Seiring berjalannya waktu, hari pun telah berubah menjadi sore. Dimana sepasang suami istri yang saling berpelukan di balkon kamarnya, sedang menikmati keindahan sore hari dan di temani dua cangkir teh hijau yang sudah di sediakan oleh Art mereka.
Tanpa keduanya sadari, ada sosok anak kecil yang sedang menatap keduanya dari arah belakang dengan mata yang sedikit terbuka.
"Mama," panggilnya dengan suara parau-nya khas orang bangun tidur.
Kedua orang itu pun langsung membalikkan badannya melihat ke arah anak kecil yang sedang mengucek matanya. Amelia, perempuan yang sedang berada di pelukan laki-laki yang merupakan suaminya itu, langsung melepaskan pelukan tersebut dan menghampiri anak laki-laki yang terlihat menggemaskan di matanya.
"Sayang, Leo sudah bangun nak?" tanya Amelia pada sang buah hati. Perempuan itu mengusap lembut rambut sang anak.
Leo pun mengangguk dan langsung memeluk sang mama. "Leo lapar ma."
Amelia dan sang suami pun langsung tersenyum saat mendengar perkataan anak laki-lakinya yang sudah terlihat menguap kembali. Amelia pun mengangguk dan melepaskan pelukan anaknya. "Yaudah, kalau begitu Leo mandi dulu ya. Mama akan menyiapkan makanannya untuk Leo."
Sang anak pun mengangguk tanpa membantah perkataan Amelia. Anak laki-laki yang kini sudah menginjak usia tujuh tahun itu lebih terlihat manja saat bangun tidur.
Leo pun langsung membalikkan badannya menuju ke arah pintu dan menghilang dari balik pintu itu saat pintu tersebut telah tertutup. Amelia pun hanya menghembuskan nafasnya pelan sembari tersenyum kala mengingat bahwa sang anak kini sudah mulai tumbuh dewasa.
Amelia pun langsung berdiri dan menatap sang suami yang masih di tempatnya dengan senyuman hangatnya yang terpancar di sudut bibirnya. Menghampiri sang istri dan kembali memeluknya dengan erat, seakan tidak ingin melepaskannya.
"Sayang, aku kangen kamu." ucap sang suami dengan penuh goda.
Mengetahui maksud dari ucapan suaminya itu. Amelia langsung melepaskan pelukan suaminya, dan membalikkan tubuhnya agar berhadapan dengan sang suami. Laki-laki yang sangat dicintainya itu. Lalu Amelia pun menggelengkan kepalanya sembari menatap lekat wajah suaminya.
"Jangan sekarang ya, aku harus pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam untuk kita." tolaknya dengan halus.
"Sebentar saja sayang, tidak akan lama kok. Aku akan melakukannya dengan cepat." ucap Farhan dengan memasang wajah memelas.
Namun, hasil bujukan nya itu tidak membuahkan hasil untuknya. Amelia tetap menolaknya dengan menggelengkan kepalanya. Tentu saja hal itu membuat Farhan memasang wajah sedih di hadapan sang istri. "Kenapa tidak menyuruh Bibi Surti saja sih sayang. Aku tuh sangat merindukanmu."
"Sayang, aku harus menyiapkannya agar aku bisa berguna menjadi istrimu dan juga mama untuk Leo." ujar Amelia dengan suara yang sangat lembut.
"Ya sudah terserah kamu. Aku hanya bisa pasrah," ucap Farhan dengan mengerucutkan bibirnya.
Melihat tingkah suaminya itu. Amelia langsung mengambil tengkuk leher suaminya dan mengecup bibir sang suami sepersekian detik. Lalu pergi meninggalkan Farhan yang masih mematung di tempatnya saat mendapatkan ciuman tiba-tiba dari istrinya itu. Farhan pun hendak mengejar sang istri yang sudah menghilang di balik pintu kamarnya.
Namun, saat ingin menyusul istrinya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi menandakan bahwa ada seseorang yang tengah menghubunginya. Diambilnya ponsel tersebut dari saku celananya dan melihat nama dari sang pemanggil dari layar ponselnya itu.
Seketika, senyuman kecil terukir di bibirnya. Dengan segera laki-laki itu pun langsung mengangkatnya. "Halo, kenapa sayang?"
Sedangkan di seberang sana terlihat perempuan dengan dress batik selutut sedang duduk di salah satu Kafe yang sering di kunjungi nya itu memasang wajah ceria saat panggilan teleponnya terima.
"Tidak ada, aku hanya sangat merindukanmu Farhan." ucapnya dengan pandangannya yang menatap ke arah luar dinding Kafe yang terbuat dari kaca itu dengan senyuman yang terpampang jelas di wajah cantiknya.
"Aku juga sangat merindukanmu, kalau begitu sampai jumpa nanti malam sayang." ucap laki-laki dari balik ponsel milik perempuan itu.
Setelah mengucapkan itu, laki-laki itupun langsung memutuskan sambungan teleponnya. Perempuan yang memakai baju dress batik selutut itu pun langsung meletakkan ponselnya diatas meja.
Terlihat kembali senyuman yang terukir di bibirnya saat mengingat bahwa orang yang baru saja di hubunginya itu akan menemuinya malam ini. Orang yang sangat begitu dicintainya.
"Maafkan aku, Mel."
.
.
.
...Terimakasih buat kalian semua atas sempatnya sudah mampir ke novel aku yang amburadul ini. Maaf, Jika novel ini masih gak jelas ya! Mohon Dimaafkan, karena saya juga masih pemula untuk belajar membuat novel. Meskipun novelku sangatlah membosankan! Sekali lagi mohon dimaafkan ya....
...Untuk itu jangan lupa untuk tinggalkan like ya, bagi yang berbaik hati. Sekali lagi terimakasih banyak sudah mampir. 🙏...
Episode Sebelumnya..
"Halo, kenapa sayang?"
Sedangkan di seberang sana terlihat perempuan dengan dress batik selutut sedang duduk di salah satu Kafe yang sering di kunjungi nya itu memasang wajah ceria saat panggilan teleponnya terima.
"Tidak ada, aku hanya sangat merindukanmu Farhan." ucapnya dengan pandangannya yang menatap ke arah luar dinding Kafe yang terbuat dari kaca itu dengan senyuman yang terpampang jelas di wajah cantiknya.
"Aku juga sangat merindukanmu, kalau begitu sampai jumpa nanti malam sayang." ucap laki-laki dari balik ponsel milik perempuan itu.
Setelah mengucapkan itu, laki-laki itupun langsung memutuskan sambungan teleponnya. Perempuan yang memakai baju dress batik selutut itu pun langsung meletakkan ponselnya diatas meja.
Terlihat kembali senyuman yang terukir di bibirnya saat mengingat bahwa orang yang baru saja di hubunginya itu akan menemuinya malam ini. Orang yang sangat begitu dicintainya.
"Maafkan aku, Mel."
****
Malamnya, waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Leo yang sudah membersihkan diri segera turun menuju ke arah meja makan yang di sana sudah ada sebagian beberapa menu makanan yang sudah tertata rapi di meja makan.
Leo yang sudah duduk di kursinya menatap makanan yang tertampan rapi di meja itu dengan menelan air liurnya. Lalu, beralih menatap ke arah sang mama yang sedang menuju ke arahnya dengan membawa sepiring udang goreng yang dibaluri dengan saos sambal, diletakkan tepat di depan Leo.
Leo pun yang melihatnya tentu sudah tidak tahan untuk tidak menyicipi udang tersebut. Laki-laki berusia tujuh tahun itu memang sangat menyukai udang tersebut. Meskipun masakan itu pedas tapi anak kecil itu sangat menyukainya.
Leo pun mendongakkan kepalanya menatap sang mama. "Mama, Leo boleh tidak menyicipi udang sambal itu? Satu aja."
Amelia pun tersenyum kecil, lalu mengangguk. "Boleh sayang,"
"Yeay, makasih ma. Leo ambil ya." ucap anak kecil itu. Lalu Leo pun mengambil satu udang tersebut sesuai dengan apa yang dikatakannya yaitu hanya satu.
Amelia pun mengusap rambut sang anak yang terlihat menggemaskan saat memakan satu udang itu. "Awas pedas sayang."
"Tidak kok ma, Leo suka pedas kok. Jadi Leo baik-baik saja saat memakannya." balas Leo dengan mulut yang sudah belepotan akibat saos udang yang dimakannya.
"Makannya pelan-pelan sayang, lihat mulutnya Leo jadi kotor." ucap Amelia sembari mengambil tisu yang sengaja diletakkan di meja itu untuk berjaga-jaga saat diperlukan. Dan benar saja, sang anak saat ini tengah belepotan. Alhasil Amelia hanya menggelengkan kepalanya sembari mengelap bibir sang anak dengan lembut.
"Maaf ma, habisnya masakan mama enak. Jadinya Leo suka." ujar Leo dengan polosnya.
Amelia pun mengangguk. "Iya, terimakasih banyak atas pujiannya. Sekarang ayo, Leo waktunya makan nasi."
Leo hanya mengangguk dengan tatapan mata yang berbinar-binar. Itu yang ditunggunya sejak tadi. Tapi anak kecil itu memerhatikan meja tempat duduk sang papa.
"Ma." panggil anak itu tanpa mengalihkan pandangannya pada meja tempat papanya duduk.
"Iya sayang, Leo mau apa lagi selain udangnya?" balas Amelia menatap sang anak.
"Papa mana ma, kok gak ada di sini?"
"Oh, papa ada kok di kamar. Sebentar lagi juga papa turun, jadi Leo makan duluan saja, okey." ucap Amelia sembari mengambilkan nasi untuk sang anak.
"Leo mau yang mana lagi sayang? Ada tumis kangkung, tempe-tahu goreng, gurame goreng atau apa?" tanya Amelia kembali saat selesai mengambilkan udang kesukaan Leo.
"Leo mau tempe sama tahunya aja ma," sahut sang anak.
"Tidak ada lagi?" tanyanya saat sudah mengambilkan tempe dan tahu yang di minta oleh sang anak.
Leo kecil pun menggeleng menandakan bahwa ia tidak ingin sesuatu lagi. Amelia pun meletakkan piring yang sudah berisikan beberapa lauk pauk di depan Leo.
"Wah, makasih mama." ucap Leo kecil dengan raut wajah yang bahagia saat mendapatkan makan malamnya. Memang anak laki-laki Amelia itu sangat lapar, mengingat sejak pulang dari sekolah anak itu langsung tidur jadi melupakan makan siangnya.
Setelah melihat anaknya sudah makan dengan lahapnya. Amelia pun menatap ke arah pintu kamarnya.
'Farhan kemana ya, kok belum turun-turun? Lagi ngapain sih dia?' gumamnya dalam hati.
Karena penasaran karena sang suami tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Amelia pun bergegas pergi berniat untuk menghampiri sang suami. Namun, saat hendak menaiki tangga dirinya malah melihat sang suami juga sudah menuruni anak tangga.
"Mau kemana sayang?" tanya Farhan saat melihat Amelia menaiki tangga saat dirinya hendak turun ke bawah.
"Niatnya mau menyusul kamu ke atas, karena dari tadi belum turun-turun juga." ucap Amelia dengan wajah yang sedikit masam.
Farhan pun hanya tersenyum sembari menuruni anak tangga menghampiri sang istri yang tampak mengerucutkan bibirnya. "Maaf sayang, tadi lagi ada panggilan penting dari kantor jadi aku harus mengangkat telepon dulu."
"Panggilan penting dari kantor?" tanya Amelia bingung.
Farhan pun mengangguk. "Iya, katanya sebentar lagi ada meeting dadakan yang mengharuskan aku datang."
"Jadi, kamu gak akan makan malam bersama aku dan juga Leo?" tanya Amelia kembali memasang wajah sedih.
Melihat istrinya menundukkan kepalanya, dengan segera Farhan meraih dagu sang istri dan tersenyum hangat kearahnya. "Aku makan malam kok bersama kalian. Lagian meeting nya masih 1 jam lagi, jadi masih ada waktu."
Amelia yang tadinya bersedih kembali ceria saat mendengar perkataan suaminya itu. Farhan pun langsung menuntun sang istri menuju meja makan dengan Leo yang masih asyik dengan makanannya.
"Papa, maaf Leo harus makan duluan tanpa menunggu papa dulu. Soalnya Leo sudah sangat lapar." ucapnya dengan mulut yang penuh dengan makanannya.
Melihat itu keduanya hanya tertawa kecil. Dan Farhan pun mengusap surai rambut sang anak. "Iya, tidak apa-apa sayang. Papa juga minta maaf ya karena membuat anak papa jadi kelaparan. Maaf karena terlambat turun."
"Enggak apa-apa kok pa. Leo sudah memaafkan papa."
"Anak pintar. Yaudah teruskan makannya, papa dan mama juga mau makan." ucap Farhan dengan tersenyum ke arah sang anak yang sangat menggemaskan di matanya.
"Mas mau lauk yang mana?" tanya Amelia saat mengambilkan nasi di piring sang suami.
"Aku mau semuanya sayang." ucapnya dengan menatap wajah sang istri.
Mendengar itu. Amelia pun mengangguk dan mengambilkan semua lauk pauk yang ada di atas meja. Setelah selesai Amelia pun langsung meletakkannya di depan sang suami.
"Terimakasih." ucap Farhan saat meraih piring yang sudah diletakkan Amelia.
Amelia pun tersenyum sembari membalas ucapan Farhan. "Sama-sama."
.
.
.
...Terimakasih buat kalian semua atas sempatnya sudah mampir ke novel aku yang amburadul ini. Maaf, Jika novel ini masih gak jelas ya! Mohon Dimaafkan, karena saya juga masih pemula untuk belajar membuat novel. Meskipun novelku sangatlah membosankan! Sekali lagi mohon dimaafkan ya....
...Untuk itu jangan lupa untuk tinggalkan like ya, bagi yang berbaik hati. Sekali lagi terimakasih banyak sudah mampir. 🙏...
Episode Sebelumnya..
Melihat itu keduanya hanya tertawa kecil. Dan Farhan pun mengusap surai rambut sang anak. "Iya, tidak apa-apa sayang. Papa juga minta maaf ya karena membuat anak papa jadi kelaparan. Maaf karena terlambat turun."
"Enggak apa-apa kok pa. Leo sudah memaafkan papa."
"Anak pintar. Yaudah teruskan makannya, papa dan mama juga mau makan." ucap Farhan dengan tersenyum ke arah sang anak yang sangat menggemaskan di matanya.
"Mas mau lauk yang mana?" tanya Amelia saat mengambilkan nasi di piring sang suami.
"Aku mau semuanya sayang." ucapnya dengan menatap wajah sang istri.
Mendengar itu. Amelia pun mengangguk dan mengambilkan semua lauk pauk yang ada di atas meja. Setelah selesai Amelia pun langsung meletakkannya di depan sang suami.
"Terimakasih." ucap Farhan saat meraih piring yang sudah diletakkan Amelia.
Amelia pun tersenyum sembari membalas ucapan Farhan. "Sama-sama."
****
Ditempat lain. Perempuan yang masih menggunakan dress batik selutut itu sedang mondar-mandir di depan pintu rumah, menunggu seseorang yang tak kunjung menampakkan dirinya.
"Kok lama sekali sih." ucapnya sembari meremas ponsel miliknya.
Setelah menunggu beberapa saat. Suara bel pintu pun berbunyi menandakan bahwa ada seseorang yang telah datang. Dengan wajah yang ceria perempuan itu pun langsung membukakan pintu.
Setelah mengetahui siapa yang datang, tanpa ba-bi-bu lagi perempuan itu langsung memeluk orang tersebut dengan erat. "Kenapa lama sekali, tidak tahu apa seberapa kangennya aku padamu."
Orang yang ditunggu perempuan itu, pun membalas pelukan itu dengan tak kalah eratnya. Sembari menghirup aroma leher perempuan itu yang seakan menjadi candunya.
Setelah beberapa saat. Si perempuan itu pun langsung melepaskan pelukannya dan meraih tangan laki-laki itu lalu menuntunnya menuju ke arah pintu kamar miliknya.
Laki-laki dengan kacamata yang bertengger di wajahnya itu tidak menolak ajakannya. Malah menyeringai lebar saat mendapat ajakan tersebut.
Lalu dengan cepat laki-laki itu meraih tengkuk leher perempuan itu dan langsung meraup bibir seksi perempuan itu. Melu*matnya sehingga menimbulkan suara lenguhan kecil yang keluar dari mulut si perempuan.
"Eum." lenguhnya.
"Farhan." panggil perempuan itu sembari mengusap lembut laki-laki itu dengan perasaan yang kacau saat laki-laki itu sudah berpindah tempat ke leher jenjangnya.
Lenguhan tersebut pun mengundang hasrat Laki-laki itu dan membuangnya harus menahan kontrol dirinya agar tidak kebablasan. Yang akan membuat perempuan itu kesakitan akibatnya.
Laki-laki itu pun langsung membuka baju wanita yang kini sudah menggeliat akibat sentuhan yang di berikan oleh laki-laki itu. Sentuhan yang merupakan titik lemahnya wanita.
"Farhan, aku sudah tidak tahan la-lagi." ucapnya yang sudah tidak bisa di kontrol nya.
"Sebentar sayang, aku masih ingin melakukan ini lebih lama lagi. Jadi, tunggulah sebentar lagi oke." ucap laki-laki itu yang kini sudah bergelayut di dua gundukan bukit wanita itu dengan sangat penuh semangat.
Tangan satunya tidak dibiarkannya menganggur begitu saja, tangan itu dengan gesit mere*mas-re*mas gundukan di sebelah kirinya. Meremas serta dimainkannya ujung gundukan berwarna hitam itu dengan gemas. Sehingga membuat si empunya kembali mengeluarkan desa*han yang amat membuatnya bertambah tak terkontrol.
"Farhan, akh!" lenguhnya lagi.
Bukannya berhenti saat mendengar lenguhan yang dikeluarkan oleh perempuan itu. Justru laki-laki itu semakin bersemangat memainkan gundukan itu secara bergantian sehingga membuat benda kenyal itu memerah.
"Farhan!" panggil perempuan itu dengan nada sedikit berteriak. Tentu hal itu membuat Farhan menghentikan aktivitasnya akibat terkejut akibat teriakan perempuan yang berada di bawahnya itu.
"Ah, maafkan aku Melinda. Aku terlalu bersemangat saat bersamamu, sehingga aku melupakan bahwa kamu kesakitan sebelum kita melakukannya dengan benar. Maafkan aku Melinda sayang," ucap Farhan menyesal telah membuat wanita dibawahnya merasakan kesakitan.
Melihat raut wajah penyesalan dalam dirinya laki-laki itu. Melinda yang baru saja di sebut namanya oleh laki-laki itu pun menggelengkan kepalanya, diraihnya wajah laki-laki itu yang kini sudah bercucuran keringat sama halnya dengan dirinya tersenyum manis. "Aku juga minta maaf ya, karena berteriak keras sehingga membuatnya terkejut."
Laki-laki yang dipanggil dengan sebutan Farhan itu pun menggelengkan kepalanya. "Tidak, kamu tidak salah apa-apa. Di sini aku yang salah. Yang tidak bisa mengontrol diriku sendiri saat bersama denganmu.
Keduanya pun tertawa kecil lalu melanjutkan perjalanan mereka ke dalam dunia mereka. Yang mungkin orang lain tidak dapat melihatnya.
Sedangkan disisi lain. Amelia sedang menidurkan anak laki-lakinya yang kini sedang mencoba menutup matanya saat sang mama mengusap pucuk kepalanya dengan lembut.
"Mama," panggil Leo kecil dengan mata yang masih tertutup.
"Hm, ada apa sayang? Ada sesuatu yang Leo inginkan?" tanya Amelia yang berada di samping sedang memeluk sang anak.
"Papa kok belum pulang juga ya, ma?" tanya Leo lagi saat kedua matanya sudah terbuka lebar dan pandangannya beralih ke arah jam dinding yang berada di atas pintu kamarnya.
Amelia pun menatap jam tersebut yang sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Namun, belum ada tanda-tanda suaminya kembali. Tidak ingin membuat sang anak kepikiran, Amelia pun mempererat pelukannya.
"Mungkin masih dalam perjalanan pulang. Leo tidur saja ya, mama akan menemani Leo sampai papa pulang nanti." ucap Amelia menenangkan sang putra.
Leo pun yang memang penurut langsung menganggukkan kepalanya dan menutup kembali kedua matanya. Sehingga keduanya sudah terlelap yang ditemani dengan malam yang dingin.
....
"Kamu mau kemana?" tanya perempuan yang sudah berselimutkan selimut tebal miliknya. Saat melihat laki-laki yang baru saja membuatnya kehilangan akal memasang bajunya.
Laki-laki itu pun yang tidak lain adalah Farhan membalikkan badannya melihat ke arah wanita yang sedang menatapnya dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.
"Aku harus pulang," sahutnya yang masih merapikan pakaian yang ia gunakan.
"Kenapa tidak menginap saja? Ini sudah tengah malam, mereka juga mungkin sudah tidur."
Laki-laki itu menggeleng. "Tidak bisa sayang, aku harus tetap pulang. Amelia pasti akan curiga jika aku tidak pulang."
Farhan pun membalikkan badannya dan mendekatkan dirinya pada perempuan itu. "Aku pulang ya, sampai jumpa di lain waktu. Aku akan sering-sering mengunjungimu."
"Janji ya."
Farhan pun mengangguk dengan yakin. "Janji, yasudah istirahatlah! Kamu pasti kelelahan."
Setelah mengucapkan itu. Farhan mencium kening Melinda dan langsung keluar dari kamar itu dan segera keluar dari rumah milik Melinda menuju ke arah mobil. Farhan pun dengan cepat menghidupkan mobilnya dan segera meninggalkan kediaman Melinda untuk kembali ke rumahnya.
.
.
.
...Terimakasih buat kalian semua atas sempatnya sudah mampir ke novel aku yang amburadul ini. Maaf, Jika novel ini masih gak jelas ya! Mohon Dimaafkan, karena saya juga masih pemula untuk belajar membuat novel. Meskipun novelku sangatlah membosankan! Sekali lagi mohon dimaafkan ya....
...Untuk itu jangan lupa untuk tinggalkan like ya, bagi yang berbaik hati. Sekali lagi terimakasih banyak sudah mampir. 🙏...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!