa bersekolah di sana karena mendapatkan beasiswa, karena sekolah tersebut ditujukan untuk orang orang kalangan atas saja yang dapat masuk ke tempat tersebut dan tidak bisa masuk keluar sembarangan. Bahkan setiap tahunnya hanya ada dua murid beasiswa saja yang bisa masuk ke sekolah tersebut.

Walaupun mendapatkan beasiswa, William harus belajar keras untuk mempertahankan prestasinya supaya orang orang yang mendukungnya tidak kecewa dengannya dan dia bisa bertahan di sekolah mahal itu. Selain belajar dengan keras, dia juga harus bekerja keras supaya keperluan hidup sehari harinya bisa terpenuhi. Dengan begitu dia tidak mau mendapatkan bantuan terus menerus dari paman maupun bibinya.

Tepat hari ini adalah hari di mana semua murid yang lulus datang ke sekolah untuk mengambil surat kelulusan mereka dan kepulangan William hari ini juga untuk mengambil surat kelulusannya. Tidak banyak teman yang dia dapatkan saat bersekolah di sana, William hanya memiliki beberapa teman yang dekat dengannya.

Mereka yang mau berteman dengannya tidak peduli dengan status orang lain, pekerjaan orang tua mereka ataupun kekayaan mereka. Sebuah kelompok yang terdiri dari berbagai kalangan keluarga di dalamnya.

Di luar sekolah mereka sering berkumpul bersama walaupun tidak selalu lengkap, karena hampir semua teman temannya mengambil kelas tambahan yang biasa dilakukan oleh anak orang kaya pada umumnya. Seperti kelompok minum teh, menari dan sebagainya. Mereka sudah berjanji untuk merayakan kelulusan di suatu kafe dekat dengan sekolah tersebut.

William dan Melody berjalan bersama keluar dari keramaian orang yang sedang menuju gerbang stasiun dengan keadaan Candy yang masih sibuk dengan oleh oleh oleh yang diberikan oleh William. Ketika sampai di luar gerbang, William melihat sebuah mobil yang terpakir di pinggir jalan dan ada seseorang yang sedang menunggu di samping mobil tersebut dengan wajah yang tampak tidak asing baginya.

“Huhh… Serius? Kamu masih belum mandiri yaa!?”

“Hehehe.. Kamu tahu sendiri, orang tuaku kan melarang pergi sendirian. Makanya setiap saat harus ada yang menemaniku pergi.”

Karena cuaca semakin panas, mereka memutuskan untuk masuk ke mobil dan Candy meminta supirnya untuk pergi menuju ke sekolah. Perjalan ke sekolah membutuhkan waktu yang tidak begitu lama karena jarak dari stasiun tersebut tidak begitu jauh dari pusat kota di mana sekolah mereka berada. William menoleh keluar jendela dan melihat sekeliling kota yang sedang mereka lewati.

“Ternyata tidak begitu banyak yang berubah ya, walaupun aku pergi dari sini beberapa saat saja?”

Tidak membutuhkan waktu yang lama, mereka akhirnya sampai di depan gerbang sekolah. Bukan sekolah "Elite" jika kendaraan seseorang yang bersekolah di sana tidak dibawa masuk ke dalam area sekolah tersebut. William melihat masih banyak mobil yang terpakir di sana maupun sekumpulan murid murid yang masih mengobrol di sana.

Kebanyakan para murid yang bersekolah di sana akan mengambil surat kelulusannya pada sore hari, dikarenakan urusan keluarga mereka yang begitu rumit dan berbagai banyak faktor lainnya yang tidak begitu William pahami.

“Seharusnya lebih sore saja supaya lebih tenang?!”

Mobil berhenti tepat di depan pintu masuk. Sebelum mereka berdua keluar, Candy membicarakan sesuatu dengan supirnya dan menyuruhnya untuk memakirkan mobilnya di tempat biasa. Setelah itu mereka akhirnya keluar dari mobil dan mobilnya pun berjalan untuk meninggalkan tempat tersebut.

“Oh iya William, ada barang yang kutinggal di meja kelas. Kamu pergi saja dulu, nanti aku akan menyusul!”

Candy pergi menuju ke kelasnya untuk mengambil barangnya yang tertinggal, sedangkan William berjalan menuju ke ruangan wali kelasnya untuk mengambil surat kelulusannya. Dia berjalan menaiki tangga untuk melalui pintu sekolah tersebut yang lumayan besar, sadar akan sekolah "Elite" tersebut William hanya bisa menggelengkan kepalanya.

“Mengapa juga aku bisa bersekolah di sini?!”

William melewati beberapa guru sambil menyapanya dan beberapa ruangan lainnya yang tidak tahu jumlahnya ada berapa banyak, akhirnya dia tiba di depan ruang wali kelasnya.

“Kalau dipikir-pikir juga mengapa sekolah ini luas sekali!!!!”

Sebelum masuk untuk mengambil surat kelulusannya, William berhenti terlebih dahulu untuk melihat papan peringkat di samping ruangan tersebut. Beberapa pelajar juga melihat papan tersebut, dia mencari namanya dari kiri ke kanan dan akhirnya terlihat. Peringkat ke dua yang didapatinya, belajar dengan keras dan giat tenyata bisa membuat dirinya bertahan di sekolah "Elite" tersebut.

William melihat nama peringkat ke satu yang berada di atas namanya dan dia tidak terkejut sama sekali dengan siapa yang menempatinya, salah satu temannya yang sama sama bersekolah di sana dan yang mendapatkan beasiswa juga sama sepertinya.

“Sebenarnya aku tidak suka dengan adanya papan peringkat seperti ini, karena itu menunjukkan kelemahan dari setiap orang. Namun aku juga tidak bisa berbuat apa apa dan mungkin saja jika seseorang ingin mengubahnya harus mendapatkan suara dari setiap murid dan guru, bahkan mungkin orang tuanya juga.”

“Tetapi aku masih kalah dari Melody ya? Mungkin aku kurang belajar.”

Tiba tiba seorang berbicara dari belakang tanpa William sadari.

“Kurang apa William?”

“… Melody.. Kamu mengejutkanku saja."

“Hehe.. Memang kamu kira siapa? Terus tadi apa yang kurang? Kurang liburannya ya?”

“Lupakan.. di mana teman teman yang lain? Mengapa juga kamu masih ada di sekolah.. Bukannya biasanya kamu mengambilnya di pagi hari?”

“Aku tidak tahu yang lain di mana?.. Aku membantu ibuku tadi pagi.. jadi hanya bisa siang hari untuk mengambilnya.”

#2

Setelah beberbicara kepada Melody, William memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan wali kelas dan segera menemui guru wali kelasnya. Mereka berbicara beberapa hal dan tidak begitu lama William keluar dari ruangan tersebut sambil membawa surat kelulusannya.

Dia masih belum melihat teman teman yang lainnya dan hanya melihat Melody yang masih berdiri di depan papan peringkat, dia mencoba mendekatinya secara perlahan lahan dan mencoba untuk membalas perbuatan yang dilakukan Melody kepadanya tadi.

“Jika kamu lihat terus bisa bisa turun loh peringkatnya.”

“Ihhh… William… Jangan lakukan itu lagi."

"Melody" merupakan teman pertama William di sekolah Elite tersebut dan Melody juga seseorang yang sama dengannya yaitu murid yang mendapatkan beasiswa. Cantik, polos dan pintar yang orang orang lihat dari Melody dan tentu saja banyak yang ingin mendekatinya akan tetapi dikarenakan status sosial dan kekayaan ada juga yang tidak bersedia mendekatinya. Karena nilainya yang begitu tinggi, Melody ditawari bekerja di sekolah untuk membantu para guru.

Melody hanya tinggal berdua dengan ibunya, ayahnya yang sudah meninggal membuat kehidupan keluarganya berat. Dari dahulu ibunya yang mencari uang sehingga Melody ikut membantu ibunya dengan bekerja di sekolah.

“Haha… maaf yaa.”

“.. Hmpph jangan lakukan lagi, oke?.. Oh iya tadi sebelum kamu datang ke sekolah, katanya Nixie ingin bertemu denganmu.. Dia bilang akan ada di kelas sambil menunggumu.”

“Oh iya? Baiklah terima kasih.. Nanti aku akan menemuimu lagi."

William berjalan meninggalkan Melody menuju ke kelasnya untuk menemui Nixie yang sudah menunggunya, dia berjalan menaiki tangga satu per satu secara perlahan dengan perasaan yang penasaran. Kelas mereka berada di lantai 2, beberapa anak tangga dia lewati dan sampailah dia di dekat jendela kelas paling belakang.

Namun yang dilihat oleh kedua matanya adalah Nixie sedang berduaan dengan seseorang pria yang tidak dikenali oleh William, mereka sedang mengobrol sambil tertawa tanpa peduli dengan sekeliling mereka. William hanya bisa melihat dari kejauhan dan menunggu untuk mereka selesai berbicara, tidak begitu lama dia melihat Nixie memeluk pria tersebut dan dia tidak bisa berkata kata.

William tidak tahu apa yang harus dilakukannya, walaupun mereka tidak menjalin hubungan apa pun selain berteman. Namun hatinya merasa tidak enak untuk melihat mereka melakukan hal tersebut.

"Nixie" merupakan salah satu teman William yang berasal dari anak orang berpengaruh, orang tuanya merupakan pemilik perusahaan kecantikan dan pakaian terbesar di kota tersebut. Dari kecil dia sudah diajari bagaimana harus mengurus masalah perusahaan dan bagaimana cara untuk hidup sebagai orang yang seharusnya.

Entah bagaimana sosoknya yang luar bisa dan sempurna tersebut bisa berteman dengan William , perbedaannya sudah terasa jelas dari keungangan dan status mereka.

Nixie selalu membantu William di dalam sekolah dan luar sekolah, ada rumor yang mengatakan bahwa mereka memiliki suatu hubungan yang lebih dari teman. Namun mereka berdua tidak pernah menjawab rumor tersebut dan hanya menghiraukannya.

“Mungkin ini yang dinamakan patah hati?”

Dengan perasaan yang tidak begitu jelas dan perasaan yang bingung, William kembali ke bawah untuk menemui Melody kembali. Dia berjalan dengan langkah kaki yang lambat dan berat dalam menuruni tangga yang dilaluinya tadi. Bertemulah William dengan Melody yang sedang duduk di sebuah kursi yang berada di depan ruang wali kelas mereka.

“Ohh kamu sudah kembali.. Di mana Nixie?”

“Ah mungkin dia ada urusan mendadak, aku tidak bisa menemukannya di kelas. Maaf, mungkin saja aku tidak bisa ikut pesta perayaan kelulusan.. Badanku terasa tidak enak, jadi sampaikan kepada teman-teman yang lainnya aku tidak bisa datang.”

“Begitu yaa.. Kamu juga baru datang dari perjalanan jauh.. Cepat sembuh yaa.. kalau begitu akan kusampaikan kepada yang lainnya. Hati hati di jalan.”

William bejalan keluar dari sekolah dengan perasaan yang masih bingung, dia tidak sengaja bertemu dengan Candy saat dirinya ingin keluar. Dia tidak berkata sepatah katapun dan langsung beranjak pulang kerumah. Candy tidak mengeluarkan sepatah kata pun kepadanya, dia bingung dengan keadaan William karena perubahan yang terjadi begitu cepat.

William berhenti di depan gerbang sekolah menunggu taksi untuk lewat, tidak butuh waktu lama untuk mendapatkan taksi karena sekolah terkenal tersebut.

Perjalannya terasa tenang tanpa ada suatu obrolan maupun suara yang terlintas ditelinganya. Dia masih dalam keadaan yang sama yang dirasakannya saat di sekolah, tanpa dia sadari rumahnya sudah ada di depan matanya. Dia langsung membayar dan keluar dari mobil taksi tersebut. William melihat keadaan sekeliling rumahnya yang masih sama sebelum dirinya pergi berlibur ke rumah pamannya.

“Apakah paman menyewa seseorang untuk merawat rumah ini, seharusnya pasti ada beberapa yang berantakan dan mungkin saja ada sampah yang datang tersapu angin. Atau mungkin orang lain yang lewat depan rumahku?.”

William berjalan menuju rumahnya tersebut sambil mengeluarkan kunci dari sakunya, dia membuka pintu depan dan lalu masuk ke dalam rumah. Dia menyalakan lampu dan kondisi rumah yang masih terjaga rapi dan bagus, tidak ada satu pun debu maupun sampah yang berserakan. William memutuskan untuk menuju ke kamarnya, dia membuka pintu kamarnya dan menyalakan lampu di ruangannya. Cahaya matahari sore menembus jendela kamarnya.

Karena William masih merasa lelah dari perjalananya yang jauh, dia memutuskan untuk beristirahat sejenak untuk menghilangkan rasa letihnya.

“Lebih baik aku tidur sebentar, aku lelah..”

Waktu berlalu cepat, malam tiba dengan cuaca yang dingin dan cahaya bulan yang masuk ke jendela membuat William membuka matanya. Dia menatap keluar jendela.

"Ah sudah malam ya?”

Dia perlahan bangun dari tempat tidurnya dan berjalan keluar kamarnya untuk menuju dapur, tepat di atas meja terdapat banyak makanan dan sebuh selembar kertas di atasnya. William berjalan mendekat ke meja tersebut dengan mata dan tubuh yang masih setengah sadar. Dia menebak bahwa makanan tersebut berasal dari pesananan bibinya.

“Bibi.. kamu masih saja memperlakukanku seperti anak kecil.. Tetapi bagaimana caranya orang lain bisa masuk kerumah ini, tidak mungkin kan bibi bisa terbang????”

William yang dalam keadaan bingung membuka makanan tersebut untuk langsung dimakan semua karena perutnya sudah mulai kelaparan. Dia tahu bahwa bibinya akan menyiapkan makanan kesukanaanya ketika dia sampai di rumahnya. William makan dengan perlahan dan mulai memikirkan dengan masa depannya setelah lulus dari sekolah. Dirinya terpikirkan oleh perkataan teman temannya yang ingin lanjut berkuliah.

“Jika kuliah, aku akan kuliah di mana?.. Kalau tidak salah Candy pernah bercerita jika mereka ingin berkuliah di kampus yang sama.. Kampus elite lagi..”

Pikirannya yang bercampur dengan rasa enak makanan yang dia makan membuatnya makin kebingungan. Dengan kejadian yang dialami di sekolah tadi siang membuatnya tidak ingin memikirkannya, entah berapa lama harus dia tahan. Terlebih lagi perasaannya dengan Nixie waktu dia melihat kejadian tadi saat di kelas, mungkin kebaikan Nixie kepada William karena bentuk simpati dan kasihan kepadanya dan tidak ada rasa suka sedikitpun.

“Kulupakan saja. Masih ada waktu dan besok aku harus lanjut bekerja,, aku mengambil hari libur terlalu panjang..”

William memakan semua makanan dan beranjak dari tempat duduknya menuju dapur untuk mencuci piring kotor bekas makanannya. Setelah itu dia bergegas untuk mandi karena suhu mulai dingin, setelah dia selesai mandi tiba tiba ponselnya berbunyi. William yang mendengar ponselnya berdering, berjalan menuju tempat ponselnya ditaruh. Dia melihat ke ponsel tersebut dan sebuah pesan dari Candy yang mengirim foto pesta perayaan kelulusan mereka dengan teman teman lainnya.

William hanya melihat pesan tersebut dan memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan mengenakan pakaiannya, dia meletakan ponselnya di meja dan ingin melanjutkan tidurnya lagi.

Sinar matahari pagi yang hangat masuk melalui celah jendelanya dan membuat William bangun dari tempat tidurnya. Dia lekas merapikan tempat tidurnya dan menuju ke ruang makan untuk membuat sarapan, William membuka lemari pendinginnya dan melihat tidak ada satu pun bahan masakan sama sekali. Sebelum pergi liburan dia telah mengkosongkan lemari pendingin karena akan ditinggal cukup lama. Dia berpikir dan berencana untuk membeli sarapan saat dalam menuju tempat kerjanya saja.

William kembali ke kamarnya untuk mengambil pakaiannya dan selanjutnya dia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum berangkat ke tempat kerja. Sesudah mandi dan berpakaian, dia mengecek perlengkapannya dan sekeliling ruangan rumahnya. Setelah semua yang dilihatnya tampak normal, dia keluar dari rumah dan mengunci pintunya. William selalu berjalan setiap hari untuk menuju ke tempat kerjanya, karena pamannya menempatkan rumah dan tempat kerjanya dekat sehingga dia bisa berangkat ke sana berjalan kaki.

“Ah.. aku lupa hari ini adalah hari terakhir restoran buka sebelum diberhentikan sementara.. Mungkin aku akan sarapan di sana, aku harus buru buru ke sana.”

Episode 3

William memutuskan untuk mempercepat jalannya suapaya dia tidak terlambat ke tempat kerjanya. Perjalan ke sana tidak begitu membutuhkan waktu yang lama, hanya setara dengan berjalan kaki selama 10 menit. Tidak begitu lama William akhirnya sampai di depan tempat kerjanya dan melihat beberapa pegawai sedang mencoba menurunkan hiasan hiasang yang ada di sekeliling tempat tersebut.

Dia bekerja disebuah restoran yang sudah berdiri lama, terkenal dengan masakannya yang enak dan tempat yang nyaman. Hari ini merupakan hari terakhir sebelum tempat tersebut diberhentikan untuk sementara. Restoran tersebut di tutup sementara bukan karena bermasalah, karena tradisi 3 hari sebelum pergantian bulan selalu dilakukan penutupan secara sementara tersebut .

William bisa bekerja di restoran tersebut karena pamannya pernah bekerja di sana juga dan pamanyalah yang memberikan saran kepadanya, setelah pamanya keluar dia menggantikan pekerjaan pamannya. Dia kenal dan dekat dengan orang orang yang bekerja di sana, dari yang lama bekerja di sana dan yang baru. Seseorang tiba tiba berbicara kepadanya.

“Wah lihat siapa yang kembali dari liburannya.. Bagaimana kabar pamanmu di sana?"

“Hehe.. Kabar paman baik baik saja..”

“Begitu yaa.. Tetapi mengapa lama sekali liburannya..”

“Aku minta maaf.. Soalnya paman memintaku untuk tinggal di sana lebih lama.. Lagian aku juga sudah izin kepada paman Willy, kak Lia ingin liburan juga ya?”

Kak Lia merupakan senior dan kakak bagi William, dia bekerja di sana sudah cukup lama bahkan dari William masih berusia 13 tahun. William menghormati dan menganggap dirinya sebagai kakaknya sendiri, dirinya tidak pernah kasar sama sekali kepadanya. Walaupun parasnya yang cantik dan baik itu, dia lumayan tegas kepada siapa pun yang membuat masalah bahkan paman Willy pemilik restorant tersebut sekalipun. Dia salah satu yang sering membatu William bisa bekerja dengan baik di tempat tersebut, dirinya terkena marah oleh kak Lia setiap saat jika membuat salah.

“Kak maaf nih.. aku belum sarapan.. jadi aku akan ke dapur untuk mengambil sarapan.. Hehehe.”

Kak Lia hanya mengangguk dan dia memutuskan melewati jalan belakang restoran, dia ingin menuju dapur dan mengambil roti untuk sarapannya. Dia masuk melewati pintu dan menuju lemari yang tidak begitu jauh dari pintu masuknya. Saat dirinya berada di depan lemari roti dan ingin mengambil sebungkus roti, William bertemu dengan wanita tua yang sudah lama tidak bertemu dengannya.

“Kamu sudah pulang nak William.. Bagaimana perjalanannya..”

“Sudah nek.. Sedikit capek, tapi aku sudah tidak apa apa.”

Nenek tersebut bernama Widia, dia bekerja sebagai cuci piring di sana dan dia termasul salah satu orang yang membatu mengasuh William sewaktu masih kecil di tempat tersebut. Nenek Widia sangat ceria, lemah lembut dan suka membantu para pekerja di sana. Dia dijuluki wanita suci karena kebaikannya yang melebihi siapapun, nenek Widia tinggal di rumah pekerja berletak di belakang restoran yang disediakan oleh paman Willy kepada pegawainya.

Karena nenek Widia berasal dari tempat yang jauh, jadi dia tidak bisa pulang pergi setiap waktu. Walaupun hanya sebagai pencuci piring, nenek Widia sangat senang dan menghargai pekerjaannya tersebut. Banyak orang yang suka membantunya untuk terus hidup di tempat tersebut, termasuk William yang sering membantu pekerjaannya. Paman Willy yang menawarkan pekerjaan di restoran tersebut saat nenek Widia sedang kebingungan mencari pekerjaan saat berada di balai pencari pekerja.

“Oh iya nek.. Paman Willy di mana ya? Aku ingin membicarakan sesuatu dengannya.. Tapi dari tadi aku tidak melihatnya sama sekali?”

“Oh.. Pak Willy sedang keluar sebentar tadi.. Katanya ada urusan mendadak, lebih baik kamu tunggu saja di depan.”

“Kalau begitu aku bantu nenek saja dulu sambil menunggu paman Willy kembali.. Hari ini juga bukan tugasku di depan.”

William sangat senang bisa membantu pekerjaannya nenek Widia, dia ikut mencuci piring dan gelas yang kotor sehabis digunakan oleh para pekerja yang datang duluan. Mereka berdua saling bercerita tentang perjalanan liburan William dan keseharian nenek Widia di tempat kerja. Tidak terasa waktu sudah berjalan lama dan tiba tiba dari belakang terdengar langkah kaki, seseorang tersebut menepuk pundak William.

“Lihat siapa ini yang pulang dari liburan.. Sampai lupa waktu..”

“Oh.. Paman Willy.. Maaf mungkin terlalu lama mengambil liburannya, seharusnya aku bekerja saja saat liburan..”

“Hahaha… Tidak apa apa.. Lagian kamu sudah berjuang keras di sekolah maupun di tempat kerja.. Lalu bagaimana dengan paman dan bibimu?”

"Mereka menitipkan salam kepada paman Willy, mereka menyuruh paman Willy untuk pergi ke sana."

"Oh.. Kalau begitu lain waktu saja."

Paman Willy sudah berteman lama dengan paman dan bibinya William, bahkan waktu mereka masih berkuliah di tempat yang sama. Penuh gairah , kerja keras dan semangat itulah yang pertama kali William lihat pada paman Willy. Paman Willy juga salah satu orang yang menjaganya di tempat kerja bahkan yang memasakan makanan untuknya.

Beliau yang bertanggung jawab atas restoran tersebut, walaupun restoran tersebut terlihat kecil namun dia sangat bertanggung jawab dan menyanyangi restorannya.

“Jika kamu sudah selesai, tolong bantu yang di depan.. Mereka kesusahan melepas hiasan di atas pintu.. Itu keahlianmu bukan..”

“Baik paman.. Aku akan segera kesana..!!!”

William meletakan peralatan yang sudah dicucinya dan bergegas ke depan untuk membantu para pegawai lainnya. Dia melihat banyak pegawai yang sedang menunggunya untuk naik dan melepas hiasan yang berada di atas pintu restoran. Dia lalu mendirikan tangga yang sudah ada dan naik ke atas untuk melepas hiasan yang sudah terpasang lama di atas pintu tersebut.

Dia melepasnya secara hati hati dan perlahan karena nampaknya hiasan tersbut memiliki harga yang tinggi, tampak megah dan indah hiasan tersebut dan sangat selaras dengan tema restorannya. William menurunkan hiasan tersebut dan meminta para pegawai lainnya untuk memegang hiasan itu sedangkan dia turun secara perlahan menuruni tangga. William menengok ke atas untuk memastikan tidak ada hiasan yang tertinggal, saat dirinya melihat sekeliling tiba tiba sudah tidak ada orang sama sekali di sana.

“Semua ke mana yaa? Perasaan tadi masih banyak yang berada di sini?”

William melihat ke sekeliling dan ternyata para pegawai sudah berada di dalam restoran.

“Huhh.. kukira akan seperti di komik komik di mana semua orang menghilang dan hanya aku yang tersisa di muka bumi ini..”

William merasakan perasaan yang aneh sambil membawa tangga tersebut kembali ke dalam dan ingin meletakan tangga tersebut kembali ke tempat peralatan, saat sedang membawa tangga dia melihat semua orang sedang fokus ke satu titik yang sama di mana dirinya tidak bisa melihatnya sama sekali. William menghiraukan mereka dan bergegas ke belakang untuk meletakan tangga yang dibawanya tersebut.

Setelah mengembalikan tangga ke tempatnya, dia memutuskan kembali ke tempat orang orang tadi berkumpul dan ingin melihat apa yang mereka lihat.

“…selamat atas kelulusannya William…”

“Ehhh.. ada apa ini…”

“Karena kamu liburan, kami tidak bisa merayakannya tanpamu, jadi kami menunggu kepulanganmu terlebih dahulu.. Selamat ya.”

“Tapi kenapa harus dirayakan segala..”

“Kamu mau kupukul yaa…”

Perasaan senang dan bahagia yang dia rasakan dan dengan suasana yang meriah membuat William bingung mengucapkan suatu kata, sebuah kejutan yang tidak terduga dan bisa dilakukan dengan banyak orang sekaligus membuat dirinya terheran heran. Dia tidak terpikirkan dengan kejutan tersebut dan siapa yang merencanakannya. Karena selama ini dia tidak pernah merayakan apapun setelah di tinggal oleh orang tuanya.

“Terima kasih semuanya..”

Semua orang bersenang senang dengan pestanya.

“Tapi bukannya hari ini restorannya buka ya?”

Semua orang terdiam sejenak membuat William bingung, namun semuanya melanjutkan pestanya. William merasa dibohongi, hari ini restoran tidak akan dibuka karena kekacauan tersebut tidak bisa dibereskan tepat waktu, lantas dia memutuskan untuk bersenang senang dengan semua orang.

Tidak terasa malam tiba, semua orang yang ikut berpesta tadi lama kelamaan merasa lelah dan memutuskan untuk pulang ke rumah masing masing. William mengucapkan terima kasih sekali lagi kepada para pegawai sebelum mereka pulang. Dia ingin pulang segera karena sudah kelelahan, namun melihat banyak piring dan gelas yang kotor membuatnya ingin membersihkannya sebelum pulang. Nenek Widia membantunya dan tidak membutuhkan waktu yang lama karena pegawai restoran tersebut tidak terlalu banyak, jadi alat yang dicucipun sedikit.

William berada dalam keadaan kelelahan dan ingin pulang kerumah, dia membayangkan bisa beristirahat di kasurnya yang lembut. Dia keluar dari tempat tersebut dan saat berada di luar restoran, dia bertemu dengan paman Willy yang ingin pulang ke rumahnya juga.

“William.. Paman antar pulang.. Kamu pasti lelah..”

“Terima kasih paman..”

Mereka berdua naik ke sebuah mobil yang tidak begitu jauh terpakir dari tempat tersebut dan mobil tersebut milik dari paman Willy. Sungguh pengalaman yang menyenangkan bagi William karena dapat bekerja di tempat tersebut di mana semua orang baik kepadanya dan membuat dirinya nyaman bila berada di sana.

Paman Willy bercerita masa lalunya dengan pamannya William sambil mengendari mobilnya. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di depan rumahnya William dengan mengendarai mobil, mereka akhirnya sampai di depan rumahnya William. William turun dari mobil dan paman Willy berkata kepadanya sebelum dirinya berjalan menuju ke pintu rumahnya.

“Beristirahatlah.. Semua orang menunggu hari ini, restoran juga akan paman liburkan selama 3 hari.. Jadi nikmati waktumu sebelum kembali bekerja lagi..”

“Terima kasih paman..”

William beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju pintu rumahnya, dia membuka pintu tersebut dengan kunci yang berada di kantongnya. Dengan tubuh yang lelah, William memilih untuk berbaring sesaat di sofa. Dirinya tidak tahu waktu berapa sekarang, dirinya mengantuk dan mulai terlelap tidur di sofa tersebut tanpa bisa melakukan apa apa dengan tubuh yang lelah tersebut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!